Sejarah Globalisasi TEORI DAN SEJARAH GLOBALISASI

B. Sejarah Globalisasi

Sangat sulit menentukan kapan sesungguhnya proses globalisasi itu dimulai. Kalau kita mengacu pada makna harfiahnya yang berarti pengglobalan, sesungguhnya, globalisasi telah berlangsung sejak ribuan tahun silam, yaitu sejak masa awal dari adanya sistem politik dan kemasyarakatan dunia. Tepatnya setelah sistem city state negara kota Athena dan Sparta digantikan oleh berbagai imperium, perluasan imperium itu menandai awal dari proses globalisasi. Imperium-imperium tersebut antara lain adalah Byzantium; Dinasti Tang di China; dan Kekhalifahan Islam. Era globalisasi selanjutnya, adalah ketika masa imperium ini berganti menjadi era kebangkitan Barat, beberapa negara di kawasan Eropa mengalami kemajuan, dan karena kebutuhan mendesak akan bahan-bahan mentah seperti rempah-rempah yang tak tersedia di wilayahnya maka negara-negara Eropa ini melakukan kolonialisasi atau penjajahan ke belahan dunia lain, seperti di kawasan Afrika, Asia, dan Amerika Selatan. Proses pengglobalanglobalisasi dunia ini terus belangsung hingga saat ini melalui berbagai dimensi, baik kultur, ekonomi, maupun politik, dengan memanfaatkan kemajuan di bidang industri dan informasi. Globalisasi dari masa ke masa ini melahirkan paradoks, satu sisi menguntungkan pihak yang memiliki keunggulan dalam berbagai bidang—seperti militer, teknologi, dan industri—dan merugikan pihak yang tidak memiliki keunggulan tersebut. Dari perspektif teori, seperti yang dikatakan Mansour Fakih, bahwa sejarah globalisasi adalah kelanjutan proses sejarah dominasi manusia terhadap manusia lainnya. Proses sejarah dominasi itu pada dasarnya dapat dibagi ke dalam tiga periode formasi sosial. Fase pertama adalah periode kolonialisme, yakni fase perkembangan kapitalisme di Eropa yang mengharuskan ekspansi secara fisik untuk memastikan perolehan bahan baku mentah. Melalui fase kolonialisme inilah proses dominasi manusia dengan segenap teori perubahan sosial yang mendukungnya telah terjadi dalam bentuk penjajahan secara langsung selama ratusan tahun. Proses ini berakhir pada saat terjadinya revolusi negara-negara jajahan segera setelah berakhirnya Perang Dunia II, sekitar enam puluh tahun silam. Fase kedua, yaitu setelah berakhirnya era kolonialisme yang dikenal sebagai era pembangunan atau era developmentalisme. Pada era ini dominasi negara- negara bekas penjajah terhadap bekas koloni mereka tetap dipertahankan melalui kontrol terhadap teori dan proses perubahan sosial mereka, atau dengan kata lain, melalui hegemoni cara pandang dan ideologi. Fase ketiga, yaitu globalisasi yang terjadi menjelang abad duapuluh satu, ditandai dengan liberalisasi segala bidang yang dipaksakan melalui Structural Adjusment Program Program Penyesuaian Struktural 30 oleh lembaga finansial global IMF World Bank, 31 dan disepakati oleh forum GATT General Agreement on Tariffs and Trade atau pada saat sekarang dikenal dengan WTO 30 Structural Adjusment Program SAP adalah resep yang dipaksakan oleh lembaga keuangan internasional IMF World Bank dan WTO kepada negara-negara yang mengalami masalah dalam hal keuangan. Isi dari resep tersebut adalah 1 liberalisasi, 2 deregulasi, dan 3 privatisasi. Lihat A. Tony Prasetiantono, “IMF International Monetary Fund,” h. 119. 31 IMF berdiri pada bulan Juli 1944 di kota kecil Bretton Woods, yang terletak di negara bagian New Hampshire Amerika Serikat. World Bank yang dahulu dikenal dengan International Bank of Reconstruction and Development IBRD juga didirikan pada tahun tersebut oleh negara Amerika, Ingris dan 42 negara lainnya. IMF bertugas di bidang moneter sedangkan World Bank di bidang pembangunan ekonomi. Lihat Ibid., h. 115. World Trade Organization. 32 Sejak saat itulah suatu era baru telah muncul menggantikan era sebelumnya, yaitu globalisasi. Mengenai ketiga fase dominasi tersebut, Fakih menulis: “Secara teoritis sebenarnya tidak ada perubahan ideologi dari ketiga periode zaman tersebut, bahkan semakin bertambah canggih pendekatan, mekanisme, dan sistem yang secara ekonomis berwatak eksploitatif, secara politik berwatak represif, dan secara budaya berwatak hegemonik dan diskursif, dari sebagian kecil elit masyarakat yang dominan terhadap rakyat kecil.” 33 Sesungguhnya, ada perbedaan antara fase pembangunan dan globalisasi, yaitu kalau pada fase pembangunan lebih menekankan pada pertumbuhan ekonomi nasional dan mereka lebih melihat ke dalam negeri sendiri, dalam era globalisasi mereka didorong untuk menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi global, di mana aktornya bukan hanya negara tetapi perusahaan transnasional TNCs dan bank-bank transnasional TNBs, serta lembaga keuangan multilateral seperti Bank Dunia dan International Monetary Fund IMF, serta birokrasi perdagangan regional dan global seperti WTO, Nafta, Apec, ASEAN, dan sebagainya.

C. Aktor-aktor Globalisasi