c. Bahan hukum tersier, adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti
kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah.
61
3. Metode Pengumpulan Sumber Bahan Hukum
Metode pengumpulan sumber bahan hukum dalam penelitian ini dilakukan melalui prosedur pengumpulan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan
bahan hukum tersier, bahan hukum yang telah diinventarisasi tersebut, dilakukan klasifikasi serta dianalisis untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, pendapat
atau pemikiran konseptual dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan objek penelitian.
4. Analisis Sumber Bahan Hukum
Terhadap bahan hukum, diolah dan dianalisis berdasarkan metode kualitatif yaitu dengan melakukan: Pertama, menemukan makna atau konsep-konsep yang
terkandung dalam bahan hukum konseptualisasi. Konseptualisasi ini dilakukan dengan cara memberikan interprestasi terhadap bahan hukum berupa kata-kata dan
kalimat-kalimat; Kedua, mengelompokan konsep-konsep yang sejenis atau berkaitan kategorisasi; Ketiga, menemukan hubungan di antara pelbagai kategori; Keempat,
61
Soerjono Soekamto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Pengantar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 195-196.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
hubungan di antara pelbagai kategori diuraikan dan dijelaskan. Penjelasan ini dilakukan dengan menggunakan perspektif pemikiran teoritis para sarjana.
Setelah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder diseleksi, kemudian dianalisis secara kualitatif menggunakan metode deduktif yaitu bertolak proporsi
umum yang kebenarannya telah diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
BAB II TUGAS DAN WEWENANG PENGURUS YAYASAN DALAM
KETENTUAN UNDANG-UNDANG YAYASAN
A. Konsep Yuridis Pengurus dalam Pengelolaan Yayasan
1. Kedudukan Hukum Yayasan
Sebelumnya adanya undang-undang yang mengatur tentang yayasan, kedudukan yayasan sebagai badan hukum rechtspersoon sudah diakui, dan
diberlakukan sebagai legal entity
62
, namun status yayasan sebagai badan hukum dipandang masih lemah karena tunduk pada aturan-aturan yang bersumber dari
kebiasaan atau yurisprudensi. Menurut Black’s Law Dictionary Pengertian Badan Hukum legal entity
adalah: “An entity, other than natural person, who has sufficient existence in legal contemplation that it can function legally, be sued or sue and make decisions through
agents as in the case of corporation.” Berkaitan dengan Badan Hukum, terdapat ketentuan Staatsblad 1870 No. 64 tentang Rechtspersoonlijkheid van Vereenigingen,
yang diterjemahkan menurut versi Engelbrecht sebagai berikut: “Perkumpulan- perkumpulan yang tidak didirikan sebagai badan hukum menurut peraturan umum
algemeene verordening atau tidak diakui menurut peraturan ini, tidak dapat melakukan tindakan-tindakan perdata”.
62
Setiawan, Tiga Aspek Yayasan, Varia Peradilan Tahun V, No. 55 April 1990, hlm. 112.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Badan hukum merupakan suatu badan yang mampu dan berhak serta berwewenang untuk melakukan tindakan-tindakan perdata. Keberadaan badan hukum
bersifat permanen, ia tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya saja, namun juga harus memenuhi segala ketentuan dan persyaratan
yang ditetapkan dalam anggaran dasar, yang menjadi sumber eksistensi badan hukum tersebut. Sebagai konsekwensinya, keberadaan badan hukum tidak hanya tergantung
pada kehendak para pendirinya atau para anggotanya tetapi apa yang ditentukan oleh hukum.
Pengaturan yayasan baru ada pada tahun 2001 yaitu dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan yang diundangkan pada
tanggal 6 Agustus 2001 Lembaran Negara RI Tahun 2001 No. 112 kemudian dirubah dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan Lembaran Negara RI Tahun 2004 No. 4430.
Umumnya Yayasan bergerak di bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang agama, bidang kebudayaan, dan bidang sosial. Yayasan di bidang pendidikan ada
yang mendirikan sekolah, mendirikan perguruan tinggi, memberikan bea siswa bagi siswa-siswa dan mahasiswa berprestasi, membiayai pengiriman tenaga pengajar ke
luar negeri atau ke tempat-tempat lain dalam rangka peningkatan kegiatan akademis, atau memberikan dana untuk mengadakan penelitian research, dan sebagainya.
63
63
Abdul Muis, Op.Cit., hlm. 1.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Beberapa alasan yang dijadikan mengapa masyarakat memilih bentuk yayasan, yaitu:
a Proses pendiriannya sederhana, b Tanpa memerlukan pengesahan dari pemerintah,
c Adanya persepsi dari masyarakat bahwa yayasan bukan merupakan subjek pajak.
64
Negara-negara yang menggunakan sistem common law, yayasan dikenal sebagai “foundation”, atau “charitable foundation”. Menurut Black’s law Dictionary
pengertian yayasan sebagai: Foundation, yaitu:
65
“Permanent fund established and maintained by contribution for charitable, education, relegious, research, or other benevolent purpose. An institution or
association given to rendering financial aid to colleges, schools, hospitals, and charities and generally supported by gifts for such purposes. The
founding or building of a college or hospital. The incorporation or endowment of a college or hospital is the foundation; and he who endows it
with land or other property is the founder”.
Charitable foundation, yaitu: “An organization dedicated to education, health, relief of the poor, etc.;
organized for such purposes and not for profit and recognized as such for tax purposes under I.R.C. chapter 509 a”.
Berdasarkan pengertian di atas, secara umum dapat dikatakan yayasan foundation merupakan suatu organisasi yang melakukan kegiatan sosial amal yang
tidak bertujuan untuk mencari keuntungan.
64
Seriawan, R, Aneka Masalah Hukum dan Hukum Acara Perdata, Bandung: Alumni, 1992, hlm. 201.
65
Hendry Chambell Black, M.A., Black’s Law Dictionary, cet.6., St.Paul, Minnesotta: USA, Wes Publishing Co, 1990, hlm. 656.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Beberapa pakar hukum Indonesia mendefinisikan yayasan sebagai berikut: a Setiawan, Soebekti, dan Wirjono Projodikoro berpendapat bahwa
yayasan merupakan badan hukum.
66
b Subekti, dalam Kamus Hukum, penerbitan Pradnya Paramita, menyatakan bahwa yayasan adalah suatu badan hukum di bawah pimpinan suatu badan
pengurus dengan tujuan tertentu yang legal. c Wirjono Projodikoro, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Perdata
tentang, Persetujuan-persetujuan Tertentu” berpendapat bahwa Yayasan adalah Badan Hukum.
d Kancil, dan Cheristine S.T. Kansil,.
67
Yayasan adalah Stichting Bld, suatu badan hukum yang melakukan kegiatan dalam bidang sosial.
Pengertian yayasan menjadi lebih jelas, dengan diundangkannya UUY. Menurut Pasal 1 angka 1 UUY. Yayasan adalah “badan hukum yang terdiri atas
kekayaan yang dipisahkan dan diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan, yang tidak mempunyai anggota”.
Kriteria dan persyaratan yang ditentukan UUY, untuk dapat menjadi suatu badan hukum sebagai berikut:
1. Kriteria Yayasan, yaitu: a. Yayasan terdiri atas kekayaan yang dipisahkan;
b. Kekayaan yayasan diperuntukkan untuk mencapai tujuan yayasan; c. Yayasan mempunyai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan
kemanusiaan; d. Yayasan tidak mempunyai anggota.
2. Persyaratan Yayasan: Untuk dapat yayasan diperlakukan dan memperoleh status sebagai badan hukum,
pendirian yayasan sebagai badan hukum harus mendapat pengesahan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia.
68
66
Hasbullah Syawie, Aspek-aspek Hukum Mengenai Yayasan di Indonesia, Varia Peradilan Tahun IX, No. 98 Nopember 1993, hlm. 89.
67
Prof. Drs. C.S.T. Kansil, S.H dan Cristine S.T. Kansil, S.H., Kamus Istilah Aneka Hukum, Cet.1 Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2000, hlm. 198.
68
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 15.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Memperhatikan ketentuan Pasal 1 UU Yayasan Nomor 16 Tahun 2001, status Badan Hukum Yayasan, yang pada mulanya berdasarkan sistem terbuka het open
system van rechtspersonen, menjadi sistem tertutup de gesloten systeem van rechtspersonen, artinya yayasan menjadi badan hukum karena undang-undang atau
berdasarkan undang-undang, bukan berdasarkan sistem terbuka yang berdasarkan pada kebiasaan, doktrin, dan ditunjang oleh yurisprudensi.
69
Yurisprudensi Indonesia dalam putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 27 Juni 1973 No. 124 KSip1973 dalam pertimbangannya bahwa
pengurus yayasan mewakili yayasan di dalam dan di luar pengadilan dan yayasan mempunyai harta benda hibah yakni hibah dari N.V. H.B.M, maka Mahkamah
Agung memutuskan bahwa yayasan tersebut merupakan suatu Badan Hukum.
70
Badan Hukum menyandang hak dan kewajibannya sendiri, yang dapat digugat maupun menggugat di pengadilan, serta memiliki status yang dipersamakan
dengan orang perorangan sebagai subjek hukum dan keberadaannya ditentukan oleh hukum.
Adanya pengakuan yayasan sebagai badan hukum, berarti yayasan sebagai subjek hukum, seperti halnya orang. Secara teoritis diakuinya yayasan sebagai badan
hukum, menyebabkan adanya kekayaan terpisah, tidak membagi kekayaan atau penghasilannya kepada pendiri atau pengurusnya, mempunyai tujuan tertentu,
69
Ibid. hlm. 89.
70
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit, hlm. 20.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
mempunyai organisasi yang teratur, didirikan dengan akta Notaris.
71
Ciri tersebut sama dengan ciri-ciri badan hukum pada umumnya, yaitu: adanya kekayaan terpisah,
adanya tujuan tertentu, adanya kepentingan sendiri dan adanya organisasi yang teratur.
72
Berdasarkan hukum kebiasaan dan asumsi hukum yang berlaku umum di masyarakat, ciri-ciri yayasan sebagai suatu entitas hukum, sebagai berikut:
1. Eksistensi yayasan sebagai entitas hukum di Indonesia belum didasarkan pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2. Pengakuan yayasan sebagai badan hukum belum ada dasar yuridis yang tegas, berbeda halnya dengan PT, Koperasi dan badan hukum yang lain.
3. Yayasan dibentuk dengan memisahkan kekayaan pribadi pendiri untuk tujuan nirlaba, keagamaan, sosial, kemanusiaan dan tujuan-tujuan idiil yang lain.
4. Yayasan didirikan dengan akta Notaris atau dengan surat Keputusan pejabat yang bersangkutan dengan pendirian yayasan.
5. Yayasan tidak memiliki anggota dan tidak dimiliki oleh siapapun, namun mempunyai pengurus atau organ untuk merealisasikan tujuan yayasan.
6. Yayasan mempunyai kedudukan yang mandiri, sebagai akibat dari adanya kekayaan terpisah dari kekayaan pribadi pendiri atau pengurusnya dan
mempunyai tujuan sendiri beda atau lepas adri tujuan pribadi pendiri atau pengurus.
7. Yayasan diakui sebagi badan hukum seperti halnya orang yang berarti ia diakui sebagai subjek hukum mandiri yang dapat menyandang hak dan
kewajiban mandiri, didirikan dengan akta dan didaftarkan di Kantor Kepanitraan Pengadilan Negeri setempat.
8. Yayasan dapat dibubarkan oleh Pengadilan bila tujuan yayasan bertentangan dengan hukum, dapat dilikuidasi dan dapat dinyatakan pailit.
73
71
Tobing, Loemban, G.H.S, Beberapa Tinjauan Mengenai Yayasan Stichting, Bahan Penataran Corporation Law Kerjasama Hukum Indonesia-Belanda, Surakarta: Fakultas Hukum UNS,
1990, hlm. 6.
72
Pramono, Nindyo, Sertifikasi Saham PT Go Publio dan Hukum Pasar Modal di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 24.
73
Sri Rezeki, Hartono, Aspek Hukum dan Legalitas Yayasan dalam Lingkungan Bisnis, Makalah Seminar Aplikasi Perpajakan Bagi Yayasan dan Organisasi Sejenis, Semarang: Fakultas
Ekonomi, Undip, 1999, hlm. 5-6.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Semenjak keluarnya Undang-Undang No. 16 Tahun 2001 dan mengacu pada uraian di atas, dapat disimpulkan kedudukan yayasan sebagai badan hukum telah
diakui sebagai badan hukum privat, sehingga diakui sebagai subjek hukum mandiri yang terpisah dengan para pendiri atau pengurusnya. Sebagai subjek hukum mandiri,
yayasan menyandang hak dan kewajiban, dapat menjadi debitur maupun kreditur, Artinya, yayasan dapat melakukan hubungan hukum apapun dengan pihak ketiga.
Yayasan yang telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait, tetap diakui sebagai badan hukum, dengan
ketentuan dalam waktu paling lambat 3 tiga tahun sejak mulai berlakunya Undang- Undang No. 28 Tahun 2004 tentang Perubahan UU No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan, wajib menyesuaikan Anggaran Dasarnya dengan Undang-Undang No. 28 tahun 2004. Paling lambat 1 satu tahun setelah berlakunya UU No. 28 Tahun 2004,
yayasan belum memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 71 ayat 1 wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dan mengajukan permohonan kepada
Menteri untuk memperoleh status badan hukum. Yayasan yang tidak menyesuaikan Anggaran Dasarnya, berdasarkan Pasal 71 ayat 4 tidak dapat menggunakan kata
“Yayasan” dan dapat dibubarkan berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
Meskipun sebelumnya, yayasan sama sekali tidak diatur dalam undang- undang, tetapi dalam pergaulan hidup nyata diakui keberadaannya sebagai Badan
Hukum yang dapat turut serta dalam pergaulan hidup di masyarakat, oleh karena ia yayasan dapat melakukan jual beli, sewa menyewa dan lain-lain, serta mempunyai
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
kekayaan yang terpisah dari barang-barang kekayaan orang-orang yang mengurus yayasan tersebut.
Pengalihan harta kekayaan pendiri dapat menjadi kekayaan awal suatu yayasan. Pengalihan tersebut dapat berupa uang dan barang baik berwujud maupun
tidak berwujud dan akan menjadi kekayaan terpisah dari pendiri atau pemiliknya yang dapat digunakan oleh yayasan untuk mencapai maksud dan tujuan yayasan
tersebut. Selain uang dan barang yang berasal dari pendiri, yayasan juga dapat memperoleh harta berbentuk: sumbangan atau bantuan yang tidak mengikat, wakaf,
hibah, hibah wasiat dan perolehan lain yang tidak bertentangan dengan anggaran dasar yayasan danatau peraturan perundang-undangan yang berlaku.
74
Undang-Undang Yayasan menitikberatkan pada adanya prinsip kemandirian independency yayasan, khususnya dalam rangka perolehan harta kekayaan yayasan.
Pemisahan kekayaan yayasan dari kekayaan pendiri serta pihak lain yang menyerahkan sebagian kekayaannya kepada yayasan tersebut, menjadikan mereka
tidak lagi mempunyai hak, atas harta yang telah diserahkan kepada yayasan. Namun mereka dapat melakukan kontrol terhadap yayasan berdasarkan prinsip akuntabilitas
dan prinsip keterbukaan yayasan.
75
Berdasarkan UUY, maka maksud dan tujuan yayasan di Indonesia harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
74
Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Yayasan No. 28 Tahun 2004,jo. Pasal 26 ayat 1 jo. Pasal 26 ayat 2 Undang-Undang Yayasan No. 16 Tahun 2001.
75
Arie Kusumastuti Maria Suhardiadi, Op.Cit., hlm. 43.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
a. Untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan, dan kemanusiaan lihat Pasal 1 ayat 1 UUY.
b. Maksud dan tujuan yayasan harus bersifat sosial, keagamaan, dan kemanusiaan lihat Penjelasan Pasal 3 ayat 1 UUY.
c. Maksud dan tujuan yayasan wajib dicantumkan dalam Anggaran Dasar Yayasan Pasal 14 ayat 2 huruf b UUY
Maksud dan tujuan yayasan tertentu, artinya yayasan dalam melakukan kegiatannya sebagaimana yang sudah ditentukan, yang sudah dibatasi, dan bersifat
khusus, serta tidak dapat bersifat umum.
76
Memperhatikan uraian terdahulu terlihat bahwa UU Yayasan telah mengatur secara rinci dan detail tentang internal organisasi sebuah yayasan yang meliputi
susunan struktur baku organ yayasan yaitu pembina, pengurus dan pengawas serta pengangkatan, pemberhentian, penggantian, organ yayasan hingga kuorum rapat.
Pengaturan secara detail internal organisasi yayasan dalam UUY tampaknya kurang didasari oleh kesadaran akan keberadaan dan keberagaman jenis yayasan yang
ada di Indonesia sehingga UUY melahirkan pengaturan yang berlebihan dan penyeragaman yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Sebaiknya UUY cukup hanya
mengatur hal-hal yang pokok saja mengenai internal organisasi yayasan, dan untuk pengaturan yang lebih detail diserahkan pada masing-masing organisasi yang akan
dituangkan dalam anggaran dasar organisasi tersebut. Yayasan yang telah didirikan sebelum berlakunya UU Yayasan, sesuai
dengan yurisprudensi dan doktrin telah dianut bahwa yayasan tersebut demi hukum
76
Ibid., hlm. 17.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
merupakan badan hukum. Berdasarkan Peraturan Peralihan
77
sebagaimana diatur dalam Pasal 71 ayat 1 UU No. 28 Tahun 2004, maka sejak berlakunya UU No. 28
Tahun 2004 yaitu pada tanggal 6 Oktober 2005 akan ada yayasan yang diakui sebagai badan hukum dan yayasan yang tidak diakui sebagai badan hukum. Pengakuan
sebagai badan hukum atau tidak diakui sebagai badan hukum membawa akibat yuridis yang penting bagi yayasan yang telah ada sebelum berlakunya UU Yayasan.
Yayasan diakui sebagai badan hukum pada saat UU Yayasan berlaku, adalah Yayasan yang telah:
a. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia BNRI; atau
b. Didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait.
77
Pasal 71 UU No. 28 Tahun 2004: 1 Pada saat undang-undang ini mulai berlaku, Yayasan yang:
a. Telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan diumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia; atau
b. Telah didaftarkan di Pengadilan Negeri dan mempunyai izin melakukan kegiatan dari instansi terkait, tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan dalam
jangka waktu paling lambat 3 tiga tahun terhitung sejak tanggal undang-undang ini mulai berlaku, yayasan tersebut wajib menyesuaikan anggaran dasarnya dengan
ketentuan undang-undang ini.
2 Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan
anggaran dasarnya dengan ketentuan undang-undang ini, dan mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 satu tahun terhitung sejak
tanggal undang-undang ini mulai berlaku.
3 Yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 1, wajib diberitahukan kepada Menteri paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian.
4 Yayasan yang tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan yayasan sebagaimana dimaksud pada ayat 2, tidak dapat menggunakan kata “Yayasan” di depan namanya dan dapat dibubarkan
berdasarkan putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan.
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Memperhatikan ketentuan Pasal 71 UUY, dapat disimpulkan bahwa sejak berlakunya UU Yayasan pada tanggal 6 Oktober 2005 dapat dibedakan antara:
a. Yayasan yang memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat 1 butir a atau butir b UU Yayasan;
b. Yayasan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat 1 butir a atau butir b UU Yayasan.
Yayasan yang memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat 1 butir a atau butir b UU Yayasan, tetap diakui sebagai badan hukum dengan ketentuan, bahwa: dalam
jangka waktu paling lambat 3 tiga tahun sejak mulai berlakunya UU No. 28 Tahun 2004 artinya paling lambat pada tanggal 6 Oktober 2008 yayasan tersebut wajib
menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan Pasal 71 ayat 1 UU No. 16 Tahun 2001 jo. UU No. 28 Tahun 2004; dan kewajiban memberitahukan kepada
Menteri paling lambat 1 satu tahun setelah pelaksanaan penyesuaian anggaran dasar Pasal 71 ayat 3. Sanksi yang diberikan apabila yayasan dalam waktu 3 tiga tahun
tidak menyesuaikan anggaran dasarnya dapat dibubarkan berdasarkan Putusan Pengadilan atas permohonan Kejaksaan atau pihak yang berkepentingan Pasal 71
ayat 4 UU No. 28 Tahun 2004. Yayasan yang telah didirikan dan tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud Pasal 71 ayat 1 UUY, dapat memperoleh status badan hukum dengan cara menyesuaikan anggaran dasarnya dengan ketentuan UU No. 16 Tahun 2001 jo.
UU No. 28 Tahun 2004 dan wajib mengajukan permohonan kepada Menteri dalam jangka waktu paling lambat 1 satu tahun, terhitung sejak tanggal UU No. 28 Tahun
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
2004 mulai berlaku tanggal 6 Oktober 2005, yakni batas akhir penyesuaian anggaran dasar yayasan yang tidak berbadan hukum diberi waktu paling lambat pada
tanggal 6 Oktober 2006, bila dalam batas waktu tersebut pendiri yayasan lalai menyesuaikan anggaran dasar yayasan mengakibatkan yayasan tersebut menjadi tidak
diakui sebagai yayasan dan ditolak permohonan pengesahannya oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia.
Status hukum yayasan yang tidak memenuhi ketentuan Pasal 71 ayat 1 secara yuridis tidak diakui sebagai badan hukum diberi batas waktu 1 satu tahun,
terhitung sejak tanggal UU No. 28 Tahun 2004 mulai berlaku tanggal 6 Oktober 2005 untuk mengajukan permohonan kepada Menteri guna mendapat pengakuan
status badan hukum dan apabila batas waktu 1 satu tahun tanggal 6 Oktober 2006 terlampaui, mengakibatkan yayasan yang bersangkutan demi hukum bukan badan
hukum lagi, karenanya yayasan tersebut menjadi gugur karena hukum. Dengan demikian berarti tidak ada celah hukum untuk memperbaiki lagi atau menghidupkan
kembali yayasan yang telah hilang status sebagai badan hukum, sehingga satu- satunya jalan adalah yayasan yang telah gugur demi hukum tersebut dibubarkan
melalui proses dilikuidasi. Yayasan yang telah menjadi badan hukum tersebut, dapat dijelaskan beberapa
hal, yaitu: 1. Badan Hukum Yayasan menurut Pasal 2 UU No. 16 Tahun 2001 tentang
Yayasan tidak mempunyai anggota atau pesero karena dalam hal yayasan yang dianggap badan hukum adalah adanya sejumlah kekayaan berupa
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
uang dan lain-lain kekayaan itu terpisah sama sekali dengan harta kekayaan masing-masing anggota pendiri yayasan. Kekayaan yang
terpisah itu membawa akibat hukum: a. Kreditur pribadi para anggota pendiri yayasan tidak mempunyai hak
untuk menuntut harta kekayaan badan hukum yayasan itu: b. Para anggota pribadi pendiri yayasan tidak dapat menagih piutang dari
badan hukum yayasan terhadap pihak ketiga; c. Kompensasi atau konversi hutang antara hutang pribadi dan hutang
badan hukum yayasan tidak diperkenankan; d. Hanya para kreditur badan hukum yayasan yang dapat menuntut harta
kekayaan yang terpisah itu. Pendapat yang lazim dianut yaitu yayasan tidak mempunyai anggota, hanya mempunyai pengurus, pembina dan
pengawas. Pengertian “anggota” pada yayasan merupakan anggota pengurus, pembina dan pengawas yang mengelola dan menjalankan
yayasan, bukan dalam arti anggota dalam suatu organisasi perkumpulan atau ORMAS, karenanya yayasan tidak mengenal rapat
anggota. 2. Yayasan bertujuan sosial, kemanusiaan dan keagamaan serta tidak
diarahkan kepada pencapaian keuntungan. Tujuan yayasan tergantung pada pendirinya, untuk mana pendirinya telah memisahkan sebagian dari
harta kekayaannya untuk mencapai tujuan yang telah dicanangkan oleh pendiri yayasan. Oleh karena itu menurut hukum maksud dan tujuan
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
Yayasan tidak dapat diubah dan bersifat abadi. Yayasan dapat melakukan kegiatan memperoleh laba tetapi mengejar laba bukanlah tujuan utama
Yayasan. Kegiatan dengan tujuan mengejar laba secara murni hanya boleh dilakukan oleh badan hukum perseroan terbatas atau koperasi.
Yayasan boleh memperoleh laba dengan melakukan berbagai kegiatan usaha, sejauh laba yang diperoleh dipergunakan untuk tujuan idealistis,
social, kemanusiaan dan keagamaan. Usaha yang memperoleh laba ini diperlukan agar yayasan tidak bergantung selamanya pada bantuan dan
sumbangan. Menurut UUY diperbolehkan untuk mendirikan badan usaha dengan menyertakan maksimal 25 dari kekayaan yayasan.
3. Struktur organ yayasan adalah struktur organ yayasan yang sifatnya oligarkis yaitu kekuasaan tertinggi ada pada pembina. Semua keputusan
menjadi monopoli pembina, yang bisa berasal dari pendiri atau para pendiri ditambah anggota-anggota baru yang diangkat. Pembina yang
mempunyai kewenangan dan kekuasaan yang absolute untuk mengangkat dan memberhentikan pengurus dan pengawas serta menentukan arah
kebijakan, program kerja, anggaran dasar dan perubahannya serta penggabungan atau pembubaran yayasan.
Yayasan kurang memberikan ruang demokrasi yang berkembang pada saat ini, sebab berdasarkan UUY, hanya pembina yang memiliki
kekuasaan tertinggi atau monopoli kewenangan dalam rapat pembina dengan tatacara yang diatur dalam ketentuan Pasal 18 UUY. Pembina
Sa’adah : Pertanggungjawaban Pengurus Yayasan Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Menurut Undang-Undang Yayasan Nomor 28 Tahun 2004, 2009
USU Repository © 2008
yang memiliki, menentukan, menguasai dan mengontrol yayasan melalui kewenangan rapat pembina sehingga ruang demokrasi menjadi terbatas
dan sempit.
2. Tujuan Sosial dan Kegiatan Usaha Yayasan