Tujuan Dakwah Subyek Dakwah

Yang ke empat, Syeikh Ali Mahfudz dakwah adalah mendorong manusia untuk mengikuti kebenaran dan petunjuk, menyeru mereka berbuat kebajikan dan melarang mereka dari perbuatan munkar agar mereka mendapat kebahagian di dunia dan di akhirat. 16 Yang kelima, Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan mentaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam menyembah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya. 17 Dengan demikian dakwah merupakan bagian yang sangat esensial dalam kehidupan seorang muslim, dimana esensinya berada pada ajakan dorongan motivasi, rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain untuk menerima ajaran agama Islam dengan penuh kesadaran demi keuntungan dirinya dan bukan untuk kepentingan pengajaknya. Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan, dakwah yaitu mengajak manusia untuk mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya atau kembali kepada Islam dengan cara tertentu yang mencerminkan suatu perubahan pada perilaku kehidupan terhadap orang yang di ajak.

2. Tujuan Dakwah

Dakwah Islam berupaya agar ummat manusia selalu berubah, dalam makna selalu meningkatkan situasi dan kondisinya baik lahir maupun batinnya. Tujuan dilaksanakan dakwah adalah mengajak manusia ke jalan Allah SWT, jalan yang benar yaitu Islam. Di samping itu, dakwah juga bertujuan untuk 16 Rafi’udin, S. Ag. Drs. Maman Abd. Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 24 17 Ibnu Taimiyah, Majmu Al-Fatawa, Juz 15, Riyadh: Mathabi Ar-Riyadh, 1985, hlm 185. mempengaruhi cara berpikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan bertindak, agar manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. 18 Dakwah merupakan suatu rangkaian kegiatan atau proses dalam rangka mencapai suatu tujuan. Tujuan ini dimaksudkan untuk memberikan arah atau pedoman bagi gerak langkah kegiatan dakwah. Sebab tanpa tujuan yang jelas seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia, tujuan dakwah adalah mengajak ummat manusia kepada jalan yang benar yang diridhoi Allah SWT agar hidup bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat. 19

3. Subyek Dakwah

Subjek dakwah adalah orang yang melakukan kegiatan dakwah, yaitu orang yang berusaha mengubah situasi yang sesuai dengan ketentuan-ketentuan Allah SWT, baik secara individu atau kelompok organisasi sekaligus sebagai pemberi informasi dan pembawa misi, atau lebih jelas disebut dengan da’i. 20 Da’i artinya orang yang mengajak atau mubaligh yaitu orang yang mengajak kesuatu tujuan. Menurut HSM Nasarudin Latief, yang dimaksud da’i adalah orang muslimin yang menjadikan dakwah sebagai suatu tugas amaliah pokok baginya, selaku ulama, ahli dakwah, juru dakwah, muballigh atau mustami’in juru penerang agama yang menyeru, megajak dan memberi pengajaran dan pelajaran agama Islam. Dengan demikian da’i adalah orang yang mengajak kepada orang lain baik secara langsung atau tidak langsung dengan kata-kata, perbuatan atau tingkah laku ke arah kondisi yang baik atau lebih baik menurut syari’at Al Qur’an 18 Rafi’udin, S. Ag. Drs. Maman Abd. Djaliel, Prinsip Dan Strategi Dakwah, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997, h. 32 19 Drs. Hasanudin. Manajemen Dakwah. Jakarta:UIN Jakarta Press 2005.cet 1 20 Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, cet. Ke-1. H. 179 dan sunnah. 21 Didalam al Qur’an dan sunnah juga terdapat penjelasan mengenai amar ma’ruf nahi munkar dan perintah terhadap mereka yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam. Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan masyarakat dapat memahaminya. 22 Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaklah memiliki kepribadian yang baik sebagai seorang da’i. Hal ini karena seorang da’i adalah figur yang dicontoh dalam segala tingkah laku dan geraknya. Oleh karenanya, ia hendaklah menjadi uswatun hasanah bagi masyarakatnya. Dari kedudukannya yang sangat penting ditengah masyarakat, seseorang da’i harus mampu menciptakan jalinan komunikasi yang erat antara dirinya dan masyarakat. Ia harus mampu bertindak dan bertingkah laku yang semestinya dilakukan oleh seorang pemimpin. Ia harus mampu berbicara dengan masyarakatnya dengan bahasa yang di mengerti. Oleh karena itu, seorang da’i juga harus mengetahui dengan pasti tentang latar belakang dan kondisi masyarakat yang dihadapinya. 23 4.Obyek Dakwah Mad’u adalah obyek dakwah baik individual ataupun kolektif atau masyarakat secara umum. Masyarakat sebagai obyek dakwah atau sasaran dakwah adalah salah satu unsur yang penting didalam sistem dakwah yang tidak kalah peranannya dibandingkan dengan unsur-unsur dakwah yang lain. Obyek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih, yaitu masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu bisa beragam, tergantung dari cara memandangnya. Dipandang 21 Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah , Jakarta, Amza, 2009, h. 68 22 Mustofa Ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah, Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2002, h. 51, dalam Moh. Ali Aziz, h. 77 23 Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah , Jakarta, Amza, 2009, h. 69 dari bidang sosiologi, masyarakat itu mempunyai struktur dan mengalami perubahan-perubahan. Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompok lain, individu dengan kelompok. 24 Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam golongan manusia. Oleh karena itu menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri, profesi, ekonomi, dan seterusnya. Penggolongan mad’u tersebut antara lain sebagai berikut: 1. Dari segi sosiologis, masyarakat terasing, pedesaan, perkotaan, kota kecil, serta masyarakat didaerah marjinal dari kota besar. 2. Dari struktur kelembagaan, ada golongan priyayi, abangan dan santri, terutama pada masyarakat Jawa. 3. Dari segi tingkat usia, ada golongan anak-anak, remaja, dewasa, dan golongan orang tua. 4. Dari segi profesi, ada golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan swasta serta karyawan. 5. Dari segi tingkatan sosial ekonomi, ada golongan kaya, menengah, dan miskin. 6. Dari jenis kelamin, ada golongan pria dan wanita. 7. Dari segi khusus, ada masyarakat tunasusila, tuna wisma, tuna karya, narapidana, dan sebagainya. 25 M. Natsir dalam bukunya Fiqhud Dakwah mengatakan bahwa sasaran dakwah yaitu: a. Ada golongan cerdik-cendikiawan yang cinta kebenaran, berfikir kritis dan cepat tanggap. Mereka ini harus dihadapi dengan Hikmah, yakni dengan alasan- alasan, dalil dan hujjah yang dapat diterima oleh kekuatan akal mereka. b. Ada golongan awam, orang yang belum dapat berpikir kritis dan mendalam. Belum menangkap pengertian tinggi-tinggi. Mereka ini dipanggil dengan sebutan 24 Dr Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, cet. Ke-1, hal.35 25 M. Arifin, Psikologi Dakwah, Jakarta: Bulan Bintang, 1977, h. 13-14, dalam Moh. Ali Aziz, h.91. mau’idzotul hasanah , dengan ajaran dan didikan yang baik-baik. Dengan ajaran- ajaran yang mudah dipahami. c. Ada golongan yang tingkat kecerdasannya di antara kedua golongan tersebut. Mereka ini yang dipanggil dengan wajadilhum billati hiya ahsan, yakni dengan bertukar pikiran, guna mendorong supaya berpikir secara sehat. 26

B. Materi atau Pesan Dakwah