PERUMUSAN MASALAH HIPOTESA MANFAAT PENELITIAN KERANGKA KONSEP

I.2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas maka permasalahan yang muncul pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah kombinasi Amodiakuin dengan Sulfadoksin-pirimetamin mempunyai efikasi yang lebih baik dibanding dengan kombinasi Artesunat dengan Sulfadoksin-pirimetamin pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Nias Selatan.

I.3. HIPOTESA

Obat kombinasi Amodiakuin + Sulfadoksin-pirimetamin lebih efektif dibandingkan dengan kombinasi obat Artesunat + Sulfadoksin-pirimetamin pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di Kabupaten Nias Selatan. I.4. TUJUAN PENELITIAN I.4.1. Tujuan Umum Untuk mencari efikasi penggunaan obat antimalaria kombinasi terhadap malaria falciparum di Kabupaten Nias Selatan.

I.4.2. Tujuan Khusus

I.4.2.1. Untuk mengetahui apakah kombinasi Amodiakuin + Sulfadoksin- pirimetamin dapat digunakan untuk meningkatkan keberhasilan pengobatan malaria falciparum di Kabupaten Nias Selatan. I.4.2.2. Untuk mengetahui efikasi masing-masing kombinasi obat antimalaria terhadap malaria falciparum di Kabupaten Nias Selatan. Philip Darmawan Sony : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin…, 2007 USU e-Repository © 2008

I.5. MANFAAT PENELITIAN

- Untuk mendapatkan terapi alternatif mana yang bisa dipakai untuk pengobatan penderita malaria falciparum tanpa komplikasi di daerah yang resisten terhadap obat-obat antimalaria standar. - Sebagai masukan bagi kalangan praktisi dalam menentukan obat antimalaria alternatif yang lebih efektif untuk menentukan kebijakan dalam pengobatan malaria falciparum di Kabupaten Nias Selatan khususnya dan Indonesia pada umumnya.

I.6. KERANGKA KONSEP

Penelitian ini dilakukan pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi dengan melakukan pengamatan pada perubahan kepadatan Plasmodium serta efek samping obat antimalaria kombinasi yang dipergunakan dalam penelitian ini. Pengamatan dilakukan pada saat sebelum makan obat dan beberapa kali setelah makan obat. Penderita malaria falciparum tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok pengobatan secara random sederhana, yaitu kelompok penderita yang mendapatkan kombinasi pengobatan Artesunat + Sulfadoksin-pirimetamin dan kelompok penderita yang mendapatkan kombinasi pengobatan Amodiakuin + Sulfadoksin-pirimetamin. Kombinasi Artesunat + Sulfadoksin-pirimetamin maupun kombinasi Amodiakuin + Sulfadoksin-pirimetamin adalah merupakan salah satu terapi kombinasi dengan derivat Artemisinin pada penderita malaria falciparum tanpa komplikasi. Philip Darmawan Sony : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin…, 2007 USU e-Repository © 2008 TERAPI KOMBINASI ARTESUNAT + SULFADOKSIN- PIRIMETAMIN TERAPI KOMBINASI AMODIAKUIN + SULFADOKSIN- PIRIMETAMIN MALARIA FALCIPARUM TANPA KOMPLIKASI • KEPADATAN PLASMODIUM • EFEK SAMPING OBAT Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian Philip Darmawan Sony : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin…, 2007 USU e-Repository © 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II.1. EPIDEMIOLOGI MALARIA

Malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara-negara yang sedang berkembang terutama di negara-negara tropis seperti Indonesia. Setiap tahunnya dijumpai hampir sebanyak 120 juta kasus malaria di dunia. Malaria merupakan penyakit infeksi sistemik yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles betina. Plasmodium yang dapat mengenai manusia adalah Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale dan Plasmodium falciparum Gunawan, 2000. Plasmodium falciparum merupakan jenis Plasmodium yang paling berbahaya dan dapat mengakibatkan kematian. Di Indonesia angka kejadian malaria masih sangat tinggi, yaitu terdapat 15 juta kasus malaria dengan 38 ribu kematian setiap tahunnya Survei Kesehatan Rumah Tangga, 2001. Di Jawa dan Bali misalnya, angka kejadian parasit tahunan Annual Parasite Incidence – API meningkat dari 0,12 per 1000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 0,3 per 1000 penduduk pada tahun 1998, 0,62 per 1000 penduduk pada tahun 1999, 0,81 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 0,62 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Di luar Jawa Bali terjadi peningkatan Annual Clinical Malaria Incidence AMI dari 16,06 per 1000 penduduk pada tahun 1997 menjadi 21,97 per 1000 penduduk pada tahun 1998, 24,9 per 1000 penduduk pada tahun 1999, 31,09 per 1000 penduduk pada tahun 2000 dan 26,02 per 1000 penduduk pada tahun 2001. Philip Darmawan Sony : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin…, 2007 USU e-Repository © 2008