Sejarah DBD Gejala DBD

2.7 Demam Berdarah Dengue DBD

2.7.1 Sejarah DBD

Demam berdarah dengue DBD disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus Arboviroses yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, family Flaviviridae dan mempunyai 4 jenis serotipe yaitu : DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Serotipe DEN-3 merupakan serotype yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinis yang berat Depkes RI Dirjen P2MLP, 2004. Menurut sejarahnya, demam dengue di Indonesia mulai dilaporkan tahun 1977 oleh David Bylon di Batavia. Penyakit ini disebut penyakit demam 5 hari yang dikenal dengan knee trouble atau knokkel kootz. Perkembangannya hingga tahun 1998, penyakit Demam DengueDemam Berdarah Dengue menyerang di Dati II dari 27 propinsi dengan jumlah kasus 65.968 dan kematian 1.275 http:www.kalbe.co.idfilescdkfiles15_ResponImundanDerajatKesakita n.pdf15_ResponImundanDerajatKesakitan.html. Terdapat 3 faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Nyamuk Aedes albopictus, Aedes polynesiensis dan beberapa spesies lain dapat juga menularkan virus dengue namun merupakan vektor yang kurang berperan. Nyamuk aedes aegypti hidup dan berkembang biak pada tempat penampungan air bersih seperti bak mandi, minuman kosong, air tendon, air tempayan atau gentong, kaleng dan ban bekas. Tersebar luas di kota maupun di desa kecuali di wilayah yang memiliki ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut http:www.arthagrahapeduli.orgindex.php?option=com_contentview= articleid=5723Awaspada-demam-berdarah-denguecatid=36 3AkesehatanItemid=66lang=in. Gigitan nyamuk aedes aegypti sendiri tidak membahayakan kesehatan selama tidak terkontaminasi oleh virus dengue.

2.7.2 Gejala DBD

Bentuk klasik dari DBD ditandai dengan demam tinggi, mendadak 2-7 hari, disertai dengan muka kemerahan. Keluhan seperti anoreksia, sakit kepala, nyeri otot, tulang, sendi, mual dan muntah sering ditemukan. Beberapa penderita mengeluh nyeri menelan dengan farings hiperemis ditemukan pada pemeriksaan, namun jarang ditemukan batuk pilek. Bentuk pendarahan yang paling sering adalah uji tourniquet Rumple leede positif, kulit mudah memar dan pendarahan pada bekas suntikan intravena atau pada bekas pengambilan darah Depkes RI Dirjen P2MLP, 2004. Pengobatan DBD bersifat suportif. Tatalaksana didasarkan atas adanya perubahan fisiologi berupa perembesan plasama dan pendarahan. Perembesan plasma dapat mengakibatkan syok, anoreksia dan kematian. Deteksi dini terhadap adanya permebesan plasma dan penggantian cairan yang adekuat akan mencegah terjadinya syok Depkes RI Dirjen P2MLP, 2004.

2.8 Demam Tifoid