Secara umum, perdagangan internasional dalam bentuk pertukaran barang dan jasa dan juga perdagangan internasional yang melibatkan keluar outflow dan masuk
inflow permintaan dan penawaran mata uang asing. Permintaan dan penawaran mata uang asing diukur dengan Paritas daya beli Purchasing Power Parity PPP. “The
absolute version of PPP relates the exchange rate of the foreign currency in term of domestic currency to overall price levels in the domestic and foreign country”. Nilai
PPP absolut menghubungkan kurs mata uang asing dalam bentuk mata uang dalam negeri dibanding dengan tingkat harga keseluruhan di dalam negeri dan di luar negeri.
2.1.2. Pengukuran PPP
Paritas Daya Beli PPP adalah satu konsep penting dan sering dibicarakan dalam pembahasan keuangan internasional. PPP merupakan isu utama pada teori nilai
mata uang. Menurut teori PPP, the dollar price of a basket of goods and services in the United States should be the same as the dollar price of a basket of goods and
services in any country, in Mexico, Japan, or the United Kingdom Cecchetti, 2006: 237. Jelas sekali, pernyataan ini menunjukkan bahwa harga dolar pada barang dan
jasa di Amerika Serikat seharusnya sama seperti harga dolar pada barang dan jasa di negara manapun. Jika kita ambil kedalam kasus Indonesia, maka pernyataan ini
berarti bahwa harga dollar barang di AS = harga dollar barang di Indonesia. Dollar price of basket of goods in US
= 1……………. 1 Dollar price of basket of goods in Indonesia
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
Bagian sebelah kiri persamaan 1 menunjukkan kurs niali riil. Jadi, PPP menunjukkan bahwa kurs adalah selalu sama dengan satu. Implikasi persamaan ini
adalah bahwa daya beli satu dolar adalah selalu sama, tanpa memperhatikan dimanapun berada .
Hal tersebut tentu sangat tidak masuk akal. Satu dolar bahkan tidak dapat membeli jumlah yang sama espresso, bagaimana mungkin dollar dapat memiliki daya
beli yang sama selama-lamanya, disetiap negara di seluruh dunia?. Sudah tentu tidak dalam kasus jangka pendek, tetapi dalam jangka panjnag, selagi kurs cenderung
bergerak, konsep ini dapat membantu kita untuk memahami perubahan-perubahan daya beli yang berlaku dalam beberapa tahun.
Sebagaimana disebutkan bahwa teori paritas daya beli menyatakan bahwa barang atau kuantitas barang di dalam negeri di Amerika Serikat harus dijual
dengan harga yang sama di negara lain di Indonesia bila diukur dalam satu mata uang umum dollar. Sebagai contoh, di AS dalam negeri harga 1 kg mangga adalah
P dan di Indonesia luar negeri harga 1 kg mangga adalah P
f
. Maka dengan menggunakan tanda harga indeks harga ini dan menunjukkan nilai kurs ditandakan
dengan S di antara kedua negara tersebut, maka PPP dituliskan sebagai berikut: P = SP
f
…………............................……………………………………...2
Persamaan ini menerangkan bahwa harga dollar barang di dalam negeri di AS sama dengan harga barang di luar negeri di Indonesia dalam bentuk mata uang
asing Rupiah dikalikan jumlah dolar per mata uang asing nilai kurs.
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
Dalam perkembangannya, Hallwood dan MacDonald 2000 menyatakan bahwa paritas daya beli telah digunakan sebagai satu teori tingkat harga relatif mata
uang; artinya PPP mencirikan bahwa jika harga berubah di dalam negeri tetapi ini tidak di luar negeri, maka nilai kurs seharusnya juga berubah. Misalnya, satu versi
“pendekatan moneter ke atas nilai kurs ” telah menggunakan PPP secara meluas sebagai satu teori kurs pertukaran mata uang dengan menyusun kembali persamaan
2 sebagai berikut.
S = PP
f
….................……………………..…………………….3 Sebagai gambarannya, ketika harga dalam negeri naik, dimana istilah
umumnya kita kenal dengan inflasi. Dengan segala pengaruhnya, inflasi dalam negeri yang terjadi diandaikan inflasi adalah tidak berlaku di negara lain, maka seperti
dikutip dari Cecchetti 2006 bahwa perubahan harga tersebut akan menciptakan apa yang disebut dengan satu diferensial inflasi internasional international inflation
differential. Jadi, PPP menunjukkan kepada kita secara langsung bahwa perubahan nilai kurs exchange rates berhubungan dengan perbedaan-perbedaan inflasi yang
berlaku dari satu negara ke satu negara lain. Khususnya, Cecchetti 2006 menyatakan bahwa satu mata uang dalam negeri yang menghadapi inflasi tinggi
mungkin akan mengalami depresiasi. Menurut pandangan Cassel deviasi-deviasi dari PPP yang kecil akan
menyebabkan perubahan-perubahan pada neraca perdagangan dan kebijakan yang cepat untuk menggerakkan harga awal ke dalam landasan internasionalnya. Tetapi
reversi pengembalian ke arah PPP ini sering tidak dapat dilakukan dengan cepat dan
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
deviasi PPP lebih cenderung mengarah ke bentuk pola yang berulang the pattern of swing yang didasarkan pada daya saing competitiveness eksternal negara.
Perubahan-perubahan pada daya persaingan selanjutnya telah mencirikan pola-pola yang luas large swings neraca perdagangan ekternalnya, pada output dan pekerjaan
employment di dalam sektor industri traded-goods sector. Perubahan-perubahan pada kurs pertukaran yang menyimpang dari PPP pada waktu yang bersamaan
mempengaruhi garis inflasi the path of inflation suatu negara: depresiasi menaikkan inflasi, dan apresiasi memperkecil inflasi. Pengaruh-pengaruh disparitas daya beli
tersebut menjadi nilai mata uang adalah satu hal penting pada kebijakan makroekonomi.
Freedman 1991 menyebutkan bahwa istilah kebijakan kurs mata uang agak susah untuk didefinisikan, Karena terfokus pada variabel-variabel yang akan
dipengaruhi oleh berbagai macam kebijakan, dan bukan hanya dipengaruhi oleh kebijakan kurs mata uang itu sendiri. Terdapat unsur-unsur kebijakan
−misalnya sistem kurs, kebijakan moneter, dan kebijakan intervensi yang dilaksanakan otoritas
keuangan yang secara langsung dapat mempengaruhi kurs pertukaran mata uang. Intervensi-intervensi yang dilakukan mungkin tidak berhasil mencapai
tujuannya disebabkan sistem yang dilaksanakan dan karakter mata uang itu sendiri. Terdapat tiga sistem dasar dimana mata uang di seluruh dunia dapat diperdagangkan
dan nilai mata uang dapat ditentukan, diantaranya:
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
1. Otoritas keuangan mensyaratkan bahwa pertukaran setiap mata uang lokal
local currency untuk satu mata uang asing hanya dapat dibuat melalui danatau pada satu agen resmi atau bank-bank yang berwenang pada satu
tingkat kurs yang ditetapkan dan ditentukan oleh otoritas-otoritas keuangan negara.
2. Otoritas keuangan kemungkinan besar membuat mata uang lokal untuk
mendapatkan mata uang-mata uang asing berlaku dan dilaksanakan di pasar keuangan dimana kurs pertukaran itu sendiri ditentukan oleh permintaan dan
penawaran tanpa melibatkan intervensi resmi untuk mempengaruhi kurs pasar tersebut.
3. Otoritas keuangan membuat mata uang berlaku di pasar dimana tingkat kurs
ditentukan oleh permintaan dan penawaran, tetapi bank-bank pusat atau otoritas keuangan yang lain di negara-negara yang mata uang mereka
diperdagangkan dengan kesediaan dan kerelaan mereka sendiri bersedia untuk membeli dan menjual dalam arti lain ikut memberikan intervensi mata uang-
mata uang yang diperdagangkan untuk maksud secara sengaja mempengaruhi tingkat kurs dalam pasar.
Berdasarkan keterangan butir 3 diatas bahwa tingkat kurs ditentukan oleh interaksi kekuatan pasar dan intervensi pemerintah. Penggunaan sistem pertukaran
mata uang merupakan satu keputusan yang sangat fundamental −memilih satu sistem
mata uang secara tepat dan benar dapat menjadikan kebijakan moneter lebih
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
kredibel −dimana secara ringkas dapat ditegaskan bahwa sistem kurs pertukaran dan
kestabilan tingkat kurs mata uang lokal merupakan the central theme of the monetary policy.
Kebanyakan pakar ekonomi yang melibatkan diri dengan kebijakan moneter menyadari dan mempertimbangkan bahwa kebijakan nilai mata uang asing sebagai
satu bagian tak terpisahkan. Interaksi antara kebijakan moneter dan kebijakan nilai mata uang adalah sangat berhubungan dan dekat antara satu dengan lain. Kebijakan-
kebijakan yang dilaksanakan akan mempengaruhi keadaan moneter dalam negeri dan untuk mempengaruhi keadaan nilai mata uang. Einzig 1972 melihat bahwa “ukuran-
ukuran yang mempengaruhi volume, daya beli, kecepatan peredaran uang atau kualitas uang dipengaruhi oleh reaksi tingkat kurs mata uang; sementara sebaliknya,
kenaikan atau kejatuhan yang berarti dalam kurs mata uang adalah besar kemungkinan dipengaruhi oleh keadaan internal moneter negara”.
Jadi, aspek-aspek internal dan external yang mempengaruhi keadaan moneter negara adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai contoh tingkat harga dan
nilai mungkin saling mempengaruhi satu dengan yang lain secara timbal balik. Jika tingkat harga di dalam negeri tinggi katalah harga bahan bakar minyak BBM di
Indonesia adalah tinggi. Harga BBM yang tinggi ini mungkin disebabkan oleh Rupiah yang semakin lemah. Nilai dollar AS yang semakin tinggi menjadikan harga
BBM dalam negeri mesti disesuaikan dengan situasi internasional yang berlaku misalnya harga BBM di pasaran dunia dan tingkat kurs Rupiah terhadap dollar AS.
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
Kondisis ini menunjukkan bahwa aspek external juga memainkan peranan penting dalam mempengaruhi ekonomi dalam negeri. Untuk mengatasi ini sudah
pasti tidak hanya instrumen moneter yang dilaksanakan tetapi instrumen-instrumen kebijakan lain juga dilibatkan untuk mengurangkan atau memelihara agar kenaikan
harga BBM tidak semakin tinggi semakin tinggi harga BBM, kemungkinan semakin tinggi tingkat inflasi.
Kebijakan moneter dan kebijakan kurs mata uang secara bersamaan dapat digunakan untuk memperbaiki situasi ekonomi internal inflasi yang disebabkan
kenaikan harga tersebut dan memperbaiki posisi kurs pertukaran Rupiah terhadap Dollar AS. Sebagai tambahan, kebijakan moneter juga mungkin menggunakan
berbagai macam instrumen non-moneter untuk mempengaruhi keadaan kurs, misalnya pidato kepresidenan atau penjaminan untuk menyakinkan pasar.
2.2. Inflasi