Studi analisis terhadap teknik konseling keluarga pada program sakinah mawaddah wa Rahmah (Samara) di Radio Dakta 107 FM

(1)

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi Persyaratan memperoleh Gelar sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

ULFATUN NI’MAH

NIM: 106052001976

JURUSAN BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2010 M / 1431 H


(2)

i

Konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga untuk pembenahan komunikasi keluarga agar seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan dari semua anggota keluarga. Konseling keluarga dilakukan untuk memecahkan permasalahan–permasalahan keluarga dari pra nikah, pasca nikah serta problematika suami isteri maupun keluarga. Dalam melakukan konseling, banyak media yang tersedia dari media cetak maupun eletronik. Salah satu dari media yang menyediakan konseling adalah radio. Radio merupakan media eletronik untuk penghubung massa serta menyatukan komunikasi antar keluarga. Dari salah satu radio yang berkembang adalah radio DAKTA 107 FM. Pada radio DAKtA itu sendiri, memiliki program konseling keluarga yakni SAMARA yang bertujuan untuk membina keluarga sakinah mawaddah wa rahmah serta memberikan edukasi fiqh keluarga. Adapun pembahasan konseling keluarga secara rinci terumuskan dalam pertanyaan berikut: Bagaimana proses pelaksanaan konseling mulai dari persiapan maupun paca proses konseling? Bagaimana teknik konseling yang digunakan melalui radio DAKTA 107 FM pada program sakinah mawaddah

wa rahmah (SAMARA)? .

Dalam penelitian ini menggunakan desain studi kasus dengan metode deskriptif analisis. Pengumpulan data dalam bentuk korelasi dengan pendekatan data kualitatif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara, yang diperoleh langsung dari sasaran penelitian maupun catatan dari sumber yang terkait dengan penelitian dan rekaman program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA). Berdasarkan dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa konseling keluarga pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) di Radio DAKTA 107 FM yang dilakukan secara on air menggunakan proses dan teknik konseling non directive. Non directive adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien. Pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) menunjukkan hasil yang positif bagi para pendengar, sehingga radio DAKTA membuat program kajian SAMARA berbentuk off air serta membentuk komunitas “SAMARA CLUB” untuk para pendengar yang ingin membangun keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah.


(3)

ii

Rabbi, karena dengan rahmat, hidayah-Nya, serta shalawat dan salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad saw, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi.

Skripsi ini tidak akan bisa tuntas tanpa bantuan, bimbingan, arahan, dukungan serta kontribusi dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. H. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M. sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam, serta Drs. Sugiharto, MA sebagai Seketaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

3. Prof. Dr. Hj. Ismah Salman, M. Hum, yang telah menyempatkan waktu untuk memberikan bimbingannya hingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini berdasarkan cara penulisannya, tujuannya, dan manfaat bagi masyarakat akademik.

4. Seluruh dosen atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan, wawasan, dan pengalaman yang mendorong penulis selama menempuh studi, serta seluruh staff akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Ayahanda tercinta H. Ichwan Abdullah, Lc dan Ibunda tercinta Tri Sumediati serta Kakak ku Fadhilatul Muharam, SS yang selalu memberikan semangat dan


(4)

iii

dalam kelancaran penelitian skripsi ini serta motivasinya.

7. Pimpinan dan segenap karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan FIDIKOM UIN Syarif Hidayatullah dan perpustakaan Umum Islam Iman Jama’.

8. Semua sahabat – sahabat ku seperjuangan BPI 2006, yang telah bersama-sama berjuang dan saling memberikan pengalaman dan motivasi.

9. Semua sahabat – sahabatku di UKM Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Syahid, dan Komisariat Dakwah Ushuludin dan Dakwah (KOMDA USWAH), KAMMI UIN SYAHID. Allah selalu bersama kita

Akhirnya penulis menyadari dengan wawasan keilmuan penulis yang masih sedikit, referensi dan rujukan-rujukan lain yang belum terbaca, menjadikan penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Namun, penulis telah berupaya menyelesaikan skripsi ini dengan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis meminta saran dan kritik yang membangun dari pembaca sebagai bahan perbaikan penulisan ini. Penulis berharap semoga Allah swt, memberikan balasan yang lebih dari semua pihak pada umumnya.

Bekasi, Agustus 2010


(5)

iv

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... ... 1

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah ... ... 5

C.Tujuan dan Manfaat Penelitian ... ... 5

D.Metodologi penelitian ... ... 6

E.Tinjauan Pustaka ... ... 9

F. Sistematika Penulisan ... ... 9

BAB II LANDASAN TEORI A.Konseling Keluarga 1. Pengertian Konseling Keluarga ... 11

2. Tujuan Konseling Keluarga ... 12

3. Pendekatan Konseling Keluarga ... 13

4. Proses dan Teknik Konseling Keluarga ... 15

B.Radio 1. Pengertian Radio ... 18

2. Jenis – Jenis Radio ... 18

3. Radio Sebagai Media Konseling ... 19

C.Keluarga Menurut Ajaran Islam 1. Tujuan Perkawinan ... 21

2. Pembinaan Keluarga Menurut Ajaran Rasulullah SAW 26 3. Faktor yang Mendukung Terbentuk Keluarga Sakinah 29 BAB III Gambaran Umum DAKTA 107 FM A.Profil Murhali Barda ... 33


(6)

v

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN KONSELING KELUARGA

A.Study Kasus ... 48

1. Pra Nikah ... 48

2. Pasca Nikah ... 56

3. Problem – problem suami – isteri ... 65

BAB V PENUTUP A.Kesimpulan ... 75

B.Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(7)

1

Perkawinan merupakan suatu ketentuan dari ketentuan Allah swt di dalam menjadikan dan menciptakan alam ini. Perkawinan bersifat umum, menyeluruh, berlaku tanpa baik bagi manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Ketentuan-ketentuan ini telah dituangkan dalam firman Allah swt:



























































“Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” [Qs. Ar Ra’d (13) : 3]1

Allah swt sebagai tujuan akhir sebagai perilaku dan perbuatan manusia telah menentukan bahwa pergaulan antar jenis dan hubungan antara laki-laki dan perempuan harus berakhir dengan perkawinan. Perkawinan harus menjadi awal pembentukan sebuah keluarga.2

1

Yayasan Penerjemah Al Qur’an, Al Qurán dan Terjemahan, (Jakarta: Departemen Agama RI, 1992), h. 367.

2

Imam Suhirman, Menjadikan Keluarga Sakinah (Manajemen Menuju Keluarga Sakinah dan Bimbingan Perkawinan), (Jakarta: Media Istiqomah, 2006), cet. Ke-1, h. 3.


(8)

Abdullah Nasih Ulwan dalam sebagaimana dikutip dalam bukunya menyebutkan, bahwa:

Islam memerintahkan umatnya melakukan perkawinan guna melestarikan keturunan, memelihara nasab, menyelamatkan manusia dari dekadensi moral membentuk rumah tangga ideal sebagai sarana pendidikan anak, membebaskan masyarakat dari berbagai penyakit, memperoleh ketenangan jiwa serta menumbuhkan rasa kasih sayang antara orangtua (suami tua) dan anak.3

Keluarga merupakan bagian terkecil dari suatu negara, namun memiliki kekuatan yang besar serta berperan penting dalam menegakkan landasan nilai untuk mewujudkan negara yang memiliki kemuliaan dan moralitas yang baik dalam masyarakat. Keluarga juga merupakan rujukan keberhasilan ditingkat masyarakat manapun.

Secara psikologis, kehidupan keluarga yang baik bagi suami, isteri, anak-anak, cucu-cicit atau bahkan mertua merupakan pelabuhan perasaan; ketentraman, kerinduan, keharuan, semangat, dan pengorbanan, itu semua berlabuh di lembaga yang bernama keluarga.4 Keluarga akan terasa lebih bermakna bagi anggota keluarga ketika mampu menciptakan kondisi yang tentram dan bahagia.

Mengenai masalah kebahagiaan merupakan persoalan yang tidak mudah. Hal ini disebabkan karena kebahagiaan adalah bersifat relative dan subyektif. Subyektif karena kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi oranglain. Relative karena suatu hal yang ada pada suatu waktu dapat menimbulkan kebahaigaan. Hal ini akan terkait dengan frame of refence dari individu yang bersangkutan. Dengan demikian maka akan timbul pertanyaan bagaimana

3

Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan, Membinan Keluarga Sakinah Menurut Al Qurán dan As Sunnah, (Jakarta: Akademia Presindo, 2001), cet. Ke-11. h. 113.

4


(9)

keluarga yang bahagia itu. walaupun kebahagiaan itu bersifat subyektif dan relative, tetapi adanya ukuran atau patokan umum yang dapat digunakan untuk menyatakan bahwa keluarga itu merupakan keluarga yang bahagia atau welfare.

Keluarga merupakan keluarga yang bahagia bila dalam keluarga itu tidak terjadi kegoncangan-kegoncangan, sehingga keluarga itu bisa berjalan dengan smooth tanpa goncangan-goncangan yang berarti (Free From Quarelling)5

Problem-problem pernikahan dan keluarga amat banyak sekali dari hal yang kecil sampai yang besar. Dari sekedar pertengkaran kecil sampai ke penceraian dan keruntuhan kehidupan rumah tangga yang menyebabkan timbulnya broken home. Penyebabnya bisa terjadi dari kesalahan awal pembentukan rumah tangga, pada masa-masa sebelum dan menjelang pernikahan, bisa juga muncul disaat-saat mengarungi bahtera kehidupan berumah tangga, dengan kata lain ada banyak faktor yang menyebabkan pernikahan dan pembinaan kehidupan berumah tangga atau berkeluaraga itu tidak baik, tidak seperti yang diharapkan, tidak dilimpahi mawaddah wa rahmah, tidak menjadi keluarga sakinah. 6

Dalam hal ini, pembinaan kehidupan berkeluarga dapat dikaitkan dengan adanya proses layanan bimbingan yang Islami. Pelayanan bimbingan yang Islami dan proses konseling tersebut membutuhkan media, sarana dan fasilitas yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi sebuah keluarga. Diantaranya proses layanan bimbingan tersebut dapat mempergunakan media-media yang digunakan didalam media komunikasi modern seperti surat kabar, radio, televisi, yang lebih

5

Bimo Walgito, Bimbingan dan Konseling Perkawinan (Yogyakarta: Andi, 2000), cet. Ke-2, h. 41

6

Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam (Yogyakarta: UII Press Yogyakarta), cet. Ke-3, h. 85


(10)

dikenal media massa. Dengan demikian proses layanan sebuah bimbingan telah menjangkau berbagai aspek yang lebih luas dari perkembangan dan kehidupan manusia.

Sebagaimana media massa elektronik, radio memiliki banyak kelebihan. Ia memiliki kesederhanaan bentuk (protability) dan kemampuan menjangkau setiap pendengarannya yang sedang melakukan kegiatan-kegiatan lain sekalipun atau bahkan sedang menikmati media massa lainnya. Hal ini dikarenakan radio tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Suatu pesan yang disampaikan oleh seorang penyiar atau orator pada saat itu juga diterima oleh khalayak walaupun sasaran yang dituju sangat jauh.7

Salah satu radio yang menyediakan program konseling keluarga adalah radio DAKTA 107 FM. Radio Dakta 107 FM merupakan salah satu radio swasta yang bernuansa Islam yang terletak Bekasi. Program konseling keluarga yang dimaksud adalah program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA). Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) adalah program konseling yang dikhususkan untuk membantu permasalahan keluarga atau membina keluarga dari masa pra nikah, pasca nikah serta problematika keluarga yang sering kali terjadi dikalangan masyarakat.

Dari uraian tersebut maka penulis tertarik untuk melaksanakan penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Studi Analisis Terhadap Teknik Konseling Keluarga Pada Program Samara Di Radio Dakta 107 FM”

7

Onong Uchjana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), cet. Ke-7. h. 108.


(11)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Mengingat Radio Dakta 107 FM memiliki bermacam-macam program maka penulis membatasi hanya pada pelayanan bimbingan konseling keluarga pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) dalam berbentuk on air atau siaran langsung.

2. Perumusan Masalah

Berkaitan dengan pembatasan masalah diatas serta agar hasil yang dapat juga maksimal, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana proses pelaksanaan konseling mulai dari persiapan maupun

pasca proses konseling pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA)?

b. Bagaimana teknik konseling yang digunakan melalui Radio Dakta 107 FM pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penulis bertujuan untuk:

a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan konseling melalui radio terutama pada program SAMARA.

b. Untuk mengetahui teknik konseling yang digunakan melalui radiio pada program SAMARA dalam menghadapi klien.


(12)

2. Manfaat Penelitian a. Akademis

Menurut penulis manfaatnya adalah dapat memberikan pengetahuan yang lebih tentang konseling.

Untuk konselor adalah analisis pelaksanaan konseling dan saran yang ditulis dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbang pemikiran dalam konseling.

Untuk pembaca adalah ingin memperoleh pengetahuan tentang pelaksanaan konseling keluarga melalui radio.

b. Praktis

Memberikan nilai positif serta referensi bagi konselor dan gambaran proses pelaksanaan juga teknik yang tepat dalam menangani klien, serta dapat membantu lembaga pemerintahan dalam program mengantisipasi terjadinya berbagai permasalahan dalam keluarga sehingga tercipta bangsa yang rukun.

D. Metodologi Penelitian 1. Metodelogi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian skripsi ini adalah jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Tylor seperti yang dikutip Lexy J. Maleong yaitu prosedur penelitian yang


(13)

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.8

Dalam hal ini penulis melakukan observasi, wawancara, dokumentasi, dan rekaman data. Data yang didapatkan dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian berupaya untuk diolah sehingga dapat memperoleh gambaran yang jelas mengenai pelaksanaan konseling keluarga pada radio Dakta 107 FM.

2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada tanggal 8 Mei 2010 hingga 7 Juni 2010 dan tempat penelitian berlokasi di Bekasi yang merupakan kantor radio Dakta 107 FM.

3. Subyek dan Obyek Penelitian

Dalam subyek penelitian adalah nara sumber professional yang terlibat dalam pelaksanaan konseling kerluarga pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA), yakni Ustad Murhali Barda sebagai konselor di program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA), Dhani Wahab sebagai manager program radio DAKTA 107 FM dan Yudhi Darmawan sebagai Announcer dan reporter radio DAKTA 107 FM.

Obyek pada penelitian adalah proses pelayanan bimbingan dan konseling keluarga melalui program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) di radio Dakta 107 FM.

8

Lexy J. Maleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005), cet. Ke-21, h. 4.


(14)

4. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam hubungan tersebut.9

Dalam melakukan observasi, penulis dibantu dengan alat-alat observasi seperti kamera, catatan dan alat-alat tulis. Observasi ini dilakukan penelitian dengan memperhatikan secara akurat lokasi penelitian yang bertempat di radio Dakta 107 FM beserta kegiatan yang dilakukan pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA).

b. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan ini dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan nara sumber. Dalam wawancara ini, nara sumber akan memberikan jawaban atas pertanyaan dari pewawancara.10

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dsb.

d. Rekaman

9

Masri Singarimbun, Sofian Effendi, Metodologi Penelitian Survei (Jakarta: LP3ES, 1983), cet. Ke-1, h. 122.

10


(15)

Rekaman adalah data yang mengenai proses konseling keluarga yang berupa soft copy atau Copy Disk (CD).

5. Teknik Penulisan

Dalam teknik penulisan skripsi penulis menggunakan buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh CEQDA Universitas Islam Negeri Syarif Hidayattullah Jakarta, 2007 cetakan ke-2. selain itu penulis memperoleh arahan dari pembimbing skripsi dan juga menggunakan buku-buku lain yang berkaitan dengan teknik penulisan skripsi ini.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum menentukan judul skripsi, penulis melakukan tinjauan pustaka ke beberapa perpustakaan, yaitu perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Komunikasi, Perpustakaan Utama UIN Syahid Hidayatullah Jakarta. Selama tinjauan terdapat skripsi yang berjudul “Pembinaan keluarga sakinah melalui layanan bimbingan dan konseling Islam di radio CBB Jakarta”, penulis Diah Wimas Intan – 103052028655, yang meneliti tentang bentuk pembinaan keluarga sakinah melalui bimbingan dan konseling di radio.

Sedangkan, membedakan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah proses konseling keluarga pada program SAMARA di radio Dakta 107 FM.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN


(16)

Bab ini berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfataat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS

Dalam bab ini dijelaskan secara teoritis mengenai pengertian konseling keluarga, tujuan konseling keluarga, pendekatan konseling keluarga, pengertian radio, jenis dan karekteris radio, radio sebagai media bimbingan konseling.

BAB III GAMBARAN UMUM RADIO DAKTA 107 FM

Bab ini menjelaskan kondisi subyektif dan obyektif Radio DAKTA 107 FM, yang meliputi: profile nara sumber, sejarah dan perkembangan Dakta 107 FM, visi dan misi, kegiatan-kegiatan yang diadakan di Radio Dakta 107 FM, serta menjelaskan program SAMARA

BAB IV TEMUAN LAPANGAN DAN ANALISIS PELAKSANAAN KONSELING KELUARGA

Bab ini menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dalam perumusan masalah, yang meliputi: proses konseling keluarga, Teknik Pelaksanaan konseling keluarga, analisis study kasus, dan analisis acara program SAMARA.

BAB V PENUTUP


(17)

11 1. Pengertian Konseling Keluarga

Counseling adalah suatu nama yang luas pengertiannya untuk beraneka ragam prosedur guna menolong banyak orang agar mampu menyesuaikan diri; seperti memebri nasihat, diskusi terapeutis, pengadministrasian dan penafsiran tes, serta bantuan vokasional dan kejujuran.11

Adapun pengertian keluarga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah satuan kerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat.12 Sehingga keluarga sangat penting dalam kemasyarakatan.

Keluarga adalah suatu matrik sosial, suatu kelompok/organisasi biopsikososial, dimana para anggotanya terikat dengan suatu ikatan khusus untuk hidup bersama, bukan suatu ikatan yang sifatnya statis dam membelenggu.13

Keluarga adalah unit satuan masyarakat yang terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Sehingga keluarga itu terbagi menjadi dua, yaitu: 14

11

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981), h. 114.

12

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 536.

13

Dadang Hawari, Membina Keluarga Sakinah (Jakarta: Pustaka Antra, 1996), h. 77. 14

Eko Susanto, Bimbingan Konseling keluarga, artikel ini diakses pada 10 April 2010 dari


(18)

a. Keluarga Kecil atau “Nuclear Family”

Keluarga inti adalah unit keluarga yang terdiri dari suami, isteri, dan anak-anak mereka; yang kadang-kadang disebut juga sebagai “conjugal”-family.

b. Keluarga Besar “Extended Family”

Keluarga besar didasarkan pada hubungan darah dari sejumlah besar orang, yang meliputi orang tua, anak, kakek-nenek, paman, bibi, kemenekan, dan seterusnya. Unit keluarga ini sering disebut sebagai ‘conguine family’ (berdasarkan pertalian darah).

Family counseling atau konseling keluarga adalah upaya bantuan yang diberikan kepada individu anggota keluarga melalui sistem keluarga (pembenahan komunikasi keluarga) agar potensinya berkembang seoptimal mungkin dan masalahnya dapat diatasi atas dasar kemauan membantu dari semua anggota keluarga berdasarkan kerelaan dan kecintaan terhadap keluarga.15

2. Tujuan Konseling Keluarga

Tujuan konseling keluarga dikemukakan secara umum dan khusus, sebagai berikut:16

a. Tujuan Umum:

1)Membantu anggota-anggota keluarga baelajar dan menghargai secara emosional bahwa dinamika keluarga adalah saling kait – mengaitkan diantara anggota keluarganya.

15

Sofyan S.Willis, Konseling Keluarga (Family Counseling), (Bandung: CV. Alfabeta, 2009), cet. Ke-1, h. 83.

16


(19)

2)Untuk membantu anggota keluarga agar menyadari tentang fakta jika satu anggota keluarga bermasalah, maka akan mempengaruhi kepada persepsi, ekspasi, dan interaksi kepada anggota-anggota lainnya. 3)Agar tercapainya keseimbangan yang akan membuat pertumbuhan

an peningkatan setiap anggota

4)Untuk mengembangkan penghargaan penuh seagai pengaruh dari hubungan parental.

b. Tujuan Khusus:

1)Untuk meningkatkan toleransi dan dorongan anggota-anggota keluarga terhadap car-ara yang istimewa (idiocyncratic ways)

2)Mengembangkan toleransi terhadap anggota-anggota keluarga yang mengalami frustasi/kecewa, konflik, dan rasa sedih yang terjadi karena faktor system keluarga.

3)Mengembangkan motif dan potensi-potensi, setiap anggota keluarga dengan cara mendorong (men-support), memberi semangat, dan mengingatkan anggota tersebut.

4)Mengembangkan keberhasilan persepsi diri orangtua secara realistic dan sesuai dengan anggota-anggota lainnya.

3. Pendekatan Konseling Keluarga

Menurut Salvador Minuchin sebagaimana yang dikutip Sofyan S. Willis dalam buku Konseling Keluarga (Family Counseling), mendefinisikan bahwa keluarga yaitu:

“Multibodied organism” organisme yang terdiri dari banyak badan. Keluarga adalah satu kesatuan (entinity) atau organiesme. Ia bukanlah


(20)

merupakan kumpulan (collection) individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai komponen-komponen yang membentuk organisme keluarga itu. Komponen-komponen itu adalah anggota keluarga.”17

Selama proses konseling berjalan menurut tahapan berikutnya:18 1)Pengembangan Raport

Hubungan konseling pada tahap awal seharusnya diupayakan pengembangan rapport merupakan suasana hubungan konseling yang akrab, jujur, saling percaya, sehingga menimbulkan keterbukaan diri klien.

2) Fase membina hubungan konseling

Fase ini sangat penting dalam proses konseling, dan keberhasilan tujuan konseling secara efektif ditentukan oleh keberhasilan konselor dalam membina hubungan konseling dalam membina konseling.

3) Memperlancar tindakan positif

Dalam fase ini terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut:

a. Eksplorasi, mengeksplorasi dan menulusuri masalah serta menetapkan tujuan konseling, menetapkan rencana strategis. b. Perencanaan, mengembangkan perencaan bagi klien sesuai

dengan tujuan untuk memecahkan masalah. c. Penutup, mengevaluasi hasil konseling.

17

Sofyan S. Willis, Konseling Keluarga Family Counseling (Bandung: Afabeta, 2009). Cet ke-1 h. 50

18


(21)

4. Proses dan Teknik Konseling Keluarga

Proses pelaksanaan konseling keluarga berbeda dengan konseling individual karena ditentukan oleh beberapa faktor seperti jumlah kliennya (anggota keluarga) lebih dari seorang. Relasi antar anggota keluarga amat beragam dan bersifat emosional, dan konselor harus melibatkan diri dalam dinamika konseling keluarga.

Menurut Abubakar Baraja, proses konseling terdapat unsur-unsur dan tahapan yang dapat dilakukan konselor untuk lebih meringankan dalam penyelesaian masalah yang dihadapi klien. Dalam secara umum proses konseling dibagi atas tiga tahapan, yakni:

a. Tahap Awal

Tahap awal konseling dilaksanakan dengan tujuan untuk menciptakan hubungan baik dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling.19 Dalam tahap ini konselor melakukan beberapa proses, yaitu membangun hubungan baik antara konselor dengan klien, memperjelaskan dan mendefinisikan masalah, membuat penaksiran masalah, serta mengasosiasikan kontrak konseling.

b. Tahap Inti

Tahap inti konseling ini digunakan untuk membantu klien memahami gambaran dirinya serta masalah yang dihadapinya atau dapat dikatakan bahwa tahap ini terjadinya eksplorasi kondisi klien,

19


(22)

identifikasi masalah dan penyebabnya, identifikasi alternatif pemecahan, pengujian dan penetapan alternative pemecahan.20

c. Tahap Akhir

Tahap akhir konseling lebih kepada dalam proses mengakhiri konseling, yaitu memberikan kesimpulan-kesimpulan yang mengenai hasil proses konseling dan mengevaluasi proses konseling serta membuat perjanjian untuk pertemuan berikutnya.

Dalam tahap ini, proses konseling terdiri dari 6 tahap, yaitu21: a) Analisis; yakni tahapan pengumpulan data atau informasi tentang

diri klien dan lingkungannya, dengan maksud untuk lebih mengerti tentang keadaan klien. Adapun data yang perlu dikumpulkan yaitu dari luar diri klien dan dari dalam diri klien sendiri, berupa fisik maupun data psikologis.

b)Sintesis; merupakan tahapan untuk merangkum dan mengorganisir data hasil tahap analisis dengan sedemikian rupa, sehingga dapat menunjukkan gambaran diri klien yang terdiri dari kelemahan dan kelebihannya serta kemampuan sekaligus ketidakmampuannya menyesuaikan diri. Semua data yang diperoleh dari analisa (informasi), dirangkum atau dispesifikasikan untuk ditemukan akar masalah yang dihadapi klien, serta dapat dijadikan sebagai diagnosa awal dari penemuan analisa kita.

20

Ibid, h. 48

21


(23)

c) Diagnosis; merupakan tahapan untuk menetapkan hakikat masalah yang sedang dihadapi klien beserta dengan sebab-sebabnya dengan membuat perkiran-perkiran, kemungkinan yang akan dihadapi klien berkaitan dengan masalah-masalah yang dihadapinya saat ini. Sebelum memberikan diagnosa terhadap keadaan klien, perlu menentukan identifikasi masalah dan sebab-sebab masalah (etiologi) klien.

d)Pronosis; merupakan langkah untuk memprediksi apa yang akan terjadi pada diri klien, yaitu masalah tersebut akan terus berkembang. Informasi yang disampaikan kepada klien dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi akan mengurangi atau setidak-tidaknya memberikan jalan keluar kepada klien bagaimana menyelesaikan masalah tersebut.

e) Konseling / Treatment (Perlakuan)

f) Follow Up (Tindak Lanjut); berguna untuk melihat tingkat keberhasilan pemberian bantuan (konseling yang telah berlangsung.


(24)

B.Radio

1. Pengertian Radio

Secara etimologi, radio adalah “Pengiriman suatu suara atau bunyi melalui udara.”22

Pengertian radio siaran secara terminology menurut pemerintah sebagai berikut: radio siaran adalah pemancaran radio yang langsung ditujukan kepada umum dalam bentuk suara dan menggunakan gelombak seagai media.

Radio merupakan media auditif (hanya bisa didengar), tetapi murah, merakyat, dan bisa dibawa atau didengarkan dimana-mana. Radio berfungsi sebagai ekspresi, komunikasi, informasi, pendidikan, dan hiburan. Radio memiliki kekuatan terbesar sebagai media imajinasi, sebab sebagai media yang buta, radio menstimulasi begitu banyak suara, dan berupaya memvisualisasikan suara penyiar ataupun informasi faktual melalui telinga pendengarnya.23

2. Jenis – jenis Radio

Radio memiliki khas (karakteristik) yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia, karena memerikan kontribusi yang besar bagi perkembangan komunikasi massa. Karakteristik radio memberikan manfaat yang unik, baik ditinjau dari sisi kelebihan maupun

22

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Perpustakaan Nasional) h. 808.

23

Masduki, Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar (Yogyakarta: LKIS, 2006), h. 9


(25)

kekurangannya, sehingga dapat membedakan dari media massa lainnya, yaitu:

a. Sifat radio siaran hanya untuk didengarkan

b. Bahasa yang digunakan haruslah bahasa yang baik.

c. Orang yang mendengarkan radio dalam keadaan santai, bisa sambil mengemudi mobil, tiduran, bekerja di kantor, dan sebagainya

d. Siaran radio harus menpunyai daya peka

e. Siaran radio hanya bersifat komunikasi yang satu arah24 3. Radio Sebagai Media Konseling

Radio lebih sering dipahami hanya sebagai saran hiburan. Serin disadari bahwa dibalik itu selama ini terselip fungsi lain, yaitu sebagai alat media komunikasi. Demikianlah, sepanjang orde baru oleh pengelola dan pendengar radio dijadikan sarana hiburan utama, diluar film dan televisi.

Pada awalnya radio hanya memiliki tiga fungsi yaitu sebagai alat hiburan, alat pendengar, dan pendidikan. Ketiga fungsi tersebut memiliki keterkaitan satu dengan yang lain, karena ketika radio siaran menyiarkan program pendidikan, maka secara tidak langsung program hiburan disajikan sebagai pemikat para pendengar. Begitu juga dengan penerangan-penerangan lainnya.

Di Indonesia, peranan radio amatlah penting karena radio digunakan sebagai alat penghubung massa, lebih terasa urgent daripaa negeri-negeri lainnya. Hal ini disebabkan kondisi geografis Negara

24


(26)

Republik Indonesia yang sebagaimana diketahui terdiri dari beribu-ribu pulau yang telah mengakibatkan sulit dilakukannya lalu lintas intersuler dengan lancar, lalu lintas udara belum cukup dapat mengatasi kebutuhan mempertahankan aktualitas pemberitaan yang dibawakan oleh media massa lainnya. Disinilah radio diposisikan sebagai medium pemberitaan actual dan penyampainnya yang efektif masih dianggap yang paling mendekati harapan. Hal ini yang efektif direalisasikan oleh pemerintah Indonesia dengan adanya undang-undang radio sebagai media komunikasi massa dalam Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 1970 Pasal 1 Ayat 1: “Radio siaran harus berfungsi social yaitu sebagai alat pendidikan, alat penerangan dan alat hiburan.”25

Saat ini dan kecenderungan di masa mendatang, radio akan memainkan kembali satu sisi perannya. Yaitu sebagai media penyalur acara konsultasi. Radio telah memenuhi kebutuhan khalayak akan medium yang menjadi penghubung orang-orang yang karena kesibukan, kesendirian dan suasana lingkungan tertentu memerlukan sarana untuk menyampaikan atau mendengarakan masalah-masalah yang diperlukannya untuk diketahui atau disampaiakan. Radio siap bersaing dengan media-media pers lainnya, cetak maupun elektronik. Dengan demikian, jelas sangat dibutuhkan pengelola radio yang handal bekerja sama dengan para konselor.

25

Ton Kertapati, Dasar-dasar Publisistik dalam perkembangnnya di Indonesia mejadi Ilmu Komunikasi (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Cet. Ke – 3, h. 204


(27)

Radio sangat memiliki kontribusi khusus sebagai media inter personal yang dibutuhkan ditengah masyarakat. Terlihat dalam berbagai acara-acara yang dimulai sejak siaran-siaran rohani pada subuh dini hari, hingga acara-acara personal yang bermanfaat pada tengah malam hari. Dalam konteks kemampuannya yang khas untuk masuk ke dalam masalah-masalah yang sangat pribadi, serta kemampuannya secara community media.

C. KELUARGA MENURUT AJARAN ISLAM 1. Tujuan Perkawinan

Di dalam al qur’an tujuan perkawinan dijelaskan dengan firman Allah SWT:









































“dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (Qs. Ar Ruum: 21)

Dari penjelasan ayat diatas menjelaskan tujuan dari pernikahan adalah membentuk keluarga yang sakinah (tentram), mawaddah (cinta dan


(28)

bergairah), dan rahmah (kasih sayang). Dalam tujuan yang terpenting dari pernikahan menurut syariat Islam adalah:26

a. Menciptakan keluarga Islami

Islam memandang pernikahan bukan sekedar sarana untuk melampiaskan syahwat dan naluri manusiawi, tetapi mempunyai pandangan yang lebih agung. Dalam surat Ar Ruum: 21 menjelaskan, diantara tanda-tanda kekuasaan Allah SWT adalah menciptakan keluarga yang cenderung dan merasa tentram kepadaNya, serta merasakan cinta dan kasih sayang kepadaNya.

b. Mengatur potensi kelamin

Allah SWT menciptakan manusia dengan beragam jenisnya, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini dimaksudkan agar tercapai tujuan yang agung, yakni mengembangkan keturunan, sehingga lestarilah sejarah perkembangan hidup manusia. Sedangkan, pernikahan disyariatkan untuk melestarikan keturunan.

c. Merasakan penderitaan hidup

Akad pernikahan adalah bersifat yang abadi. Artinya, bukan sekedar terbatas pada waktu tertentu dan tidak pula akan habis pada masa yang ditentukan. Oleh karena itu, berkeluarga harus berisfat terus menerus untuk mencapai kedamaian dan ketenangan.

d. Menebus dosa

26

Abdullah Umar, Ibnu Mahalli. Menyongsong Hidup Baru Penuh Barakah, Tuntunan Pernikahan Dalam Bingkai Al Qur’an. (Yoyakarta: Media Insani,2001), h. 15


(29)

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah SAW bersabda: “ada sebagian dosa manusia yang tidak dapat diampuni dengan melakukan shalat, puasa, zakat, haji dan umrah. Tetapi dosa tersebut terampuni lantaran prihatin memikirkan nafkah keluarga.”

e. Meningkatkan kualitas berjihad

Berjihad di dalam keluarga adalah mencari nafkah untuk keluarga, terus menerus membimbing keluarga, serta mendidik anak. Hal tersebut merupakan upaya memberikan perlindungan, pemeliharaan, dan pembinaan keluarga. Mendidik anak dan keluarga nilainya berada dalam satu tingkat dengan berjihad di jalan Allah SWT. Imam Ahmad bin Hanbal menegaskan: “satu di antara sekian banyak jenis berjihad adalah mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan diri dan keluarga.” Allah telah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (Qs.At Tahrim:6)

f. Menyempurnakan akhlak

Dalam pandangan Islam, pernikahan adalah sarana efektif untuk menyelamatkan umat manusia dari dekadensi moral, dan menjaga kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, Rasulullah sangat


(30)

menganjurkan kepada para pemuda untuk menikah: “Barangsiapa diantara kalian telah mampu menanggung beban pernikahan, maka menikahlah. Sebab menikah dapat memejamkan mata dari pandangan yang diharamkan dan memelihara kehormatan dari perzinaan. Barangsiapa belum mampu, hendaklah berpuasa. Sebab puasa dapat mengurango gejolak syahwat.” (HR. Bukhari Muslim)

g. Melahirkan keturunan mulia

Dalam Al Qur’an, Allah berfirman: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak“ (Qs. An Nisa’:1)

Ayat diatas menjelaskan suatu kebijaksanaan yang telah ditetapkan sejak zaman azali, dan merupakan tujuan pokok bagi terciptanya manusia. Sebab itu, Al Qur’an menganggap anak sebagai salah satu diantara dua unsur perhiasan serta kemegahan hidup di dunia. Dua unsur tersebut adalah anak dan harta.

h. Memperbanyak keturunan

Pernikahan yang dilandasi dengan nilai-nilai Islam akan mampu melahirkan generasi yang berkualitas. Sebab pernikahan adalah satu-satunya sarana untuk untuk menciptakan keluarga dan keturunan, serta merupakan fitrah dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia. i. Meraih kesehatan

Pernikahan memberikan perlindungan terhadap generasi muda dari kebiasaan tercela yang dapat menjerumuskan dirinya ke dalam jurang


(31)

kehinaan dan menghindarkan mereka dari bahaya yang mengancam. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani, Rasulullah bersabda: “tujuh orang yang tidak akan pernah dipandang oleh Allah dan tidak akan pernah dibersihkan dosanya. Bahkan Allah memerintahkan kepada mereka: “masuklah ke neraka bersama orang-orang yang masuk kedalamnya.” Mereka adalah pelaku homoseks atau lesbian, orang yang melakukan onani, orang yang menyetubuhi bintang, orang yang menyetubuhi isteri lewat dubur, orang yang menikahi perempuan sekaligus anak tiri, orang yang berselingkuh, dan orang yang menyakiti hati tetangga hingga melaknatinya.”

j. Menegakkan sunnah Rasul

Rasulullah SAW bersabda: “sebagin dari sunnahku adalah menikah. Barangsiapa mencintai aku, maka hendaklah dia menegakkan sunnahku” (HR. Imam Ahmad)

k. Mendidik generasi baru

Pendidikan yang baik adalah sebagai tanda terwujudnya keturunan yang mulia. Sebab yang dimaksud dengan memperbanyak keturunan, bukan sekedar melahirkan anak, kemudian di sia-siakan. Tetapi untuk mewarnai kehidupan dengan unsur-unsur menegakkan prinsip-prinsp keluarga, serta membekali masyarakat dengan suatu sifat yang membangun.


(32)

Disamping dengan tujuan yang pokok, dalam pandangan Islam berkeluarga juga mempunyai dua tujuan yang penting, yakni:27

a. Menjaga nasab. Nasab merupakan mata rantai kehidupan, dari nenek sampai cucu serta keturunan yang dikenal. Allah berfirman dalam surat An Nahl:72, “Dan menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu.”

Dalam pengenalan itulah yang merupakan dasar-dasar dalam penetapan hak-hak dan kewajiban, baik dalam masalah pendidikan, penyusuan, nafkah, serta harta pusaka. Oleh sebab itu, Islam membentengi hal-hal tersebut dengan dinding yang luas dari aturan-aturan yang dipenuhi untuk membangunnya.

b. menjaga harta pusaka.

2. Pembinaan Keluarga Menurut Ajaran Rasulullah SAW

Keluarga merupakan salah satu sendi umat. Apabila keluarga merupakan salah satu sendi umat, maka pernikahan sebagai dasar yang darinya keluarga terbentuk dan berkembang harus diperhatikan.

Perhatian Islam terhadap pembinaan berkeluarga tidak hanya terbatas pada awal terbentuknya sebuah keluarga yang di dalamnya terdapat beberapa personel guna tercapai keluarga yang bahagia dan sejahtera. Islam telah memberikan tuntunan yang bersifat lengkap, transparan, dan detail tentang hubungan antar lawan jenis, perkawinan, dan pembinaan keluarga sakinah. Tuntunan ini terletak dengan jelas

27


(33)

dalam seruan-seruan Allah SWT sebagai wujud kasih sayang-Nya kepada manusia.28

Sebagaimana dalam firman-Nya dalam Qs. An Nuur [24]:31

Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (Qs. An Nuur[24]: 31)

Ayat diatas menguraikan bagaimana Alah swt memberikan tuntunan kepada hamba-Nya agar menikah apabila telah mampu.

28

Cahyadi Takariawan, Pernak Pernik Keluarga Islam (Solo: Era Intermedia, 2005), cet. Ke-5, h. 31


(34)

Adapun penjelasan tentang pembentukan keluarga muslim dijelaskan dalam Firman Allah swt dalam Qs. An Nahl[16]:32











































Artinya: “(yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam Keadaan baik oleh Para Malaikat dengan mengatakan (kepada mereka): "Salaamun'alaikum, masuklah kamu ke dalam syurga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan". (Qs. An Nahl[16]:32)

Berbagai arahan Islam dalam kehidupan sehari-hari tidaklah bermaksud memenjarakan manusia dengan dinding-dinding kejumudan dan keterbelakangan. Bahkan, sebaliknya hal itu dimaksudkan sebagai sebuah penjagaan yang amat kokoh terhadap hak-hak jiwa, kehidupaan, keturunan, harta benda, dan kehormatan.29

Rumah tangga Rasulullah SAW merupakan petunjuk praktis sebuah keluarga yang bahagia dan contoh teladan bagi umatnya dalam membina keluarga sakinah. Hal ini dapat dilihat bagaimana Rasulullah memberikan pengarahan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Dari Ismail bin Muhammad bin Sa’ad bin Abi Waqqash, dari kakeknya, bahwa Rasulullah telah bersabda:

29

Imam Suhirman, Menjadikan Keluarga Bahagia Manajemen Menuju Keluarga Sakinah dan Bimbingan Perkawinan (Bandung: Mefia Istiqomah, 2006), cet. Ke-1, h. 77


(35)

Artinya: “Diantara faktor-faktor kebahagiaan lelaki ada tiga, yaitu isteri salehah, rumah kediaman yang nyaman, dan kendaraan yang baik. Dan diantara faktor-faktor penderitaan seseorang ada tiga, yaitu isteri yang jahat, rumah kediaman yang kumuh, dan kendaraan yang buruk.” (HR. Ahmad Ath Thabrani, Al Bazzar dan Al Hakim)30

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembinaan keluarga sakinah telah diatur islam dan terutuang dalam Al Qur’an dan As Sunnah Rasulullah SAW sebagai contoh tauladan. Islam sudah menata rapi bagaimana membentuk keluarga sakinah yang mawaddah warahmah. Tuntunan Islam dalam membentuk keluarga sakinah diarahkan kepada pelaksanaan didalam keluarga itu sendiri yang menciri khaskan ajaran-ajaran Islam serta adanya keseimbangan hak dan kewajiban masing-masing anggota keluarga.

3. Faktor – Faktor Yang Mendukung Terbentuk Keluarga Sakinah Dalam membentuk keluarga sakinah ada beberapa faktor yang mendukung, diantaranya faktor utama, faktor penunjang dan faktor pemeliharaan, yakni:31

a. Faktor Utama

Dalam faktor utama untuk membentuk keluarga sakinah, dimulai dari pra nikah, pernikahan, dan berkeluarga harus kita mempunyai bekal mental dan ilmu.

30

Muhammad Ali Al Sabouni. Buku Pintar Membina Rumah Tangga (Malaysia: Darul Fikir,2003), Cet. Ke-1, h. 60

31

Hj. Yoyoh Yusroh, Pernikahan Sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah, artikel diakses pada 10 April 2010 dari http://www.dakwatuna.com/2008/pernikahan-sebagai-landasan-menuju-keluarga-sakinah


(36)

Pada faktor utama, hal yang harus dipahami dalam berkeluarga adalah dapat memahami hak suami terhadap istri dan kewajiban istri terhadap suami, namun dengan sebaliknya. Sebab, dalam berkeluarga meraka harus bertanggung jawab terhadap keluarganya.

Saling memahami hak suami terhadap istri dan memenuhi kewajiba isteri adalah faktor yang terpenting dalam menjalani keluarga yang sakinah.

b. Faktor Penunjang

Adapun faktor penunjang, merupakan faktor pembentukan madya setelah dari faktor utama. Diantara dari faktor penunjang adalah:

1) Realistis dalam pendidikan anak

Penanganan Tarbiyatul Awlad (pendidikan anak) memerlukan satu kata antara ayah dan ibu, sehingga tidak menimbulkan kebingungan pada anak. Dalam memberikan ridho’ah (menyusui) dan hadhonah (pengasuhan) hendaklah diperhatikan muatan: a)Tarbiyyah Ruhiyyah (pendidikan mental)

Dalam tarbiyah ruhiyah ini bertujuan agar anak mempunyai nilai tinggi terhadap dunia dan seisinya.

b)Tarbiyah Aqliyyah (pendidikan intelektual)

Muatan dari tarbiyah aqliyyah yang diberikan kepada anak bertujuan untuk mengetahui serta memahami terhadap Islam dan kehidupan yang secara baik.


(37)

c)Tarbiyah Jasadiyyah (pendidikan Jasmani)

Pada tarbiyah jasadiyah, bertujuan untuk anak berbadan kokoh dan kuat.

2) Mengenal kondisi nafsiyyah suami istri

Dalam mengenal kondisi nafsiyyah merupakan hal untuk membentukknya keluarga sakinah. Sebab kondisi nafsiyyah, suami isteri mampu mengemban beberapa beban keluarga. Seperti jiwa harta, waktu serta mendidik.

3) Membina hubungan baik dengan orang-orang terdekat 4) Memiliki keterampilan rumah tangga.

c. Faktor Pemeliharaan

Ini adalah faktor terakhir untuk faktor mendukung dalam membentuk keluarga sakinah. Sebab, jika tidak ada pemeliharaan yang baik dalam berkeluarga maka timbul permasalahan-permasalahan yang membuat keretakan rumahtangga. Oleh karena itu, perlu adanya faktor pemeliharaan, diantaranya adalah:

1) Meningkatkan kebersamaan dalam berbagai aktifitas.

Dalam hal ini suami isteri diajarkan saling gotong royong atau amal jama’i (bekerja sama) untuk membangun keluarga yang bahagia.

2) Menghidupkan suasana komunikatif dan dialogis.

Didalam keluarga perlu adanya komunikasi yang efektif. Disebabkan, banyak terjadinya keluarga yang retak atau bercerai


(38)

karena faktor komunikasi yang kurang efektif. Oleh karena itu, suami isteri harus mempunyai waktu untuk berkomunikasi yang tersendiri.

3) Menghidupkan hal-hal yang dapat merusak kemesraan keluarga baik dalam sikap, penampilan maupun prilaku.

Dalam berpenampilan ataupun perilaku adalah bekal keterampilan dalam berkeluarga. Maksud dari penampilan atau perilaku, adalah baik dari sikap maupun tutur kata.


(39)

33

BAB III

GAMBARAN UMUM RADIO DAKTA 107 FM

A. Profil Murhali Barda

Murhali Barda adalah nara sumber atau konselor pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) di radio DAKTA 107 FM. Ustad Murhali, nama panggilan akrab, sudah mulai bergabung di radio DAKTA pada tahun 1998-n, dia sebagai karyawan serta penyiar. Pada tahun 2005, beliau diangkat menjadi seorang nara sumber atau konselor pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA), yang mempunyai latar belakang pendidikan pesantren Darussalam, Gontor – Jawa Timur.

Ditengah kesibukan menjadi seorang konselor pada program tersebut Ustad Murhali yang lahir di Bekasi, 20 Juni 1973, beliau juga aktif di organisasi masyarakat dan kegiatan sosial serta keagamaan.32

B. Sejarah dan Perkembangan

Radio Dakta didirikan oleh Bapak H. Iman Loebis, sebagai pemilik PT Java Motors yang bercita-cita untuk membangun sebuah radio, sebagai sarana menyebarkan informasi dan dakwah ditengah masyarakat. Pada awal tahun 1991 beliau membeli izin Radio Famor yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat. Setelah melalui berbagai proses administrasi dan persiapan teknis maka dipindahkanlah izin penyiarannya ke wilayah Bekasi dengan tujuan agar daya pancarnya bisa menjangkau wilayah Jabodetabek.

32


(40)

Radio Dakta yang dinaungi oleh PT Radio Nada Komunikasiutama, pada 27 Maret 1992 mengudarakan Radio Dakta dengan format radio informasi digelombang FM 92,15 yang dipancarkan dari Jalan KH Agus Salim Nomor 77 Bekasi Timur. Menyusul adanya penataan frekwensi siaran radio yang dilakukan oleh Departemen Komunikasi dan Informatika, maka sejak 1 Agustus 2004 Radio Dakta pindah gelombang di jalur FM 107.

Dalam perjalanannya Radio Dakta mengalami beberapa kali perubahan format, yaitu beralih ke format radio wanita, radio keluarga hingga akhirnya memantapkan kembali formatnya menjadi radio informasi bernuansa Islami sejak 1 Februari 2005 hingga sekarang.

Sejak awal bersiaran Radio Dakta memang dikenal masyarakat sebagai radio yang telah memberikan kontribusi dan melayani masyarakat luas, khususnya di wilayah Kota dan Kabupaten Bekasi dengan menyajikan format interaktif, edukatif dan solutif. Kini radio Dakta dengan motto Bijak dan Cerdas” berkomitmen untuk memberikan sajian yang mencerdaskan dan mencerahkan bagi pendengar. Kami juga terus membangun kesadaran masyarakat tentang citizen journalism yang memungkinkan bagi pendengar untuk memberikan informasi secara langsung, menyampaikan saran dan keluhan tentang fasilitas dan pelayanan publik serta memberikan tanggapan dan opini mengenai berbagai isu-isu aktual yang sedang menjadi perhatian masyarakat.


(41)

Saat ini, ditengah semakin ketatnya persaingan industri penyiaran, Radio Dakta hingga kini masih tetap eksis melayani pendengarnya dengan beragam program acara yang mengedepankan konten informasi, pendidikan dan dakwah dengan warna yang unik dan berbeda dibandingkan radio-radio lainnya di Jabodetabek. Radio Dakta senantiasa konsisten untuk membangun komunitas pendengar yang produktif, kreatif dan mandiri dengan terus meningkatkan sumber daya manusia yang handal dan professional serta memanfaatkan kemajuan teknologi informasi.33

C. Visi dan Misi

Radio dakta mempunyai visi dan misi, yakni:34 1. Visi:

Menjadi media informasi dan pembelajaran terbaik di Indonesia yang bernafaskan Islam sehingga bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan.

2. Misi:

a. Membangun image sebagai radio pemersatu umat Islam

b. Radio yang memberi referensi ke-Islam-an yang lengkap dan baik c. Mengantarkan kepada kemaslahatan umat

D. Program – program DAKTA 107 FM

Radio DAKTA 107 FM mulai mengudarakan pada pukul 04.30 wib dan menyiarkan program dari pukul 05.45 – 23.00 wib. Pada pukul 04.30

33

Dhani Wahab, Sejarah Radio DAKTA http://www.dakta.com /radio-dakta/3/sejarah-dakta.html yang diakses pada 10 Mei 2010

34 ibid


(42)

menyiarkan adzan subuh dan membaca Al Matsurat, dan dilanjutkan dengan program – program selanjutnya pada 05.45 sampai dengan pukul 23.00 wib.

Program – program Radio DAKTA 107 FM, diantaranya:35 1. Kuliah fajar

Program Kuliah Fajar merupakan program pembuka radio dakta yang menyiarkan kajian subuh yang membahas tentang fiqh, syariah, aqidah, dll. Program tersebut di siarkan setiap hari pukul 04.45 – 05.45dengan berbagai nara sumber pada, yakni:

Senin, Jum’at dan Sabtu : Ust. Agus Muslim Pahlevi Selasa – Kamis : Ust. Abu Himam

Minggu : Ust. Abu Debat

2. Dakta Pagi

Program Dakta Pagi merupakan program yang menyiarkan tentang informasi – informasi internasional, negara, ekonomi, daerah, dll. Program dakta pagi disiarkan pada setiap hari senin – jum’at pukul 05.45 – 09.00 wib.

3. Dakta Siang

Program Dakta Siang merupakan program lanjutan dari program dakta pagi yang menyiarkan tentang informasi – informasi internasional, negara, ekonomi, daerah, dll. Program dakta siang disiarkan dibagi dengan dua waktu yakni:

a. Pukul 09.00 – 12.00 wib, setiap hari senin – jum’at

35

Dhani Wahab, Program Radio DAKTA, http//www.dakta.com/radio-dakta/3/sejarah-dakta.html, yang diakses pada tanggal 24 Mei 2010


(43)

b. Pukul 13.00 – 16.00 wib, setiap hari senin – jum’at 4. Sentuhan Nurani

Program Sentuhan Nurani merupakan program yang Pukul 12.00 – 13.00 wib. Nara sumber:

Senin, Rabu dan Kamis : Ustad Lili Ghozali

Selasa dan Sabtu : Ustad Anwar Anshori Mahdum

Minggu : Ustad Murhali Barda

5. Mutiara Hikmah

Program Mutira Hikmah merupakan program taushiyah untuk pembekalan hidup. Program ini disiarkan setiap hari senin sampai dengan minggu pada pukul 16.00 – 17.00 wib dengan nara sumber, diantaranya:

Senin : Ustad Muhammad Selasa : Ustad Abu Dedat Rabu : Ustad Tarmizi Firdaus Kamis : Ustad Dangau

Jum’at : Ustad Bagus Hernowo Sabtu : Ustad Al Fatah

Minggu : Ustad Abu Himam 6. Dakta Sore

Program Dakta Sore merupakan program yang menyiarkan tentang informasi – informasi internasional, negara, ekonomi, daerah, dll.


(44)

Program tersebut disiarkan pada setiap hari senin – jum’at pukul 17.00 – 20.00 wib.

7. Kajian Malam

Program Kajian Malam adalah program yang menyiarkan tentang berbagai bidang dan tema. Program tersebut disiarkan pada setiap hari senin – jum’at pada pukul 20.00 – 22.00 wib. Program tersebut terbagi kedalam lima program diantaranya:

a. Kajian SAMARA

Kajian SAMARA (Sakinah Mawaddah Warahmah) adalah kajian yang membahas tentang pernikahan dan keluarga. Kajian ini disiarkan pada setiap hari senin dengan nara sumber Ustad Murhali Barda.

b. Kajian Fiqih

Kajian Fiqih merupakan kajian membahas tentang fiqih puasa, fiqih sholat, serta fiqih kontemporer. Kajian tersebut disiarkan pada setiap hari selasa dengan nara sumber Ustad Rofli

c. Kajian Aqidah

Kajian aqidh adalah kajian yang membahas tentang aqidah Islamiyah, program tersebut disiarkan pada setiap hari selasa dengan nar sumber Ustad Rofli.

d. Kajian Ruqyah

Kajian Ruqyah adalah kajian yang membahas tentang ilmu ruqyah, pengobatan cara Rasulullah SAW atau Bekam. Kajian


(45)

tersebut disiarkan pada setiap hari kamis dengan nara sumber Ustad Abu Aqila

e. Kajian FAKTA (Forum Anti Gerakan Permurtadan)

Kajian FAKTA (Forum Anti Gerakan Permurtadan) merupakan kajian yang membahas tentang permurtadan-permurtadan di Indonesia. Program tersebut disiarkan pada setiap hari jum’at dengan Ustad Salimin.

8. Kilas Rehat dan Murotal Al Qur’an

Program Kilas Rehat dan Murotal Al Qur’an merupakan program penutup radio dakta, serta penghantar tidur para pendengar radio dakta. Program tersebut disiarkan pada malam hari setiap hari senin – minggu pukul 22.00 – 23.00 wib.

9. Marathus

Program Marathusaadalah program yang membahas seputar fiqh muslimah. Program tersebut disiarkan pada setiap hari senin – jum’at pukul 12.00 – 13.00 wib dengan nara sumber Ustadzah Ratu Kania. 10. Kabar Sepekan

Program ini merupakan program ringkasan informasi berita dakta pagi, dakta siang, dan dakta sore selama sepekan. Program kabar sepekan disiarkan pada setiap hari sabtu pukul 17.00 – 22.00 wib 11. Tsaqofah


(46)

Program Tsaqofah adalah program pekanan yang membahas seputas tsaqofah islamiyah. Program tersebut disiarkan pada setiap hari minggu pukul 17.00 – 20.00 wib.

12. Getar Kalam

Program Getas Kalam adalah program pekanan yang membahas tentang kehidupan manusia pada setiap hari sabtu pukul 20.00 – 22.00 wib. Nara sumber, Ust. Anwar Anshori Mahdum

13. Jejak Rasul

Program Jejak Rasul merupakan program pekanan yang membahas Sirah Nabawiyah. Pada setiap hari minggu pukul 20.00 – 22.00 wib dengan nara sumber Ustad Murhali Barda.

14. Obrolan Pagi

Program Obrolan Pagi adalah program pekanan yang bersifat interaktif yang berbagai tema. Program tersebut disiarkan pada setiap hari sabtu pukul 05.45 – 09.00 wib

15. Sketsa Pagi

Program Sketsa Pagi merupakan program pekanan yang berbagai tema. Program tersebut disiarkan pada setiap hari minggu pukul 05.45 – 09.00

16. Pustaka

Program Pustaka merupakan program pekanan yang menyiarkan tentang referensi – referensi buku. Program tersebut disiarkan pada setiap hari sabtu pukul 09.00 – 12.00 wib.


(47)

17. Ragam

Program Ragam adalah program pekanan yang membahas tentang berbagai tema, dari mulai tema lingkungan, kresi dan kreatif, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Program tersebut disiarkan pada setiap hari minggu pukul 09.00 – 12.00 wib.

18. Galeri Muda

Program Galeri Muda adalah program yang menginformasikan tentang musik, kekampusan serta keremajaan atau kepemudaan. Program ini disiarkan pada setiap hari sabtu pukul 13.00 siang sampai dengan 16.00 sore. Program Galeri Muda ini juga bisa dikatakan dengan komunitas remaja yang ingin menginformasikan serta layanan interaktif khusus remaja.

19. Aneka Suasana

Program Aneka Suasana merupakan program pekanan yang membahas tentang suasana yang sedang up date. Program tersebut disiarkan pada setiap hari minggu pukul 13.00 – 16.00wib.

E. Program SAMARA

Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) merupakan salah satu bagian dari kajian malam. Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) yang berslogan “Mari membina keluarga yang Sakinah, Mawaddah, Warahmahini menyiarkan yang berisi tentang pernikahan dan pelayanan konseling keluarga, dari mulai permasalahan pra nikah, pasca nikah serta problem keluarga.


(48)

Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) dibentuk pada tahun 1999-n oleh Rahmat Abdullah. Beliau membentuk program ini berdasarkan dari fenomena yang sering terjadi dikalangan sekitar, yang permasalahan keluarga yang semakin memprihatinkan. Program tersebut dibentuk yang bertujuan , yakni:36

1. Membina keluarga yang SAMARA (Sakinah, Mawaddah, Warahmah) 2. Memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar serta mengarahkan

terkait permasalahan keluarga.

Program ini disiarkan tidak mempunyai tema yang ditetapkan. Akan tetapi, program tersebut disiarkan dengan permasalahan yang fenomenal dikalangan keluarga. Permasalahan tersebut diambil dari para pendengar yang menelpon ke radio DAKTA pada waktu kajian SAMARA berlangsung. Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) dilakukan dengan telepon interaktif pada para pendengar radio DAKTA serta menerima melalui pesan singkat atau short message service (SMS).

Program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) disiarkan langsung atau on air setiap seminggu sekali, setiap hari senin malam pada pukul 20.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Akan tetapi, dikarenakan peminat pendengar sangat tinggi serta untuk mem-follow up pada proses konseling di program tersebut radio DAKTA mengadakan kajian SAMARA yang berbentuk off air atau siaran tidak langsung, setiap satu bulan sekali

36


(49)

pada pekan kedua pukul 09.00 sampai dengan 12.00 wib, yang bertempatkan di halaman kantor radio DAKTA.

Dalam program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) yang dilakukan Off Air atau siaran tidak langsung, dapat membentuk kelompok untuk para pendengar atau masyarakat yang ingin membentuk keluarga. Kelompok itu dinamakan “SAMARA CLUB”. SAMARA Club ini berfungsi untuk memberikan edukasi secara jauh mengenai pembentukan keleurga yang sakinah, mawaddah, warahmah.37

37 ibid


(50)

44

Dalam proses teknik konseling keluarga yang digunakan adalah pendekatan client centered therapy atau yang dikenal dengan non – directive. Pendekatan client centered therapy atau non – directive adalah suatu pendekatan yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien.

Ciri – ciri terapi non directive adalah:39

1. Klien harus memecahkan masalahnya agar tercipta kepribadian klien yang terpadu.

2. Sasaran konseling adalah aspek emosi dan perasaan, bukan dari segi intelektual.

3. Titik dari konselingnya adalah keadaan individu termasuk kondisi sosial – psikologis masa kini.

4. Peranan aktif dalam konseling dipegang oleh klien, sedangkan konselor adalah pasif – reflektif.

Dalam proses dan teknik konselin non directive, adalah:

1. Klien merasa nyaman berada bersama konselor, karena konselor tidak pernah merespon negatif.

2. Klien didorong untuk sebanyak mungkin menggunakan kata ganti “saya”.

39


(51)

3. Klien didorong untuk melihat pengalaman-pengalamannya dari sudut yang lebih realistik.

4. Klien mengekspresikan perasaan yang benar-benar ia rasakan. 5. Klien didorong untuk kembali menjadi dirinya.

Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasi masalahnya sendiri. Tetapi oleh karena suatu hambatan, potensi dan kemampuannya tidak dapat berkembang. Sehingga untuk mengembangkan dan mengfungsikan kembali kemampuannya itu, dan klien memerlukan bantuan Bertitik tolak dari anggapan dan pandangan tersebut, maka dalam konseling inisiatif dan peranan utama pemecahan masalah diletakkan dipundak klien sendiri. Sedangkan kewajiban dan peranan utama konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada klien itu berkembang secara optimal, dengan cara menciptakan hubungan konseling yang hangat dan permisif. Suasana seperti itu akan memungkinkan klien mampu memecahkan sendiri masalahnya.

Dalam suasana seperti itu konselor merupakan “agen pembangunan” yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri banyak masuk dan terlibat langsung dalam proses perubahan tersebut. Salah satu prinsip yang penting dalam konselling non direktif adalah mengupayakan agar klien mencapai kematangannya, produktif, merdeka, dan dapat menyesuaikan diri dengan baik.


(52)

Karena teknik konseling non direktif berkisar antara lain pada cara – cara penerimaan pernyataan dan komunikasi, menghargai orang lain, dan memahami klien. Dalam teknik ini diutamakan sifat – sifat konselor, sebagai berikut:40

1. Acceptance, konselor menerima klien sebagaimana adanya dengan segala permasalahannya.

2. Congruence, karakteristik konselor adalah terpadu, sesuai kata dengan perbuatan.

3. Understanding, konselor harus dapat secara akurat dan memahami secara empati dunia klien sebagaimana yang dilihat dari dalam diri klien.

4. Non-judgemental, tidak memberi penilaian terhadap klien, akan tetapi selalu bersifat obyektif.

Akan tetapi, pada pelaksanaan proses konseling teknik – teknik yang digunakan bervariasi, tidak hanya menggunakan teknik non direktif. 41 “Dalam proses konsultasi yang saya gunakan tidak hanya menggunakan teknik non direktif, tetapi apa saja. Dilihat dari segi permasalahan yang ada serta kliennya” ungkap Ustad Murhali Barda.

Dalam teknik konseling sikap konselor diusahakan untuk bisa bermain perannya dengan baik, diantaranya:42

a. Mendengarkan scara aktif

Mendengarkan secara aktif adalah keterampilan yang utama untuk memulainya. Sebab mendengarkan aktif terhadap klien, akan

40

Ibid, h. 101

41

Wawancara Pribadi dengan Ustad Murhali Barda pada tanggal 30 Mei 2010

42 ibid


(53)

menimbulkan rasa nyaman dan merasakan bebas untuk mengungkapkan perasaannya.

b. Fokus dan mengikutinya

Fokus dan mengikutinya adalah awal dari kesuksesan dalam hubungan komunikasi secara efektif.

c. Menggali lebih dalam

Dalam teknik yang ini seorang konselor mengetahui lebih banyak tentang apa yang harus dibicarakan sehingga perlu menggali lebih dalam dari permasalahan klien. Dalam teknik menggali adalah suatu respons yang dilakukan oleh konselor.

d. Mendorong klien

Dalam teknik mendorong klien ini adalah sejumlah respons yag bersifat dukungan atau mendorong klien menhadapi persoalannya. e. Clarification (Klarifikasi)

Klarifikasi ini bertujuan mengindntifikasi perasaannya serta membentuk kembali konflik dan ketidakjelasan pada perasaan dan pikiran terhadap yang disampaikan.

f. Konfrontasi

Teknik konfrontasi bertujuan untuk menyadarkan dan menunjukkan bahwa kontradiktif antara apa yang diucapkannya dengan perilakunya. g. Mengarahkan

Dalam teknik ini adalah teknik motivasi untuk klien, dengan cara pemberian nasihat – nasihat atau berbagai informasi keilmuan.


(54)

h. Refleksi

Teknik refleksi merupakan teknik yan bertujuan untuk mengekspresikan kembali hal –hal yang telah dinyatakan atau dikatakan oleh klien terhadap konselor.

i. Keterbukaan diri A. Study Kasus

Pada studi kasus ini, penulis meneliti tentang proses dan teknik konseling keluarga pada masa pra nikah, pasca nikah dan problem keluarga. Diantaranya;

1. Pra Nikah

Dalam fase pra nikah membutuhkan beberapa bekal muatan yang harus ditekuni, diantaranya adalah:43

a. Mental

Para calon suami atau isteri harus mempunyai bekal mental yang cukup atau pembentuk kepribadian yang baik. Sebab mereka akan memasuki kedunia baru, yakni dunia rumah tangga. Dalam bekal mental ini, mereka akan mempunyai persiapan yang cukup untuk menghadapi tantangan dari bahteranya kehidupan berumah tangga. b. Ilmu atau Ilmiah

Dalam bekal ini, adalah bekal yang amat penting dalam mengahadapi sesuatu, terlebih halnya adalah untuk membentuk keluarga atau rumah tangga yang sejahtera. Pada bekal imiah, mereka

43

Abu Al Aina’, Bagaimana Meraih Mawaddah Warohmah dalam Rumah Tangga, (Solo: Pustaka Amanah,1996) h. 9


(55)

akan mengetahui tentang ilmu pernikahan secara syarit Islam, serta mereka agar mengetahui kedudukan jihad di dalam Islam.

c. Keterampilan

Bekal keterampilan merupakan bekal yang saling meliputi antara bekal ilmu atau ilmiah. Bekal tersebut bertujuan untuk membangun potensi serta membiasakan hidup dalam tolong menolong Jadi, dalam langkah awal untuk melakukan pernikahan atau pembentukan keluarga harus mempunyai mental, ilmu, serta keterampilan dalam berumah tangga.

Dalam hal ini, penulis memberikan memberikan beberapa kasus tentang pra nikah, yakni:44

a. Takut untuk menikah

... (music serta pembukaan acara program samara) ... Yudi (Penyiar) : Assalammu’alikum, SAMARA DAKTA. Lia (Klien) (bukan nama sebenarnya) : Wa’alaikumsalam.... Yudi : Alhamdulillah, dengan ukhti siapa dan dimana? Lia : dengan Lia di Babelan

Yudi : Oke. Ukti Lia, silahkan! Langsung saja. Lia : Assalammu’alaikum, Ustad.

Ust. Murhali (Narasumber) : Wa’alaikumsalam, ukh. Lia apakabar? Apa yang saya bisa bantu? Anda umur berapa?

44


(56)

Lia : Alhamdulillah baik, ustad. Umur saya 23 tahun. Hmm.... begini ustad saya bingung. Saya disuruh menikah dengan ibu saya. saya tidak mau.

Ust. Murhali : kenapa anda tidak mau? Lia : saya takut.

Ust. Murhali : kenapa anda takut?

Lia : ...(diam sejenak) saya mempunyai pengalaman pribadi yang membuat takut untuk menikah. (menangis). Ketika saya masih kecil, ibu dengan ayah saya selalu bertengkar, terkadang ayah selalu memukul ibu dan pergi dari rumah. Pada saya berumur 7 tahun, akhirnya orangtua saya bercerai. (menangis). ...(diam sejenak) makanya, sampai saat ini saya masih takut untuk menikah. Saya takut nanti saya diperlakukan seperti ibu saya dahulu. Tapi ustad, saya anak tunggal sedangkan ibu saya sudah tua. Jadi, saya bingung. Disatu sisi umur saya mencukupi untuk berkeluarga, disastu sisi saya takut untuk berkeluarga. Ust. Murhali : tetapi anda ingin menikah?

Lia : ...(diam sejenak) mau, ustad. Tetapi saya takut. Bagaimana? (menangis)

...tut.tut.tut....

Yudi : hallo ukhti lia... (bertanya). Ya... ustad telponnya terputus. Oke, ustad. Langsung dijawab saja.

Ust. Murhali : oke. Ukhti lia nan sholihat.. sebenarnya pernikahan bukanlah suatu permasalahan. Akan tetapi menikah adalah jenjang yang


(57)

harus dilalui dalam kondisi apapun dan bagaimanapun, itu adalah sunnatullah yang tidak mungkin diganti dengan cara apapun. Bila Rasulullah SAW menganjurkan agar berpuasa, itu hanyalah solusi sementara, ketika kondisi memang benar-benar tidak memungkinkan. Tetapi dalam kondisi normal, sebenarnya tidak ada alasan yang bisa dijadikan pijakan untuk menunda pernikahan.

Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati.

Coba anda perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka. Terlebih Allah menjanjikan


(58)

kekayaan suatu jaminan yang luar biasa bagi mereka yang bertakwa kepada-Nya dengan membangun pernikahan.

Ukhti, permasalahan yang lalu yang kamu alami. Cobalah, kamu mengambil hikmahnya. Dan jangan sampai permasalah itu menggeluti di jiwa anda dan terulang kembali. Pengalaman yang orang tua anda alami, adalah itu sebuah pelajaran. Sekarang, anda bisa membangun keluarga keluarga yang sakinah. Anda sudah belajar dari sebuah pengalaman yang pahit. Wallahu a’lam bishshawab.

Dari permasalahan diatas, yang seorang klien yang ingin menikah tetapi ia takut untuk menikah karena pengalaman orangtua yang ia harus alami, sehingga rasa trauma menggelutinya.

Pada proses konseling tahap awal, yakni membangun komunikasi yang baik antara konselor dengan klien. Sehingga klien merasa nyaman. Tahap selanjutnya, tahap inti. Dimana tahap inti merupakan mengeksplorasikan masalahnya. Pada pengekplorasikan masalah terkait kasus ini, klien sangat kurang mengeksplorasikannya sehingga emosional klien tidak keluar sepenuhnya. Akan tetapi, narasumber sudah bisa memahami permasalahan yang klien hadapi. Pada tahap ini, juga merupakan pemecahan permasalahan klien.

Proses dan teknik konseling yang dilakukan adalah Non Directive, dimana non directive merupakan suatu pendekatan dengan berdialog. Akan tetapi, narasumber atau konselor memodifikasi dengan metode Rational Emotive therapy (RET), yang dimana RET merupakan seorang klien diubah pendangannya terhadap permasalahan tersebut dari yang irrational menjadi rational. Statement


(59)

yang menggunakan metode RET, yakni “Agar pernikahan menjadi solusi alternatif, mari kita pindah dari pengertian “pernikahan sebagai beban” ke “pernikahan sebagai ibadah”. Seperti kita merasa senang menegakkan shalat saat tiba waktunya dan menjalankan puasa saat tiba Ramadhan, kita juga seharusnya merasa senang memasuki dunia pernikahan saat tiba waktunya dengan tanpa beban. Apapun kondisi ekonomi kita, bila keharusan menikah telah tiba “jalani saja dengan jiwa tawakkal kepada Allah”. Sudah terbukti, orang-orang bisa menikah sambil mencari nafkah. Allah tidak akan pernah membiarkan hambaNya yang berjuang di jalanNya untuk membangun rumah tangga sejati. Coba anda perhatikan mereka yang suka berbuat maksiat atau berzina. Mereka begitu berani mengerjakan itu semua padahal perbuatan itu tidak hanya dibenci banyak manusia, melainkan lebih dari itu dibenci Allah. Bahkan Allah mengancam mereka dengan siksaan yang pedih. Melihat kenyataan ini, seharusnya kita lebih berani berlomba menegakkan pernikahan, untuk mengimbangi mereka.”

Setelah pada tahap awal dan tahap inti. Selanjutnya, ke tahap akhir. Yang dimana tahap tersebut mengakhiri proses konseling serta kesimpulan-kesimpulan. Dalam tahap akhir ini, klien di follow up, untuk mengikuti kajian SAMARA serta diikut serta kan kedalam SAMARA CLUB.

b. Boleh atau tidak menikah dengan penzina?

Yudi :Oke ustad. Ini ada SMS dari akh. Ahmad. Saya bacakan. “Assalamu’alaikum Ustadz saya Ahmad (24 tahun) yang hendak menikah. Namun calon istri saya pernah khilaf melakukan perbuatan zinah. Bagaimanakah hukumnya?”


(1)

ilmiah. Karena konselor hanya memberikan arahan dengan permasalahan yang dipertanyakan oleh klien. Jadi, konselor menjawab dengan seperlunya saja.


(2)

75 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Pada proses konseling pada umumnya memiliki tiga tahap, diantaranya tahap awal, tahap inti serta tahap akhir. Tahap awal merupakan tahap yang akan menghasilkan hubungan komunikasi yang baik antara konselor dengan klien agar klien dapat terlibat langsung dalam proses konseling, serta memperjelas masalah dan mengasosikan kontrak konseling.

Kedua, tahap inti. Tahap ini digunakan untuk membantu memahami masalah yang dihadapi klien atau bisa dikatakan dengan eksplorasi kondisi klien, identifikasi masalah dan penyebabnya, serta identifikasi masalah dan pemecahan masalah. Dalam tahap tersebut, konselor akan menggunakan pendekatan-pendekatan yang sesuai dengan permasalahannya.

Selanjutnya, tahap akhir. Tahap tersebut lebih kepada proses konseling, yaitu memberikan kesimpulan-kesimpulan yang mengenai hasil proses konseling.

Pada program sakinah mawaddah wa rahmah (SAMARA) teknik konseling yang digunakan adalah metode pendekatan non directive. Non

directive adalah pendekatan yang berbentuk dialog antara klien dan konselor.

Dalam pendekatan tersebut, klien berkomunikasi dengan konselor melalui telepon, dengan terjadinya feed back atau hubungan komunikasi dengan baik, sehingga klien merasa nyaman. Namun, terkadang program sakinah


(3)

mawaddah wa rahmah (SAMARA) menggunakan pendekatan rational emotif

therapy (RET). Rational Emotif Therapy (RET) merupakan pendekatan

dengan kemampuan mengubah berpikir dari irrational menjadi rational. Karena pada dasarnya, permasalahan itu terjadi disebabkan manusia selalu salah dalam memandang permasalahan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis memberikan saran kepada pihak – pihak terkait sebagai berikut:

1. Radio DAKTA 107 FM

Melihat dari perkembangan media yang semakin berkembang, media elektronik semakin banyak berkembang. Dari mulai media cetak sampai dengan media internet. Dalam media massa, salah satunya adalah radio, cukup berperan dalam berkomunikasi atau memberikan informasi. Jika dilihat dari visi misi radio DAKTA dikembangkan secara luas, maka semakin banyak para pendengar yang akan mengikuti program-program lainnya.

2. Program SAMARA

Melihat fenomena permasalahan yang banyak terjadi di sekitar, sepertinya misi untuk membentuk keluarga yang sakinah mawaddah waraohmah

harus ditingkat kembali secara mendalam. Karena banyak korban yang sudah terjadi dikalangan masyarakat, terutama anak yang menjadi korban tentang permasalahan rumah tangga. Dalam program SAMARA yang disiarkan oleh Radio DAKTA adalah memberikan hal yang positif untuk


(4)

77

masyarakat, terutama bagi para calon berkeluarga maupun yang sudah berkeluarga. Oleh karena itu, dalam SAMARA Club tidak hanya untuk para wanita atau laki-laki mencari jodoh, bahkan bisa dijadikan sharing

bersama dengan para klien lainnya, sehingga bisa dapat membentuk konseling kelompok agar memudahkan follow up dari proses konseling. Serta usahakan, ketika adanya para klien yang hanya bisa share melalui short message service (SMS), usahakan memfollow up nya. Sebab bisa mengetahui permasalahan secara jauh dan kondisi klien.

3. Akademik

Para konselor melakukan kegiatan konseling tidak harus didalam ruangan. Karena zaman semakin berkembang, jadi bisa melakukan kegiatan konseling melalui media-media yang sudah tersedia, seperti halnya di media massa cetak, elektronik yakni radio dan internet.


(5)

78

Abdullah Umar, Ibnu Mahalli. Menyongsong Hidup Baru Penuh Barakah,

Tuntunan Pernikahan Dalam Bingkai Al Qur’an. Yoyakarta: Media Insani,2001

Al Aina’, Abu. Bagaimana Meraih Mawaddah Warohmah dalam Rumah Tangga. Solo: Pustaka Amanah,1996

Baraja,Abubakar. Psikologi dan Teknik Konseling, 3th ed. Bandung: Alfabeta, 2008

Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1981

Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonseia, 3th ed. Jakarta: Balai Pustaka, 2002

Hawari, Dadang. Membina Keluarga Sakinah. Jakarta: Pustaka Antara, 1996 Junaedi, Dedi. Bimbingan Perkawinan, Membina Keluarga Sakinah Menurut Al

Qurán dan As Sunnah, Jakarta: Akademia Presindo, 2001

J. Maleong, Lexy. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2005

Kerlinger, Fred N. Asas-asas Penelitian behavioral. Yogyakarta: UGM Press, 2000

Masduki. Jurnalistik Radio Menata Profesionalisme Reporter dan Penyiar.

Yogyakarta: LKIS, 2006

Mubarok, Achmad. Psikologi Keluarga. Jakarta, Binarena Pariwara, 2005

Rahim Faqih, Aunur. Bimbingan dan Konseling Dalam Islam. Yogyakarta: UII Press Yogyakarta

Sofian Effendi, Masri Singarimbun. Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES, 1983

S.Willis, Sofyan. Konseling Keluarga(Family Counseling), 1th ed. Bandung:Alfabeta, 2009, Cet ke-1

Suhirman, Imam. Menjadikan Keluarga Sakinah Manajemen Menuju Keluarga


(6)

79

Susanto, Eko. “Bimbingan Konseling keluarga”. Artikel diakses pada 10 April 2010 dari http://eko13.wordpress.com/2008/03/18/bimbingan-konseling-keluarga Uchjana Effendi, Onong. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008

Walgito, Bimo. Bimbingan dan Konseling perkawinan. Yogyakarta: Andi, 2000 Yusroh,Yoyoh. “Pernikahan Sebagai Landasan Menuju Keluarga Sakinah”.

Artikel diakses pada 10 April 2010 dari

http://www.dakwatuna,com/2008/pernikahan-sebagai-landasan-munuju-keluarga sakinah/

Takariawan, Cahyadi Pernak Pernik Keluarga Islami. 5th ed. Solo: Era Intermedia, 2005

Yayasan Penerjemah Al Qur’an. Al Qur’an dan Terjemahan. Jakarta: Departemen Agama RI, 1992.