estrogen telah ditemukan di otak yang mengatur tidur. Penelitian buta ganda menunjukkan bahwa wanita yang diberi estrogen equin
konjugasi memiliki periode ‘rapid eye movement’ yang lebih panjang
dan tidak memerlukan waktu lama untuk tidur. Umumnya sebagian besar responden pernah dan atau sedang
mengalami keluhan badan terasa sangat panas hot flushes dan keringat berlebih dimalam hari, yaitu sebanyak 70 responden 73,7
yang merasakannya dan hanya 25 responden 26,3 yang tidak merasakannya. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Northrup
2006 yang mengatakan bahwa gejolak panas hot flushes adalah keluhan yang paling umum, terjadi sekitar 70 hingga 85 persen dari
semua wanita pramenopause. Secara umum diketahui bahwa efek dari berkurangnya
produksi estrogen
secara mendadak
estrogen withdrawal dapat menginduksi peningkatan aktivitas serotonin,
dopamin dan norepinephrine di hipotalamus sehingga mencetuskan kenaikan set point suhu tubuh. Peningkatan suhu sentral ini akan
diikuti oleh peningkatan laju metabolisme yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer sehingga menghasilkan gejala
panas dan berkeringat Shifren, 2007.
c. Keluhan Urogenital Pada Wanita Menopause Di Kelurahan
Cijantung Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012
Dari hasil penelitian ini dapat dikatakan bahwa keluhan kekeringan vagina banyak dirasakan oleh wanita saat menopause di
Kelurahan Cijantung. Dari 95 responden ada sebanyak 49 responden 51,6 yang merasakannya, dan tidak jauh berbeda hasilnya dengan
yang tidak merasakannya yaitu sebanyak 46 responden 48,4. Beberapa wanita mengatakan bahwa karena keringnya daerah vagina,
mereka terkadang menggunakan pelumas agar tidak sakit saat berhubungan.
Umumnya sebagian besar responden mengalami keluhan seksual, seperti perubahan dalam gairah seksual, aktivitas seksual dan
kepuasan seksual. Dari 95 responden yang menopause ada 31 responden 32,6 yang merasakannya dan 64 responden 67,4
tidak merasakannya. Beberapa dari mereka yang tidak merasakan ada keluhan seksual mengatakan bahwa dengan selalu menjaga hubungan
yang harmonis dalam keluarga, maka keluhan seksual pun tidak akan dirasakan.
Sebagian besar responden tidak ada atau tidak sedang mengalami keluhan pada perkemihan, baik peningkatan frekuensi, kesulitan,
ataupun ketidakmampuan mengontrol buang air kecil. Dari total keseluruhan responden, yaitu 22 responden 23,2 merasakannya dan
73 responden 76,8 tidak merasakannya. Seiring dengan penurunan kadar estrogen, dinding vagina tampak
lebih merah dikarenakan penipisan epitel vagina sedemikian sehingga kapiler-kapiler kecil di permukaan vagina menjadi semakin jelas
terlihat. Semakin banyak epitel vagina yang mengalami atrofi, lama kelamaan dinding vagina justru tampak semakin pucat akibat
berkurangnya vaskularisasi di daerah tersebut Curran, 2009. Atrofi menyebabkan otot penyangga uretra dan kandung kemih menjadi
lemah. Hilangnya tonus otot utetra karena menurunnya kadar estrogen, akibat terjadinya gangguan penutupan uretra dan perubahan pola aliran
urine menjadi tidak normal sehingga fungsi kandung kemih tidak dapat dikendalikan inkontinensia urine dan mudah terjadi infeksi pada
saluran kemih bagian bawah Shimp Smith, 2000. Menurut Kasdu 2004, gangguan seksual terjadi karena
penurunan kadar estrogen yang menyebabkan vagina menjadi atrofi, kering, gatal. Panas, dan nyeri saat aktifitas seksual disparenia
karena setelah menopause sekresi vagina berkurang. Disamping itu dinding vagina menjadi tipis, elastisitasnya berkurang dan menjadi
lebih pendek serta lebih rendah, akibatnya terasa tidak nyaman dan nyeri selama aktifitas seksual.
D. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Keluhan
Saat Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Cijantung 2012
Dari tabel 5.5 sebelumnya diketahui bahwa sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan cukup yaitu sebesar 49,5, sedangkan yang
lainnya berada pada tingkat pengetahuan kurang 32,6 dan baik 17,9. Pada variabel tingkat pengetahuan ini didapatkan hasil analisa Chi-
Square menunjukkan bahwa dari 93 responden ada sebanyak 58,1 responden memiliki pengetahuan kurang dengan keluhan berat, dan 41,9
dengan keluhan ringan. Pada tingkat pengetahuan cukup, responden dengan
keluhan ringan sebanyak 77,8 dan keluhan berat sebanyak 22,2. Sedangkan 82,4 yang mempunyai pengetahuan baik tentang menopause
disertai keluhan ringan dan 17,6 dengan keluhan berat. Secara statistik didapatkan nilai p 0,002
α 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang
menopause dengan keluhan yang dialami seseorang saat menopause. Dari hasil ini yang tergambar bahwa semakin cukupnya pengetahuan seseorang
tentang menopause, maka keluhan yang dialaminya akan semakin ringan pula saat menopause.
Marlin 2006 dalam penelitiannya menemukan, terdapat hubungan antara kesiapan wanita menghadapi klimakterium dengan keluhan yang timbul
saat klimakterium dengan nilai p value 0,046. Penelitian yang dilakukan oleh Rahmayanti 2005, menghasilkan pernyataan yang serupa, bahwa terdapat
hubungan yang bermakna pada variabel pengetahuan p value: 0,009, sikap p value : 0,017 dengan tindakan preventif ibu menjelang menopause. Dapat
disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang klimakteium akan mempengarihi tindakan preventif wanita menjelang menopause. Indriani
2007 menambahkan, terdapat perbedaan sikap wanita dalam menghadapi masa klimakterium dilihat dari pengetahuan tentang menopause pada taraf
kepercayaan 95. Green 1980 mengatakan bahwa untuk membentuk suatu perilaku
diperlukan 3 faktor, yaitu predisposisi faktor pendukung, faktor pemungkin dan faktor penguat. Penelitian ini berfokus pada salah satu faktor, yaitu factor
pendukung yaitu pengetahuan. Menurut Notoatmodjo 1997, makin tinggi
tingkat pengetahuan seseorang, maka makin kompleks dan komprehensif pula informasi yang dimilikinya. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang akan
menghambat perilaku dan respon terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan. Hasil penelitian dengan 93 responden ini deketahui bahwa sebagian
besar responden cukup mengetahui tentang menopause, seperti pengertian, tanda dan gejala, penyebab, akibat yang ditimbulkan, faktor-faktor yang
mempengaruhinya, terapi, dan cara hidup sehat menghadapi menopause. Terlihat dari 20 pertanyaan yang terdapat pada kuisioner pengetahuan tentang
menopause sebagian besar menjawab cukup benar. Hal ini menggambarkan tingkat pengetahuan wanita menopause di kelurahan Cijantung berada pada
tingkat pengetahuan yang cukup. Tingkat pengetahuan yang cukup ini dikarenakan sebagian besar wanita menopause yang berpendidikan menengah
sehingga pengetahuan dan pemahaman mereka tentang menopause lebih luas dan mendalam.
Tingkat pendidikan juga mempengaruhi seseorang dalam pengembangan nalar dan analisa Pusdinakes, 1997. Dengan daya nalar yang baik akan
memudahkan untuk meningkatkan pengetahuan. Responden sebagian besar berpendidikan dasar dan keduanya adalah menengah. Dengan tingkat
pengetahuan yang cukup, maka pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki juga akan cukup sesuai. Cukup aktifnya lembaga kesehatan dalam
memberikan penyuluhan kesehatan terutama tentang menopause di kelurahan Cijantung merupakan salah satu faktor yang melatarbelakangi responden
memiliki tingkat pengetahuan yang cukup tersebut. Pengetahuan merupakan salah satu pendorong seseorang untuk merubah perilaku atau mengadopsi
perilaku baru. Pengetahuan tentang menopause merupakan faktor yang menentukan seseorang tersebut dapat berperilaku sehat saat menopause,
sehingga dengan wanita perilaku sehat saat menopause maka kualitas hidupnya pun akan tinggi dan bahagia.
Menopause adalah proses alami yang tidak dapat ditolak oleh setiap wanita yang memasuki usia paruh baya. Berbagai keluhan yang menyertai
masa menopause seperti keluhan fisik maupun psikis tentu saja bisa dicarikan solusinya. Mengingat usia harapan hidup perempuan Indonesia cukup tinggi,
kualitas hidup yang baikpun penting untuk dipelihara Indriani, 2007. Menurut data hasil sensus penduduk Indonesia oleh Badan Pusat
Statistik BPS pada tahun 2005 memproyeksikan, sebanyak 5.846.000 perempuan Indonesia dari total penduduk tahun 2010 memasuki masa
menopause per tahunnya. Usia harapan hidup untuk perempuan umumnya lebih panjang dibandingkan laki-laki, yaitu 66,2 tahun untuk laki-laki dan 70,2
tahun untuk perempuan pada tahun 2005 Menegpp, 2010. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, proporsi perempuan lanjut usia lansia
juga mengalami peningkatan. Maka harus dipikirkan cara yang tepat agar bisa melalui kehidupan yang bermutu.
Adanya keluhan-keluhan yang dialami wanita menopause seperti nyeri kepala, berdebar-debar, vertigo, keringat berlebihan, dan nyeri di persendian.
Secara psikis juga terjadi gangguan, biasanya berupa mudah marah, gelisah, cemas, depresi, sulit konsentrasi, dan kompulsif. Semua itu kerap menjadi
momok bagi perempuan. Sesungguhnya semua hal yang tampak buruk itu sangat mungkin untuk diubah. Sehat dan menarik sepanjang masa tetap bisa
dinikmati kaum perempuan, selama mereka mau bergaya hidup sehat sejak muda. Menghindari pola hidup sembarangan, dan mulailah memilih hanya
menu beragam dengan gizi seimbang, rutin berolahraga, dan selalu berpikir positif Indriani, 2007.
Pertambahan umur tak bisa dihambat dan akibatnya jelas tak bisa dihindari. Perlu dibuka kesadaran baru untuk bisa menerima dengan ikhlas
penurunan fungsi tubuh secara menyeluruh. Diperlukan juga informasi- edukasi yang tepat untuk bisa menerima dengan wajar penuaan yang
dialaminya. Kompensasinya mulai membuka lembaran baru yaitu menyusun program yang tidak hanya berorientasi pada kegiatan fisik semata. Misalnya
aktif mengikuti pertemuan-pertemuan kajian agama, menyibukkan diri pada kegiatan sosial, menjalin keakraban dengan anggota keluarga dan sebagainya
Indriani, 2007. Banyak perempuan yang tidak menyadari dirinya menopause karena
tidak memiliki informasi dan pengetahuan yang cukup tentang menopause. Akhirnya untuk menghilangkan gangguan yang dirasakan, mereka
mengobatinya secara simtomatis. Artinya, mereka minum obat pusing karena merasa pusing. Minum obat pegal karena seluruh badan terasa pegal dan
minum obat tidur karena sulit tidur. Padahal, segala keluhan itu muncul karena tubuh sudah tidak memproduksi hormon estrogen lagi. Menopause bukan
semata-mata urusan perempuan usia lanjut. Sebaiknya setiap wanita mencari tahu seluk-beluk menopause sejak masih muda. Pengetahuan lebih tentang
menopause akan membantu kita untuk dapat menyiapkan diri dan dapat bersikap serta bertindak tepat dalam melakukan pencegahan terjadinya