Pengaruh Letak Geografis dan Kualitas Pelayanan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan

(1)

PENGARUH LETAK GEOGRAFIS DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN

OLEH PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TESIS

Oleh

NURHASANAH HARAHAP 107032035/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

THE INFLUENCE OF GEOGRAPHICAL LOCATION AND SERVICE QUALITY ON THE UTILIZATION OF HEALTH SERVICE BY

THE PATIENTS AT TAPANULI SELATAN DISTRICT GENERAL HOSPITAL

THESIS

By

NURHASANAH HARAHAP 107032035/IKM

MAGISTER OF PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

PENGARUH LETAK GEOGRAFIS DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN

OLEH PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi Rumah Sakit pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

NURHASANAH HARAHAP 107032035/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(4)

Judul Tesis : PENGARUH LETAK GEOGRAFIS DAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP

PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN OLEH PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN TAPANULI

SELATAN

Nama Mahasiswa : Nurhasanah Harahap Nomor Induk Mahasiswa : 107032035

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Administrasi Rumah Sakit

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si) (Drs. Amru Nasution, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan


(5)

(6)

Telah diuji

Pada Tanggal : 14 Agustus 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si Anggota : 1. Drs. Amru Nasution, M.Kes

2. Dr. Juanita, S.E, M.Kes 3. dr. Heldy B.Z, M.P.H


(7)

PERNYATAAN

PENGARUH LETAK GEOGRAFIS DAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP PEMANFAATAN RUMAH SAKIT

UMUM DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN

T E S I S

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, September 2012

Nurhasanah Harahap 107032035/IKM


(8)

ABSTRAK

Data RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2011 menunjukkan adanya gejala penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2010 sebanyak 608 menurun menjadi 603 atau 2,4% pada tahun 2011 walaupun sudah ada penambahan ruang rawat inap III baru yang digunakan sejak bulan April 2011. Pasien rawat jalan pada tahun 2010 sebanyak 4.129 menurun pada tahun 2011 menjadi 4.030 atau turun sebesar 3,2%. Faktor yang diduga menyebabkan turunnya jumlah kunjungan karena letak geografis yang berjauhan dan mutu pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional study. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research (penjelasan). Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan, pada bulan Februari-Juli 2012. Populasi penelitian sebanyak 386 orang, sedangkan sampel diperoleh 106 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji Chi-Square, dan multivariat dengan uji logistik ganda.

Hasil penelitian dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa 6 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan rumah sakit yaitu jaminan (Exp(β)=10,755), daya tanggap (Exp(β)=9,584), kehandalan (Exp(β)= 9,222), jarak tempuh (Exp(β)=8,270), transportasi (Exp(β)= 7,992), dan bukti fisik (Exp(β)=5,997). Variabel yang paling dominan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan adalah jaminan.

Disarankan kepada pimpinan RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan agar lebih memperhatikan mutu pelayanan kesehatan berdasarkan jaminan, daya tanggap, kehandalan dan bukti fisik kepada pasien karena variabel-variabel tersebut yang mempengaruhi pasien memanfaatkan RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.


(9)

Kata Kunci: Letak Geografis, Kualitas Pelayanan, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


(10)

ABSTRACT

The data of 2011 obtained from Tapanuli Selatan District General Hospital showed that there was a decrease in the number of either in-patient or out-patient patients visiting this hospital. In 2010, there were 608 in-patient patients and this number decreased to 603 (2.4%) in 2011 even though there was a new In-Patient Ward III which has been used since April 2011. In 2010, there were 4,129 out-patient patients and in 2011, the number decreased to 4,030 0r 3.2%. The factors allegedly caused the decrease of the number of patients’ visit is the distant geographic location and the less satisfactory quality of health service.

This is a quantitative explanatory study with cross-sectional design conducted from February to July 2012 at Tapanuli Selatan District General Hospital. The population of this study was 386 patients and 106 of them were selected to be the samples for this study. The data used in this study were primary and secondary data. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of multiple logistic regression tests showed that 6 variables significantly influencing on the utilization of hospital service were assurance (β = 10.755), responsiveness (β = 9.584), reliability (β = 9.222), distance (β = 8.270), transportation (β = 7.992), and tangible (β 5.997). The most dominant variable influencing the utilization of service was assurance.

The management of Tapanuli Selatan District General Hospital is suggested to pay more attention to the quality of health service based on assurance, responsiveness, reliability and tangible because those variables influenced the patients on utilizing Tapanuli Selatan District General Hospital.


(11)

(12)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan Taufik dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini yang merupakan salah satu kewajiban yang harus dipenuhi dalam menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan. Berikut selawat serta salam kita junjungan kepangkuan Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga, sahabat serta pengikutnya.

Tesis ini berjudul: “Pengaruh Letak Geografis dan Kualitas Pelayanan terhadap Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan oleh Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan”. Sesungguhnya tesis ini tidak akan terwujud tanpa izin dari Allah SWT, serta bantuan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam mengatasi segala kendala dalam menyelesaikan tesis ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang setulusnya kepada :

Selanjutnya ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K) selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.


(13)

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

5. Dr. Yeni Absah, S.E, M.Si, selaku pembimbing satu dan Drs. Amru Nasution, M.Kes, selaku pembimbing dua yang telah banyak meluangkan waktu dan kesempatan dalam membimbing dan memberikan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

6. Dr. Juanita, S.E, M,Kes, selaku penguji satu dan dr. Heldy B.Z., M.P.H, selaku penguji dua yang telah banyak memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan tesis ini.

7. dr. Ismail Fahmi, M.Kes, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah memberikan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan.

8. Seluruh staf pengajar pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.

9. Ibunda Hj.Masnasari serta kakanda, abanganda dan adik-adik dan seluruh keluarga atas segala bantuan moril dan material yang telah diberikan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis ini khusus penulis persembahkan kepada Ayahanda Alm. H. Hotmad Harahap, B.A karena berkat


(14)

dukungan dan do’a semasa hidup beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

10. Saudara-saudara penulis, yaitu Lenny Hartati Harahap, S.P, M.Si, Soep, S.Kp, M.Kes, Pahruddin Alamsah Harahap, S.T, dr. Herlin Novita Pane, Ruslan Abdul Gani Harahap, S.T, M.M, Efrika Susanti Nasution, S.K.M, Rahmat Harahap, S.T, dr. Yuni Aflah Lubis, untuk dukungan dan do’a yang tak henti-hentinya.

11. Seluruh rekan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Administrasi Rumah Sakit Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan khususnya kepada Kakanda dr. Irsyam Risdawati dan dr. Nehru yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini.

12. Seluruh rekan-rekan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang telah memberikan dorongan dalam menyelesaikan tesis ini.

13. Seluruh staf akademik/administrasi Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan yang telah membantu penulis dalam hal surat menyurat.

Akhirnya penulis menyadari bahwa tesis ini masih banyak kekurangannya, karena penulis yakin tidak ada satupun karya dari tangan manusia yang lahir dalam keadaan sempurna, maka segala kritik dan saran yang bersifat konstruktif dari berbagai pihak sangat penulis harapkan.


(15)

Penulis

Nurhasanah Harahap 107032035/IKM


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Nurhasanah Harahap lahir di Padangsidempuan pada tanggal 23 Oktober 1978, anak ketiga dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda Alm. H.Khotmad Harahap,BA dan Ibunda Hj.Masnasari.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri 142445 Padangsidempuan tamat pada tahun 1991, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 5 Padangsidempuan tamat tahun 1994. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Padangsidempuan tamat tahun 1997. Pada tahun 1997, penulis melanjutkan pendidikan di Akademi Keperawatan Depkes RI Medan selesai tahun 2000. Pada tahun 2002, penulis melanjutkan pendidikan S1 Keperawatan pada Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) Universitas Sumatera Utara Medan dan selesai tahun 2005. Tahun 2010-sekarang penulis mengikuti pendidikan lanjutan pada Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Riwayat pekerjaan penulis mulai bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil sejak tahun 2002. Tahun 2002 – 2005 bekerja sebagai staf di Puskesmas Pintu Padang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan. Tahun 2005 – sekarang bekerja sebagai staf di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Selain sebagai PNS, penulis juga bekerja sebagai Dosen di Akademi Keperawatan


(17)

Syuhada Padangsidempuan sejak tahun 2005 – sekarang dan Dosen di Akademi Kebidanan Matorkis Padangsidempuan sejak tahun 2009 – sekarang.


(18)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Hipotesis ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan ... 13

2.2. Rumah Sakit ... 20

2.3. Letak Geografis ... 24

2.4. Kualitas Pelayanan ... 35

2.5. Landasan Teori ... 42


(19)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 45

3.1. Jenis Penelitian ... 45

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 45

3.3. Populasi dan Sampel ... 46

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 48

3.5. Variabel dan Definisi Operasional ... 52

3.6. Metode Pengukuran ... 54

3.7. Metode Analisis Data ... 59

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 61

4.1. Deskripsi Singkat Lokasi Penelitian ... 61

4.2. Analisis Univariat ... 68

4.3. Analisis Bivariat ... 82

4.4. Analisis Multivariat ... 89

BAB 5. PEMBAHASAN ... 93

5.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 93

5.2. Pengaruh Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 95

5.3. Pengaruh Waktu Tempuh dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 96

5.4. Pengaruh Transportasi dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 98

5.5. Pengaruh Kondisi Jalan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 99

5.6. Pengaruh Bukti Fisik dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 99

5.7. Pengaruh Kehandalan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 102


(20)

5.8. Pengaruh Daya Tanggap dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan ... 104

5.9. Pengaruh Jaminan dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 105

5.10.Pengaruh Empati dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan ... 107

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

6.1. Kesimpulan ... 109

6.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 113

LAMPIRAN ... 117

DAFTAR TABEL No Judul Halaman 1.1. Jumlah Kunjungan Pasien Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Sekitarnya Tahun 2011 ... 4

1.2. Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis Rumah Sakit Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011 ... 7


(21)

1.3. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUD

Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2010-2011 ... 10

3.1. Hasil Uji Validitas Kuesioner ... 50

3.2. Hasil Uji Reliabilitas Angket ... 51

3.3. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ... 52

3.4. Aspek Pengukuran Variabel Penelitian ... 58

4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Identitas di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 69

4.2. Distribusi Frekuensi Jarak Tempuh Menurut Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 70

4.3. Distribusi Frekuensi Waktu Tempuh Menurut Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 70

4.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan Transportasi di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 71

4.5. Distribusi Frekuensi Transportasi Menurut Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 72

4.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan Kondisi Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 72

4.7. Distribusi Frekuensi Kondisi Jalan Menurut Responden di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 73

4.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan Bukti Fisik di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 74


(22)

4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Bukti Fisik di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 75 4.10. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan

Kehandalan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2012 ... 75 4.11. Distribusi Responden Berdasarkan Kehandalan di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 75 4.12. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan

Daya Tanggap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2012 ... 77 4.13. Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tanggap di Rumah Sakit

Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 78 4.14. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan

Jaminan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2012 ... 78 4.15. Distribusi Responden Berdasarkan Jaminan di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 79 4.16. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan

Empati di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2012 ... 80 4.17. Distribusi Responden Berdasarkan Empati di Rumah Sakit Umum

Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 80 4.18. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Butir Pernyataan

Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah

Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2012 ... 81 4.19. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Pelayanan Rumah


(23)

4.20. Tabulasi Silang Hubungan Jarak Tempuh dengan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 83 4.21. Tabulasi Silang Hubungan Waktu Tempuh dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 83 4.22. Tabulasi Silang Hubungan Transportasi dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 84 4.23. Tabulasi Silang Hubungan Kondisi Jalan dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 85 4.24. Tabulasi Silang Hubungan Bukti Fisik dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 86 4.25. Tabulasi Silang Hubungan Kehandalan dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 86 4.26. Tabulasi Silang Hubungan Daya Tanggap dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 87 4.27. Tabulasi Silang Hubungan Jaminan dengan Pemanfaatan

Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

Tapanuli Selatan Tahun 2012... 88 4.28. Tabulasi Silang Hubungan Empati dengan Pemanfaatan Pelayanan

Kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli

Selatan Tahun 2012 ... 89 4.29. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Ganda ... 91


(24)

(25)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Model Anderson .. 18 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 44


(26)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman 1. Kuesioner Penelitian ... 117 2. Ujicoba Validitas Angket ... 121 3. Output Validitas dan Reliabilitas Angket ... 122 4. Master Data ... 127 5. Output SPSS Master Data ... 130 6. Peta Kab. Tapanuli Selatan ... 155 7. Denah Lokasi RSUD Kab. Tapanuli Selatan ... 157 6. Surat-surat Izin Penelitian ... 159


(27)

ABSTRAK

Data RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan tahun 2011 menunjukkan adanya gejala penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2010 sebanyak 608 menurun menjadi 603 atau 2,4% pada tahun 2011 walaupun sudah ada penambahan ruang rawat inap III baru yang digunakan sejak bulan April 2011. Pasien rawat jalan pada tahun 2010 sebanyak 4.129 menurun pada tahun 2011 menjadi 4.030 atau turun sebesar 3,2%. Faktor yang diduga menyebabkan turunnya jumlah kunjungan karena letak geografis yang berjauhan dan mutu pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional study. Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research (penjelasan). Penelitian dilakukan di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan, pada bulan Februari-Juli 2012. Populasi penelitian sebanyak 386 orang, sedangkan sampel diperoleh 106 orang. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan uji Chi-Square, dan multivariat dengan uji logistik ganda.

Hasil penelitian dengan uji regresi logistik menunjukkan bahwa 6 variabel yang berpengaruh signifikan terhadap pemanfaatan pelayanan rumah sakit yaitu jaminan (Exp(β)=10,755), daya tanggap (Exp(β)=9,584), kehandalan (Exp(β)= 9,222), jarak tempuh (Exp(β)=8,270), transportasi (Exp(β)= 7,992), dan bukti fisik (Exp(β)=5,997). Variabel yang paling dominan mempengaruhi pemanfaatan pelayanan adalah jaminan.

Disarankan kepada pimpinan RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan agar lebih memperhatikan mutu pelayanan kesehatan berdasarkan jaminan, daya tanggap, kehandalan dan bukti fisik kepada pasien karena variabel-variabel tersebut yang mempengaruhi pasien memanfaatkan RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan.


(28)

Kata Kunci: Letak Geografis, Kualitas Pelayanan, Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan


(29)

ABSTRACT

The data of 2011 obtained from Tapanuli Selatan District General Hospital showed that there was a decrease in the number of either in-patient or out-patient patients visiting this hospital. In 2010, there were 608 in-patient patients and this number decreased to 603 (2.4%) in 2011 even though there was a new In-Patient Ward III which has been used since April 2011. In 2010, there were 4,129 out-patient patients and in 2011, the number decreased to 4,030 0r 3.2%. The factors allegedly caused the decrease of the number of patients’ visit is the distant geographic location and the less satisfactory quality of health service.

This is a quantitative explanatory study with cross-sectional design conducted from February to July 2012 at Tapanuli Selatan District General Hospital. The population of this study was 386 patients and 106 of them were selected to be the samples for this study. The data used in this study were primary and secondary data. The data obtained were analyzed through univariate analysis, bivariate analysis with Chi-square test, and multivariate analysis with multiple logistic regression tests.

The result of multiple logistic regression tests showed that 6 variables significantly influencing on the utilization of hospital service were assurance (β = 10.755), responsiveness (β = 9.584), reliability (β = 9.222), distance (β = 8.270), transportation (β = 7.992), and tangible (β 5.997). The most dominant variable influencing the utilization of service was assurance.

The management of Tapanuli Selatan District General Hospital is suggested to pay more attention to the quality of health service based on assurance, responsiveness, reliability and tangible because those variables influenced the patients on utilizing Tapanuli Selatan District General Hospital.


(30)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Terbentuk dan tumbuh kembangnya suatu kota dapat dicirikan dengan adanya pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota. Banyak versi yang berbeda untuk mendefinisikan sebuah kota. Ditinjau dari geografi (Sutaatmaja, 2008), kota dapat diartikan sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

Perkembangan penduduk dan kegiatan perkotaan (ekonomi sosial) akan berdampak pada perkembangan kota dengan peningkatan kebutuhan fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial. Biasanya kebutuhan penduduk kota meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan yang merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia.

Menurut Bloom (1981) dalam Budihardjo (2008), paradigma kesehatan dipengaruhi oleh beberapa aspek, walaupun besarnya kepentingan relatif dari masing-masing aspek tersebut tidak sama. Berturut-turut besarnya pengaruh tersebut yaitu


(31)

1)lingkungan, yang meliputi lingkungan fisik dan sosiokultural, 2) aspek perilaku, sikap, tingkah laku serta adat istiadat, 3)aspek pelayanan kesehatan yang meliputi pencegahan, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi, dan 4) aspek keturunan atau herediter.

Pada era globalisasi, pelayanan prima merupakan elemen utama di rumah sakit dan unit kesehatan. Rumah sakit dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan yang memenuhi standar pelayanan yang optimal. Hal tersebut sebagai akuntabilitas rumah sakit supaya mampu bersaing dengan rumah sakit lainnya. Rumah sakit adalah bentuk organisasi pelayanan kesehatan yang bersifat komprehensif, mencakup aspek promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, serta sebagai pusat rujukan kesehatan masyarakat.

Rumah sakit menjadi ujung tombak pembangunan dan pelayanan kesehatan masyarakat, namun tidak semua rumah sakit yang ada di Indonesia memiliki standar pelayanan dan kualitas pelayanan yang sama. Semakin banyak rumah sakit di Indonesia serta semakin tingginya tuntutan masyarakat akan fasilitas kesehatan yang berkualitas dan terjangkau, rumah sakit harus berupaya survive di tengah persaingan yang semakin ketat sekaligus memenuhi tuntutan-tuntutan tersebut.

Hal ini menjadi salah satu dasar rumah sakit untuk memberikan pelayanan prima pada setiap jenis pelayanan yang diberikan baik untuk pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, maupun pelayanan gawat darurat. Pelayanan yang optimal pada dasarnya ditujukan untuk memberikan kepuasan kepada pasien. Dalam usaha memberikan pelayanan tersebut, ditinjau dari aspek praktis memiliki beberapa kriteria


(32)

yaitu masalah kesederhanaan pelayanan, kejelasan dan kepastian pelayanan, bagaimana keamanan dan kenyamanan yang diberikan oleh rumah sakit dan bagaimana rumah sakit ini memberikan informasi kepada pasien.

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan merupakan rumah sakit Kelas C yang berada di ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan yaitu Sipirok yang memberikan pelayanan kesehatan ±287.334 Jiwa (Kantor Catatan Sipil dan Kependudukan Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, 2008). Selama ini memberikan perawatan rawat inap yaitu rawat inap 1 (unit paru dan syaraf), rawat inap 2 (unit bedah dan anak), rawat inap 3 (unit penyakit dalam) dan rawat inap VIP. Rumah sakit ini mempunyai tugas melaksanakan upaya kesehatan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan mengutamakan upaya penyembuhan dan pemulihan yang dilaksanakan secara serasi, terpadu dengan upaya peningkatan serta pencegahan dan melaksanakan upaya perujukan (Profil RSUD Kabupaten Tapsel, 2011).

Berdasarkan hasil penelitian Pudjiantoro (2008), tentang pengembangan pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang mengungkapkan bahwa masyarakat yang paling banyak menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan adalah masyarakat yang berdomisili dekat dengan sarana pelayanan kesehatan. Demikian juga dengan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, jumlah kunjungan pasien rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang diamati dari tahun 2011 berdasarkan domisili menunjukkan angka yang tidak berimbang antara pasien yang berasal dari Kota Sipirok dan pasien yang berasal dari luar Kota Sipirok seperti Arse, Saipar Dolok Hole, dan lain-lain.


(33)

Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didominasi oleh masyarakat yang tinggal di Kecamatan Sipirok atau yang dekat dengan letak rumah sakit. seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Pasien Ruang Rawat Inap dan Rawat Jalan Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Tapanuli Selatan dan Sekitarnya Tahun 2011

No Nama Kecamatan Jumlah Kunjungan Tahun 2011 Rawat Inap Rawat Jalan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sipirok Arse

Saipar Dolok Hole Aek Bilah Angkola Timur Angkola Barat Angkola Selatan Batangtoru Batang Angkola Sayur Matinggi Marancar Muara Batangtoru Simangumban 362 68 54 16 19 4 3 4 18 9 4 5 37 2.022 680 521 324 294 10 16 5 85 8 4 9 52

Total 603 4.030

Sumber : Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011

Salah satu yang menjadi faktor penyebab tersebut adalah jauhnya jarak antara rumah sakit dengan tempat tinggal penduduk, terutama masyarakat yang tinggal di luar Kecamatan Sipirok, untuk kecamatan yang wilayahnya berada dekat dengan kota Padangsidimpuan seperti Kecamatan Angkola Barat, Angkola Selatan, Batangtoru, Batang Angkola, Sayur Matinggi lebih memilih berobat ke RSUD Kota Padangsidimpuan dan sarana pelayanan kesehatan lainnya di Kota Padang sidimpuan, karena untuk sampai ke RSUD Kab. Tapanuli Selatan terlebih dahulu harus melewati


(34)

Kota Padangsidimpuan. Bahkan sebagian masyarakat di Kecamatan Sayur Matinggi ada yang berobat ke RSUD Panyabungan dikarenakan Kecamatan Sayur Matinggi dekat dengan Kab. Mandailing Natal.

Alat transportasi yang belum memadai seperti transportasi kendaraan yang sangat terbatas hanya 1 kali dalam 1 minggu dan jalan yang harus ditempuh masih berbatu dan bergunung-gunung, dan ketidakmampuan ekonomi masyarakat. Hal ini diketahui dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap pasien dan keluarga yang membawa pasien ke rumah sakit dalam keadaan sudah sangat gawat dan selalu dengan alasan jarak tempuh yang jauh antara letak rumah sakit dengan desa tempat tinggal pasien dan alat transportasi yang sangat terbatas. Seperti yang diungkapkan Kepala Desa Pangaribuan kepada harian Metro Tabagsel yang terbit pada hari Senin tanggal 9 April 2012 mengatakan jika ada warga yang sakit, bidan desa dari desa lain akan dipanggil atau warga ditandu ke rumah sakit di Sipirok. Tetapi mengingat jalur jalan yang dilewati berupa hutan terkadang menjadi kendala. Sehingga kerap kali warga yang kondisinya sudah parah hanya dibawa ke puskesmas.

Pembangunan kesehatan yang telah diselenggarakan dalam beberapa dekade ini, telah berhasil menyediakan sarana kesehatan di seluruh pelosok tanah air. Setiap kecamatan di Indonesia telah memiliki paling sedikit sebuah puskesmas. Lebih dari 40% desa telah dilayani oleh sarana pelayanan kesehatan pemerintah (Hapsara, 2004). Jumlah puskesmas di Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 8.931 dan 22.650 puskesmas pembantu, dan 7.312 puskesmas keliling. Rasio puskesmas per 100.000 penduduk pada tahun 2009 sebesar 3,50 pada tahun 2011 meningkat menjadi 3,78 (Maradona, 2011).


(35)

Sarana pelayanan kesehatan seperti puskesmas di Kabupaten Tapanuli Selatan sudah ada di setiap kecamatan namun sarana dan prasarana yang ada masih sangat terbatas dan tenaga kesehatan yang terbatas di puskesmas mengakibatkan masyarakat kurang memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada sehingga banyak pasien yang berobat ke rumah sakit sudah dalam keadaan kritis atau gawat karena kurang mendapatkan penanganan di puskesmas.

Demikian juga halnya dengan jumlah sumber daya manusia kesehatan yang ada di kecamatan belum memadai. Penyebaran SDM kesehatan juga belum menggembirakan, sekalipun sejak tahun 1992 telah diterapkan kebijakan penempatan dokter dan bidan dengan sistem PTT. Kebijakan pegawai tidak tetap (PTT) belum mampu menempatkan tenaga kesehatan (dokter umum, dokter gigi, bidan) secara merata, khususnya di daerah dengan geografi sulit. Seperti yang diungkapkan Kepala desa Pangaribuan kepada Metro Tabagsel bahwa 136 Kepala Keluarga (KK) yang tersebar di 3 dusun sangat mengharapkan kehadiran bidan desa, karena selama ini untuk mendapatkan pelayanan kesehatan masih dilakukan oleh bidan desa terdekat yaitu desa Dolok Sordang Julu. Padahal jaraknya cukup jauh sehingga pasien maupun bidan desa mengalami kesulitan tertentu dalam mendapatkan dan memberikan pelayanan kesehatan.

Hapsara (2004) juga mengatakan pemerataan sarana pelayanan kesehatan dasar juga diikuti dengan penambahan sarana pelayanan kesehatan rujukan (rumah sakit) dengan penyediaan upaya pelayanan medis spesialistis. Pemerintah telah melengkapi sarana tersebut dengan tenaga dokter spesialis, khususnya spesialis penyakit dalam, penyakit anak, bedah dan kebidanan. Lebih dari 80% RSU kelas C di kabupaten dan kota telah mempunyai dokter spesialis dasar.


(36)

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sebagai satu-satunya rumah sakit yang ada di daerah Kabupaten Tapanuli Selatan selalu berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya baik dari segi medis, peralatan dan lain sebagainya. Dari segi tenaga medis RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki dokter umum sebanyak 4 orang, dokter spesialis sebanyak 9 orang, dari segi tenaga paramedis RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan memiliki 110 orang tenaga para medis dengan latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan, D-III Keperawatan, D-III Kebidanan dan SPK. RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan juga memiliki peralatan CT-Scan dan Haemodialisa yang belum dimiliki oleh rumah sakit di sekitar Kabupaten Tapanuli Selatan.

Tabel 1.2. Jumlah Tenaga Medis dan Para Medis Rumah Sakit Umum Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2011

No Kualifikasi Pendidikan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Dokter Umum

Dokter Spesialis Penyakit Dalam Dokter Spesialis Anak

Dokter Spesialis (PPDS) Bedah

Dokter Spesialis (PPDS) Kebidanan/Peny. Kandungan Dokter Spesialis Anastesi

Dokter Spesialis (PPDS) Radiologi Dokter Spesialis Paru

Dokter Spesialis Syaraf

Dokter Spesialis Patologi Klinik

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1

Jumlah 13

1. 2. 3. 4.

Sarjana Keperawatan Diploma III Keperawatan SPK

Diploma III Kebidanan

1 73

6 30

Jumlah 110


(37)

Masalah lain yang sering dihadapi secara umum oleh rumah sakit adalah rumah sakit belum mampu memberikan sesuatu hal yang benar-benar diharapkan pengguna jasa. Faktor utama tersebut karena pelayanan yang diberikan berkualitas rendah sehingga belum dapat menghasilkan pelayanan yang diharapkan pasien. rumah sakit merupakan organisasi yang menjual jasa, maka pelayanan yang berkualitas merupakan suatu tuntutan yang harus dipenuhi. Bila pasien tidak menemukan kepuasan dari pelayanan yang diberikan maka pasien cenderung mengambil keputusan tidak melakukan kunjungan ulang pada rumah sakit tersebut. Hal ini diketahui dari survey pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap 20 orang pasien yang di rawat inap di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan yang menyatakan pentingnya pelayanan kesehatan yang berkualitas.

Masih kurang baiknya kualitas pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan sering didengar dari keluhan keluarga pasien yang mengatakan kurangnya perhatian dokter terhadap pasien, dokter hanya masuk 2 kali seminggu dan sering tidak berada di tempat, pergantian shift dinas perawat tidak tepat waktu, dan perawat kadang-kadang datang terlambat. Hal tersebut berdampak pada kinerja Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan. Pada tahun 2011 BOR (Bed Occupancy Rate) RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan mencapai 37,8%. Hal ini dapat dilihat dari hasil kunjungan pasien rawat inap, dimana hasil pencapaian BOR cenderung menurun dan belum mencapai target yaitu 60-85%. LOS (length of Stay) RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan adalah 5 hari, BTO (Bed Turn Over) adalah 10 kali, dan TOI (Turn Over Interval) adalah 8 hari.


(38)

Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Hendrajana (2005) tentang pengaruh kualitas pelayanan medis, paramedis, dan penunjang medis terhadap kepuasan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara berbagai variabel kualitas pelayanan terhadap keputusan pelanggan rawat jalan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.

Penelitian lainnya tentang mutu pelayanan terhadap kepuasan pernah dilakukan oleh Saprijal (2005) yang mendapatkan hasil bahwa ada pengaruh persepsi mutu pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan pasien askes di ruang rawat inap Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan. Sedangkan penelitian lainnya yang dilakukan oleh Yuliardi (2007) bahwa ada pengaruh persepsi pasien tentang mutu pelayanan Rumah Sakit terhadap kunjungan ulang pasien rawat inap Kelas I dan II di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai.

Studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum daerah Kabupaten Tapanuli Selatan didapatkan adanya gejala penurunan jumlah kunjungan pasien rawat inap maupun rawat jalan. Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2010 sebanyak 608 menurun menjadi 603 atau 2,4% pada tahun 2011 walaupun sudah ada penambahan ruang rawat inap III baru yang digunakan sejak bulan April 2011. Pasien rawat jalan pada tahun 2010 sebanyak 4.129 menurun pada tahun 2011 menjadi 4.030 atau turun sebesar 3,2%. Terjadinya penurunan jumlah pasien tersebut disebabkan oleh banyak faktor, namun beberapa faktor yang diduga berpengaruh terhadap penurunan jumlah kunjungan tersebut karena letak geografis rumah sakit yang jauh dari tempat tinggal pasien, dan kualitas


(39)

pelayanan yang diberikan tenaga kesehatan di rumah sakit pada pasien yang melakukan rawat inap dan rawat jalan sehingga pasien mengambil keputusan kurang memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di rumah sakit tersebut. Adapun jumlah kunjungan pasien rawat inap dan rawat jalan tahun 2010 dan 2011 dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 1.3. Jumlah Kunjungan Pasien Rawat Inap dan Rawat Jalan di RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2010-2011

No Bulan

Tahun

2010 2011

Rawat Inap Rawat Jalan Rawat Inap Rawat Jalan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 40 39 40 53 53 59 64 64 49 52 55 50 372 312 218 293 298 358 354 427 491 302 389 348 57 41 43 41 65 66 52 51 43 44 28 72 368 263 301 312 459 382 362 336 293 304 320 330

Jumlah 618 4162 603 4030

Rata-rata Per Bulan 52 347 50 336

Jumlah Penurunan dalam Persen (%) 2,4% 3,2% Sumber : Profil RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

Mengingat adanya permasalahan berkaitan dengan letak geografis dan kualitas pelayanan tenaga kesehatan maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan, sehingga ke depannya


(40)

masalah administratif dan klinis yang mempengaruhi kualitas pelayanan dan pemanfaatan rumah sakit oleh masyarakat sekitar dapat ditingkatkan.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu : Apakah letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.4. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak: 1. Bagi kepentingan Ilmu Pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian dan memberikan gambaran mengenai pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan terhadap pemanfaatan


(41)

pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Bagi Kepentingan Program : RSUD Kabupaten Tapanuli Selatan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan untuk menyusun rencana strategi dan jenis pelayanan yang sesuai dengan apa yang diharapkan pasien. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan

pertimbangan perumusan kebijakan dalam rangka pengembangan mutu pelayanan kesehatan pada masa mendatang.

3. Bagi Peneliti

Menambah ilmu pengetahuan tentang pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.

4. Bagi Peneliti lain

Dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk mengembangkan penelitian sejenis yang berkaitan dengan pengaruh letak geografis dan kualitas pelayanan kesehatan terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan oleh pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tapanuli Selatan.


(42)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Feldstein (1983) dalam Suriati (2009), bahwa pada bidang kesehatan analisis tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan berguna untuk mengetahui pola pemanfaatan (penggunaan) pelayanan kesehatan oleh masyarakat. Informasi ini berguna sebagai masukan bagi pengambil keputusan untuk merencanakan dan mengelola pelayanan kesehatan agar lebih efektif dan efisien.

Teori model kepercayaan (health belief model) oleh Lewin dalam Notoatmodjo (2010) menganut konsep bahwa individu hidup pada lingkup kehidupan sosial (masyarakat). Di dalam kehidupan ini individu akan bernilai, baik positif maupun negatif, di suatu daerah tertentu. Apabila seseorang keadaannya atau berada pada daerah positif, maka berarti ia ditolak dari daerah negatif. Implikasinya di dalam kesehatan adalah, penyakit atau sakit adalah suatu daerah negatif sedangkan sehat adalah wilayah positif.

Menurut Supriyanto (2010), apabila individu bertindak untuk melawan atau mengobati penyakitnya, ada empat variabel kunci yang terlibat di dalam tindakan tersebut yaitu :

1. Kerentanan yang dirasakan (Perceived susceptibility)

Agar seseorang bertindak untuk mengobati atau mencegah penyakitnya, ia harus merasakan bahwa ia rentan (susceptible) terhadap penyakit tersebut. Dengan kata


(43)

lain, suatu tindakan pencegahan terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

2. Keseriusan yang dirasakan (Perceived seriousness)

Tindakan individu untuk mencari pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong pula oleh keseriusan penyakit tersebut terhadap individu atau masyarakat.

3. Manfaat dan rintangan-rintangan yang dirasakan (Perceived benefit and barriers).

Apabila individu merasa dirinya rentan untuk penyakit-penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung pada manfaat yang dirasakan dan rintangan-rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan-rintangan yang mungkin ditemukan di dalam melakukan tindakan tersebut.

4. Isyarat atau tanda-tanda (Clues).

Untuk mendapatkan tingkat penerimaan yang benar tentang kerentanan, kegawatan dan keuntungan tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor tersebut, misalnya pesan-pesan pada media massa, nasehat atau anjuran kawan-kawan atau anggota keluarga lain dari si sakit, dan sebagainya.


(44)

Menurut Notoatmodjo (2007), masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat penyakit, dan yang tidak merasakan sakit (disease but no illness) sudah barang tentu tidak akan bertindak apa-apa terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi bila mereka diserang penyakit dan juga merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha. Respons seseorang apabila sakit adalah sebagai berikut: Pertama, tidak bertindak atau tidak melakukan kegiatan apa-apa (no action). Alasannya antara lain bahwa kondisi yang demikian tidak akan mengganggu kegiatan atau kerja mereka sehari-hari. Mungkin mereka beranggapan bahwa tanpa bertindak apapun simptom atau gejala yang dideritanya akan lenyap dengan sendirinya. Tidak jarang pula masyarakat memprioritaskan tugas-tugas lainnya yang dianggap lebih penting daripada mengobati sakitnya. Hal ini merupakan suatu bukti bahwa kesehatan belum merupakan prioritas di dalam hidup dan kehidupannya.

Alasan lain yang sering kita dengar adalah fasilitas kesehatan yang diperlukan sangat jauh letaknya, para petugas kesehatan tidak simpatik, judes, tidak responsif, dan sebagainya. Dan akhirnya alasan takut dokter, takut pergi ke rumah sakit, takut biaya, dan sebagainya.

Kedua, tindakan mengobati sendiri (self treatment), dengan alasan yang sama seperti telah diuraikan. Alasan tambahan dari tindakan ini adalah karena orang atau masyarakat tersebut sudah percaya kepada diri sendiri, dan sudah merasa bahwa berdasarkan pengalaman yang lalu usaha pengobatan sendiri sudah dapat mendatangkan kesembuhan. Hal ini mengakibatkan pencarian pengobatan keluar tidak diperlukan.


(45)

Ketiga, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional (traditional remedy). Untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional ini masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain.

Keempat, mencari pengobatan dengan membeli obat-obat ke warung-warung obat (chemist shop) dan sejenisnya, termasuk ke tukang-tukang jamu. Obat-obat yang mereka dapatkan pada umumnya adalah obat-obat yang tidak memakai resep sehingga sukar untuk dikontrol. Namun demikian, sampai sejauh ini pemakaian obat-obat bebas oleh masyarakat belum mengakibatkan masalah yang serius. Khusus mengenai jamu sebagai sesuatu untuk pengobatan (bukan hanya untuk pencegahan saja) makin tampak peranannya dalam kesehatan masyarakat. Untuk itu perlu tindakan penelitian yang lebih mendalam.

Kelima, mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, yang dikategorikan ke dalam balai pengobatan, puskesmas, dan rumah sakit.

Keenam, adalah mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter praktek (private medicine).

Anderson (1974) menggambarkan model sistem kesehatan (health system model) yang berupa model kepercayaan kesehatan. Di dalam model Anderson ini terdapat 3 kategori utama dalam pelayanan kesehatan, yakni: karakteristik predisposisi, karakteristik pendukung, karakteristik kebutuhan. Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan teori model Anderson (1974) dalam Notoatmodjo


(46)

(2007), menurut model ini keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh :

1. Karakteristik Predisposisi (predisposing characteristics).

Seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Komponen ini disebut predisposing karena faktor-faktor pada komponen ini menggambarkan karakteristik perorangan yang sudah ada sebelum seseorang ini memanfaatkan pelayanan kesehatan. Komponen ini menjadi dasar atau motivasi seseorang untuk berperilaku dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Anderson membagi karakteristik predisposing ini berdasarkan karakteristik pasien ke dalam tiga bagian meliputi ciri demografi, struktur sosial, keyakinan terhadap pelayanan kesehatan (Health beliefs).

2. Karakteristik Pendukung (enabling characteristics) atau kemampuan seseorang untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Faktor biaya dan jarak pelayanan kesehatan dengan rumah berpengaruh terhadap perilaku penggunaan atau pemanfaatan pelayanan kesehatan. Menurut Anderson, et all. 1974 dalam Greenley (1980) yang menyatakan bahwa jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan.

3. Karakteristik Kebutuhan (need characteristics) atau kebutuhan seseorang akan pelayanan kesehatan. Faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus


(47)

langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu ada. Kebutuhan (need) di sini dibagi menjadi 2 kategori, dirasakan atau perceived (subject assessment) dan evaluated (clinical diagnosis). Kebutuhan akan kualitas pelayanan yang baik dan memadai akan mempengaruhi individu untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Semakin baik kualitas pelayanan kesehatan seperti rumah sakit, maka akan semakin kuat individu dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan yang ada. Seperti pada gambar diagram ini.

Gambar 2.1. Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Berdasarkan Model Anderson

Menurut Azwar (2006), dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan individu mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

Predisposing Enabling Need Health

Service Use

Demography

Social Structure

Health beliefs

Family resources

Community Resources

Perceived


(48)

1. Tersedia dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan harus tersedia di masyarakat serta berkesinambungan, artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang di butuhkan serta tidak sulit ditemukan serta keberadaannya dalam masyarakat ada pada saat yang dibutuhkan, seperti adanya pelayanan dokter spesialis.

2. Dapat diterima dengan wajar. Pelayanan kesehatan tersebut dapat diterima oleh masyarakat dengan wajar, artinya tidak bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan masyarakat;

3. Terjangkau. Biaya pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat sehingga tidak memberatkan pasien;

4. Kelengkapan obat. Pelayanan kesehatan harus mempunyai persediaan obat yang lengkap sehingga pasien tidak perlu mencari obat di tempat lain.

5. Bermutu. Pelayanan kesehatan harus dapat memuaskan pemakai jasa pelayanan kesehatan tersebut.

Di dalam pelayanan kesehatan, tidak selalu kebutuhan yang dirasakan berubah menjadi demand, walaupun terdapat kemampuan untuk membeli, oleh karena itu adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi di dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Faktor yang ada di rumah sakit dan faktor yang ada pada konsumen merupakan kunci yang utama terkait dengan pencapaian mutu pelayanan. Kedua faktor ini harus bertemu di satu titik, artinya kebutuhan dan harapan harus sesuai dengan kebutuhan konsumen.


(49)

2.2. Rumah Sakit

2.2.1. Pengertian Rumah Sakit

Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit merupakan sarana pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

Penyelenggaraan dan pengelolaan rumah sakit agar tetap dapat memenuhi kebutuhan pasien dan masyarakat yang dinamis, maka setiap komponen yang ada di rumah sakit harus terintegrasi dalam satu sistem. Pelayanan kesehatan di rumah sakit terdiri dari :

1. Pelayanan medis, merupakan pelayanan yang diberikan oleh tenaga medis yang profesional dalam bidangnya baik dokter umum maupun dokter spesialis.

2. Pelayanan keperawatan, merupakan pelayanan yang bukan tindakan medis terhadap pasien, tetapi merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat sesuai aturan keperawatan.

3. Pelayanan penunjang medik ialah pelayanan penunjang yang diberikan terhadap pasien, seperti : pelayanan gizi, laboratorium, farmasi rehabilitasi medik dan lain-lain.

4. Pelayanan administrasi dan keuangan, pelayanan administrasi antara lain adalah bidang ketatausahaan seperti pendaftaran, rekam medis, dan kerumahtanggaan, sedangkan bidang keuangan seperti proses pembayaran biaya rawat jalan dan rawat inap.


(50)

Sebagai upaya penyelenggara pelayanan kesehatan secara paripurna, maka rumah sakit harus memiliki komponen pelayanan. Komponen pelayanan di rumah sakit mencakup 20 pelayanan sebagai berikut : (1) administrasi dan manajemen, (2) pelayanan medis, (3) pelayanan gawat darurat, (4) kamar operasi, (5) pelayanan intensif, (6) pelayanan perinatal risiko tinggi, (7) pelayanan keperawatan, (8) pelayanan anastesi, (9) pelayanan radiologi, (10) pelayanan farmasi, (11) pelayanan laboratorium, (12) pelayanan rehabilitasi medis, (13) pelayanan gizi, (14) rekam medis, (15) pengendalian infeksi di rumah sakit, (16) pelayanan strerilisasi sentral, (17) keselamatan kerja, kebakaran dan kewaspadaan bencana alam, (18) pemeliharaan sarana, (19) pelayanan lain, dan (20) perpustakaan (Undang-undang No. 44 tahun 2009)

Menurut Undang-undang No. 44 tahun 2009 penyelenggaraan rumah sakit bertujuan untuk :

1. Mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.

2. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit.

2.2.2. Fungsi Rumah Sakit

Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa rumah sakit mempunyai fungsi :

1. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan kesehatan.


(51)

2. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan sesuai kebutuhan medis.

3. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan,

4. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Rumah sakit umum pemerintah pusat dan daerah diklasifikasikan menjadi rumah sakit kelas A, B, C, dan D. Klasifikasi tersebut berdasarkan pada unsur pelayanan, ketenagaan, fisik dan peralatan.

1. Rumah sakit umum kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialistik yang luas dan sub spesialistik yang luas. Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A ini ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi (top referral hospital) atau disebut pula sebagai rumah sakit pusat.

2. Rumah sakit umum kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik sekurang-kurangnya sebelas (11) spesialistik dan sub spesialistik terbatas. Direncanakan rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota provinsi yang menampung pelayanan rujukan dari rumah sakit kabupaten. 3. Rumah sakit umum kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas

dan kemampuan pelayanan medik spesialistik dasar. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis ini yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam,


(52)

penyakit bedah, penyakit anak, dan pelayanan kebidanan. Rumah sakit ini didirikan di setiap ibukota kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari puskesmas.

4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik dasar, sama halnya seperti rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas D juga menerima pelayanan rujukan dari puskesmas.

5. Rumah sakit umum kelas E adalah rumah sakit khusus (special hospital) yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak rumah sakit kelas E yang ditemukan misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan lain sebagainya yang seperti ini.

2.2.3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah

Standar pelayanan minimal rumah sakit umum daerah diatur dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228/MENKES/SK/III/2002. Dalam keputusan menteri ini dituliskan bahwa :

1. Standar pelayanan minimal rumah sakit daerah adalah penyelenggaraan pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus diselenggarakan oleh rumah sakit.

2. Indikator. Indikator adalah merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu.


(53)

3. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan provinsi, kabupaten/kota sesuai dengan evidence base.

4. Bahwa rumah sakit sesuai dengan kewenangannya wajib yang harus dilaksanakan oleh rumah sakit provinsi/kabupaten/kota, maka harus memberikan pelayanan keluarga miskin dengan biaya ditanggung pemerintah.

5. Secara khusus selain pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah setempat maka rumah sakit juga harus meningkatkan manajemen dalam rumah sakit yang meliputi :

a. Manajemen sumber daya manusia. b. Manajemen keuangan.

c. Manajemen sistem informasi rumah sakit, ke dalam dan keluar rumah sakit. d. Sarana prasarana.

e. Mutu pelayanan.

2.3. Letak Geografis

2.3.1. Pengertian Letak Geografi

Geografi adalah interaksi antar ruang. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman (1954) dalam bukunya yang berjudul Geography, A Spatial Interaction. Sedangkan menurut hasil Seminar Lokakarya di Semarang (2008) geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang kewilayahan atau ke lingkungan dalam konteks ke ruangan.


(54)

Akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang memudahkan atau menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya tempuh. Hubungan antara akses geografi dengan volume penggunaan pelayanan tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan dengan keluhan-keluhan ringan, atau pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif, sebagaimana halnya dengan pemanfaatan pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin berat suatu penyakit atau keluhan dan semakin canggih atau semakin khusus sumber daya pelayanan, semakin kuat hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan (Dever, 1984 dalam Suriati, 2009).

Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak keadaan alam di sekitarnya. Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pasien yang tinggal di tempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang sulit terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara pasien harus memeriksakan kesehatannya (Meilani, 2009).

Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan memberi kemudahan bagi pasien untuk memeriksakan kesehatannya sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani (Yeyeh, 2009).


(55)

Letak geografis dan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan setelah melalui pemekaran maka terjadi perubahan-perubahan wilayah. Saat ini Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari 12 kecamatan dengan luas 4.502,26 km2

1. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Padang Lawas Utara.

, dengan ketinggian 0-2.009 meter di atas permukaan laut. Daerah yang berada pada ketinggian 0 meter umumnya terdapat di daerah pantai barat Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu di Desa Muara Upu Kecamatan Muara Batang Toru. Sedangkan daerah yang berdiri pada ketinggian 2.009 meter terdapat pada Gunung Tapulomajung di Kecamatan Saipar Dolok Hole. Secara administratif, Kabupaten Tapanuli Selatan mempunyai batas-batas sebagai berikut :

2. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal.

3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Samudera Indonesia.

4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Keadaan topografis Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari dataran rendah, bergelombang, berbukit dan bergunung. Daerah ini dikelilingi oleh Gunung Gongonan di Kecamatan Batang Angkola, Gunung Lubuk Raya di Kecamatan Angkola Barat dan Gunung Sibual-buali di Kecamatan Sipirok. Faktor geografis dan topografis wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan akan mempengaruhi masyarakat dalam melakukan aktivitas antar wilayah.


(56)

Gambar 2.1. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan 2.3.2. Teori Lokasi Industri

Dalam dunia nyata, kondisi setiap wilayah adalah berbeda. Dampaknya lebih mudah dianalisis karena kita telah mengetahui tingkah laku manusia dalam kondisi potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan “gangguan” ketika manusia berhubungan/bepergian dari suatu tempat ke tempat lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu dan tenaga (biaya) untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu, jarak juga menciptakan gangguan informasi sehingga semakin jauh dari suatu lokasi makin


(57)

kurang diketahui potensi/karakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat seseorang untuk bepergian dengan asumsi faktor lain semuanya sama. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke lokasi lainnya (Tarigan, 2009).

Menurut Supriyanto (2010), dalam pemasaran industri jasa kesehatan, ada beberapa prinsip pemilihan tempat, yaitu:

1. Availability, ketersediaan jenis atau variasi jasa secara lengkap. 2. Accessibility (keterjangkauan), yang meliputi:

a. Aspek fisik (geografis, ekonomis, lokasi strategis, kebersihan) b. Aspek sosio-emosional (memenuhi selera)

3. Equity, keadilan dan pemerataan bagi yang benar-benar membutuhkan.

4. Acceptance, respon penerimaan masyarakat terkait dengan tempat parkir, keamanan, kenyamanan, prosedur kontak atau transaksi, proses penyampaian. 5. Pengembangan Sistem Rujukan, misalnya: satelit layanan, kemitraan, dan kelas

jauh.

6. Services Consistency, kesesuaian dengan promosi yang dijanjikan.

7. Legalitas, sah tidaknya suatu tempat pelayanan kesehatan. Misalnya: perizinan tempat atau perizinan usaha.


(58)

2.3.3. Ruang Kota dan Kesehatan

Terbentuknya suatu ruang kota dapat dicirikan dengan adanya pertumbuhan penduduk dan perkembangan aktivitas kota. Banyak versi yang berbeda untuk mendefenisikan sebuah kota. Menurut Sutaatmaja (2008), ditinjau dari geografis kota dapat diartikan sebagai sistem jaringan kehidupan manusia yang ditandai dengan kepadatan yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan coraknya yang materialistis, atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan non alami dengan gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang heterogen dan materilistis dibandingkan dengan daerah belakangnya.

Adanya pemusatan penduduk dan aktivitas ekonomi dan sosial yang beragam, maka kota menjadi berkembang. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan perkembangan kota ada tiga hal (Sutaatmadja, 2008) yaitu:

1. Faktor yang merupakan modal dasar kota.

2. Faktor penunjang yang merupakan fungsi primer dan lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal, yaitu kegiatan industri dan jasa komersial yang merupakan sumber tenaga bagi penduduk kota dan mendukung pemanfaatan sumber daya alam wilayah sekitarnya, serta faktor migrasi.

3. Faktor penunjang yang merupakan fungsi sekunder dan merupakan faktor pembentuk struktur internal kota.

Masing-masing faktor terdiri dari unsur-unsur prasarana kota, lingkungan perumahan, fasilitas pelayanan sosial dan tenaga kerja. Wujud perkembangan kota


(59)

dapat dilihat dengan struktur internal kota yang terbentuk. Struktur internal kota berhubungan dengan satu kota dengan kota lainnya. Perkembangan penduduk dan kegiatan perkotaan (ekonomi – sosial) akan berdampak pada perkembangan kota dengan peningkatan kebutuhan fasilitas baik fasilitas umum maupun fasilitas sosial. Biasanya kebutuhan penduduk kota meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Salah satunya adalah kebutuhan akan kesehatan yang merupakan faktor penting dalam menjaga kelangsungan hidup manusia.

2.3.4. Tingkat Kebutuhan Fasilitas Kesehatan

Dalam perencanaan kebutuhan fasilitas pelayanan kesehatan, selain jumlah maka harus diperhatikan distribusi umur dan jenis kelamin, tipe dan lokasi praktek. Estimasi permintaan dan kebutuhan fasilitas kesehatan rumah sakit tergantung pada beberapa hal, yaitu: (Sutaatmadja, 2008)

1. Populasi (Jumlah penduduk).

2. Tingkat perekonomian daerah tempat dibangun.

3. Tersedianya dana dari pemerintah selaku pemilik rumah sakit.

4. Jangkauan pelayanan kesehatan untuk membantu menentukan permintaan yang efektif.

5. Pola usaha konsumen rumah sakit.

Sedangkan menurut Reinke (1994), perencanaan fasilitas kesehatan juga harus memperhatikan :

1. Status ekonomi

2. Perkiraan kemampuan pencegahan penyakit 3. Pola-pola perilaku berobat


(60)

Selain faktor di atas, ada faktor lain yang dapat menghambat penerimaan pelayanan kesehatan yaitu faktor fisik, faktor ekonomi dan sosial budaya. Jika faktor tersebut tidak diperhatikan dalam perencanaan fasilitas kesehatan, maka dapat keterjangkauan dan penerimaan pelayanan (Reinke, 1994). Faktor fisik meliputi ketersediaan lahan, aksesibilitas dan penggunaan lahan (Sujarto dalam Lastri, 1997), faktor ekonomi meliputi kemampuan membayar keputusan tentang ukuran dan karakter fasilitas kesehatan seringkali ditentukan oleh keinginan masyarakat yang berdasarkan operasional. Lokasi yang dapat diberikan oleh pelayanan dan peningkatan kualitas distribusi tidak berdasarkan pada efisiensi pelayanan. Faktor sosial budaya berupa segmen populasi berbeda dalam hal jenis dan besarnya kebutuhan kesehatan juga dalam pendayagunaan pelayanan kesehatan (Reinke, 1994).

2.3.5. Pertimbangan Distribusi Fasilitas Kesehatan

Faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan fasilitas kesehatan meliputi (Sujarto dalam Lastri, 1997) :

1. Distribusi kepadatan penduduk, melayani kebutuhan seluruh penduduk daerah-daerah padat penduduk.

2. Aksesibilitas, mudah diakses sehingga kondisi transportasi sangat penting.

3. Ketersediaan lahan, lokasi lahan untuk rumah sakit yang dibangun atau pengembangan.

4. Lingkungan, pertimbangan lingkungan sekitar (misalnya ketenangan, udara, kebersihan).


(61)

Dalam perencanaan kesehatan yang paling penting adalah pemenuhan pelayanan kepada masyarakat, maka perlu penyesuaian antar fungsi-fungsi yang ada pada fasilitas kesehatan dengan kebutuhan yang diinginkan masyarakat. Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam penentuan lokasi fasilitas kesehatan: (Sutaatmadja, 2008)

1. Tingkat sosial budaya masyarakat, yaitu untuk menentukan suatu lokasi fasilitas perlu dipertimbangkan apakah dapat menyerap penduduk di sekitarnya.

2. Pertimbangan administrasi daerah pelayanan dan pembinaan fasilitas kesehatan yaitu dimaksudkan untuk mengukur daerah pelayanan dan pembinaan dari fasilitas kesehatan. keuntungan bila memperhatikan masalah administrasi, adalah: a. Memiliki kejelasan tentang daerah pelayanan atau pembinaan.

b. Beban tugas kesehatan sama.

c. Koordinasi kerja akan dapat dicapai dengan efektif dan efisien. d. Pembinaan kesehatan terhadap masyarakat dapat secara rutin.

3. Pertimbangan tingkat aksesibilitas fasilitas kesehatan, yaitu kemudahan mencapai suatu aktivitas.

2.3.6. Kemudahan Transportasi

Kemudahan di bidang transportasi sama halnya dengan kemudahan pada bidang komunikasi. Kemudahan transportasi membuat seseorang menjadi mudah untuk dapat mengunjungi sekian banyak pertemuan dari sekian banyak kegiatan atau memudahkan seseorang untuk mencapai tempat yang dituju. Dengan kata lain, kemudahan transportasi membuat kemudahan pada mobilitas sosial bagi pelaku sosial (Sudjarwo, 2011).


(62)

Menurut Sukarto (2006) dalam Purnomo (2012) transportasi memiliki berbagai manfaat bagi kehidupan manusia yang meliputi manfaat sosial, ekonomi, politik, dan fisik.

1. Manfaat Sosial

Dalam kehidupan sosial atau kehidupan bermasyarakat ada bentuk hubungan yang bersifat resmi, seperti hubungan antara lembaga pemerintah dengan swasta, maupun hubungan yang bersifat tidak resmi, seperti hubungan keluarga, sahabat, dan sebagainya. Untuk kepentingan hubungan sosial ini, transportasi sangat membantu dalam menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan, seperti:

a. Pelayanan untuk perorangan maupun kelompok b. Pertukaran dan penyampaian informasi

c. Perjalanan pribadi maupun sosial

d. Mempersingkat waktu tempuh antara rumah dan tempat bekerja

e. Mendukung perluasan kota atau penyebaran penduduk menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil.

2. Manfaat Ekonomi

Manusia memanfaatkan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, dan papan. Sumberdaya alam ini perlu diolah melalui proses produksi untuk menjadi bahan siap pakai untuk dipasarkan, sehingga selanjutnya terjadi proses tukar menukar antara penjual dan pembeli. Tujuan dari kegiatan ekonomi adalah memenuhi kebutuhan manusia dengan menciptakan manfaat. Transportasi


(63)

adalah salah satu jenis kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kebutuhan manusia melalui cara mengubah letak geografi orang maupun barang. Dengan transportasi, bahan baku dibawa ke tempat produksi, dan dengan transportasi pula hasil produksi dibawa ke pasar. Para konsumen datang ke pasar atau tempat-tempat pelayanan yang lain (rumah sakit, pusat rekreasi, pusat perbelanjaan dan seterusnya) dengan menggunakan transportasi.

3. Manfaat Politik

Bagi negara kepulauan seperti Indonesia, transportasi memegang peranan penting. Beberapa manfaat politik transportasi, adalah:

a. Transportasi menciptakan persatuan nasional yang semakin kuat dengan meniadakan isolasi.

b. Transportasi mengakibatkan pelayanan kepada masyarakat dapat dikembangkan atau diperluas secara lebih merata sehingga masyarakat yang jauh dari kota dapat terlayani dengan baik.

c. Keamanan negara sangat tergantung pada transportasi yang efisien untuk memudahkan mobilisasi kemampuan dan ketahanan nasional, serta memungkinkan perpindahan pasukan selama masa perang atau untuk menjaga keamanan dalam negeri.

d. Sistem transportasi yang efisien memungkinkan perpindahan penduduk dari daerah bencana.


(64)

4. Manfaat Fisik

Transportasi mendukung perkembangan kota dan wilayah sebagai sarana penghubung. Rencana tata guna lahan kota harus didukung secara langsung oleh rencana pola jaringan jalan yang merupakan rincian tata guna lahan yang direncanakan. Pola jaringan jalan yang baik akan mempengaruhi perkembangan kota sesuai dengan rencana tata guna lahan. Ini berarti transportasi mendukung penuh terhadap perkembangan fisik suatu kota atau wilayah sehingga kota dapat teratur terutama jika dilakukan dari sistem berlalu lintas.

2.4. Kualitas Pelayanan

2.4.1. Pengertian Kualitas Pelayanan

Menurut Goest dan Davis dalam Sugiarto (2002) kualitas adalah kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas dan mutu dalam industri pelayanan adalah suatu penyajian produk atau jasa sesuai dengan ukuran yang berlaku di tempat produk tersebut diadakan dan penyampaiannya setidaknya sama dengan yang diinginkan dan diharapkan oleh konsumen.

Menurut Wyckof dan Lovelock dalam Sugiarto (2002) kualitas adalah tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Dengan kata lain ada faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected service dan perceived service. Jika jasa yang diterima atau dirasakan (perceived service) sesuai dengan yang diharapkan,


(65)

kualitas tersebut akan dianggap baik dan memuaskan. Jika jasa yang diterima melampaui harapan, kualitas pelayanan tersebut dipandang ideal. Sebaliknya jika jasa yang diterima lebih rendah dari pada yang diharapkan kualitas pelayanan tersebut dianggap buruk. Jadi baik buruknya kualitas pelayanan tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan pelanggan secara konsisten. Konsep kualitas pada dasarnya bersifat relatif, tergantung dari perspektif yang digunakan untuk menentukan ciri-ciri dan spesifikasi. Pada dasarnya terdapat tiga orientasi kualitas yang seharusnya konsisten satu sama lain : (1) persepsi konsumen, (2) produk atau jasa dan (3) proses. Untuk yang berwujud barang ketiga orientasi ini hampir selalu dapat dibedakan dengan jelas, tetapi tidak untuk jasa. Untuk jasa produk dan proses tidak dapat dibedakan dengan jelas, bahkan produknya adalah proses itu sendiri.

Menurut Gronroos dalam Ratminto dan Winarsi (2005) pelayanan adalah suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang terjadi akibat adanya interaksi antar konsumen dan karyawan atau hal-hal lain yang disebabkan oleh perusahaan pemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan konsumen/pelanggan.

Deming (1980) dalam Bustami (2011) mengemukakan bahwa mutu atau kualitas dapat dilihat dari aspek konteks, persepsi pelanggan, dan kebutuhan dan keinginan pelanggan, seperti berikut :

1. Dari aspek konteks, mutu adalah suatu karakteristik atau atribut dari suatu produk atau jasa.


(66)

2. Dari aspek persepsi pelanggan, mutu adalah penilaian subjektif pelanggan. Persepsi pelanggan dapat berubah karena pengaruh berbagai hal seperti iklan, reputasi produk atau jasa yang dihasilkan, pengalaman, dan sebagainya.

3. Dari aspek kebutuhan dan keinginan pelanggan, mutu adalah apa yang dikehendaki dan dibutuhkan oleh pelanggan.

Kualitas pelayanan rumah sakit adalah derajat kesempurnaan rumah sakit untuk memenuhi permintaan konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai dengan standard profesi dan standard pelayanan dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di Rumah Sakit dengan wajar, efisien dan selektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan konsumen.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas pelayanan di rumah sakit adalah ukuran seberapa bagus pelayanan yang diberikan kepada pasien melalui pemenuhan kebutuhan pasien sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dalam mendapatkan pelayanan di rumah sakit.

2.4.2. Aspek-aspek Kualitas Pelayanan

Aspek kualitas jasa atau pelayanan yang merupakan aspek sebuah pelayanan prima. Faktor yang menentukan kualitas pelayanan rumah sakit yaitu :

1. Kehandalan yang mencakup dua hal pokok, yaitu konsistensi kerja dan kemampuan untuk dipercaya.


(67)

2. Daya tanggap, yaitu sikap tanggap para karyawan rumah sakit melayani saat dibutuhkan pasien.

3. Kemampuan, yaitu memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat memberikan jasa tertentu.

4. Mudah untuk dihubungi atau ditemui.

5. Sikap sopan santun, respek dan keramahan karyawan.

6. Komunikasi, yaitu memberikan informasi kepada pelanggan dalam bahasa yang dapat dengan mudah mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan pasien.

7. Dapat dipercaya atau jujur. 8. Jaminan keamanan

9. Usaha untuk mengerti dan memahami kebutuhan pasien.

10. Bukti langsung, yaitu bukti fisik dari jasa bisa berupa fasilitas fisik, peralatan yang digunakan, representasi fisik dan jasa.

Dalam perkembangan berikutnya, Pasuraman dkk (1988) dalam Bustami (2011) menyatakan bahwa 10 faktor yang mempengaruhi kualitas yang dengan dirangkum menjadi 5 faktor pokok dalam keunggulan pelayanan, yaitu:

1. Bukti fisik (tangibles), bukti langsung yang meliputi fasilitas fisik, perlengkapan dan material yang digunakan rumah sakit dan penampilan karyawan yang ada. 2. Reliabilitas (reliability), berkaitan dengan kehandalan kemampuan rumah sakit

untuk memberikan pelayanan yang segera dan akurat sejak pertama kali tanpa membuat kesalahan apapun dan memuaskan. Secara umum dimensi reliabilitas


(68)

merefleksikan konsistensi dan kehandalan (hal yang dapat dipercaya dan dipertanggungjawabkan) dari penyedia pelayanan. Dengan kata lain, reliabilitas berarti sejauhmana jasa mampu memberikan apa yang telah dijanjikan kepada pelanggannya dengan memuaskan. Hal ini berkaitan erat dengan apakah perusahaan / instansi memberikan tingkat pelayanan yang sama dari waktu ke waktu, apakah perusahaan/instansi memenuhi janjinya, membuat catatan yang akurat, dan melayani secara benar.

3. Daya tanggap (responsiveness), sehubungan dengan kesediaan dan kemampuan para karyawan untuk membantu para pasien dan merespon permintaan mereka dengan tanggap, serta menginformasikan jasa secara tepat. Dimensi ini menekankan pada sikap dari penyedia jasa yang penuh perhatian, cepat dan tepat dalam menghadapi permintaan, pertanyaan, keluhan, dan masalah dari pelanggan. Dimensi ketanggapan ini merefleksikan komitmen perusahaan atau instansi untuk memberikan pelayanan yang tepat pada waktunya dan persiapan perusahaan / instansi sebelum memberikan pelayanan.

4. Jaminan (assurance), yakni mencakup pengetahuan, keterampilan, kesopanan, mampu membutuhkan kepercayaan pasiennya. Jaminan juga berarti bahwa bebas bahaya, resiko dan keragu-raguan. Dimensi-dimensi ini merefleksikan kompetensi perusahaan, keramahan (sopan santun), kepada pelanggan, dan keamanan operasionalnya. Kompetensi ini berkaitan dengan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan jasa.


(1)

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Casesa N Percent Selected Cases Included in Analysis 106 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 106 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 106 100.0

a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value Internal Value

tinggi 0

rendah 1

Block 0: Beginning Block

Classification Tablea,b

Observed

Predicted pemanfaatan rumah sakit

Percentage Correct tinggi rendah

Step 0 pemanfaatan rumah sakit tinggi 57 0 100.0

rendah 49 0 .0

Overall Percentage 53.8

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 0 Constant -.151 .195 .603 1 .438 .860


(2)

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 0 Variables jarak tempuh 27.398 1 .000

waktu tempuh 25.292 1 .000 transportasi 17.781 1 .000 kondisi jalan 17.003 1 .000 bukti fisik 40.809 1 .000 kehandalan 27.398 1 .000 daya tanggap 33.751 1 .000 jaminan 18.809 1 .000 empati 26.188 1 .000 Overall Statistics 67.622 9 .000

Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step 1 Step 43.812 1 .000

Block 43.812 1 .000 Model 43.812 1 .000 Step 2 Step 15.285 1 .000 Block 59.097 2 .000 Model 59.097 2 .000 Step 3 Step 14.817 1 .000 Block 73.913 3 .000 Model 73.913 3 .000 Step 4 Step 7.482 1 .006 Block 81.395 4 .000 Model 81.395 4 .000 Step 5 Step 7.106 1 .008 Block 88.502 5 .000 Model 88.502 5 .000 Step 6 Step 5.127 1 .024 Block 93.629 6 .000 Model 93.629 6 .000

Model Summary

Step -2 Log likelihood Cox & Snell R Square Nagelkerke R Square

1 102.531a .339 .452

2 87.246b .427 .571

3 72.430c .502 .671

4 64.947d .536 .716

5 57.841d .566 .756

6 52.714d .587 .784

a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001. b. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001. c. Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than .001. d. Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

Classification Tablea

Observed

Predicted pemanfaatan rumah sakit

Percentage Correct tinggi rendah

Step 1 pemanfaatan rumah sakit tinggi 47 10 82.5

rendah 10 39 79.6

Overall Percentage 81.1

Step 2 pemanfaatan rumah sakit tinggi 47 10 82.5

rendah 10 39 79.6

Overall Percentage 81.1

Step 3 pemanfaatan rumah sakit tinggi 47 10 82.5

rendah 7 42 85.7

Overall Percentage 84.0

Step 4 pemanfaatan rumah sakit tinggi 47 10 82.5

rendah 7 42 85.7

Overall Percentage 84.0

Step 5 pemanfaatan rumah sakit tinggi 52 5 91.2

rendah 8 41 83.7

Overall Percentage 87.7

Step 6 pemanfaatan rumah sakit tinggi 52 5 91.2

rendah 7 42 85.7

Overall Percentage 88.7


(4)

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Step 1a bukti fisik 2.909 .497 34.261 1 .000 18.330

Constant -1.548 .348 19.748 1 .000 .213 Step 2b jarak tempuh 2.042 .551 13.726 1 .000 7.705 bukti fisik 2.746 .551 24.812 1 .000 15.573 Constant -2.490 .504 24.369 1 .000 .083 Step 3c jarak tempuh 2.120 .613 11.944 1 .001 8.328 bukti fisik 3.050 .657 21.556 1 .000 21.119 jaminan 2.291 .667 11.792 1 .001 9.888 Constant -3.966 .792 25.085 1 .000 .019 Step 4d jarak tempuh 2.128 .661 10.370 1 .001 8.399 bukti fisik 2.466 .729 11.440 1 .001 11.781 daya tanggap 1.968 .754 6.803 1 .009 7.154 jaminan 2.942 .861 11.686 1 .001 18.948 Constant -5.063 1.131 20.037 1 .000 .006 Step 5e jarak tempuh 2.348 .734 10.226 1 .001 10.467 bukti fisik 2.049 .826 6.159 1 .013 7.759 kehandalan 1.811 .716 6.406 1 .011 6.119 daya tanggap 2.195 .849 6.682 1 .010 8.980 jaminan 3.210 .990 10.521 1 .001 24.780 Constant -6.165 1.421 18.817 1 .000 .002 Step 6f jarak tempuh 2.113 .746 8.020 1 .005 8.270 transportasi 2.078 1.020 4.150 1 .042 7.992 bukti fisik 1.788 .829 4.647 1 .031 5.977 kehandalan 2.222 .818 7.380 1 .007 9.222 daya tanggap 2.260 .860 6.904 1 .009 9.584 jaminan 2.375 .975 5.935 1 .015 10.755 Constant -7.219 1.618 19.904 1 .000 .001 a. Variable(s) entered on step 1: bukti fisik.

b. Variable(s) entered on step 2: jarak tempuh. c. Variable(s) entered on step 3: jaminan. d. Variable(s) entered on step 4: daya tanggap. e. Variable(s) entered on step 5: kehandalan. f. Variable(s) entered on step 6: transportasi.

Model if Term Removeda

Variable

Model Log Likelihood

Change in -2

Log Likelihood df

Sig. of the Change Step 1 bukti fisik -73.185 43.839 1 .000 Step 2 jarak tempuh -51.960 16.673 1 .000 bukti fisik -60.283 33.320 1 .000 Step 3 jarak tempuh -43.510 14.590 1 .000 bukti fisik -53.250 34.071 1 .000

jaminan -44.410 16.390 1 .000

Step 4 jarak tempuh -39.054 13.160 1 .000 bukti fisik -39.970 14.994 1 .000 daya tanggap -36.587 8.226 1 .004

jaminan -43.877 22.807 1 .000

Step 5 jarak tempuh -36.072 14.302 1 .000 bukti fisik -32.623 7.405 1 .007 kehandalan -32.665 7.488 1 .006 daya tanggap -33.289 8.738 1 .003


(5)

Step 6 jarak tempuh -31.441 10.168 1 .001 transportasi -29.167 5.620 1 .018 bukti fisik -28.995 5.275 1 .022 kehandalan -31.256 9.799 1 .002 daya tanggap -30.841 8.967 1 .003

jaminan -30.954 9.195 1 .002

a. Based on conditional parameter estimates

Variables not in the Equation

Score df Sig. Step 1 Variables jarak tempuh 16.254 1 .000

waktu tempuh 15.163 1 .000 transportasi 12.115 1 .001 kondisi jalan 6.132 1 .013 kehandalan 8.654 1 .003 daya tanggap 8.146 1 .004 jaminan 16.250 1 .000

empati 3.878 1 .049

Overall Statistics 44.065 8 .000 Step 2 Variables waktu tempuh .103 1 .749 transportasi 10.279 1 .001 kondisi jalan 6.613 1 .010 kehandalan 8.037 1 .005 daya tanggap 4.152 1 .042 jaminan 14.443 1 .000

empati 1.174 1 .279

Overall Statistics 34.252 7 .000 Step 3 Variables waktu tempuh .031 1 .861 transportasi 3.682 1 .055 kondisi jalan 3.003 1 .083 kehandalan 7.123 1 .008 daya tanggap 7.924 1 .005

empati 5.493 1 .019

Overall Statistics 21.679 6 .001 Step 4 Variables waktu tempuh .012 1 .913 transportasi 3.312 1 .069 kondisi jalan 5.855 1 .016 kehandalan 7.215 1 .007

empati 2.025 1 .155

Overall Statistics 15.225 5 .009 Step 5 Variables waktu tempuh .004 1 .948 transportasi 4.795 1 .029 kondisi jalan 3.265 1 .071

empati 2.119 1 .145

Overall Statistics 9.711 4 .046 Step 6 Variables waktu tempuh .004 1 .952 kondisi jalan 2.781 1 .095

empati 2.143 1 .143


(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan terhadap Kepuasan Pasien Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah ( RSUD ) Kotapinang Labuhanbatu Selatan

10 78 103

Pengaruh Anggaran Pemerintah Daerah (Pemda) Terhadap Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pidie Tahun 2009

1 60 117

Pengaruh Karakteristik Masyarakat Miskin Dan Pelayanan Kesehatan Terhadap Pemanfaatan Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2007

2 43 70

HUBUNGAN KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP DI BADAN PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MAGELANG

1 10 10

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 6 14

ANALISIS PENGARUH KUALITAS PELAYANAN KESEHATAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN DI Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 4 17

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 6 7

DAFTAR PUSTAKA Analisis Pengaruh Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Kepuasan Pasien Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Karanganyar.

0 10 5

Pengaruh Kompetensi Aparatur Terhadap Kualitas Pelayanan Kesehatan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Sumedang.

0 0 2

Kualitas Pelayanan Kesehatan Terhadap Pasien yang Menggunakan Jamkesmas di Rumah Sakit Umum Daerah Banyumas.

0 1 1