Latar Belakang PENDIDIKAN FORMAL

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Di Indonesia, keberadaan yayasan telah dikenal sejak zaman pemerintahan Hindia Belanda, yang dikenal dengan sebutan “stichting”. Namun tidak ada suatu peraturan yang menegaskan bentuk hukum, tujuan dan kegiatan apa saja yang boleh dilakukan suatu yayasan tersebut. Stichting dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata KUHPerdata hanya disebut dalam beberapa Pasal, antara lain Pasal 365 KUHPerdata, mengenai stichting sebagai wali, dan Pasal 899 KUHPerdata yakni bahwa stichting dapat didirikan sekaligus menerima sesuatu dalam akta notaris yang sama. Ketentuan Pasal 899 KUHPerdata, merupakan pengecualian yang menyimpang, dari ketentuan bahwa seseorang harus ada untuk menikmati sesuatu dari hibah wasiat. Sedangkan dalam pasal-pasal lainnya, yakni Pasal 900 dan Pasal 1680 KUHPerdata tidak menyebutkan secara tegas mengenai stichting tetapi dapat disimpulkan bahwa stichting diakui keberadaannya. 1 Tujuan dan kegiatan stichting, termasuk pengaturan mengenai harta kekayaan stichting diatur berdasarkan kebiasaan-kebiasaan yang terjadi, karena kebutuhan dan 1 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan di Indonesia, Jakarta: PT. Abadi, 2003, hlm. 4. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 dapat diterima dalam masyarakat, pada masa pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian berkembang atas dasar yurisprudensi putusan Mahkamah Agung. Yayasan dalam perkembangannya di Indonesia, setelah Hindia Belanda lepas dari penjajahan Belanda dan Jepang kemudian menjadi negara merdeka dan berdaulat, terdapat yurisprudensi Mahkamah Agung Indonesia dalam Putusan Mahkamah Agung Indonesia Republik Indonesia tanggal 27 Juni 1973 No. 124KSip1973 yang berpendirian bahwa, yayasan merupakan suatu badan hukum, yang kemudian disusul dengan Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 8 Juli 1975 No. 476KSip1975, berpendirian bahwa perubahan wakaf menjadi yayasan dapat saja karena tujuan dan maksudnya tetap. 2 Pengaturan yayasan, meskipun belum ada undang-undangnya dan yurisprudensi tidak banyak memutuskan mengenai yayasan, namun tidak mengurangi kenyataan, cepatnya pertumbuhan yayasan. Pertanyaan yang muncul atas kondisi tersebut yaitu apakah yayasan menjadi badan hukum karena berdasarkan undang- undang, seperti halnya pemberian status badan hukum kepada badan hukum lainnya, atau karena berdasarkan kebiasaan, doktrin dan yurisprudensi saja. 3 Kebiasaan dan yurisprudensi yang ada, tidak secara lengkap dan menjamin kepastian hukum tentang yayasan, sehingga sering dijumpai kasus-kasus sengketa 2 Ibid, hlm. 5. 3 Kebiasaan, menurut Prof. Dr. Mr. L.J. van Apeldoorn dalam bukunya berjudul “Pengantar Ilmu Hukum”, Cet. XXIX Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2001 hlm. 112-113, adalah peraturan yang timbul dari pergaulan hidup sendiri. Syarat-syarat terutama untuk terbentuknya hukum kebiasaan adalah a adanya suatu tindakan menurut garis tingkah laku yang tetap bersifat materiil, b mereka yang mengikutinya pada umumnya menimbulkan kesadaran bahwa mereka sudah semestinya berbuat begitu dan telah memenuhi kewajiban hukum atau bersifat psikologis. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 antara pengurus dengan pendiri atau pihak lain. Kemudian, dalam perkembangannya selama ini di Indonesia, tampak adanya kecenderungan yayasan telah bergerak dalam bidang usaha yang bersifat komersial, artinya, banyak dijumpai yayasan yang sudah mengarah kepada usaha-usaha yang berorientasi profit sebagaimana halnya sebuah perusahaan. Walaupun tidak ada aturan yang melarang yayasan melakukan kegiatan bisnis, akan tetapi pada hakekatnya tujuan yayasan bukanlah profit-oriented, melainkan social oriented. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa sebelum berlakunya UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, yayasan telah diterima sebagai badan hukum yang dapat melakukan kegiatan bisnis. Pertumbuhan yayasan, tidak diimbangi dengan pertumbuhan peraturan dan pranata yang memadai bagi yayasan itu sendiri, menyebabkan masing-masing pihak yang berkepentingan memberikan penafsirannya sendiri-sendiri sesuai dengan kebutuhan dan tujuan mereka. Hukum bagi yayasan belum berfungsi sebagai sarana pendorongpenggerak kemajuan masyarakat a social tool engineering atau sebagai alat pacu pembangunan an agent of development. Hal ini tampak pada pertumbuhan yayasan-yayasan yang melakukan kegiatan komersial dan berorientasi mencari keuntungan, bahkan ada yayasan yang mengelola lotere Yayasan Dana Bakti Kesejahteraan Sosial. 4 4 Hasbullah Syawie, Aspek-aspek Hukum Mengenai Yayasan di Indonesia, Varia Peradian Tahun IX No. 98 Nopember 1993. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Ditinjau dari cara pendirian atau pembentukannya, jenis yayasan dapat dibagi dua yaitu yayasan yang didirikan oleh pemerintah termasuk BUMN dan BUMD dan yayasan yang didirikan oleh orang perorangan atau swasta. Yayasan yang didirikan oleh pemerintah sebelum keluarnya UU Yayasan, ada yang didirikan hanya dengan Surat Keputusan dari Pejabat yang berwenang, dan ada yang didirikan dengan akta notaris. Kekayaan awal yayasan seperti ini dapat diambilkan dari kekayaan negara yang dipisahkan atau dilepaskan dari pemerintah dan dari kekayaan pribadi pendirinya. Pemerintah mendirikan yayasan pada hakekatnya merupakan entitas hukum privat, hal ini perlu dicermati, urgensinya pendirian yayasan oleh pemerintah atau BUMN dan BUMD begitu yayasan didirikan, yayasan tersebut akan berada dalam bingkai hukum privat, ia akan menjadi entitas hukum privat dengan segala konsekuensi yuridisnya. Secara yuridis akan disamakan dengan “hibah”, sehingga segala konsekuensi penggunaan, pengelolaan dan pengawasan atas kekayaan tersebut akan lepas sama sekali dari pihak yang memberikan atau yang menghibahkan. 5 Yayasan yang didirikan oleh swasta atau perorangan biasanya dilakukan dengan akta notaris. Kekayaan awal yayasan berasal dari milik para pendiri atau pengurus yayasan bersangkutan. Pada umumnya yayasan bergerak dalam bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang agama, bidang kebudayaan, dan bidang sosial. Yayasan di bidang pendidikan 5 Nindyo Pramono, Kedudukan Hukum Yayasan di Indonesia, kutipan buku Repormasi Yayasan Perspektif Hukum dan Manajemen, Yogyakarta: Andi, 2002, hlm. 6. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 ada yang mendirikan sekolah, mendirikan perguruan tinggi, memberikan bea siswa bagi siswa-siswa dan mahasiswa berprestasi, membiayai pengiriman tenaga pengajar ke luar negeri atau ke tempat-tempat lain dalam rangka peningkatan kegiatan akademis, atau memberikan dana untuk mengadakan penelitian research, dan sebagainya. 6 Pengertian Yayasan berdasarkan Pasal 1 angka 1 UUY, yaitu “badan hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”. Kriteria dan persyaratan tertentu, untuk dapat menjadi suatu badan hukum menurut UUY, yaitu: 1. Kriterianya: a. Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan; b. Kekayaan Yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan Yayasan; c. Yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan; d. Yayasan tidak mempunyai anggota. 2. Persyaratan: Pendirian yayasan sebagai badan hukum harus mendapat pengesahan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. 6 Abdul Muis, Yayasan sebagai Wadah Kegiatan Masyarakat Suatu Tinjauan Mengenai Yayasan Sebagai Badan Hukum dalam Menjalankan Kegiatan Sosial, Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, 1991, hlm. 1. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Memperhatikan ketentuan Pasal 1 UU Yayasan Nomor 16 Tahun 2001, status Badan Hukum Yayasan, yang pada mulanya berdasarkan sistem terbuka het open system van Rechtspersonen, menjadi sistem tertutup de Gesloten systeem van Rechtspersonen, artinya Yayasan menjadi Badan Hukum karena undang-undang atau berdasarkan undang-undang, bukan berdasarkan sistem terbuka yang berdasarkan pada kebiasaan, doktrin, dan ditunjang oleh Yurisprudensi. 7 Sebelum berlakunya UUY, Yayasan sebagai badan hukum rechtspersoon sudah sejak lama diakui, meskipun belum ada undang-undang yang mengaturnya. Dalam lalu lintas hukum sehari-hari Yayasan diperlakukan sebagai legal entity. 8 Selanjutnya, berdasarkan Pasal 11 ayat 1 UU Yayasan ditegaskan bahwa Yayasan baru memperoleh status Badan Hukum setelah akta pendiriannya memperoleh pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi manusia. Menurut Black’s Law Dictionary Pengertian badan hukum legal entity adalah “An entity, other than natural person, two has sufficient existence in legal contemplation that it can function legally, be sued or sue and make decisions through agents as in the case of corporation”. Selanjutnya, Yayasan bertujuan untuk kegiatan amal charity, pendidikan educational, keagamaan religius, riset research, atau tujuan kedermawanan lainnya other benevolent purpose. 9 7 Ibid. hlm 89. 8 Setiawan, S.H., Tiga Aspek Yayasan, Varia Peradilan Tahun V, No. 55 April 1990, hlm. 112. 9 Hendri Chambell Black, M.A., Black’s Law Dictionary, cet. 6. St.Paul, Minnesotta: USA, West Publishing Co, 1990, hlm. 656. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Berkaitan dengan badan hukum, terdapat ketentuan Staatsblad 1870 No. 64 tentang Rechtspersoonlijkheid van vereenigingen perkumpulan berbadan hukum pada Pasal 8 alenia pertama menurut Engelbrecht, perkumpulan-perkumpulan, yang tidak didirikan sebagai badan hukum menurut peraturan umum algemeene verordening atau tidak diakui menurut peraturan ini, dengan demikian tidak dapat melakukan tindakan-tindakan perdata”. Dari rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa badan hukum merupakan suatu badan yang mampu dan berhak serta berwenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata, artinya keberadaan badan hukum bersifat permanen, suatu badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya, tetapi harus memenuhi segala ketentuan dan persyaratan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar, yang menjadi sumber eksistensi badan hukum tersebut. Sebagai konsekwensinya, keberadaan badan hukum tidak tergantung pada kehendak para pendirinya atau para anggotanya tetapi apa yang ditentukan oleh hukum. Keberadaan Yayasan merupakan suatu kebutuhan bagi masyarakat yang menginginkan adanya wadah atau lembaga yang bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Dengan adanya Yayasan, maka segala keinginan sosial, keagamaan dan kemanusiaan itu dapat diwujudkan di dalam suatu lembaga yang telah diakui dan diterima keberadaannya. Bahkan ada pendapat mengatakan bahwa Yayasan merupakan nirlaba, artinya tujuannya bukan mencari keuntungan, melainkan melaksanakan sesuatu yang bersifat idealistis filantropis, atau amal. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Berkaitan dengan tujuan Yayasan, di Indonesia terdapat yurisprudensi Mahkamah Agung di mana sebelum berlakunya UUY menjadi acuan bagi Yayasan untuk penentuan tujuan Yayasan adalah laba. Akta Pendirian Yayasan adalah akta yang dibuat di hadapan Notaris yang berisikan keterangan mengenai identitas dan kesepakatan para pihak untuk mendirikan Yayasan beserta Anggaran Dasarnya. 10 Yayasan sebagai suatu badan hukum, memiliki hak dan kewajiban yang independen, yang terpisah dari hak dan kewajiban orang atau badan yang mendirikan yayasan, maupun para pengurus serta organ yayasan lainnya. 11 Yayasan merupakan suatu badan yang melakukan berbagai kegiatan yang bersifat sosial dan mempunyai tujuan idiil. 12 Sebelum lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan, pendirian yayasan di Indonesia dilakukan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat, doktrin, dan yurisprudensi. Keberadaan yayasan di Indonesia yang tidak diatur dalam suatu undang-undang telah menimbulkan berbagai masalah, baik masalah yang timbul karena tidak sesuainya maksud dan tujuan yayasan maupun masalah hukum. 13 10 AB. Sutanto, Dkk, Reformasi Yayasan, Perspektif Hukum dan Manajemen, Yogyakarta: Andi, 2002, hlm. 1. 11 Gunawan Wijaya, Yayasan di Indonesia suatu panduan Komprehensif, Jakarta: Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, 2002, hlm. 4. 12 I.G.Rai Widjaya, Hukum Perusahaan, Jakarta: Kesaint Blanc, 2002, hlm. 60. 13 Chatamarrasjid Ais, Badan Hukum Yayasan, Bandung; Citra Aditya Bakti, hlm. 88. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Organ yayasan terdiri dari pembina, pengurus, dan pengawas 14 , yang masing- masing organ tersebut memiliki tugas dan wewenang yang berbeda-beda dalam melakukan pengelolaan dan pengurusan yayasan. Pelaksanaan kegiatan yayasan dilakukan sepenuhnya oleh pengurus yayasan. pengurus yayasan menempati kedudukan sentral dalam mengendalikan yayasan dan mempunyai tanggungjawab yang besar, baik ke dalam maupun ke luar. 15 Keberhasilan yayasan bergantung kepada organ pengurusnya, sebagai organ yang dipercayakan untuk melakukan kegiatan dan melaksanakan fungsi yayasan. 16 Dalam melakukan tugasnya, pengurus yayasan didasarkan pada prinsip: fiduciary duty, duty of skill and care, statutory duty, dengan tujuan agar para pengurus dan penyelenggara yayasan melaksanakan tugasnya secara jujur dan adanya itikad baik, sesuai dengan maksud dan tujuan yayasan dan mempedomani ketentuan prinsip- prinsip yang terdapat dalam doktrin fiduciary duty yang telah disepakati, artinya apabila menyalahi wewenang dari ketentuan yang telah ada, secara internal dan eksternal pengurus yayasan dapat dimintai pertanggungjawabannya. 17 Prinsip fiduciary duty berlaku bagi direksipengurus dalam menjalankan tugasnya, baik dalam menjalankan fungsinya sebagai manajemen maupun sebagai representasi dari perseroanyayasan. Pengurus bertanggungjawab sepenuhnya atas 14 Pasal 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 15 Johannes Ibrahim, Hukum Organisasi Perusahaan, Bandung: Refika Aditama, 2006. hlm. 68. 16 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Hukum Yayasan di Indonesia, Jakarta: PT. Abadi, 2003, hlm. 104. 17 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit., hlm. 107. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 kepengurusan, baik untuk kepentingan maupun tujuan yayasan serta mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar pengadilan, 18 sesuai dengan asas persona standi in judicio, berarti pengurus mewakili yayasan dalam melakukan gugatan atau digugat. Jika pengurus yayasan melakukan perbuatan-perbuatan di luar batas-batas wewenangnya di luar tujuan sosial yayasan, badan hukum yayasan tidak terikat dan para pengurus pribadilah yang terikat dan bertanggungjawab sepenuhnya. 19 Di samping ketentuan yang tercantum di dalam peraturan perundang- undangan, kewenangan bertindak pengurus dibatasi berdasarkan maksud dan tujuan yayasan, sebagaimana dicantumkan di dalam Anggaran Dasar. Ketentuan yang diatur dalam Anggaran Dasar. Anggaran Dasar hanya dapat diubah sesuai dengan keterbukaan aturan yang ada dalam Anggaran Dasar tersebut. Jika ketentuan mengenai perubahan Anggaran Dasar tidak ada, serta tidak pula diatur oleh peraturan perundang-undangan, maka yang dapat mengadakan perubahan Anggaran Dasar adalah Pengadilan. 20 Anggaran Dasar merupakan hukum positif yang mengikat semua organ yayasan dan kekuatan mengikat Anggaran Dasar. Bagaimanapun dan dengan alasan apapun Anggaran Dasar tidak dapat dikesampingkan. Seandainya pengurus yayasan ingin melakukan perbuatan di luar dari ketentuan Anggaran Dasar, maka yang harus 18 Pasal 35 ayat 2 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 16 Tahun 2001 tentang Yayasan. 19 R. Ali Rido, Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Yayasan, Wakaf, Bandung: Alumni, 2004, hlm. 113. 20 Ibid. hlm. 10. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 dilakukan terlebih dahulu adalah dengan cara mengubah Anggaran Dasar sesuai dengan ketentuan UU Yayasan dan Anggaran Dasar itu sendiri, sehingga dengan demikian Pengurus Yayasan hanya menjalankan apa yang dikenal sebagai perwakilan statuter yakni perwakilan berdasarkan Anggaran Dasar Artinya wewenang pengurus tidak timbul dari peraturan perundang-undangan melainkan hanya berdasarkan Anggaran Dasar. 21 Berbicara mengenai Badan Hukum Pendidikan, ada berbagai masalah yang timbul dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, diantaranya mengenai hubungan antara Yayasan dan satuan pendidikan. Dalam penjelasan RUU tentang Badan Hukum Pendidikan 22 bahwa dalam rangka reformasi di bidang pendidikan, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah disusun berdasarkan visi pendidikan Nasional. Visi tersebut adalah terwujudnya sistem pendidikan sebagai suatu pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. 23 Yayasan yang bergerak dalam bidang pendidikan juga mempunyai kesamaan dalam hal pertanggungjawaban pengurus dalam melaksanakan kegiatan yayasan. 21 Ibid. hlm. 114. 22 Rancangan Undang-Undang Badan Hukum Pendidikan telah disahkan oleh DPR menjadi Undang-Undang pada tanggal 17 Desember 2008, dan diundangkan pada tanggal 16 Januari 2009 dengan nama Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 10 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4965. 23 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit, hlm. 183. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Yayasan sangat tergantung pada wakil-wakilnya dalam melakukan perbuatan hukum, agar yayasan dapat dengan mudah melakukan perbuatan hukum tersebut yayasan harus mempunyai organ Pembina yayasan merupakan organ mempunyai kewenangan yang tidak diserahkan kepada pengurus atau pengawas oleh undang-undang atau anggaran dasar. Sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam yayasan, pembina juga mempunyai tugas utama memonitor usaha pencapaian maksud dan tujuan yayasan dengan mengadakan rapat tahunan untuk melakukan evaluasi tentang kekayaan, hak dan kewajiban yayasan tahun yang lampau, sebagai dasar pertimbangan bagi perkiraan mengenai perkembangan yayasan untuk tahun yang akan. Ketentuan mengenai rapat pembina diatur dalam Pasal 30 ayat 1 dan ayat 2 UUY. Pembina mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam 1 satu tahun. Pengurus yayasan mempunyai tugas dan kewenangan melaksanakan kepangurusan dan perwakilan yang harus dijalankan semata-mata untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan. Pengurus yayasan diangkat boleh pembina berdasarkan keputusan rapat pembina untuk jangka waktu selama 5 lima tahun. Berdasarkan UUY, secara tegas diatur bahwa pengurus berhak mewakili yayasan baik di dalam maupun di luar Pengadilan. Hak untuk mewakili yayasan tersebut berkaitan dengan tugas-tugas pengurus yayasan sebagai pelaksana kepengurusan yayasan. Pengawas yayasan adalah organ yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasehat kepada pengurus dalam menjalankan kegiatan yayasan. Yang dapat diangkat menjadi pengawas adalah orang perseorangan yang mampu melakukan Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 perbuatan hukum. Setiap anggota pengawas yang dinyatakan bersalah dalam melakukan pengawasan yayasan yang menyebabkan kerugian bagi yayasan, masyarakat, danatau negara berdasarkan putusan pengadilan dalam jangka waktu paling lama 5 lima tahun sejak putusan tersebut memperoleh kekuatan hukum tetap, tidak dapat diangkat menjadi pengawas yayasan manapun. 24 Satuan pendidikan yang berbentuk badan hukum diperuntukkan bagi pendidikan formal dan pendidikan nonformal yang bertujuan mencerdaskan spiritual, emosional, intelektual, sosial dan psikomotorik. 25 Badan Hukum Yayasan bergerak dalam bidang pendidikan berdasarkan prinsip-prinsip nirlaba, otonom, akuntabel, transparan, penjamin mutu, layanan prima, non dikriminasi, keberagaman, keberlanjutan dan partisipatif. 26 Salah satu amanah reformasi yang masuk dalam substansi UU Sisdiknas, adalah tentang badan hukum pendidikan. Pasal 53 UU Sisdiknas, Pasal 53 UU Sisdiknas mengatur bahwa penyelenggaraan danatau satuan pendidikan formal yang didirikan oleh pemerintah atau masyarakat berbentuk badan hukum pendidikan, yang berfungsi memberikan pelayanan pendidikan kepada peserta didik, berprinsip nirlaba dan dapat mengelola dana secara mandiri untuk memajukan satuan pendidikan ayat 1, 2 dan 3. Substansi Pasal 53 UU Sisdiknas yang mencantumkan kata nirlaba, guna membendung liberalisasi pendidikan serta komersialisasi dan kapitalisasi dalam pengelolaan pendidikan formal. 24 Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit, hlm. 107-108. 25 http:www,polarhome.compipermail-m2002-October000408.html 26 Chatamarrasjid Ais,Op.Cit., hlm. 176. Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009 USU Repository © 2008 Mencermati ketentuan UU Yayasan dan UU Pendidikan Nasional, menjadi menarik untuk diteliti secara hukum mengenai tugas dan wewenang pengurus yayasan di bidang pendidikan, sistem pertanggungjawaban pengurus yayasan atas pelanggaran prinsip fiduciary duty, dan pertanggungjawaban pengurus yayasan berdasarkan prinsip badan hukum pendidikan, namun dalam kenyataannya belum sepenuhnya ketentuan tersebut dilaksanakan khususnya yayasan yang menyelenggarakan bidang pendidikan.

B. Perumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

1 41 100

Analisis Yuridis Terhadap Yayasan Yang Tidak Didaftarkan Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2004

1 37 120

YAYASAN HAYATI LESTARI (SAHATI) PADANG SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004, TENTANG YAYASAN.

0 1 7

Penqelolaan Pengurusan Yayasan Bakti Nusantara Isafat Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan.

0 0 6

PENGELOLAAN ASET YAYASAN ARDHYA GARINI BADAN PENGURUS CABANG LANUD PADANG BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN.

1 1 6

PELAKSANAAN PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR YAYASAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN DI KOTA PADANG (KHUSUS YAYASAN DIBIDANG PENDIDIKAN

0 0 20

BAB II PENGELOLAAN YAYASAN OLEH ORGAN YAYASAN A. Keberadaan Yayasan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 16 Tahun 2001 jo Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 - Tinjauan Yuridis Tentang Pembagian Kekayaan Dari Yayasan Kepada Organ Yayasan Ditinjau Dari Undang

0 0 31

BAB II KEDUDUKAN PENGURUS YAYASAN DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI PERGURUAN TINGGI BERDASARKAN PERSPEKTIF HUKUM POSITIF DI INDONESIA 1. Tugas dan Wewenang Pengurus Yayasan Berdasarkan Undang-Undang Yayasan - Pertanggungjawaban Pidana Pengurus Yayasan

0 0 20

Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 39

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pemindahan Hak Atas Kekayaan Yayasan Menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 JO Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2004 Tentang Yayasan

0 0 26