BAB III ORIENTASI ORDE BARU TERHADAP PEMBANGUNAN INDONESIA
A. Hubungan Orde Baru dengan ABRITNI
Orde Baru yang lahir dalam situasi ketidakstabilan politik, ekonomi dan hukum di tanah air yang diakibatkan oleh G30-SPKI yang berdampak pada
kekacauan dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat. Hancurnya perekonomian negara Indonesia pada saat itu disebabkan tingginya tingkat angka inflasi,
sehingga rakyat mengalami kesusahan untuk mendapatkan kebutuhan untuk hidup mereka keseharian.
Dari keadaan perekonomian negara yang tidak stabil inilah, Orde Baru atau era pemerintahan nasional baru yang dimulai dengan kepemimpinan
Soeharto melalui sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara MPRS tahun 1966. Orde Baru dengan pemerintahan baru telah mengkonsepsikan dirinya
sebagai koreksi total terhadap pemerintahan Orde Lama yang lebih cenderung berpihak kepada kalangan kiri Komunis. Sebagai koreksi total terhadap
pembangunan yang telah dipraktikkan oleh Orde Lama, pilihan Orde Baru adalah pembangunan yang berorientasi kepada modernisasi sebagai pilihan strategis yang
memiliki dua pengaruh.
78
Pertama, pemerintah Orde Baru dengan demikian memiliki basis “ideologi” kuat yang langsung menyentuh hajat hidup orang
banyak, sehingga dapat menarik dukungan serta partisipasi politik. Kedua,
78
Firdaus Syam, Amien Rais Yusril Ihza Mahendra Di Pentas Politik Indonesia Modern,
Jakarta: Khairul Bayan, hal.74
dukungan dan partisipasi politik rakyat pada giliran berikutnya mendukung kelangsungan proses pembangunan sekaligus mengukuhkan posisi pemerintahan
Orde Baru itu sendiri. Koreksi total Orde Baru terhadap segala penyelewengan yang terjadi pada
masa Orde Lama, adalah suatu tindakan yang dilakukan dalam rangka untuk mempercepat proses pembangunan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD’45.
Hal ini bertolak belakang dengan konsep pemerintahan pada masa Orde Lama, jika pada masa Orde Lama pembangunan ditekankan pada bidang politik, maka
pada masa Orde Baru mengubahnya menjadi pembangunan pada bidang ekonomi. Orde Baru selalu mengusung jargon “politik no” dan “ekonomi yes” yang sangat
lantang disuarakan pada masa-masa awal Orde Baru. Pada masa itu para pendukung Orde Baru malah menciptakan pemikiran-pemikiran tandingan seperti
ide-ide pragmatik, deideologisasi, deparpolisasi, berorientasi pada program pembangunan.
79
Pada masa awal Orde Baru stabilitasi politik telah dianggap sebagai salah satu dasar berpikir yang empiris bagi masyarakat di Indonesia, termasuk proses
dalam sistem politik itu sendiri. Oleh karena itu usaha penataan kembali kekuatan- kekuatan politik di Indonesia, telah dianggap sebagai pembuktian terhadap teori
yang melihat adanya hubungan yang positip diantara kehidupan politik dengan pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya kenyataan ekonomi dengan kenyataan
politik.
79
Fahry Ali dan Bahtiar Effendy, Merambah Jalan Baru Islam, Rekonstruksi Pemikiran Islam Orde Baru,
Bandung: Mizan, hal.95
Setelah kekuasaan secara penuh berada ditangan Soeharto pada tahun 1968 dan berakhirnya dualisme kepemimpinan di Indonesia, maka untuk pertama
kalinya sidang MPRS menghasilkan rencana ekonomi lima tahun pertama Orde Baru yang di sahkan MPRS sebagai tugas kabinet mendatang.
80
Soeharto dan orang-orang kepercayaannya, di bawah petunjuk asisten intelijen pribadinya Ali
Murtopo, maka telah mulai untuk meletakkan dasar-dasar dari rezim Orde Baru. Langkah pertama yaitu dengan menjadikan organisasi birokrasi dan Golkar
sebagai instrumen utama Orde Baru.
81
Pada awal berdirinya rezim Orde Baru, TNI telah memainkan peran yang sangat dominan, bahkan rezim ini menurut sebagian pengamat politik Barat
sebagai rezim diktator militer.
82
Perwira-perwira tinggi militer khususnya AD Angkatan Darat telah menjabat posisi kunci di kabinet dan pada level atas
birokrasi, dan telah dialokasikan 20 untuk kursi jabatan di DPR. Golkar pada masa Orde Baru diposisikan sebagai partai pemerintah, oleh
karena itu Golkar memiliki dua sokoguru yang kuat, yaitu Angkatan Bersenjata kelompok pendukung utama mempunyai misi untuk menjamin kemenangan
Golkar. Alasannya adalah, bahwa hanyalah melalui kemenangan Golkar stabilitas politik dan Pancasila bisa dipertahankan. Sedangkan kekuatan kedua adalah
birokrasi. Semua pegawai negeri sipil adalah anggota organisasi yang disebut
80
Sjahrir, Ekonomi Politik Kebutuhan Pokok, Jakarta: LP3ES, hal.128
81
Angel Rabasa dan John Haseman, The Military And Democracy In Indonesia, Santa Monica: RAND, hal.36
82
Ibid, hal. 36
Korpri Korp pegawai republik Indonesia dengan garis hirarkisnya turun sampai ke tingkat desa untuk menjamin kemenangan Golkar.
Orde Baru yang ditulang punggungi oleh militer amatlah traumatis dengan disintegrasi nasional dan stabilitas politik yang dapat menghambat rencana
pemerintah untuk menjalankan pembangunan ekonomi. Lebih jauh lagi Orde Baru melakukan penekanan dan pembatasan secara luas partisipasi politik rakyat secara
langsung. Kooptasi negara terhadap berbagai kekuatan masyarakat, serta berbagai regulasi ekonomi dan politik pada masa Orde Baru juga dilakukan melalui
intimidasi dan kebijakan politik represif kelompok militer, yang berlindung dibalik jargon stabilitas dan keamanan nasional.
Menurut Richard Tante, pada masa Orde Baru juga aktualisasi politik masyarakat telah ditekan di bawah bayang-bayang kekuasaan militer yang sangat
besar, terutama melalui praktek intelijen. Dalam kerangka ini, Tante kemudian menyebutkan Orde Baru sebagai pemerintahan yang menjalankan model “negara
militer rente”.
83
B. Karakteristik Politik Militer ABRITNI