2.3. Penawaran Uang
2.3.1. Pengertian Penawaran Uang
Dalam perkembangan sejarah peradaban manusia, peranan uang dirasakan sangat penting. Hampir tidak ada satupun kehidupan ekonomi manusia yang tidak
berhubungan dengan uang. Pengalaman menunjukkan bahwa jumlah uang beredar diluar kendali dapat menimbulkan konsekwensi atau pengaruh buruk terhadap
perkembangan variabel-variabel ekonomi utama, yaitu tingkat produksi dan tingkat harga.
Pada awalnya, yang digolongkan dalam definisi uang hanyalah uang kartal yang terdiri dari uang koin dan kertas yang beredar di masyarakat. Kemudian
dengan berkembangnya peranan bank, yang termasuk sebagai uang adalah uang kartal dan uang giral demand deposit. Pekembangan jenis-jenis uang ini mengikuti
perkembangan kebutuhan sarana pembayaran dan transaksi dalam perekonomian. Pada dasarnya, penggolongan berbagai jenis uang ini berdasarkan pada sifat likuid
tidaknyua jenis uang tersebut. Uang tergolong dalam aktiva yang memiliki sifat likuid yang sangat tinggi. Jenis uang yang tidak dapat dipakai sebagai alat tukartransaksi
secara seketika disebut sebagai dana terbatas. Sehubungan dengan hal diatas, ada beberapa definisi uang yang terdapat
dalam buku teks bidang moneter. Beberapa cara penggolongan atau pendefinisian uang antara lain terdapat pada buku Money and Banking Dudley Lucket. Didalam
buku tersebut terdapat lima definisi uang, yaitu:
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
- M1 = uang menurut definisi tradisional, yaitu semua koin, uang kertas
yang beredar, dan uang giral yang disesuaikan, yaitu deposit inter bank, deposit pemerintah, dan uang tunai dalam proses pengumpulan dalam
kategori transit -
M2 = M1 ditambah time deposit pada bank komersil -
M3 = M2 ditambah deposit dari bank tabungan mutual, tabungan, dan bagian dari utang dan kredit
- M4 = M2 ditambah sejumlah serifikat deposito yang dapat dinegosiasikan
- M5 + M3 ditambah sejumlah sertifikat deposit yang dapat dinegosiasikan
Dalam melaksanakan kewajibannya, otoritas moneter memiliki kewajiban sistem moneter yang terdiri atas mengeluarkan uang kartal Currency, yakni uang
kertas dan uang logam yang diedarkan oleh Bank Indonesia, ditambah dengan uang giral demand deposit yaitu sipanan giro masyarakat, pengertian tersebut disebut
juga dengan uang beredar dalam arti sempit M
1
. Kewajiban yang meliputi M
1
plus uang kuasi quasy money yang terdiri dari deposito berjangka dan tabungan yang
dimiliki oleh sektor swasta domestik pada bank-bank umum disebut uang beredar dalam arti luas M
2
atau likuiditas perekonomian Pratomo, 2003 Peningkatan uang beredar yang berlebihan dapat mendorong peningkatan
harga melebihi tingkat yang diharapkan sehingga dalam jangka penjang dapat mengganggu pertumbuhan ekonomi. Sebaliknya, apabila peningkatan uang beredar
sangat rendah, maka kelesuan ekonomi akan terjadi. Menurut Suseno 2002 apabila hal ini terus menerus terjadi, kemakmuran masyarakat secara keseluruhan pada
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
gilirannya akan mengalami penurunan. Kondisi tersebut antara lain melatar belakangi upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas moneter suatu negara
dalam mengendalikan jumlah uang beredar. Dalam literatur dikenal dua jenis kebijakan moneter, yaitu kebijakan moneter
ekspansif dan kebijakan moneter kontraktif. Kebijakan moneter ekspansif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk mendorong kegiatan ekonomi, yang antara
lain dilakukan melalui peningkatan uang beredar. Sebaliknya, kebijakan moneter kontraktif adalah kebijakan moneter yang ditujukan untuk memperlambat kegiatan
ekonomi, yang antara lain dilakukan melalui penurunan uang beredar. Untuk menjaga kestabilan nilai mata uang, Bank sentral sebagai pemegang
otoritas moneter diberikan beberapa wewenang dalam melakukan tugasnya. Pertama adalah tugas dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan moneter untuk
mengendalikan uang beredar dan suku bunga dalam perekonomian agar dapat mendukung pencapaian tujuan kestabilan nilai uang tidak boleh dilakukan secara
ketat dan berlebihan karena akan mempersulit dan menyebabkan aktivitas ekonomi menjadi terkendala dan lesu. Sebaliknya, pengendalian uang beredar dan suku bunga
tidak boleh terlalu longgar karena akan menyebabkan tidak terpeliharanya kestabilan nilai uang yang akan mendorong merosotnya kepercayaan masyarakat dan
mempersulit perencanaan bisnis para pengusaha. Hasil analisa dan pemantauan yang dilakukan oleh bank sentral kemudian akan digunakan dalam melaksanakan
kebijakan moneternya baik melalui pengendalian jumlah uang beredar dan suku bunga
M. Roza Aulia Lubis : Analisis Pengujian Penerapan Purchasing Power Parity Pada Mata Uang Rupiah…, 2007 USU e-Repository © 2008
2.3.2. Pengaruh Pengenaan Pajak di Dalam Negeri terhadap Jumlah