Kritik dan Saran PENUTUP

berpengaruh terhadap karakter berfikir Gus Dur. Daya intelektual yang dimiliki Gus Dur tidak hanya diakui tetapi dijadikan sebagai rujukan dalam mencari solusi terhadap berbagai persoalan bangsa. Dan yang keempat, faktor yang membuat peran politik Gus Dur dalam dinamika politik PKB cukup dominan adalah Faktor Struktural. Posisi struktural yang menempatkan Gus Dur sebagai Ketua Umum Dewan Syura, lembaga tertinggi dalam struktur PKB, dengan wewenang yang cukup luas membuat Gus Dur bebas melakukan manuver-manuver politik. Dengan segala kelemahan dan kelebihannya, Gus Dur telah menjadi icon partai, sejak pembentukannya sampai hari ini. Dikatakan sebagai kelebihan, karena posisi Gus Dur yang sangat strategis dalam dinamika politik nasional, sangat memberikan nilai plus terhadap eksistensi dan kebesaran PKB. Dan, dikatakan kelemahan, dikarenakan sikap ketergantungan partai yang berlebihan terhadap ketokohan Gus Dur akan sangat menghambat proses regenerasi dan eksistensi partai pasca-Gus Dur.

B. Kritik dan Saran

Ketokohan dan kharisma seseorang dalam sebuah organisasi seperti partai politik, di satu sisi sangat menguntungkan tetapi di sisi lain sangat mengkhawatirkan. Menguntungkan, karena dengan ketokohan dan kharisma seseorang akan mampu menyerap perhatian dan dukungan yang lebih besar terhadap partai di mana tokoh yang kharismatik itu berada. Namun, hal ini bisa menjadi sesuatu yang sangat mengkhawatirkan, jika kemudian partai sangat bergantung terhadap ketokohan dan kharisma seseorang. Sikap ketergantungan yang berlebihan itu pada akhirnya akan membuat proses regenerasi partai mandek dan eksistensinya akan menurun dan bahkan hancur sejalan dengan menurun dan hancurnya popularitas tokohnya. Partai Kebangkitan Bangsa PKB yang lahir dan besar akibat kebesaran dan kharisma tokohnya yakni Abdurrahman Wahid, atau yang sering disapa Gus Dur ini, harus segera sadar diri. Dominasi peran yang selama ini dilakukan oleh Gus Dur dalam memimpin PKB sangat dikhawatirkan akan berefek terhadap mandeknya proses regenerasi dan menurunnya tingkat popularitas PKB pasca kepemimpinan Gus Dur. Keberanian partai dalam melepaskan sikap ketergantungan yang berlebihan terhadap ketokohan Gus Dur akan sangat efektif sebagai langkah penyelamatan eksistensi partai. Kewenangan yang begitu luas, sebagaimana yang telah diberikan partai terhadap Gus Dur di Dewan Syura pada akhirnya akan membuat sulitnya membendung dominasi peran yang dimainkan Gus Dur dalam melakukan manuver-manuver politik. Konflik yang berujung pada dualisme yang sering terjadi dalam suksesi kepemimpinan di PKB, dipandang lebih disebabkan oleh sulitnya membendung dominasi peran politik Gus Dur. Sejarah mencatat sudah beberapa kali PKB dilanda konflik internal yang sempat menggoyahkan pilar-pilar penyangga partai. Kita mungkin masih ingat waktu Matori Abdul Djalil menjabat sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz, kepengurusannya berujung pada dualisme kepemimpinan, yaitu PKB Kuningan yang dipimpin oleh Alwi Shihab dan PKB Batutulis pimpinan Matori Abdul Djalil. Kemudian, konflik dengan Chirul Anam pasca pemecatan Alwi Syihab dan Syaifullah Yusuf dari posisi Ketua Umum dan Sekjen PKB dan Muktamar II Semarang. Dan hari ini, kembali kita dihadapkan pada konflik yang sama pasca pemecatan Muhaimin dari kursi Ketua Umum yang berujung pada dualisme kepemimpinan di PKB, yaitu PKB Ancol, pimpinan Muhaimin dengan PKB Parung, di bawah pimpinan Ali Masykur Musa. Dan, tidak menutup kemungkinan, ke depannya konflik-konflik ini akan terus terjadi jika PKB tidak cepat-cepat menyadari akan kelemahannya selama ini. Walaupun belakangan kubu Muhaimin memenangkan pertarungan dualisme ini, dengan keinginan untuk mengubah gaya dan manajemen kepemimpinan PKB yang selama ini didominasi oleh Gus Dur, namun secara objektif harus diakui bahwa, ketokohan dan kharisma seorang Gus Dur masih sangat penting untuk menyerap dukungan yang luas bagi PKB. Di samping itu, pemikiran-pemikiran Gus Dur masih sangat dibutuhkan oleh PKB dalam rangka memperbaiki dan menyelesaikan persoalan-persoalan bangsa, sebagai agenda politik partai. Akan tetapi, kenyataan ini juga harus dibarengi oleh sikap legowo Gus Dur untuk memberikan keleluasaan bagi pengurus partai untuk menentukan kebijakan-kebijakan dan sikap partai secara mandiri. Gus Dur juga harus segera merubah image buruk yang terlanjur melekat pada dirinya tentang sikap otoriter dalam menjalankan roda kepengurusan partai, yang selama ini dikritik oleh banyak kalangan. Karena, harus disadari betul bahwa kesemuanya itu akan berefek buruk terhadap ketokohan dan kharisma seorang Gus Dur, dan pada akhirnya berimbas terhadap eksistensi dan kebesaran PKB. Kini, publik terlanjur menilai bahwa sumber konflik yang terjadi selama ini di tubuh internal PKB ternyata lebih disebabkan oleh sikap otoriter Gus Dur dalam memimpin partai. Dengan sikap yang demikian, diharapkan ketokohan dan kharisma seorang Gus Dur akan tetap terjaga dalam meraup simpati yang sebesar-besarnya untuk kepentingan politik PKB, sehingga eksistensi partai akan tetap kokoh berdiri dan yang terpenting proses regenerasi akan berjalan normal. DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU