Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause dengan Keluhan Wanita saat Menopause Di Kelurahan Cijantung Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012

(1)

TENTANG MENOPAUSE DENGAN KELUHAN

WANITA SAAT MENOPAUSE DI KELURAHAN

CIJANTUNG KECAMATAN PASAR REBO

JAKARTA TIMUR TAHUN 2012

Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) Pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :

NURNINGSIH

108104000033

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH JAKARTA

1433 H / 2012 M


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

v

Nama : Nurningsih

Tempat, Tgl. Lahir : Brebes, 03 April 1989

Alamat : Desa Sarireja 01 Blok Masjid Rt/Rw: 04/02 Tanjung Brebes Jawa Tengah 52254 No. Telp/HP : 085711393720

E-mail : nongtsee@yahoo.co.id

Nama Orang Tua

Ayah : Rasim Ibu : Tariah Riwayat Pendidikan

1996 – 2002 : SDN 1 Sarireja, Tanjung, Brebes, Jawa Tengah 2002 – 2005 : MTs Al-Ikhlas Putri, Kuningan, Jawa Barat 2005 – 2008 : MA Al-Ikhlas Putri, Kuningan, Jawa Barat 2008 – sekarang : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengalaman Organisasi 2007 – 2008

- Ketua Organisasi Pengurus Pondok Modern (OPPM) Al-Ikhlas Putri

- Staf Pembina Pramuka GUDEP 10164


(7)

2009 – 2010 : Anggota Departemen Kemahasiswaan BEMJ PSIK 2009 – 2010 : Bendahara Komisariat Dakwah FKIK

2010 - 2011 : Anggota Departemen Sosial Masyarakat Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) UIN

2011 – sekarang : Anggota Generasi Baru Indonesia (GENBI) UIN Penerima Beasiswa Bank Indonesia

2011 – sekarang : Sekretaris Relawan Lembaga Kemanusiaan ESQ 165 Jakarta

Pelatihan Dan Seminar Yang Diikuti

1. ESQ Leadership Training For Basic Training

2. Pelatihan Medis Relawan Lembaga Kemanusiaan ESQ 3. Pelatihan Jurnalistik Lembaga Kemanusiaan ESQ 4. Pelatihan Outbound Lembaga Kemanusiaan ESQ

5. Cultural Approach In Holistic Nursing Care In Globalization Era

6. Simposium Nasional “Perspektif Islam dalam Membangun Karakter Bangsa Pada Era Milenium Kesehatan”

7. Seminar “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah”

8. Seminar Kesehatan Nasional “Combat Antimicrobial Drugs Resistance”

9. Seminar Nasional Keperawatan “Uji Kompetensi Nasional Perawat:

Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi Tantangan Global”


(8)

Masyarakat”

11. Seminar Sehari “Tatalaksana Terkini Miokardial Infark (MCI) dan Interpretasi EKG”

Prestasi Yang Pernah Diraih :

1. Juara II MTQ Anak-Anak Putri Peringatan HUT RI Desa Sarireja

2. Juara I Lomba Pidato Bahasa Arab Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas Putri 3. Juara II Lomba Pidato Bahasa Inggris Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas

Putri

4. Juara Umum Santri Berprestasi Pondok Pesantren Modern Al-Ikhlas Putri 5. Kakak Pembimbing Terbaik dalam Student Character Building (SCB) FKIK

UIN

6. Finalis Lomba Karya Tulis Kesehatan Islam II (LKTKI II)

7. Finalis Lomba Karya Tulis Ilmiah Nasional “Peran Perawat Dalam Sistem Penanggulangan Kegawatdaruratan Terpadu”


(9)

vi

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Skripsi, Oktober 2012

NURNINGSIH, NIM: 108104000033

Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause dengan Keluhan Wanita saat Menopause Di Kelurahan Cijantung Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012

xx + 98 halaman + 16 tabel + 4 gambar + 5 lampiran ABSTRAK

Menopause dikenal sebagai masa berakhirnya siklus menstruasi pada wanita secara alamiah. Keluhan-keluhan saat menopause baik fisik, psikologis maupun seksual akan dialami oleh wanita yang memasuki masa menopause. Dengan adanya keseimbangan pengetahuan tentang menopause secara menyeluruh, diharapkan keluhan menopause yang timbul pun dapat berkurang dan kualitas hidup mereka pun akan menjadi lebih baik.

Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan keluhan wanita saat menopause. Jenis penelitian deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Populasi adalah perempuan yang memasuki masa menopause dan bertempat tinggal di Kelurahan Cijantung. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah snowballing sampling. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 95 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan angket untuk pengetahuan dan menopause rating scale untuk mengukur keluhan menopause. Uji statistik yang digunakan adalah Chi-square

dengan derajat kepercayaan 95%.

Hasil penelitian didapatkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 31 orang, 18 responden (58,1%) merasakan keluhan berat, 13 orang (41,9%) merasakan keluhan ringan. Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 41 orang, 10 orang (21,3%) merasakan keluhan berat, 35 orang (74,5%) dengan keluhan ringan, dan 2 orang (4,3%) tidak mengalami keluhan. Dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 17 orang, 3 orang (17,6%) merasakan keluhan berat, dan 14 orang (82,4%) merasakan keluhan ringan.

Hasil analisis data diperoleh p-value yaitu sebesar 0,002 (<0,05). Secara statistik menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan tentang menopause dengan keluhan wanita saat menopause di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo (p = 0,002 < 0,05).

Kata kunci : pengetahuan, menopause, menopause rating scale.


(10)

vii

SCHOOL OF NURSING

ISLAMIC STATE UNIVERSITY (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Undergraduated thesis, Oktober 2012 NURNINGSIH, NIM : 108104000033

The Relationship Between Knowledge with Complaint Of Menopause Among Menopause Women at Cijantung Village Pasar Rebo Regency East Jakarta in 2012

xx + 98 pages + 16 tables + 4 charts + 5 attachments ABSTRACT

Menopause was known as the end of menstrual cycle in women naturally. Complaints of menopause such as physical complaint, psychological or sexual will be experienced by women going through menopause. With the balanced of knowledge about menopause, it was expected that complaints of menopause which arising can be reduced and the quality of their life will be better.

The purpose of research is to determine the relationship between the level of knowledge about menopause with complaints of menopause among menopause women. The research used descriptive analytic with cross sectional design. The population was women who entered menopause and living in Cijantung Village. The sampling method used snowball sampling. The sample size were 95 people. Data collecting was using a questionnaire for knowledge and menopause rating scale for measuring the menopausal complaints. The statistical test used was Chi-square with a degree of confidence was 95%.

The result found there are 31 people who have less knowledge, 18 people (58.1%) felt a severe complaint, 13 people (41.9%) felt a mild complaint. While 47 people who have enough knowledge, 10 people (21.3%) felt a severe complaints, 35 people (74.5%) with mild complaints, and 2 people (4.3%) have no complaint. And there are 17 people who have a good knowledge, 3 people (17.6%) felt a severe complaint, and 14 people (82.4%) felt a mild complaint.

The results analysis of data obtained that p-value was 0.002 (<0.05) at 95% confidence level. Statistically stated that there is the relationship between knowledge and complaint of menopause among menopause women at Cijantung Village Pasar Rebo Regency East Jakarta in 2012 (p = 0.002 <0.05).

Key words : knowledge, complaint of menopause, menopause rating scale. Reference : 50 (1995 - 2011)


(11)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap ketulusan hati, skripsi ini kupersembahkan untuk kedua

orangtuaku yang selalu memberi

do’a,

dukungan dan curahan kasih sayangnya


(12)

ix Bismillahirrahmaaniirrahiim

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam sekaligus penjaga hatiku. Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurahkan atas Rasulullah SAW. Beribu syukur atas izinNya-lah skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Keluhan Wanita Saat Menopause di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur Tahun 2012” dapat terselesaikan. Alhamdulillahirabbil ‘Aalamin.

Skripsi ini dibuat dalam memenuhi syarat akhir dari suatu program akademik Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta untuk mendapat gelar S.kep. Penulis banyak mendapatkan dukungan, bantuan, dan motivasi dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Prof. DR (hc). Dr. M. K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Dr. Arif Sumantri, SKM, M. Kes selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


(13)

x

Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Tien Gartinah, M.N selaku Ketua Program Studi IImu Keperawatan (PSIK)

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp, M.Kp, Sp.Mat dan Ibu Nia Damiati, S.Kp, MSN selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikiranya untuk memberikan bimbingan, dukungan, nasehat dan arahan kepada penulis selama menyusun skripsi.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses pembelajaran di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN yang telah banyak membantu dalam menyediakan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.

9. Kepada Bpk. Edi selaku Kepala Lurah Cijantung yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

10. Segenap ibu-ibu RT, kader, dan seluruh responden di Kelurahan Cijantung atas kesediaannya untuk meluangkan waktu membantu kelancaran proses penelitian ini.

11. Orang tua tercinta (Bapak Rasim dan Ibu Tariah) yang tak pernah letih mendoakan, dan memberikan kasih sayang yang tulus serta dukungan tiada hentinya kepada penulis.


(14)

xi

yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti.

13. Sahabat-sahabat terbaik (Dewi Fatimah, Dedeh Suhaidah) yang telah mendukung dan membantu penulis selama proses skripsi berlangsung.

14. Sahabat-sahabat PSIK ’08 yang telah berjuang bersama-sama dalam perkuliahan. 15. Sahabat-sahabat KOMDA FKIK dan Relawan Lembaga Kemanusiaan ESQ

Jakarta yang telah memberikan doa dan motivasinya.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan kesempurnaan itu dapat terbentuk dengan sebuah kritikan dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga rahmat Allah selalu tercurahkan kepada kita semua. Amiin

كی ع اسلاو Jakarta, Oktober 2012


(15)

xii

Halaman

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR SINGKATAN ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang ... 1

B Perumusan Masalah ... 8

C Tujuan Penelitian ... 9


(16)

xiii

E Manfaat Penelitian ... 9

1. Pendidikan Keperawatan ... 9

2. Praktek Keperawatan ... 9

3. Penelitian Keperawatan ... 9

4. Peneliti ... 9

F Ruang Lingkup Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A Pengetahuan ... 11

1. Definisi Pengetahuan ... 11

2. Tingkat Pengetahuan ... 12

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan ... 14

B Menopause ... 17

1. Pengertian ... 17

2. Patofisiologi ... 19

3. Periode Menopause ... 20

4. Jenis Menopause ... 22

5. Kelainan Jadwal Menopause ... 23

6. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Usia Menopause ... 25

7. Pola Hidup Sehat saat Menopause ... 28

C Keluhan Menopause ... 32

D Pandangan Islam tentang Menopause ... 42


(17)

xiv

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL, DAN HIPOTESIS

A Kerangka Konsep ... 47

B Definisi Operasional ... 48

C Hipotesis ... 50

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A Desain Penelitian ... 51

B Identifikasi Variabel ... 51

C Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ... 52

1. Populasi ... 52

2. Sampel ... 52

D Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

E Metode Pengumpulan Data ... 55

1. Pengumpulan Data ... 55

2. Proses Pengumpulan Data ... 55

3. Alat Pengumpulan Data ... 56

F Teknik Uji Instrumen Penelitian ... 59

1. Uji Validitas ... 60

2. Uji Reliebilitas ... 62

G Teknik Pengolahan Data ... 63

H Teknik Analisa Data ... 64


(18)

xv

I Etika Penelitian ... 65

1. Prinsip Etika ... 65

2. Masalah Etika ... 66

BAB V HASIL PENELITIAN A Deskripsi Umum Lokasi Penelitian ……….. 69

1. Data Geografi ... 69

2. Data Demografi ... 69

B Analisis Univariat ... 70

1. Data Demografi Responden ... 70

a. Umur ... 70

b. Tingkat Pendidikan ... 71

c. Status Perkawinan ... 72

d. Status Pekerjaan ... 72

2. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Menopause ... 73

3. Tingkat Keluhan Wanita Saat Menopause ... 74

4. Proporsi Tingkat Pengetahuan Dengan Keluhan Menopause ... 77

C Analisis Bivariat ... 78

BAB VI PEMBAHASAN A Gambaran Data Demografi Responden ... .. 80

1. Umur ... .. 80

2. Tingkat Pendidikan ... .. 80


(19)

xvi

B Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause ... .. 82 C Gambaran Keluhan Responden Saat Menopause ... .. 83 D Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Keluhan

Wanita Saat Menopause ... .. 89 E Keterbatasan Penelitian ... .. 94 F Implikasi Hasil Penelitian ... .. 94 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A Kesimpulan ... 96 B Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA


(20)

xvii

No. Tabel Halaman

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 48

Tabel 4.1 Daftar Blue Print Kuisioner Tingkat Pengetahuan ... 58

Tabel 4.2 Daftar Blue Print Menopause Rating Scale (MRS) ... 59

Tabel 4.3 Validitas Skala Tingkat Pengetahuan ... 61

Tabel 4.4 Validitas Skala Keluhan Menopause (MRS) ... 62

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Responden Di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur 2012 ... 70

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Responden Di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur 2012 ... 71

Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Status Perkawinan Responden Di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur 2012 ... 72

Tabel 5.4 Distribusi Responden Berdasarkan Status Pekerjaan Responden Di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur 2012 ... 72

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Menopause Di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo 2012 ... 73

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Keluhan Menopause Responden di Kelurahan Cijantung Kecamatan Pasar Rebo 2012 ... 74

Tabel 5.6.1 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Psikologis ... 75

Tabel 5.6.2 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Somato-Vegetatif ... 75

Tabel 5.6.3 Distribusi Responden Berdasarkan Keluhan Urogenital ... 76

Tabel 5.7 Distribusi Responden Menurut Proporsi Pengetahuan Responden Dengan Keluhan Saat Menopause ... 77


(21)

xviii

No. Gambar Halaman

Gambar 2.1 Diagram Taksonomi Bloom ... 14

Gambar 2.2 Keluhan Masa Klimakterium ... 42

Gambar 2.3 Kerangka Teori ... 46


(22)

xix

RPJPK : Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan Kemenkokesra : Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional

IgA : Imunoglobulin A IgG : Imunoglobulin G IgM : Imunoglobulin M NO : Nitrit Oksida

SPSS : Statistical Package for Social Science

KK : Kepala Keluarga


(23)

xx Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian

Lampiran 2. Informed Consent Lampiran 3 . Kuesioner

Lampiran 4. Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Lampiran 5. Hasil Analisa Univariat Dan Bivariat


(24)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat 2025 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud (RPJPK, 2009). Sasaran pembangunan kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025 ini adalah meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, yang ditunjukkan oleh indikator dampak yaitu meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 70,7 tahun pada tahun 2008 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025 (Kemenkokesra, 2010).

Berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2005, tercatat jumlah penduduk lansia (60 tahun ke atas) di Indonesia sebanyak lebih dari 15 juta jiwa (tidak termasuk NAD dan Nias) atau sekitar 7 persen dari total penduduk (BPS, 2005). Jumlah tersebut, perempuan lansia ternyata lebih banyak dibandingkan laki-laki, dengan Umur Harapan Hidup (UHH) perempuan umumnya lebih panjang dibandingkan laki-laki, yaitu 66,2 tahun untuk laki-laki dan 70,2 tahun untuk perempuan pada tahun 2005 (Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan, 2010). Permasalahan yang dialami secara umum di Indonesia, sebenarnya tidak lain adalah permasalahan yang lebih didominasi oleh perempuan, salah satunya adalah masalah seputar Menopause.

Menopause merupakan salah satu tahapan kehidupan yang pasti dialami oleh perempuan. Menurut National Institute of Health, Amerika Serikat, dalam Mangoenprasodjo (2004), menopause merupakan tahap akhir proses


(25)

biologi yang dialami perempuan berupa penurunan produksi hormon seks perempuan, yakni esterogen dan progesterone dari indung telur (BKKBN, 2006).

Menurut Gabbie (2006) menopause merupakan fase dalam kehidupan seorang perempuan yang ditandai dengan berhentinya masa subur dan terjadi pada usia rata-rata 51 tahun seperti yang dijelaskan pada buku-buku sejarah yang mengungkapkan bahwa rata-rata usia tersebut tidak berubah setelah berabad-abad. Masa menopause ini terjadi ketika ovarium berhenti memberikan respon terhadap hormon-hormon tertentu dari otak, sehingga pematangan sel telur berhenti secara teratur. Keadaan ini menurunkan kadar esterogen dan progesterone. Penurunan kadar hormon ini menyebabkan keluhan-keluhan menopause (Women’s Health Concern, 2007).

Tahun 2003, jumlah perempuan di dunia yang memasuki masa menopause mencapai 1,2 milyar orang, dimana sekitar 25 juta perempuan di seluruh dunia diperkirakan mengalami menopause setiap tahunnya. Di Asia, masih menurut data World Health Organization (WHO), pada 2025 jumlah perempuan yang menopause diperkirakan akan melonjak dari 107 juta menjadi 373 juta. Sementara itu, survei di negara-negara Asia-Pasifik yang dilakukan April 2008 mencatat, sebanyak 68% perempuan menopause menderita gejala klimakterik, namun hanya 62% dari mereka yang menghiraukan gejala tersebut, dan diperkirakan di tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah perempuan yang hidup dalam usia menopause adalah sekitar 30,3 juta jiwa dari jumlah laki-laki (Fadilah, 2005). Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005


(26)

memproyeksikan, sebanyak 5.846.000 perempuan Indonesia dari total penduduk tahun 2010 memasuki masa menopause per tahunnya.

Berdasarkan data yang diperoleh, sindrom menopause banyak dialami perempuan hampir di seluruh dunia, seperti 70-80% perempuan Eropa, 60% di Amerika, 57% di Malaysia, 18% di China, dan 10% di Jepang dan Indonesia. Hal ini dipengaruhi oleh salah satu faktor yaitu pola makan. Perempuan Eropa dan Amerika mempunyai estrogen lebih banyak dari perempuan Asia. Ketika menopause terjadi, perempuan Eropa dan Amerika mengalami penurunan hormon drastis dibanding perempuan Asia yang kadar estrogennya sedang (Liza, 2009).

Sekitar 40-85 % dari semua perempuan dalam usia klimaterik mempunyai keluhan, baik keluhan fisik maupun psikologis (Manuaba, 2001). Beberapa perempuan mengalami hal ini sebagai masa transisi yang mulus dengan sedikit ketidaknyamanan fisik seperti keluhan kulit keriput (52,3%) dan bertambah berat badan (50,5%). Sedangkan beberapa perempuan lain mengalami banyak gejala yang tidak nyaman atau reaksi fisik negatif (Nirmala, 2003).

Menurut hasil penelitian Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dalam Hardians (2005) bahwa keluhan masalah kesehatan yang di hadapi oleh perempuan menopause yaitu perubahan fisik seperti: keluhan nyeri senggama (93,33%), perdarahan pasca senggama (84,44%), vagina kering (93,33%), dan keputihan (75,55%), gatal pada vagina (88,88%), perasaan panas pada vagina (84,44%), nyeri berkemih (77,77%), inkontinensia urin (68,88%) (Hadrians, dkk, 2005). Perubahan psikologis yang


(27)

muncul meliputi mudah tersinggung, terasa takut, gelisah, lekas marah sebanyak 90%, gangguan tidur 50%, depresi 70% (Glasier, 2006).

Sebagian besar perempuan di Indonesia tidak mengetahui dampak yang bisa timbul saat akan memasuki masa menopause. Ketidaktahuan itu didasari pandangan yang menganggap menopause itu gejala alami. Padahal saat memasuki masa tidak haid itu lagi, perempuan mengalami gejala-gejala seperti gejolak panas (hot flushes) dan keringat pada malam hari, kelelahan, insomnia, kekeringan kulit dan rambut, sakit dan nyeri pada persendian, sakit kepala, palpitasi (denyut jantung cepat dan tidak teratur), dan berat badan bertambah (Women’s Health Concern, 2007). Gejala-gejala menopause tersebut sebenarnya dapat diminimalkan apabila perempuan menopause mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai menopause itu sendiri.

Pengetahuan menurut Notoatmodjo merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Menurut teori WHO (World Health Organization) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Pengetahuan mengenai menopause sangatlah diperlukan oleh perempuan yang akan menghadapi menopause, seperti apa itu menopause, proses terjadinya menopause, gejala-gejala menopause, pola hidup saat menopause, dan terapi-terapi yang dapat dapat digunakan dalam menghadapi menopause. Pengetahuan tentang menopause merupakan faktor penting dalam menentukan respon dan tindakan positif wanita usia menopause, sehingga diharapakan timbulnya keluhan-keluhan saat menopause dapat dikurangi (Indriani, 2007).


(28)

Perlu diingat, sebagaimana siklus kehidupan, seorang wanita tidak bisa menghindari hal itu terjadi. Adanya pergeseran dari fase ke fase dalam kehidupan manusia yang dilalui dengan proses tumbuh kembang seorang anak menjadi remaja kemudian dewasa dan akhirnya menjadi tua. Fase-fase tersebut berjalan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh sang pencipta, tiada seorangpun dapat merubahnya. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Hajj ayat 5, sebagai berikut:

Artinya: Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempurna kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepada kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah kepada kedewasaan, dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan (adapula) diantara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya


(29)

dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila telah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.

Menurut hasil penelitian dari Atik dan Tri tentang hubungan Tingkat pengetahuan tentang gejala-gejala dan cara mengatasi keluhan menopause pada ibu usia dewasa menengah di Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara tahun 2004, mayoritas berada pada tingkat pengetahuan sedang yaitu 37 ibu (55,22%), tinggi 18 ibu (26,87%), dan rendah 12 ibu (17,91%). Hasil penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian Sulastri dan Badriyah (2007) tentang ditemukan bahwa wanita usia 45-50 tahun di RW 05 Kelurahan Pejagan Kabupaten Bangkalan sebagian kecil memiliki pengetahuan cukup yaitu sebanyak 30,2% serta rata-ratabelum siap menerima perubahan pada masa menopause.

Temuan penelitian yang dilakukan oleh Nur Indriani pada tahun 2007, dengan judul “Perbedaan Sikap Wanita dalam Menghadapi Masa Klimakterium Dilihat dari Pengetahuan Tentang Menopause di Desa Kampung Islam Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Bali” diperoleh data dari 60 responden didapatkan bahwa tingkat pengetahuan menopause pada wanita yang menghadapi masa klimakterium di Desa Kampung Islam Kusamba menunjukkan distribusi yang paling tinggi berada pada kategori rendah berjumlah 24 orang dengan prosentase sebanyak 40%. Sedangkan Sikap wanita yang menghadapi masa klimakterium menunjukkan bahwa distribusi yang paling tinggi berada pada kategori sedang berjumlah 23 orang dengan prosentase sebanyak 39%. Hasil akhirnya menunjukkan bahwa


(30)

terdapat perbedaan sikap wanita dalam menghadapi masa klimakterium dilihat dari pengetahuan tentang menopause pada taraf kepercayaan 95%.

Berdasarkan hasil penelitian Eka Fitriasih (2010) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan klimakterium pada wanita kelompok umur 40-65 tahun Binaan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara, yang dilakukan terhadap 60 responden menunjukkan ibu yang mempunyai banyak keluhan sebesar 66,7% dan ibu yang mempunyai sedikit keluhan sebesar 33,3%. Hasil hipotesisnya diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan keluhan klimakterium.

Hasil studi pendahuluan di kelurahan Cijantung pada tanggal 27 Februari 2012, kepada 10 ibu-ibu mengenai pengetahuan tentang menopause dan keluhannya didapatkan hasil 4 orang ibu memiliki pengetahuan yang cukup dan 6 orang ibu memiliki pengetahuan yang kurang dengan rata-rata mereka memiliki keluhan tingkat sedang.

Berawal dari hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Keluhan Menopause di Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo”.

B. Rumusan Masalah

Masalah penuaan tidak lepas dari terjadinya penurunan fungsi organ tubuh termasuk fungsi reproduksi. Organisasi kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa pada tahun 2025 jumlah perempuan yang menopause diperkirakan akan melonjak dari 107 juta menjadi 373 juta sehingga banyak perempuan menopause yang akan mengalami keluhan-keluhan menopause. Menurut data yang tercatat oleh Kantor Kecamatan Pasar Rebo pada


(31)

Desember 2011 bahwa di Kelurahan Cijantung terdapat ±2.500 jiwa perempuan yang memasuki masa menopause dari jumlah total 21.683 jiwa perempuan.

Cijantung yang terletak di Pasar Rebo merupakan salah satu kelurahan yang menempati ranking kedua penduduk terpadat di Pasar Rebo. Semakin meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) perempuan Indonesia menjadi 70,2 tahun pada tahun 2005, maka bertambah pula permasalahan yang harus dihadapi oleh perempuan yaitu menopause. Seiring dengan hal tersebut, perempuan Indonesia akan mengalami keluhan-keluhan menopause yang akan dialaminya. Keluhan-keluhan menopause tersebut sebenarnya dapat diminimalkan apabila perempuan menopause mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai menopause secara menyeluruh sehingga perempuan Indonesia mampu merespon secara positif di usia menopause.

Berdasarkan hasil uraian rumusan masalah dan latar belakang di atas maka peneliti ingin mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Keluhan Menopause di Kelurahan Cijantung, Kecamatan Pasar Rebo”.

C. Tujuan penelitian 1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang menopause dengan keluhan menopause di kelurahan Cijantung.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi umur responden, pendidikan, status perkawinan, dan pekerjaan responden


(32)

b. Mengidentifikasi pengetahuan tentang menopause

c. Mengidentifikasi keluhan-keluhan menopause yang timbul saat menopause

d. Menjelaskan hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan keluhan menopause.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi pendidikan keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan tambahan literatur dan informasi yang bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan maternitas mengenai bagaimana pengetahuan tentang menopause, sehingga mutu dalam bidang pendidikan meningkat. 2. Bagi praktek keperawatan

Memberikan informasi tambahan bagi perawat, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara tepat serta ikut serta dalam penyampaian pendidikan kesehatan pada masyarakat mengenai menopause, sehingga dapat mengantarkan perempuan melalui masa tua mereka dalam keadaan sehat, mandiri, dan mampu berperan aktif dalam masyarakat.

3. Bagi penelitian keperawatan

Memberikan informasi tambahan bagi pengembangan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan tingkat pengetahuan tentang menopause.


(33)

4. Bagi Peneliti

Menambah pengalaman bagi penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat, juga berguna sebagai masukan tentang perubahan masa menopause dan untuk pelaksanaan pelayanan kesehatan kepada masyarakat nantinya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dengan desain

cross sectional yang tujuannya untuk memperoleh informasi tentang hubungan tingkat pengetahuan tentang menopause dengan keluhan menopause. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penelitian ini akan dilakukan di kelurahan Cijantung kecamatan Pasar Rebo selama bulan Juni 2012, dengan responden wanita yang memasuki masa menopause.


(34)

11

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan 1. Definisi

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002), pengetahuan merupakan segala sesuatu yang diketahui; kepandaian; dan segala sesuatu yang diketahui berkenaan dengan hal (mata pelajaran). Pengetahuan

(Knowledge) juga diartikan sebagai hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung dan sebagainya), dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo, 2007).

Secara etimologi pengetahuan berasal dari kata dalam bahasa Inggris, yaitu knowledge. Dalam ensiklopedia of philosophy dijelaskan bahwa definisi pengetahuan adalah kepercayaan yang benar (knowledge is justified true belief). Menurut Sidi Gazalba pengetahuan adalah apa yang diketahui atau hasil dari kenal, sadar, insaf, mengerti dan pandai. Pengetahuan itu adalah semua milik atau isi pikiran dengan demikian pengetahuan adalah usaha manusia untuk tahu (Bakhtiar, 2004).

Pengetahuan tentang menopause dapat diartikan sebagai segala apa yang diketahui dengan menopause. Pengetahuan tentang menopause mencakup bentuk-bentuk antara lain pengertian menopause, jenis


(35)

menopause, faktor-faktor yang mempengaruhi menopause, keluhan-keluhan menopaus, terapi pencegahan, dan pola hidup sehat saat menopause (Mangoenprasodjo, 2004). Menurut Sholehah dalam penelitiannya pada tahun 2003, menjelaskan bahwa pengetahuan tentang reproduksi wanita dan masalah menopause dapat diperoleh dari 2 sumber yaitu formal dan nonformal. Dari segi formal dapat diperoleh melalui program-program pendidikan seperti penyuluhan, seminar dan lain-lain. Dari segi nonformal dapat diperoleh dari pengalaman orang lain/teman dan media massa.

2. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan dalam domain kognitif mempunyai tujuh tingkatan (HL Bloom dalam Notoatmodjo, 2007), yaitu:

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima (Notoatmodjo, 2007). b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar (Notoatmodjo, 2007).


(36)

c. Aplikasi (Application)

Aplikaasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian ke dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

g. Berkreasi (Created)

Kemampuan menyusun unsur-unsur untuk membentuk suatu keseluruhan koheren atau fungsional, mereorganisasi unsur ke dalam pola atau struktur baru, termasuk didalamnya:


(37)

a) Generating (Hipotesa) b) Planning (Perencanaan) c) Producing ( Penghasil)

Gambar 2.1 Diagram Taksonomi Bloom

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi beberapa faktor yaitu:

a. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Pengalaman yang diperoleh seseorang dapat memperluas pengetahuan seseorang.


(38)

b. Tingkat pendidikan

Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih luas daripada orang yang berpendidikan lebih rendah.

c. Keyakinan

Biasanya keyakinan diperoleh secara turun temurun, baik keyakinan yang positif maupun keyakinan yang negatif, tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

d. Fasilitas

Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lainnya.

e. Penghasilan

Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan seseorang. Namun, jika penghasilan seseorang cukup besar maka dirinya mampu untuk menyediakan fasilitas yang lebih baik.

f. Sosial budaya

Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

Berdasarkan penjabaran diatas, dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah domain yang sangat penting dan mendasar untuk terbentuknya tindakan seseorang. Setiap individu berbeda-beda dalam


(39)

proses menginternalisasikan suatu informasi, sehingga tingkat pengetahuannya berbeda-beda juga dan dikategorikan menjadi tingkat pengetahuan tinggi, sedang, dan rendah (Potter & Perry, 2001). Semakin tinggi tingkat kognitif wanita tentang menopause, semakin komprehensif penilaian wanita tentang hal tersebut. Hal ini dapat mengarahkannya kearah perilaku yang positif dalam berespon terhadap terjadinya keluhan-keluhan saat menopause (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Green dalam Notoatmodjo (2007), perilaku seseorang dalam berespon dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:

a. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat, terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (Enabling factors)

Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktik swasta dan sebagainya.


(40)

c. Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan perilaku para petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan.

Pada penelitian ini peneliti hanya akan meneliti satu faktor yang diduga akan mempengaruhi keluhan wanita saat menopause, yaitu faktor pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (1997), makin tinggi tingkat pengetahuan seseorang, maka makin kompleks dan komprehensif pula informasi yang dimilikinya. Sebaliknya, pengetahuan yang kurang akan menghambat perilaku dan respon terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan.

B. Menopause

1. Pengertian Menopause

Menopause berasal dari bahasa Yunani, yaitu kata men yang berarti bulan dan peuseis yang berarti “penghentian sementara”. Sebenarnya, secara linguistik kata yang lebih tepat adalah menocease yang berarti “masa berhentinya menstruasi”. Dalam pandangan medis, menopause didefinisikan sebagai masa penghentian haid untuk selamanya. Biasanya menopause terjadi pada wanita mulai usia 45-55 tahun. Masa menopause ini tidak bisa serta merta diketahui, tetapi biasanya akan diketahui setelah setahun berlalu (Andira, 2010).

Webster’s Ninth New Collegiate Dictionary mendefinisikan menopause sebagai periode berhentinya haid secara alamiah yang biasanya


(41)

terjadi antara usia 45 dan 50 tahun (Kasdu, 2004). Menurut Gebbie (2005) mendefinisikan menopause sebagai periode menstruasi spontan yang terakhir pada seorang wanita dan merupakan diagnosa yang ditegakkan secara retrospektif setelah amenorrhea selama 12 bulan. Menopause terjadi pada usia rata-rata 51 tahun.

Siklus mentruasi dikontrol oleh dua hormon yang diproduksi di kelenjar hipofisis yang ada di otak yaitu Follicle Stimulating Hormone

(FSH) dan Luteinising Hormone (LH), dan dua hormon lagi yang dihasilkan oleh ovarium (estrogen dan progesteron). Saat perempuan berada pada masa menjelang menopause, FSH dan LH terus diproduksi oleh kelenjar hipofisis secara normal. Akan tetapi karena ovarium semakin tua maka kedua ovarium kita tidak dapat merespon FSH dan LH sebagaimana yang seharusnya. Akibatnya estrogen dan progesterone yang diproduksi juga semakin berkurang. Menopause terjadi ketika kedua ovarium tidak lagi dapat menghasilkan hormon-hormon tersebut dalam jumlah yang cukup untuk bisa mempertahankan siklus mentruasi (Andira, 2010).

Kesimpulannya, ketika wanita memasuki menopause kadar estrogen dan progesteron turun dengan dramatis karena ovarium berhenti merespon FSH dan LH yang diproduksi oleh kelenjar hipofisis yang ada di otak. Sebagai usaha agar kedua ovarium dapat berfungsi dengan baik, otak sebenarnya telah mengeluarkan FSH dan LH lebih banyak namun kedua ovarium tidak dapat berfungsi dengan normal. Akan tetapi kecenderungan otak untuk memproduksi lebih banyak FSH memberikan satu keuntungan


(42)

yaitu kadar FSH yang tinggi dapat dideteksi dalam darah atau urin, dan dapat digunakan sebagai tes sederhana untuk mendeteksi menopause (Rebecca and Pam, 2007).

2. Fisiologi Menopause

Sejak lahir bayi wanita sudah mempunyai 770.000-an sel telur yang belum berkembang. Pada fase prapubertas , yaitu usia 8-12 tahun, mulai timbul aktifitas ringan dari fungsi endokrin reproduksi. Selanjutnya, sekitar 12-13 tahun, umumnya seorang wanita akan mendapatkan menarche (haid pertama kalinya). Masa ini disebut sebagai pubertas dimana organ reproduksi wanita mulai berfungsi optimal secara bertahap . pada masa ini ovarium mulai mengeluarkan sel-sel telur yang siap untuk dibuahi.masa ini disebut fase reproduksi atau periode fertile (subur) yang berlangsung sampai usia sekitar 45 tahunan. Pada masa ini wanita mengalami kehamilan dan melahirkan. Fase terakhir kehidupan wanita atau setelah masa reproduksi berakhir disebut klimakterium, yaitu masa peralihan yang dilalui seorang wanita dari periode reproduktif ke periode non-produktif. Periode ini berlangsung antara 5-10 tahun sekitar menopause yaitu 5 tahun sebelum dan 5 tahun sesudah menopause (Kasdu, 2004).

Pada masa premenopause, hormon progesteron dan estrogen masih tinggi, tetapi semakin rendah ketika memasuki masa peri/menopause dan postmenopause. Keadaan ini berhubungan dengan fungsi ovarium yang terus menurun. Semakin meningkat usia seorang wanita, semakin menurun


(43)

jumlah sel-sel telur pada kedua ovarium. Hal ini disebabkan adanya ovulasi pada setiap siklus haid, dimana pada tiap siklus, antara 20 hingga 1000 sel telur tumbuh dan berkembang, sampai matang, yang kemudian mengalami ovulasi, sel-sel telur yang tidak berhasil tumbuh menjadi matang akan mati, juga karena proses atresia, yaitu proses awal pertumbuhan sel telur yang segera berhenti dalam beberapa hari atau tidak berkembang. Proses ini terus menurun selama kehidupan wanita hingga sekitar 50 tahun karena produksi ovarium menjadi sangat berkurang dan akhirnya berhenti bekerja (Kasdu, 2004).

Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya kemampuan ovarium untuk menjawab rangsangan gonadotropin, keadaan ini akan mengakibatkan terganggunya interaksi antara hipotalamus-hipofisis. Pertama terjadi kegagalan fungsi korpus luteum. Kemudian turunya produksi steroid ovarium menyebabkan berkurangnya reaksi umpan balik negative terhadap hipotalamus. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Dari kedua gonadotropin ini yang paling tinggi peningkatannya adalah FSH. Kadar FSH pada masa menopause adalah 30-40 mIu/ml (Sarwono, 2002; Shimp & Smith, 2000).

3. Periode Menopause

Menopause adalah berhentinya siklus haid terutama karena ketidakmampuan sistem neurohumoral untuk mempertahankan stimulasi periodiknya pada sistem endokrin (Potter & Perry, 2005), Baziad


(44)

menyebutkan menopause sebagai perdarahan rahim terakhir yang masih diatur oleh hormon ovarium.

Menurut Sarwono P (2007) ada 4 fase dalam siklus klimakterik, yaitu:

a) Pra-menopause

Fase premenopause adalah fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan jumlah darah haid yang relative banyak, dan kadang-kadang disertai nyeri haid (dismenorea).

b) Perimenopause

Perimenopause merupakan fase peralihan antara pre-menopause dan pascapre-menopause. Fase ini ditandai dengan siklus haid yang tidak teratur. Pada kebbanyakan wanita siklus haidnya >38 hari, dan sisanya <18 hari. Sebanyak 40% wanita siklus haidnya anovulatorik. Meskipun terjadi ovulasi, kadar progesteron tetap rendah. Kadar FSH, LH, dan estrogen sangat bervariasi. c) Menopause

Jumlah folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogen pun berkurang dan tidak terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Oleh karena itu, menopause diartikan sebagai haid alami terakhir, dan hal ini tidak terjadi bila


(45)

wanita menggunakan kontrasepsi hormonal pada usia perimenopause.

Diagnosis menopause ini dibuat bila telah terdapat amenorrhea sekurang-kurangnya satu tahun. Pada umumnya menopause terjadi pada usia 45-50 tahun. Kadar FSH serum lebih dari 30 i.u/l digunakan sebagai diagnosis menopause (Aqila, 2010). d) Pasca Menopause

Ovarium sudah tidak berfungsi sama sekali, kadar estradiol berada antara 20-30 pg/ml, dan kadar hormone gonadotropin biasanya meningkat. Pascamenopause pada umumnya akan terjadi 3 hingga 5 tahun setelah menopause, tahap dimana sebagian besar keluhan menopause telah menghilang.

4. Jenis Menopause

Ada dua jenis menopause (Nadine, 2009), yaitu: 1) Menopause alami

Menopause yang disebabkan menurunnya produksi hormon kelamin wanita, estrogen dan progesteron oleh ovarium. Ini adalah proses perlahan lahan yang biasanya terjadi selama beberapa tahun. Rata-rata wanita untuk mencapai menopause alami atau berhentinya haid adalah 50 tahun (Nirmala, 2003).

2) Menopause karena sebab tertentu

Menopause yang disebabkan intervensi medis tertentu. Misalnya bedah pengangkatan kedua ovarium karena abnormalitas dalam


(46)

struktur dan fungsinya sebelum usia menopause alami, menyebabkan menopause karena pembedahan. Demikian pula obat obat tertentu, radiasi dan kemoterapi (penggunaan agen kimiawi untuk merawat berbagai jenis penyakit, khususnya kanker) bisa juga menyebabkan menopause karena sebab tertentu.

Menopause karena sebab tertentu tidak lazim terjadi pada wanita yang mengalami histerektomi setelah usia menopause alami. Histerektomi adalah istilah yang digunakan untuk pengangkatan rahim dengan pembedahan. Karena ovarium tidak diangkat pada pembedahan tersebut, mereka bisa terus memproduksi hormone wanita. Tapi bila syaraf, dan suplai darah ke ovarium rusak ketika melakukan histerektomi, bisa terjadi menopause karena sebab tertentu.

5. Kelainan Jadwal Menopause

Menurut Sarwono P (2007) ada dua jenis kelainan pada jadwal menopause, yaitu :

1) Menopause premature

Menopause prematur disebut juga dengan menopause dini. Seperti yang telah diuraikan, umumnya batas terendah terjadinya menopause ialah umur 44 tahun. Menopause yang terjadi sebelum usia 40 tahun dapat dikatakan menopause prematur, biasanya pada umur 35-40 tahun sudah berhenti haid, ditandai rasa sakit di kepala, haid tidak teratur, dan kemudian berhenti sama sekali kondisi ini dinamakan “perimenopause”. Faktor-faktor yang menyebabkan menopause


(47)

prematur ialah herediter, gangguan gizi yang cukup berat, penyakit-penyakit menahun, dan penyakit-penyakit- penyakit-penyakit yang merusak jaringan kedua ovarium.

Selain itu bisa disebabkan karena polusi lingkungan seperti gas kendaraan bermotor, asap rokok, asap limbah industri (radikal bebas) (Kumalaningsih, 2008). Penelitian terakhir menunjukkan wanita kembar (dizigot) memiliki peluang empat kali lebih besar daripada wanita pada umumnya untuk mengalami menopause dini. Mungkin terjadi pada salah satu atau kedua wanita kembar (Aqila, 2010).

2) Menopause terlambat

Batas terjadinya menopause umumnya ialah umur 52 tahun. Apabila seorang wanita mendapat haid di atas umur 52 tahun, maka hal ini merupakan indikasi untuk penyelidikan lebih lanjut. Sebab-sebab yang dapat dihubungkan dengan menopause terlambat ialah konstitusional, fibrimioma uteri, dan tumor ovarium yang menghasilkan estrogen.

Menurut Novak, wanita dengan karsinoma endometrium sering dalam anamnesis mengemukakan menopausenya terlambat. Wanita yang mempunyai kelebihan berat badan (obesitas) kemungkinan mengalami keterlambatan menopause karena sebagian besar estrogen dibuat di dalam ovarium, tetapi sebagian kecil dibuat di bagian tubuh lain termasuk sel-sel lemak (Rebecca and Pam, 2007).


(48)

6. Faktor- faktor yang mempengaruhi usia Menopause

Kebanyakan wanita mengalami menopause antara 45-55 tahun. Faktor-faktor yang mempengaruhi usia menopause, diantaranya: 1) Kebiasaan merokok

Wanita yang merokok atau pernah menjadi perokok kemungkinan mengalami menopause sekitar satu setengah hingga dua tahun lebih awal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu zat aktif dalam rokok, yaitu polycyclic aromatic hydrocarbon telah terbukti bersifat toksik terhadap folikel-folikel ovarium. Berbagai penelitian menunjukan adanya hubungan dosis-respons (dose-response relationship) dimana perokok berat mengalami usia menopause yang jauh lebih cepat dibanding perokok ringan dan wanita yang tidak merokok. Secara umum, wanita yang merokok mengalami menopause sekitar dua tahun lebih awal dibandingkan wanita yang tidak merokok (Hardy, 2000).

2) Status gizi

Wanita dengan status gizi yang buruk kemungkinan dapat mengalami menopause dini yaitu menopause yang terjadi di bawah usia 50 tahun biasanya pada usia 35-40 tahun. Sebuah penelitian yang dilakukan pada wanita di Shanghai pada tahun 2008 menemukan bahwa total asupan kalori, lemak dan serat memiliki hubungan dengan usia menopause seorang wanita. Ditemukan juga fakta bahwa konsumsi teh harian dapat memperpanjang durasi masa reproduksi seorang wanita (Dorjgochoo, 2008).


(49)

3) Lemak tubuh

Produksi estrogen dipengaruhi oleh lemak tubuh. Karena itulah wanita yang kurus mengalami menopause lebih awal dibandingkan wanita yang kegemukan. Hasil studi menunjukkan bahwa wanita dengan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih rendah cenderung mengalami menopause pada usia yang lebih cepat, dimana wanita dengan Index Massa Tubuh (IMT) yang rendah beresiko 0,6 kali lebih cepat untuk mengalami menopause. Diasumsikan bahwa jaringan adiposa yang lebih banyak pada wanita obesitas memungkinkan proses aromatisasi androgen yang lebih besar pula sehingga kadar estrogen dalam darah cenderung lebih tinggi. Namun begitu, mekanisme mengenai hubungan Index Massa Tubuh (IMT) dengan usia menopause belum dapat dijelaskan secara pasti dikarenakan hasil penelitian yang mengidentifikasi hubungan ini sering berbeda satu sama lain, karena di sisi lain, obesitas juga dapat memicu inadekuasi fungsi ovarium (Gold & Cooper, 2001).

4) Keturunan

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ibu dan anak perempuannya cenderung mengalami menopause pada usia yang sama. Salah satunya yaitu sebuah studi epidemiologi yang meneliti usia menopause pada sampel multietnik menemukan fakta bahwa usia menopause cenderung lebih cepat pada wanita keturunan Jepang dan Latin (Henderson, 2008).


(50)

Studi lain menemukan adanya riwayat keluarga pada ibu seorang wanita yang mengalami menopause dini (Biela, 2002). Beberapa hasil penelitian telah berhasil mengidentifikasi gen yang turut menentukan usia menopause seorang wanita. Gen tersebut dijumpai pada kromosom 9 quantitative-trait loci. Selain itu, sebuah studi menemukan bahwa pada beberapa wanita dijumpai single nucleotide polymorphism (SNP) yang terletak pada kromosom 19 dan 20 yang telah terbukti berkaitan dengan usia menopause yang lebih awal (Stolk, 2009; Kok, 2005; Voorhuis, 2010).

5) Usia menarche

Menarche adalah usia pertama kali menstruasi. Makin dini menarche terjadi, makin lambat menopause timbul. Sebaliknya makin lambat menarche terjadi, makin cepat menopause timbul. Pada abad ini umumnya nampak bahwa menarche makin dini timbul dan menopause makin lambat terjadi, sehingga masa reproduksi menjadi lebih panjang (Sarwono, 2007). Hal ini mengalami perbedaan pendapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Aina Safitri (2009) di Kelurahan Titi Papan Medan, didapatkan hasil secara statistik dengan nilai p (0,022), dimana hasil ini menunjukkan bahwa ada pengaruh usia menarche terhadap menopause. Dari hasil ini yang tergambar bahwa semakin cepat seorang wanita menarche, maka ia akan semakin cepat memasuki menopause.


(51)

7. Cara Mengatasi Masa Menopause

Gaya hidup yang sehat akan membantu wanita beradaptasi terhadap perubahan-perubahan yang timbul saat menopause (Rebecca and Pam, 2007), gaya hidup sehat tersebut adalah:

a. Menerapkan Pola makan yang sehat

Terdapat sejumlah nutrisi yang sangat penting saat wanita yang mengalami menopause, antara lain:

1) Kalsium, diperlukan penting untuk kekuatan tulang agar tetap kuat dan sehat berhubungan dengan meningkatnya risiko wanita menopause mengalami osteoporosis. Sumber kalsium yang baik antara lain dari produk susu, misalnya susu, keju, yogurt, kuning telur.

2) Vitamin D diperlukan untuk kesehatan tulang dan gigi serta membantu menyerap kalsium dari makanan. Sebagian besar vitamin D diperoleh dari kulit kita yang terpapar sinar matahari, tetapi dalam jumlah kecil akan diperoleh dari makanan yang kita peroleh. Sumber vitamin D yang baik antara lain minyak ikan, ikan sardin, ikan makarel, hati, dan telur.

3) Vitamin, ini akan melindungi wanita menopause dari masalah jantung dan juga dapat mengatasi hot flush (rasa panas) dan berkeringat di malam hari. Dapat diperoleh dari makanan seperti kacang-kacangan, biji-bijian, minyak sayur, dan sereal.

4) Fitoestrogen, fitoestrogen memiliki efek menyerupai estrogen alami yang dapat menurunkan risiko penyakit pada masa


(52)

menopause. Sumber fitoestrogen antara lain diperoleh dari isoflavon yang merupakan salah satu fitoestrogen yang banyak diteliti. Sumber isoflavon dapat diperoleh misalnya kacang merah, kecambah, atau kedelai (olahan kedelai seperti susu, tahu, tempe). Kedelai dapat memperbaiki lipoprotein dalam darah dan dapat menurunkan kadar kolesterol jahat (Aqila, 2010).

5) Royal jelly, adalah bahan makanan yang dihasilkan oleh lebah. Kandungan vitamin royal jelly yang utama adalah B1, B2, B6, C, niasin, dan asam pantotenat. Komponen inilah yang umumnya terkait dengan penggunaan royal jelly dalam pengobatan dan pencegahan penyakit. Para ahli menyatakan bahwa madu maupun royal jelly berkhasiat untuk memelihara kesehatan reproduksi dan memperpanjang usia (Aqila, 2010).

6) Mengkonsumsi makanan yang mengandung serat

Serat penting karena menyerap air dan meningkatkan bakteri yang bermanfaat dalam usus. Proses ini akan membentuk kotoran dalam jumlah besar, dan membuat usus bekerja dengan baik, serta mengurangi resiko penyakit usus besar. Demikian yang terdapat dalam sayuran segar seperti bayam, kentang, kol, dan kacang-kacangan (Nirmala, 2003).

7) Hindari makanan berlemak

Makanan berlemak sering dikaitkan dengan berbagai penyakit, seperti kolesterol, stroke. Seperti daging, sosis, ham, kulit ayam, krim, karena mengandung lemak jenuh hewani. Pilihlah


(53)

makanan yang rendah lemak seperti sayur-sayuran dan buah-buahan (Nirmala, 2003).

8) Batasi konsumsi kafein, konsumsi alkohol, konsumsi garam, konsumsi gula.

Konsumsi atau minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh, cola secara berlebihan terbukti dapat meningkatkan pengeluaran kalsium melalui air seni dan tinja (Kumalaningsih, 2008). Menurut Andira (2010) kafein juga akan meningkatkan potensi hot flushes.

Kurangi asupan garam karena dapat meningkatkan tekanan darah pada sebagian orang yang tekanan darahnya sudah tinggi. Konsumsi garam juga meningkatkan 25% pada orang yang tekanan darahnya masih normal, dan konsumsi garam yang berlebih dapat meningkatkan sekresi kalsium dari tulang sehingga meningkatkan osteoporosis (Aqila, 2010). Kurangi asupan gula baik dalam makanan atau minuman dalam bentuk permen, kue, minuman untuk menghindari diabetes (Nirmala, 2003).

b. Olah raga secara teratur

Alasan penting untuk melakukan olah raga secara teratur adalah menjaga jantung tetap sehat dan meminimalkan risiko terkena penyakit kardiovaskuler. Latihan aerobik ringan seperti jalan kaki, bersepeda, dan berenang dapat menjadi pilihan. Lakukan olah raga ini sedikitnya 30 menit per hari (Aqila, 2010).


(54)

c. Berhenti merokok

Wanita menopause memiliki resiko osteoporosis dan penyakit kardiovaskuler, dan kedua risiko itu akan meningkat lebih tinggi lagi bila wanita tersebut merokok. Berdasarkan penelitian dokter dari Universitas Oslo wanita yang aktif merokok lebih mungkin mengalami menopause dini dibandingkan dengan yang tidak merokok (Aqila, 2010).

d. Jangan ragu konsultasi ke dokter

Jika mengalami keluhan menopause yang sangat mengganggu aktifitas sehari-hari, dapat mempertimbangkan terapi sulih hormon (TSH). Peran TSH secara sederhana adalah mengembalikan kadar estrogen.

e. Akupuntur untuk Menopause

Terapi pengobatan Cina yang merupakan salah satu alternatif yang telah mendapatkan pengakuan dari dunia medis adalah akupuntur dan akupresur. Keduanya telah dipraktekkan secara resmi dibeberapa rumah sakit. Ahli akupuntur akan mencoba dan mengidentifikasi dan menusukkan jarum ke tubuh pada titik tertentu sesuai dengan keluhan yang dirasakan. Secara ilmiah akupuntur dan akupresur telah terbukti meningkatkan kadar hormon endorfin. Hormon ini bekerja seperti heroin sehingga mampu mengurangi rasa sakit, menenangkan saraf, memberikan rasa bugar. Khususnya bagi wanita menopause dapat mengurangi gejolak panas, mengatasi depresi, uring-uringan, dan rasa cemas (Nirmala, 2003).


(55)

f. Ikuti berbagai macam aktivitas (organisasi) yang ada.

Tak ada salahnya jika menjadi aktivis menopause. Selain mengurangi kebosanan dirumah, juga akan mengikuti kelompok atau organisasi para menopause (Andira, 2010). Diantara organisasi-organisasi yang ada seperti International Menopause Society (IMS),

Asia Pacific Menopause Federation (APMF), Persatuan Menopause Indonesia (PERMI) (Aqila, 2010).

C. Keluhan Menopause

Fungsi ovarium yang tidak teratur dan fluktuasi kadar estrogen-bukan defisiensi estrogen-selama menopause menyebabkan wanita sering mengalami beberapa simptom yang secara keseluruhan disebut sebagai sindrom klimakterik. Lebih kurang 70% wanita peri dan pascamenopause mengalami keluhan vasomotorik, depresif, dan keluhan psikis dan somatik lainnya. Berat atau ringannya keluhan berbeda-beda pada setiap wanita. Seiring dengan bertambahnya usia pascamenopause, disertai dengan hilangnya respon ovarium terhadap gonadotropin, simptom yang berhubungan dengan klimakterium juga semakin menurun (Curran, 2009).

Simptom menopause tersebut berupa: a) Simptom Vasomotor

Simptom vasomotor mempengaruhi sampai pada 75% wanita perimenopause. Simptom ini berakhir satu sampai dua tahun setelah menopause pada kebanyakan wanita, tetapi dapat juga berlanjut sampai sepuluh tahun atau lebih pada beberapa lainnya. Gejolak panas (hot


(56)

flushes) merupakan alasan utama wanita untuk mencari pertolongan dan mendapatkan terapi hormon (Shifren, 2007).

Keluhan yang muncul berupa perasaan panas yang muncul tiba-tiba disertai dengan keringat banyak. Keluhan tersebut pertama kali muncul pada malam hari atau menjelang pagi dan lambat laun juga akan dirasakan pada siang hari. Penyebab terjadinya keluhan vasomotorik umumnya pada saat kadar estrogen mulai menurun, dan penurunan ini tidak sampai mencapai kadar yang rendah (Baziad, 2003). Hot flushes dengan kulit kemerahan dimulai dari dada menyebar ke lengan bagian atas, leher dan muka berlangsung beberapa menit yang kemudian akan diikuti dengan keluarnya keringat yang berlebihan (Anwar, 2001).

Selain itu, terjadi pula penurunan sekresi hormon noradrenalin sehingga terjadi vasodilatasi pembuluh darah kulit, temperatur kulit sedikit meningkat dan timbul perasaan panas. Akibat vasodilatasi dan keluarnya keringat, terjadi pengeluaran panas tubuh sehingga kadang-kadang wanita merasa kedinginan. Rata-rata lamanya semburan panas adalah 3 menit dan dapat berfluktuasi antara beberapa detik sampai satu jam. Berapa kali semburan panas yang muncul per harinya berbeda-beda pada setiap individu (Baziad, 2003). Menurut Atikah (2009) Hot Flushes dialami oleh sekitar 75% wanita premenopause sampai menopause terjadi. Kebanyakan keluhan ini dialami selama lebih dari 1 tahun dan 20-25% wanita mengalaminya sampai lebih dari 5 tahun.


(57)

Munculnya keluhan semburan panas akan diperberat dengan adanya stres, alkohol, kopi, dan makanan-minuman panas. Lingkungan sekitar yang panas dapat memperburuk perjalanan keluhan tersebut (Baziad, 2003). Semburan panas juga dapat terjadi akibat reaksi alergi atau pada hipertiroid, oleh karena itu perlu dilakukan tes jika simptom vasomotor bersifat atipikal atau resisten terhadap terapi (Shifren, 2007).

b) Keluhan Somatik

Estrogen memicu pengeluaran β-endorfin dari susunan saraf pusat. Kekurangan estrogen menyebabkan pengeluaran β-endorfin berkurang, sehingga ambang sakit juga berkurang. Oleh karena itu, tidak heran kalau wanita peri/pascamenopause sering mengeluh sakit pinggang atau mengeluh nyeri di daerah kemaluan, tulang, dan otot. Nyeri tulang dan otot merupakan keluhan yang paling sering dikeluhkan wanita usia peri/pascamenopause. Pemberian TSH (terapi sulih hormon) dapat menghilangkan keluhan tersebut (Baziad, 2003). Berdasarkan hasil penelitian Eka Fitriasih (2010) didapatkan bahwa sekitar 86,7% responden mengalami keluhan akibat gangguan jaringan penunjang yaitu nyeri/linu pada persendian.

c) Keluhan Psikis

Steroid seks sangat berperan terhadap fungsi susunan saraf pusat, terutama terhadap perilaku, suasana hati, serta fungsi kognitif dan sensorik seseorang. Dengan demikian, tidak heran bila terjadi penurunan sekresi steroid seks, timbul perubahan psikis yang berat dan


(58)

perubahan fungsi kognitif. Kurangnya aliran darah ke otak menyebabkan sulit berkonsentrasi dan mudah lupa. Akibat kekurangan hormon estrogen pada wanita pascamenopause, timbullah keluhan seperti mudah tersinggung, cepat marah, dan berasa tertekan (Baziad, 2003). Depresi ataupun stress sering terjadi pada wanita yang berada pada masa premenopause. Hal ini terkait dengan penurunan hormon estrogen sehingga menyebabkan wanita mengalami depresi ataupun stress. Turunnya hormon estrogen menyebabkan turunnya neurotransmitter didalam otak tersebut mempengaruhi suasana hati sehingga jika neutransmitter ini kadarnya rendah, maka akan muncul perasaan cemas yang merupakan pencetus terjadinya depresi ataupun stress (Atikah P, 2009).

Gejala psikologis yang sering di jumpai adalah emosi ibu yang menjadi labil, ibu mudah tersinggung, susah tidur, muncul perasaan cemas dan gelisah tanpa sebab yang jelas, kadang murung, dan perasaan mau menangis, tidak bersemangat serta libido menurun (Pramono, 2001). Menurut penelitian Eka Fitriasih pada tahun 2010 di daerah Tanjung Priok bahwa keluhan psikologis yang banyak dirasakan adalah penurunan gairah seksual (75%), mudah marah/tersinggung (63,3%), dan tertekan/depresi sebanyak 56,7%. d) Gangguan Tidur

Gangguan tidur paling banyak dikeluhkan wanita pascamenopause. Kurang nyenyak tidur pada malam hari menurunkan kualitas hidup wanita tersebut. Estrogen memiliki efek terhadap


(59)

kualitas tidur. Reseptor estrogen telah ditemukan di otak yang mengatur tidur. Penelitian buta ganda menunjukkan bahwa wanita yang diberi estrogen equin konjugasi memiliki periode ‘rapid eye movement’ yang lebih panjang dan tidak memerlukan waktu lama untuk tidur (Baziad, 2003).

Kesulitan tidur sepanjang malam dengan atau tanpa gangguan keringat. Kesulitan tidur ini bisa terjadi karena kegelisahan akibat perubahan faal tubuh atau mungkin keinginan BAK yang datang lebih sering dari biasanya. Kesulitan tidur yang dialami wanita akan berakibat buruk pada status kesehatannya, dimana wanita tersebut akan tampak lemah dan pucat (Elisabet, 2005).

e) Fungsi Kognitif dan Sensorik

Kemampuan kognitif, ataupun kemampuan mengingat akan bertambah buruk akibat kekurangan hormon estrogen. Akibat kekurangan estrogen terjadi gangguan fungsi sel-sel saraf serta terjadi pengurangan aliran darah ke otak. Pada keadaan kekurangan estrogen jangka lama dapat menyebabkan kerusakan pada otak, yang suatu saat kelak dapat menimbulkan demensia atau penyakit Alzheimer (Baziad, 2003). Gejala ini terlihat bahwa sebelum menopause wanita dapat mengingat dengan mudah, namun sesudah mengalami menopause terjadi kemunduran dalam mengingat, bahkan sering lupa pada hal-hal yang sederhana, padahal sebelumnya secara otomatis langsung ingat (Kuntjoro, 2002).


(60)

Semakin meningkat usia, maka makin sering dijumpai gangguan seksual pada wanita. Akibat kekurangan hormon estrogen, aliran darah ke vagina berkurang, cairan vagina berkurang, dan sel-sel epitel vagina menjadi tipis dan mudah cedera. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kadar estrogen yang cukup merupakan faktor terpenting untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah vagina dari kekeringan sehingga tidak lagi menimbulkan nyeri saat senggama (Baziad, 2003). Menurut studi yang dipublikasikan pada edisi Juni 2007, American Journal of Obstetrics and Gyinecology, 341 partisipan pramenopause dan pascamenopause dalam uji acak terapi alternatif menopause, 64% melaporkan libido yang berkurang.

g) Gangguan Neurologi

Lebih kurang sepertiga wanita menderita sakit kepala dan migrain. Pada 12% wanita keluhan tersebut muncul menjelang atau selama haid berlangsung. Ini menunjukkan adanya hubungan keluhan tersebut dengan perubahan hormonal. Pada sepertiga wanita, sakit kepala atau migrain akan membaik setelah menopause. Namun, terdapat juga wanita yang keluhan sakit kepala dan migrain justru bertambah berat setelah memasuki usia menopause. Migrain yang muncul berhubungan dengan siklus haid diduga berkaitan dengan turunnya kadar estradiol (Baziad, 2003).

h) Urogenital

Alat genital wanita dan saluran kemih bagian bawah sangat dipengaruhi oleh estrogen. Keluhan genital dapat berupa iritasi, rasa


(61)

panas, gatal, keputihan, nyeri, berkurangnya cairan vagina, dan dinding vagina berkerut. Keluhan pada saluran kemih berupa sering berkemih, tidak dapat menahan kencing, nyeri berkemih, sering kencing malam, dan inkontinensia (Baziad, 2003).

- Vagina

Kekeringan vagina terjadi karena leher rahim sedikit sekali mensekresikan lender. Penyebabnya adalah kekurangan estrogen yang menyebabkan liang vagina menjadi lebih tipis, lebih kering dan kurang elastis. Alat kelamin mulai mengerut, liang senggama kering sehingga menimbulkan nyeri pada saat senggama, keputihan, rasa sakit pada saat kencing. Keadaan ini membuat hubungan seksual akan terasa sakit. Keadaan ini sering kali menimbulkan keluhan pada wanita bahwa frekuensi buang air kecilnya meningkat dan tidak dapat menahan kencing terutama pada saat batuk, bersin, tertawa atau orgasme (Kasdu, 2002). - Saluran Kemih

Kekurangan estrogen menyebabkan atrofi pada sel-sel uretra dan berkurangnya aliran darah ke jaringan. Epitel uretra dan trigonum vesika mengalami atrofi. Matrik yang terdiri dari berbagai jenis kolagen, elastin, fibronektin, dan proteoglikan juga mengalami perubahan. Akibat berkurangnya laju pergantian, pada pascamenopause terjadi peningkatan kadar kolagen dalam jaringan periuretral, sedangkan kadar proteoglikan (asam hialuronid) tidak mengalami perubahan. Perubahan-perubahan ini dan penurunan


(62)

aliran darah menyebabkan berkurangnya turgor dan tonus dari otot polos uretra dan detrusor vesika sehingga mengganggu mekanisme kerja jaringan-jaringan ikat. Akibatnya, pada usia tua mudah terjadi kelemahan pada dasar panggul dan berpengaruh terhadap integritas sistem neuromuskuler (Baziad, 2003).

i) Kulit

Estrogen mempengaruhi kulit terutama kadar kolagen, jumlah proteoglikan, dan kadar air dari kulit. Kolagen dan serat elastin berperan untuk mempertahankan stabilitas dan elastisitas kulit. Turgor kulit dapat dipertahankan oleh proteoglikan yang dapat menyimpan air dalam jumlah besar. Estrogen mempengaruhi aktivitas metabolik sel-sel epidermis dan fibroblas, serta aliran darah (Baziad, 2003).

Perubahan pada kulit dan ekstremitas yaitu adanya gelenyar-gelenyar pada kaki dan tangan yang diakibatkan kurangnya vitamin B12, perubahan kelenturan pembuluh darah dan menipisnya kadar potassium dan kalsium. Juga kondisi kulit kering dan pecah-pecah (Nugroho, 2000).

j) Rambut

Pascamenopause terjadi perubahan terhadap pertumbuhan rambut, yaitu rambut pubis, ketiak, serta rambut di kepala menjadi tipis. Rambut di kepala rontok. Selain itu, estrogen meningkatkan aktivitas enzim tirosinase yang mengkatalisasi sintesis melanin. Oleh sebab itu, kekurangan estrogen dapat menyebabkan aktivitas tirosinase


(63)

menurun sehingga sintesis melanin berkurang yang selanjutnya menimbulkan ubanan pada rambut (Baziad, 2003).

k) Mulut, Hidung, dan Telinga

Seperti pada kulit, kekurangan estrogen juga menyebabkan perubahan mulut dan hidung. Selaput lendirnya berkerut, aliran darah berkurang, terasa kering, dan mudah terkena gingivitis. Kandungan air liur juga mengalami perubahan. Pemberian estrogen dapat mengurangi keluhan tersebut, kandungan zat-zat dalam air liur menjadi normal. IgA, IgG, dan IgM menjadi berkurang. Flora bakteri dalam air liur tidak mengalami perubahan (Baziad, 2003).

Akibat kekurangan estrogen dapat meningkatkan resorbsi tulang dagu (osteoporosis) dan gigi mudah rontok. Selaput lendir mulut seperti halnya juga vagina memiliki kemampuan mensintesis NO yang bersifat bakterisid (Baziad, 2003).

l) Mata

Kekurangan estrogen dapat menyebabkan atrofi kornea dan konjungtiva, serta turunnya fungsi kelenjar air mata. Pemakaian lensa kontak akan mendapatkan kesulitan dalam penggunaannya. Keratokonjungtivitis paling sering ditemukan pada wanita pascamenopause, dan sangat efektif diatasi dengan pemberian estrogen (Baziad, 2003).

Perubahan kadar estradiol pada fase peri/pascamenopause mempengaruhi tekanan intraokuler. Kelihatannya turunnya estradiol serum dapat meningkatkan tekanan bola mata (Baziad, 2003).


(64)

m) Otot dan Sendi

Banyak wanita menopause mengeluh nyeri otot dan sendi. Pemeriksaan radiologik umumnya tidak ditemukan kelainan. Sebagian wanita, nyeri sendi erat kaitannya dengan perubahan hormonal yang tejadi. Pemberian TSH dapat mengurangi keluhan-keluhan tersebut. Hal ini terjadi akibat estrogen meningkatkan aliran darah dan sintesis kolagen. Timbulnya osteoartrosis dan osteoartritis dapat dipicu oleh kekurangan estrogen, karena kekurangan estrogen menyebabkan kerusakan matrik kolagen dan dengan sendirinya pula tulang rawan ikut rusak. Kejadiannya meningkat dengan meningkatnya usia (Baziad, 2003).

n) Payudara

Payudara merupakan organ sasaran utama bagi estrogen dan progesteron. Kekurangan estrogen mengakibatkan involusi payudara. Pada pascamenopause, payudara mengalami atrofi, terjadi pelebaran saluran air susu, dan fibrotik. Saluran air susu yang melebar ini berisi cairan, salurannya menjadi lebar, timbul laserasi, dan payudara terasa sakit (Baziad, 2003).


(65)

Gambar 2.2 Keluhan pada masa klimakterium ( Dari: Pra, peri dan Pasca Menopause. Editor Ali B dkk )

D. Pandangan Islam Tentang Menopause

Menurut Hammasa (2004) menyatakan bahwaseorang wanita pada masa hidupnya secara kronologis melalui tahapan masa bayi, masa kanak-kanak, masa prapubertas, pubertas, pramenopause, menopause, pascamenopause, dan diakhiri dengan masa senium. Fase-fase tersebut berjalan sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh sang pencipta, tiada seorangpun yang dapat merubahnya.

Dalam Islam, dipahami bahwa kehidupan manusia akan mengalami tiga fase, yaitu masa bayi, masa muda dan masa tua, sehingga menopause juga harus dipahami sebagai ketentuan Allah. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT telah berfirman:

Kemudian Kami keluarkan kamu sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah pada kedewasaan dan diantara kamu ada yang diwafatkan dan ada pula di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun, supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dulunya


(66)

“Allah-lah yang mencipatkan kamu dari keadaan lemah, kemudian menjadikan kamu sesudah lemah menjadi kuat, setelah kuat lemah lagi dan

beruban.” (QS.Ar-Ruum: 54)

E. Penelitian Terkait

Berdasarkan hasil penelitian Eka Fitriasih (2010) Faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan klimakterium pada wanita kelompok umur 40-65 tahun Binaan Puskesmas Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara, yang dilakukan terhadap 60 responden menunjukkan ibu yang mempunyai banyak keluhan sebesar 66,7% dan ibu yang mempunyai sedikit keluhan sebesar 33,3%. Hasil hipotesisnya diketahui bahwa ada hubungan bermakna antara umur ibu dengan keluhan klimakterium.

Temuan riset yang dilakukan oleh Nur Indriani pada tahun 2007, dengan judul “Perbedaan Sikap Wanita dalam Menghadapi Masa Klimakterium Dilihat dari Pengetahuan Tentang Menopause di Desa Kampung Islam Kusamba Kecamatan Dawan Kabupaten Klungkung Bali” diperoleh data dari 60 responden didapatkan bahwa tingkat pengetahuan menopause pada wanita yang menghadapi masa klimakterium di Desa Kampung Islam Kusamba menunjukkan distribusi yang paling tinggi berada pada kategori rendah berjumlah 24 orang dengan prosentase sebanyak 40%. Sedangkan Sikap wanita yang menghadapi masa klimakterium menunjukkan bahwa distribusi yang paling tinggi berada pada kategori sedang berjumlah 23 orang dengan prosentase sebanyak 39%. Hasil akhirnya menunjukkan bahwa terdapat


(67)

perbedaan sikap wanita dalam menghadapi masa klimakterium dilihat dari pengetahuan tentang menopause pada taraf kepercayaan 95%.

Kemudian penelitian tentang tingkat pengetahuan yaitu penelitian yang dilakukan oleh Friska.M.B.,dkk, (2010) dengan judul “Hubungan tingkat pengetahuan tentang gejala dan resiko klimakterik dan gaya hidup sehat terhadap tingkat keluhan klimakterik pada wanita premenopause di RW 01 Kelurahan Jaka Mulya Bekasi”. Pada penelitiannya dengan 54 responden terdapat 23 responden (42,6%) dengan tingkat pengetahuan tinggi dan 31 responden (57,4%) berada pada tingkat pengetahuan rendah. Dan didapatkan proporsi hasil bahwa orang yang mengalami keluhan menopause ringan dengan gaya hidup baik sebanyak 19 responden (63,3%) dan gaya hidup buruk sebanyak 11 orang (36,7%). Sedangkan hasil responden yang mengalami keluhan berat dengan gaya hidup baik didapatkan sejumlah 8 orang (33,3%) dan gaya hidup buruk sebanyak 16 orang (66,7%).

Penelitian yang dilakukan oleh Magdelena (2010), yang berjudul “Perbandingan keluhan menopause pada wanita usia 45-55 tahun yang memiliki berat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang memiliki berat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m2) di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur” dimana penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keluhan menopause pada wanita yang memiliki berat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang memiliki berat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m2). Sampel sebanyak 200 wanita berusia 45-55 tahun di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur yang masih memiliki uterus dan ovarium dan tidak menggunakan terapi


(68)

hormonal. Penilaian mencakup Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan pengukuran berat dan tinggi badan dan keluhan menopause dengan menggunakan kuesioner Menopause Rating Scale (MRS). Hasilnya 81 wanita (40,5%) yang berberat badan normal-kurang dan 83 wanita (41,5%) yang berberat badan lebih-obesitas sama-sama memiliki keluhan menopause yang ringan.

Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan keluhan menopause pada wanita usia 45-55 tahun yang memiliki berat badan normal atau kurang (IMT≤ 22,9 kg/m2) dengan yang memiliki berat badan lebih atau obesitas (IMT≥ 23 kg/m2) di Kelurahan Glugur Darat II Kecamatan Medan Timur (p = 0,148).


(69)

BAB III

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL,

HIPOTESIS

A. Kerangka konsep

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teori tentang menopause, menurut teori Lawreence Green and Kreuter (1994) serta modifikasi dari teori Rogers (1970) yang mengidentifikasi bahwa derajat kesehatan terlihat dalam perilaku masyarakatnya (George, 1995). Jika perilaku mereka baik maka dapat menunjang kesehatan tetapi jika perilaku mereka kurang baik, maka akan menurunkan derajat kesehatan dalam komunitas, dimana tujuan keperawatan yaitu untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan, serta mencegah kesakitan.

Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan, maka peneliti menyusun kerangka konsep sebagai berikut :

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan tentang menopause

Keluhan menopause

 Tidak ada

 Ringan


(70)

B. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat ukur Skor Skala

1. Variable independen: Pengetahuan

Hasil dari tahu setelah seseorang melakukan

penginderaan terhadap perihal menopause yang diukur dengan kemampuan

responden dalam menjawab pertanyaan dengan benar tentang :

1) Definisi menopause 2) Tanda dan gejala

menopause

3) Dampak menopause 4) Faktor yang mempercepat

dan memperlambat menopause

5) Terapi menopause 6) Pola hidup sehat saat

Angket Kuesioner dengan jumlah soal 20 pertanyaan. Dinyatakan dengan skala Guttman: 0 : Salah 1 : Benar

Dinyatakan dalam tingkatan: Kurang :

Apabila skor tingkat pengetahuan responden kurang dari 56% dari jawaban yang benar. Cukup :

Apabila skor tingkat pengetahuan responden antara 56%-75% dari jawaban yang benar. Baik :

Apabila skor tingkat pengetahuan responden lebih dari 76% dari jawaban yang benar. (Arikunto, 2006)


(71)

menopause 2. Variabel

Dependen: Keluhan menopause

Gejala-gejala yang dirasakan saat menopause, yang terdiri dari 3 keluhan:

 Keluhan somatis

 Keluhan psikologis  Keluhan vasomotor

Angket Kuisioner

Menopause Rating Scale

(MRS) dengan jumlah 11 pertanyaan: 0 : Tidak ada 1 : Ringan 2 : Berat

Tidak ada keluhan : bila nilai 0

Ringan : Bila total skor antara 1-11

Berat : Bila total skor antara 12-22

(Sihombing, 2010)


(1)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

15.75 14.408 3.796 20

2. Menopause Rating Scale

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0

Excludeda 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.816 11

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 .90 .308 20

P2 .80 .523 20

P3 .95 .686 20

P4 .75 .550 20

P5 .75 .550 20

P6 .75 .550 20

P7 .90 .553 20

P8 1.10 .447 20

P9 .70 .470 20


(2)

Item Statistics

Mean Std. Deviation N

P1 .90 .308 20

P2 .80 .523 20

P3 .95 .686 20

P4 .75 .550 20

P5 .75 .550 20

P6 .75 .550 20

P7 .90 .553 20

P8 1.10 .447 20

P9 .70 .470 20

P10 1.05 .394 20

P11 1.15 .489 20

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P1 8.90 10.200 .418 .809

P2 9.00 9.053 .568 .793

P3 8.85 8.450 .550 .796

P4 9.05 9.418 .413 .808

P5 9.05 9.208 .481 .801

P6 9.05 9.313 .447 .805

P7 8.90 9.042 .532 .796

P8 8.70 9.484 .520 .798

P9 9.10 9.674 .418 .807

P10 8.75 9.987 .391 .809

P11 8.65 9.082 .609 .789

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items


(3)

(4)

(5)

70

OUTPUT DATA BIVARIAT

Crosstabs

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Keluhan

Menopause 95 100.0% 0 .0% 95 100.0%

Pengetahuan * Keluhan Menopause Crosstabulation

Keluhan Menopause

Total

Tidak ada Ringan Berat

Pengetahuan Kurang Count 0 13 18 31

% within Pengetahuan .0% 41.9% 58.1% 100.0%

Cukup Count 2 35 10 47

% within Pengetahuan 4.3% 74.5% 21.3% 100.0%

Baik Count 0 14 3 17

% within Pengetahuan .0% 82.4% 17.6% 100.0%

Total Count 2 62 31 95

% within Pengetahuan 2.1% 65.3% 32.6% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 15.170a 4 .004

Likelihood Ratio 15.568 4 .004

Linear-by-Linear Association 9.750 1 .002

N of Valid Cases 95

a. 3 cells (33.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .36.


(6)

71

Crosstabs Setelah Penggabungan Sel

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengetahuan * Keluhan

Menopause 93 100.0% 0 .0% 93 100.0%

Pengetahuan * Keluhan Menopause Crosstabulation

Keluhan Menopause

Total

Ringan Berat

Pengetahuan Kurang Count 13 18 31

% within Pengetahuan 41.9% 58.1% 100.0%

Cukup Count 35 10 45

% within Pengetahuan 77.8% 22.2% 100.0%

Baik Count 14 3 17

% within Pengetahuan 82.4% 17.6% 100.0%

Total Count 62 31 93

% within Pengetahuan 66.7% 33.3% 100.0%

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Pearson Chi-Square 12.915a 2 .002

Likelihood Ratio 12.709 2 .002

Linear-by-Linear Association 10.358 1 .001

N of Valid Cases 93

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.67.


Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Wanita Pada Masa Klimakterium Tentang Menopause Di Kelurahan Simpang Selayang Medan

1 56 73

Tingkat Keluhan Berdasarkan Menopause Rating Scale pada Wanita Menopause Kelompok Pengajian di Kelurahan Martoba Kota Pematangsiantar Tahun 2015

16 77 66

Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Tingkat Kecemasan Perempuan dalam Menghadapi Menopause di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Pulo Gebang Jakarta Timur

0 26 139

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA TENTANG MENOPAUSE DI DUKUH SOROBAON KELURAHAN JATI Gambaran Pengetahuan Wanita Tentang Menopause Di Dukuh Sorobaon Kelurahan Jati Kecamatan Jaten Kabupaten Karangayar.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN DALAM MENGHADAPI Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Tentang Menopause Dengan Kecemasan Dalam Menghadapi Menopause Pada Ibu-Ibu Di Kelurahan Bulan Kecamatan Wonosari Kabupaten Kla

0 1 16

(ABSTRAK) HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MASA MENOPAUSE DENGAN PERSEPSI KELUHAN MASA MENOPAUSE DI KELURAHAN TLOGOSARI KULON SEMARANG.

0 0 3

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MASA MENOPAUSE DENGAN PERSEPSI KELUHAN MASA MENOPAUSE DI KELURAHAN TLOGOSARI KULON SEMARANG.

0 0 71

  HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG MENOPAUSE DI DUSUN KRESEN BANTUL TAHUN 2012 NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Menopause di Dusun Kresen Bantul Tahun 2012 - DIGILIB UN

0 0 14

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA WANITA PERIMENOPAUSE DI DUSUN SONOPAKIS LOR RT 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Tingkat Kecemasan pada Wanita Perimeno

0 0 11

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG MENOPAUSE DENGAN KECEMASAN WANITA MENJELANG MENOPAUSE DI DESA BOWAN DELANGGU KLATEN NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Menopause dengan Kecemasan Wanita Menjelang Menopause di Desa Bowan Delanggu K

0 0 14