penyakit bedah, penyakit anak, dan pelayanan kebidanan. Rumah sakit ini didirikan di setiap ibukota kabupaten yang menampung pelayanan rujukan dari
puskesmas. 4. Rumah sakit umum kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas
dan kemampuan pelayanan medik dasar, sama halnya seperti rumah sakit kelas C, rumah sakit kelas D juga menerima pelayanan rujukan dari puskesmas.
5. Rumah sakit umum kelas E adalah rumah sakit khusus special hospital yang menyelenggarakan hanya satu macam pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini
banyak rumah sakit kelas E yang ditemukan misalnya rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah sakit ibu dan anak dan
lain sebagainya yang seperti ini.
2.2.3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Umum Daerah
Standar pelayanan minimal rumah sakit umum daerah diatur dengan keputusan Menteri Kesehatan Nomor 228MENKESSKIII2002. Dalam keputusan
menteri ini dituliskan bahwa : 1. Standar pelayanan minimal rumah sakit daerah adalah penyelenggaraan
pelayanan manajemen rumah sakit, pelayanan medik, pelayanan penunjang dan pelayanan keperawatan baik rawat inap maupun rawat jalan yang minimal harus
diselenggarakan oleh rumah sakit. 2. Indikator. Indikator adalah merupakan variabel ukuran atau tolok ukur yang dapat
menunjukkan indikasi-indikasi terjadinya perubahan tertentu.
Universitas Sumatera Utara
3. Standar adalah spesifikasi teknis atau sesuatu yang dibakukan sebagai patokan dalam melakukan kegiatan. Standar ini dapat ditentukan berdasarkan kesepakatan
provinsi, kabupatenkota sesuai dengan evidence base. 4. Bahwa rumah sakit sesuai dengan kewenangannya wajib yang harus dilaksanakan
oleh rumah sakit provinsikabupatenkota, maka harus memberikan pelayanan keluarga miskin dengan biaya ditanggung pemerintah.
5. Secara khusus selain pelayanan yang harus diberikan kepada masyarakat wilayah setempat maka rumah sakit juga harus meningkatkan manajemen dalam rumah
sakit yang meliputi : a. Manajemen sumber daya manusia.
b. Manajemen keuangan. c. Manajemen sistem informasi rumah sakit, ke dalam dan keluar rumah sakit.
d. Sarana prasarana. e. Mutu pelayanan.
2.3. Letak Geografis
2.3.1. Pengertian Letak Geografi
Geografi adalah interaksi antar ruang. Definisi ini dikemukakan oleh Ullman 1954 dalam bukunya yang berjudul Geography, A Spatial Interaction. Sedangkan
menurut hasil Seminar Lokakarya di Semarang 2008 geografi adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kewilayahan atau ke lingkungan dalam konteks ke ruangan.
Universitas Sumatera Utara
Akses geografi adalah faktor-faktor geografi yang memudahkan atau menghambat pemanfaatan pelayanan kesehatan, berkaitan dengan jarak tempuh,
waktu tempuh dan biaya tempuh. Hubungan antara akses geografi dengan volume penggunaan pelayanan tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang
ada. Peningkatan akses yang disebabkan oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh ataupun biaya tempuh mengakibatkan peningkatan pelayanan yang berhubungan
dengan keluhan-keluhan ringan, atau pemakaian pelayanan preventif akan lebih tinggi daripada pelayanan kuratif, sebagaimana halnya dengan pemanfaatan
pelayanan umum bila dibandingkan dengan pelayanan spesialis. Semakin berat suatu penyakit atau keluhan dan semakin canggih atau semakin khusus sumber daya
pelayanan, semakin kuat hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan Dever, 1984 dalam Suriati, 2009.
Letak geografis adalah letak suatu tempat yang didasarkan pada letak keadaan alam di sekitarnya. Letak geografis sangat menentukan terhadap pelayanan kesehatan
dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan. Pasien yang tinggal di tempat yang terpencil umumnya desa-desa yang masih terisolisir dan transportasi yang sulit
terjangkau, sehingga untuk menempuh perjalanan ke tempat pelayanan kesehatan akan memerlukan waktu yang lama, sementara pasien harus memeriksakan
kesehatannya Meilani, 2009. Jarak yang mudah terjangkau dan tersedianya fasilitas yang memadai akan
memberi kemudahan bagi pasien untuk memeriksakan kesehatannya sehingga jika terdapat keadaan gawat darurat dapat segera ditangani Yeyeh, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Letak geografis dan wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan setelah melalui pemekaran maka terjadi perubahan-perubahan wilayah. Saat ini Kabupaten Tapanuli
Selatan terdiri dari 12 kecamatan dengan luas 4.502,26 km
2
1. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu dan Kabupaten Padang Lawas Utara.
, dengan ketinggian 0- 2.009 meter di atas permukaan laut. Daerah yang berada pada ketinggian 0 meter
umumnya terdapat di daerah pantai barat Kabupaten Tapanuli Selatan, yaitu di Desa Muara Upu Kecamatan Muara Batang Toru. Sedangkan daerah yang berdiri pada
ketinggian 2.009 meter terdapat pada Gunung Tapulomajung di Kecamatan Saipar Dolok Hole. Secara administratif, Kabupaten Tapanuli Selatan mempunyai batas-
batas sebagai berikut :
2. Di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Mandailing Natal. 3. Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan Samudera
Indonesia. 4. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten
Tapanuli Tengah. Keadaan topografis Kabupaten Tapanuli Selatan terdiri dari dataran rendah,
bergelombang, berbukit dan bergunung. Daerah ini dikelilingi oleh Gunung Gongonan di Kecamatan Batang Angkola, Gunung Lubuk Raya di Kecamatan
Angkola Barat dan Gunung Sibual-buali di Kecamatan Sipirok. Faktor geografis dan topografis wilayah Kabupaten Tapanuli Selatan akan mempengaruhi masyarakat
dalam melakukan aktivitas antar wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Peta Kabupaten Tapanuli Selatan 2.3.2. Teori Lokasi Industri
Dalam dunia nyata, kondisi setiap wilayah adalah berbeda. Dampaknya lebih mudah dianalisis karena kita telah mengetahui tingkah laku manusia dalam kondisi
potensi ruang adalah sama. Salah satu unsur ruang adalah jarak. Jarak menciptakan “gangguan” ketika manusia berhubunganbepergian dari suatu tempat ke tempat
lainnya. Jarak menciptakan gangguan karena dibutuhkan waktu dan tenaga biaya untuk mencapai lokasi yang satu dari lokasi lainnya. Selain itu, jarak juga
menciptakan gangguan informasi sehingga semakin jauh dari suatu lokasi makin
Universitas Sumatera Utara
kurang diketahui potensikarakter yang terdapat pada lokasi tersebut. Makin jauh jarak yang ditempuh, makin menurun minat seseorang untuk bepergian dengan
asumsi faktor lain semuanya sama. Salah satu hal yang banyak dibahas dalam teori lokasi adalah pengaruh jarak terhadap intensitas orang bepergian dari satu lokasi ke
lokasi lainnya Tarigan, 2009. Menurut Supriyanto 2010, dalam pemasaran industri jasa kesehatan, ada
beberapa prinsip pemilihan tempat, yaitu: 1. Availability, ketersediaan jenis atau variasi jasa secara lengkap.
2. Accessibility keterjangkauan, yang meliputi: a. Aspek fisik geografis, ekonomis, lokasi strategis, kebersihan
b. Aspek sosio-emosional memenuhi selera 3. Equity, keadilan dan pemerataan bagi yang benar-benar membutuhkan.
4. Acceptance, respon penerimaan masyarakat terkait dengan tempat parkir, keamanan, kenyamanan, prosedur kontak atau transaksi, proses penyampaian.
5. Pengembangan Sistem Rujukan, misalnya: satelit layanan, kemitraan, dan kelas jauh.
6. Services Consistency, kesesuaian dengan promosi yang dijanjikan. 7. Legalitas, sah tidaknya suatu tempat pelayanan kesehatan. Misalnya: perizinan
tempat atau perizinan usaha. 8. Comport and Convenience, tempat nyaman dan menyenangkan.
Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Ruang Kota dan Kesehatan