Sulfadoksin-pirimetamin SIKLUS HIDUP PLASMODIUM MALARIA

Kombinasi antimalaria adalah pemakaian dua jenis atau lebih antimalaria yang bersifat skizontosida serta mempunyai cara kerja farmakologi yang berbeda. Tujuan pemakaian kombinasi antimalaria, selain untuk meningkatkan efek obat, secara sinergis dan aditif, juga mencegah timbulnya resisten. Hal ini diperkirakan karena dengan penggunaan secara kombinasi, peluang untuk menjadi resisten terhadap kedua obat yang dikombinasikan itu semakin kecil yaitu hasil perkalian peluang masing-masing obat itu untuk menjadi resisten bila digunakan secara tunggal. Pada saat ini penggunaan kombinasi derivat artemisinin, telah terbukti efektif dalam mengurangi morbiditas dan mortalitas akibat penyakit malaria WHO,2006 ; White, 1999 ; Bloland, 2001 ; Kremsner dkk, 2004.

II.4.1. Sulfadoksin-pirimetamin

Sulfadoksin-pirimetamin merupakan obat antimalaria kombinasi antara sulfonamida atau sulfon dengan diaminopirimidin yang bersifat skizontosida jaringan Plasmodium falciparum, skizontosida darah dan sporontosida untuk keempat jenis Plasmodium manusia Tjitra, 2000. Kombinasi obat ini menghambat pembentukan asam folat dengan mengikat enzim parasit yaitu dihydropteroate synthase dan dihydrofolate reductase. Asam folat dibutuhkan oleh parasit untuk pembentukan asam nukleat yang berguna untuk pembentukan inti parasit. Obat ini sangat praktis karena dapat diberi dalam dosis tunggal, namun obat ini mempunyai kelemahan karena mudah menimbulkan resisten. Oleh karena itu, kombinasi obat ini digunakan secara selektif untuk pengobatan radikal malaria falciparum di daerah yang resisten terhadap antimalaria klorokuin Tjitra, 2000. Sulfadoxine Philip Darmawan Sony : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin…, 2007 USU e-Repository © 2008 Pyrimethamine Gambar 5. Struktur kimia Sulfadoksin-pirimetamin WHO, 2006 Secara farmakologis pirimetamin bekerja dengan cara menghambat enzim dihydrofolate reductase dari Plasmodium sehingga menghalangi pembentukan asam nukleat pada parasit malaria. Sedangkan sulfadoksin bekerja berkompetisi dengan enzim dihydropteroate synthase sehingga pembentukan asam folat yang diperlukan oleh parasit tidak terbentuk WHO, 2006. Di Indonesia obat ini tersedia hanya dalam bentuk tablet untuk pemberian per-oral dan setiap tabletnya mengandung 500 mg sulfadoksin atau sulfalen dan 25 mg pirimetamin. Konsentrasi puncak dalam darah dicapai dalam 2 – 4 jam. Dengan waktu paruh sulfadoksin adalah 180 jam dan pirimetamin adalah 90 jam. Dosis yang digunakan untuk sulfadoksin adalah 25 mgkg BB dan pirimetamin 1,25 mgkg BB. Saat ini kombinasi sulfadoksin-pirimetamin merupakan pilihan pertama first line drug untuk kasus malaria falciparum tanpa komplikasi yang resisten klorokuin atau daerah yang telah dinyatakan resisten terhadap klorokuin. Efek samping yang pernah dilaporkan adalah kulit kemerahan dengan gatal dan sindroma Steven Johnson Tjitra,2000. Philip Darmawan Sony : Perbandingan Efikasi Terapi Kombinasi Sulfadoksin-Pirimetamin + Artesunat Dengan Sulfadoksin…, 2007 USU e-Repository © 2008

II.4.2. Amodiakuin