Tabel 3.1 Perusahaan Sampel Penelitian
No Kode
Nama Perusahaan Bidang Usaha
1 AQUA
Aqua Golden Mississippi Tbk Minuman
2 ASII
Astra Internasional Tbk Otomotif
3 CTBN
Citra Tubindo Tbk Logam
4 DLTA
Delta Djakarta Tbk Minuman
5 GDYR
Goodyear Indonesia Tbk Otomotif
6 GGRM
Gudang Garam Tbk Rokok
7 HMSP
HM Sampoerna Tbk Rokok
8 IGAR
Kageo Igar Jaya Tbk Plastik
9 IKBI
Sumi Indo Kabel Kabel
10 INDF
Indofood Sukses Makmur Tbk Makanan
11 INDR
Indorama Synthetics Tbk Tekstile
12 KAEF
Kimia Farma Persero Tbk Farmasi
13 LION
Lion Metal Works Logam
14 LMSH
Lionmesh Prima Tbk Logam
15 MERK
Merck Tbk Farmasi
16 MLBI
Multi Bintang Indonesia Tbk Minuman
17 MYOR
Mayora Indah Tbk Makanan
18 RMBA
Bentoel Internasional Investama Tbk Rokok
19 SMGR
Semen Gresik Persero Tbk Semen
20 SMSM
Selamet Sempurna Tbk Otomotif
21 TRST
Trias Sentosa Plastik
22 UNVR
Unilever Indonesia Tbk Keb. RT
C. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang digunakan dalam penelitian ini, baik yang bertujuan untuk mendiskripsikan maupun untuk menganalisis, diperoleh dari data
sekunder yang bersifat kuantitatif. Data sekunder adalah data yang informasinya diperoleh secara tidak langsung dari perusahaan. Sedangkan
menurut Nur Indriantoro dan Bambang Supomo 2002; 147, Data sekunder
adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara diperoleh dan dicatat oleh pihak lain. Sumber data
sekunder adalah data-data yang dikumpulkan oleh peneliti melalui pihak kedua atau tangan kedua Usman, 2003: 20.
Adapun data-data sekundernya adalah Laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit di Bursa Efek Indonesia BEI per 31 Desember 2006-2009.
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari perusahaan manufaktur melalui Bursa Efek Indonesia
BEI. Pada penelitian ini data sekunder tersebut didapat dengan cara
sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan, membaca dan memahami bahan-bahan yang berkaitan dengan bidang yang
menjadi topik pembahasan penulis, penelitian ini dimaksudkan agar penulis memperoleh gambaran yang jelas tentang aspek-aspek teoris dari
masalah yang akan penulis bahas. b. Teknik Dokumentasi
Adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengutip langsung data yang diperoleh dari perusahaan melalui Bursa Efek Indonesia BEI.
D. Metode Analisis Data
Untuk melakukan pengujian hipotesis maka dilakukan pengujian dengan bantuan metode analisis secara kuantitatif. Dalam melakukan pengujian
analisis kuantitatif pengujian hipotesis dilakukan dengan alat uji statistik. Alat uji statistik yang digunakan antara lain :
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Sebelum analisis regresi berganda digunakan dalam pengujian hipotesis, terlebih dahulu model tersebut akan diuji uji normalitas dan
asumsi klasik, yang mana asumsi ini merupakan asumsi yang mendasari analisis regresi.
a. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data titik pada sumbu diagonal dari grafik distribusi
dan analisis statistik P-P Plot atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya jika data menyebar
disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, atau garis histogramnya menunjukkan pola distribusi normal, maka
model regresi
memenuhi asumsi
normalitas. Ghazali,2005:110,112.
Normalitas data
akan dilakukan
menggunakan uji
Kolmogorov Smirnov. Klomogorov Smirnov
H : Data tidak terdistribusi dengan normal
H
a
: Data terdistribusi dengan normal Dalam pengujian hipotesis, kriteria untuk menolak atau tidak
menolak H berdasarkan P-value adalah sebagai berikut :
Jika P-value 0.05 H diterima
Jika P-value 0.05 H ditolak
2. Uji Multikolonieritas Multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari :
a. nilai tolerance TOL dan lawannya, b. variance inflation factor VIF. Nilai tolerance yang rendah
sama dengan nilai VIF yang tinggi karena VIF = I tolerance. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai tolarance 0,10 atau sama dengan nilai VIF 10. Ghazali, 2005:91.
3. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas.
Deteksi adanya heteroskedastisitas dilakukan dengan cara melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dependen yaitu
ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika pola tertentu, seperti titik
yang ada membentuk
pola tertentu yang teratur
bergelombang, melebar
kemudian menyempit
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada
pola yang jelas, serta titik – titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Ghazali, 2005:105. 4. Uji Autokorelasi
Autokorelasi dikenalkan oleh Maurice G. Kandali dan William R. Buckland. Uji ini merupakan pengujian asumsi dalam
regresi diamana nilai variable dependent tidak berkolerasi dengan nilai variable itu sendiri, baik nilai periode sebelumnya atau nilai
periode sesudahnya. Untuk mendeteksi gejala autokorelasi menggunakan uji Durbin-waston DW. Uji ini menghasilkan nilai
DW hitung d dari nilai DW tabel dl dan dv.
Menurut Suharyadi dan Purwanto 2004:529, Terdapat satu cara untuk mendeteksi gejala autokorelasi yaitu :
1. Metode grafik yang menghubungkan antara error e atau residu dengan waktu, apabila terdapat hubungan
yang sistematis baik meningkat atau menurun menunjukan adanya autokorelasi.
2. Menggunakan uji Durbin-Watson dw. Uji ini menghasilkan nilai dw dihitung d dan nilai dw tabel
d
L
d
V
. Rumus untuk menghitung dw adalah
∑ e
t
– e
t-1 2
∑e
2
Dan Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H0 : Tidak ada autokorelasi, jika Durbin Watson-2
sampai dengan 2 Ha : Ada autokorelasi positif negative jika Durbin
Watson -2 maka terjadi autokerelasi positif, dan jika DW 2 maka terjadi autokorelasi negatif.
b. Uji Regresi Berganda Menurut Arikunto 2002;56 Analisis regresi berganda adalah
analisis tentang hubungan antara satu dependent variabel dengan dua atau lebih independent variabel. Untuk mengukur pengaruh variabel
independent dengan variabel dependen dapat digunakan analisa regresi
berganda. Dimana variabel independent dilambangkan dengan “x” dan variabel dependen dengan “y”. rumus regresi garis lurus berganda
tersebut berupa :
Keterangan : y = varibel dependen, yaitu profitabilitas
x1 = variabel independen, yaitu perputaran kas x2 = variabel independent, yaitu perputaran persediaan
x3 = variabel independent, yaitu leverage a = nilai y pada x = 0
b = perobahan nilai y apabila x berubah 1 unit e = error
c. Pengujian Hipotesis 1. Uji Global atau Uji F
Uji global disebut juga uji signifikan serentak atau uji f. uji ini dimaksudkan untuk melihat kemampuan menyeluruh dari variabel
bebas yaitu X
1
, X
2
,… X
k
., untuk dapat atau mampu menjelaskan tingkah laku atau keragaman variabel tidak bebas Y. Uji global juga
dimaksudkan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas memiliki koefisien regresi sama dengan nol.
Untuk melakukan pengujian secara global, maka ada beberapa langkah yang diperlukan yaitu:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
b. Menyusun Hipotesis Hipotesa yang ingin diuji adalah kemampuan variabel
bebas menjelaskan tingkah laku variabel tidak bebas, apabila variabel bebas tidak dapat mempengaruhi variabel bebas dapat
dianggap nilai koefisien regresinya sama dengan nol sehingga berapapun nilai variabel babas tidak akan berpengaruh terhadap
variabel bebas. Dalam menyusun hipotesa selalu ada hipotesa nol dan
hipotesa alternatif. Untuk hipotesa nol selalu mengandung unsur kesamaan, maka dapat dirumuskan hipotesa nol adalah koefisien
regresi sama dengan nol. Untuk hipotesa alternatifnya adalah koefisien regresi tidak sama dengan nol. Hipotesanya kemudian
dirumuskan sebagai berikut; H
: β
1
= β
2
= 0 H
1
: β
1
≠ β
2
≠ 0 c. Menentukan daerah keputusan
Untuk uji ini digunakan table F. untuk mencari nilai F-tabel perlu diketahui derajat bebas pembilang pada kolom, derajat bebas
penyebut pada baris dan taraf nyata. Umumnya ada dua taraf nyata yang dipakai yaitu 1 dan 5, untuk derajat pembilang
digunakan nilai k-1, yaitu jumlah variabel dikurang 1. Dan untuk derajat penyebut digunakan n-1, yaitu jumlah sample dikurangi
dengan jumlah variable.
d. Menentukan nilai F-hitung Nilai F-hitung ditentukan dengan rumus sebagai berikut:
F = 3
1 1
2 2
n
R k
R
Keterangan : R
2
= Koefisien Determinasi k
= Jumlah Variabel Independen n
= Jumlah sample e. Menentukan daerah keputusan
Menentuakn wilayah H dan
H1
, serta membandingkan dengan nilai F-hitung untuk mengetahui apakah menerima H
atau menerima H
1
. f. Memutuskan hipotesa
Jika F-hitung F-tabel maka H ditolak, dan jika F-hitung
F-tabel maka H diterima.
Jika probabilitas signifikan 0,01 maka H0 ditolak, dan jika probabilitas signifikan 0,01 maka H0 diterima.
2. Uji t atau uji Individual
Untuk menetukan uji-t ada beberapa langkah yang diperlukan seperti berikut ini.
a. Menentukan hipotesa Variabel bebas berpengaruh tidak nyata apabila nilai
koefisiennya sama dengan nol, sedangakn variabel bebas akan berpengaruh nyata apabila niali koefisiennya tidak sama dengan
nol. Hipotesa selengkapnya adalah sebagai berikut : H0 : β
1
= 0 H1 : β
1
≠ 0 H0 : β
2
= 0 H1 : β
2
≠ 0 b. Menetukan daerah kritis
Daerah kritis ditentukan oleh nilai t-tabel dengan derajat bebas yaitu n-k
, dan taraf nyata α. c. Menetukan nilai t-hitung
Nilai t -hit ung unt uk koefisien b1 dan b2 dapat dirumuskan sebagai berikut:
t-hitung =
i i
i
Sb B
b
dengan B
i
= 0 maka
t-hitung =
i i
Sb b
Dimana :
bi = Koefisien variabel ke-i
B
i
= Parameter ke-i yang dihipotesiskan
Sb
i
= Kesalahan standar variabel ke-i
d. Menentukan daerah keputusan e. Menentukan keputusan
Jika t-hitung t-tabel, maka H ditolak. Dan jika t-hitung t-
tabel, maka H diterima.
Jika profitabilitas signifikan 0,01 dan 0,05 maka H ditolak.
Dan jika profitabilitas signifikan 0,01 dan 0,05, maka H
diterima.
3. Koefisien Determinasi R
2
Nilai R
2
mempunyai interval model regresi antara 0 sampai 1 0 = R
2
= 1. Semakin besar R
2
mendekati 1, semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin mendekati 0, maka variabel
independent secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Sulaiman, 2004;86
E. Operasional Variabel Penelitian
Untuk dapat melihat seberapa jauh pengaruh antara efisiensi komponen- komponen modal kerja yang dinilai dari perputaran aliran kas, perputaran dan
periode perputaran persediaan, leverage serta umur perusahaan dengan profitabilitas perusahaan. Digunakan analisa regresi berganda. Dalam
perhitungannya untuk mendapatkan regresi berganda dalam penelitian ini digunakan dua variabel yaitu variabel independent dan variabel dependen.
Dengan demikian dalam penelitian ini efektifitas komponen modal kerja, leverage, umur perusahaan merupakan variabel independen dan profitabilitas
merupakan variabel dependen.
1. Variabel Dependen Variabel dependen dalam penelitian ini adalah profitabilitas.
Profitabilitas yaitu tingkat perolehan laba perusahaan pada periode tertentu Y diproksikan dengan ROI.
Return on Investment merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan yang akan digunakan untuk menutup investasi
yang dikeluarkan. Laba yang digunakan untuk mengukur rasio ini adalah laba bersih setelah pajak atau EAT. Formula yang digunakan untuk
menghitung ROI adalah sebagai berikut :
2. Variabel Independen a. Rasio perputaran kas berguna untuk mengetahui sampai seberapa jauh
efektifitas perusahaan dalam mengelola dana kasnya untuk menghasilkan pendapatan penjualan Kuswadi, 2006;136.
Perputaran kas, yaitu menunjukkan jika perputaran arus kas yang terjadi dalam perusahaan jika mengalami penurunan maka akan
mengakibatkan terjadinya penurunan profitabilitas yang akan diterima perusahaan.
Rumus Perputaran Kas menurut Kuswadi 2006;136 adalah =
Kas Bersih
Penjualan
ROI = EAT Total Aktiva
b. Perputaran persediaan
Rasio ini menunjukan berapa kali persediaan dapat berputar dalam setahun Sigiono, 2009:73. Menunjukkan berapa cepat perputaran
persediaan dalam siklus produksi normal, dimana semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka produksi akan berjalan dengan
baik X3 diproksikan dengan Invevtory Turn Over. Rumus Sugiono 2009:73 Invevtory Turn Over adalah;
c. Umur perusahaan juga merupakan faktor yang mempengaruhi
profitabilitas. Pengukuran variabel ini dengan melihat umur perusahaan yang dihitung dari perusahaan itu berdiri atau saat
konsolidasi sampai saat penelitian. d.
Debt to Equity Ratio Rasio ini merupakan rasio yang digunakan untuk menilai utang
dengan ekuitas. Rumus untuk mencari debt to equity ratio sebagai berikut Kasmir,
2010 : 123 ; Invevtory Turn Over =
Persediaan Persediaan
Pokok a
H arg
Debt to Equity Ratio = Total Utang Debt X 100 Ekuitas Equity
50
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Pasar Modal
1. Pengertian Dan Sejarah Pasar Modal di Indonesia
Menurut Rodoni dan Nasarudin 2007 pasar modal dalam arti sempit adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang terorganisasi
dengan efek-efek yang diperdagangkan yang disebut bursa efek. Bursa efek stock exchange adalah suatu sistem terorganisasi yang
mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan efek adalah setiap surat
berharga yang diterbitkan oleh perusahaan seperti saham, obligasi, surat pengakuan hutang, surat berharga komersial commercial paper, dan
sebagainya. Definisi yang lain tentang pasar modal adalah pasar keuangan untuk
dana-dana jangka panjang dimana jatuh temponya lebih dari satu tahun dan merupakan pasar yang konkrit. Pasar modal berbeda dengan pasar
uang money market. Pasar uang berkaitan dengan instrumen keuangan jangka pendek dimana jatuh temponya kurang dari satu tahun.
Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh