Gus Dur, PKB, dan Pemilu 2004

Juni 2003, Mahkamah Agung MA memenangkan PKB Kuningan yang dipimpin oleh Gus Dur dan Alwi Shihab. Konflik yang selama ini terjadi ternyata tidak berpengaruh terhadap dukungan warga Nahdhiyyin kepada PKB. Hal ini, lebih disebabkan oleh ketokohan, Kharisma, dan kedekatan Gus Dur yang mampu meraup dukungan dari Kiai Langitan di NU. Ini dapat dibuktikan pada hasil Pemilu 2004.

J. Gus Dur, PKB, dan Pemilu 2004

K. Masa Pemilu 2004 Dengan berakhirnya konflik internal, PKB mengalihkan pandangannya pada persiapan menghadapi Pemilu 2004. Sebagai partai politik yang masuk electoral threshold, PKB akan tetap ikut Pemilu 2004. Sejak Muktamar I PKB yang diselenggarakan di Surabaya pada tahun 2000 telah ditetapkan Strategi dan Program Pemenangan Partai dalam Pemilu 2004. Kemudian, ketetapan itu dibahas kembali dan dipertajam dalam forum Muktamar Luar Biasa di Yogyakarta, dan ditetapkan sebagai Keputusan Permusyawaratan dengan ketetapan No. VIMLBI2002 tertanggal 19 Januari 2002. 77 Menjelang Pemilu 2004, kendala-kendala lama masih harus dihadapi oleh PKB, misalnya warga NU sebagai basis pemilih yang masih setia di PPP, Partai Golkar, PNU, bahkan PDI-P. Hal ini karena tokoh-tokoh yang ada di partai tersebut masih belum memperlihatkan kemungkinan perubahan 77 Jaily dan Tohadi, PKB dan Pemilu 2004, h. 65. orientasi politik. Disamping itu, secara internal imbas pemecatan beberapa pengurus Partai yang dianggap tidak disiplin pasca-Sidang Istimewa MPR RI 2001 masih berpengaruh terhadap konsolidasi Partai. Lepas dari konflik kepemimpinan PKB, muncul kabar tidak sedap mengenai perseteruan antara elite NU dan PKB. Gesekan terjadi sehubungan dengan perbedaan calon presiden. Sebetulnya, friksi antara NU dan PKB itu muncul berbarengan dengan lengsernya Gus Dur dari kursi kepresidenan. Sebagai Ketua Umum PBNU, Hasyim Muzadi dinilai tidak all out membela Gus Dur. Namun, penetapan figur calon presiden di tubuh PKB bukan sesuatu yang mudah. Pasalnya, di dalam partai sendiri masih terjadi perbedaan pandangan soal menetapkan calon presiden. Ada pihak yang tetap menjagokan Ketua Dewan Syuro PKB, Gus Dur. Namun ada pihak yang menginginkan calon baru yang lebih segar, seperti Ketua Umum PBNU K.H. Hasyim Muzadi atau cendikiawan Nurcholish Madjid. Musyawarah Kerja Nasional Mukernas PKB bulan Mei 2003 merekomendasikan tentang kriteria calon presiden yang akan diajukan oleh PKB. Nama K.H. Abdurrahman Wahid masih kuat terdengar di arena Mukernas PKB. Oleh karena itu, tidak heran kalau peserta Mukernas PKB sepakat menyebut Abdurrahman Wahid sebagai calon presiden utama PKB. 78 Gus Dur, yang sempat menjadi Presiden RI ini, masih berkharisma di kalangan PKB. Terhadap Gus Dur, PKB melihatnya sebagai kekuatan dan kelemahan. Disebut kekuatan karena figur Gus Dur merupakan solidaririty 78 Bambang dan Nainggolan , Partai-partai Politik Indonesia, h. 259-260. maker. Dengan demikian, pencalonan Gus Dur sebagai calon presiden akan berpengaruh terhadap besarnya dukungan suara bagi PKB. Dan disebut kelemahan, karena PKB masih akan terus bersikap ketergantungan pada figur Gus Dur. Namun, pandangan yang terakhir ini tidak dijadikan soal mendasar terhadap pencalonan Gus Dur. Karena, dalam kondisi internal Partai yang dilanda konflik, belakangan ini, PKB harus mengambil risiko ini untuk tetap mempertahankan dukungan yang besar bagi PKB. Namun sayang, pencalonan Gus Dur harus terhalang dengan aturan yang dikeluarkan oleh KPU menyangkut kesehatan fisik calon Presiden RI. Dengan dikeluarkannya keputusan KPU yang tidak meloloskan pencalonan Gus Dur membuat konstituen dan kader PKB merasa kebingungan harus mengalihkan suara kemana. Sementara itu Hasyim Muzadi Ketua Umum PBNU, Organisasi yang selama ini menjadi basis massa terbesar PKB, mencalonkan diri sebagai calon wakil presiden bersama Megawati Soekarno Putri, dari PDI-P. Namun, pencalonan Hasyim tidak didukung oleh PKB karena Hasyim tidak memperoleh restu dari Gus Dur. Dalam situasi kebingungan politik ini, Gus Dur secara tegas menginstruksikan suara PKB mengarah pada pencalonan adiknya, Shalahuddin Wahid, sebagai wakil presiden bersama Wiranto dari Partai Golkar. Dalam kesempatan ini, perseteruan antara NU dan PKB kembali mencuat. Kharisma dan ketokohan kembali dipertaruhkan dalam perebutan massa warga Nahdhiyyin pada Pemilu 2004. L. Konflik II dan Muktamar II PKB Konflik internal yang kedua ini hampir sama dengan modus dalam konflik PKB dengan Matori Abdul Djalil. Konflik diawali dari pemecatan terhadap Alwi Shihab dan Syaifullah Yusuf dari posisi Ketua Umum dan Sekjen DPP PKB. Namun, keputusan tersebut kemudian melebar menjadi sebuah konflik institusional. Alwi Shihab juga membawa kasus ini ke pengadilan melalui sebuah gugatan perdata, sama seperti yang dilakukan Matori. 79 Pada saat proses hukum ini sedang berjalan, DPP PKB menyelenggarakan Muktamar II PKB di Semarang pada tanggal 16 – 18 April 2005. Muktamar ini diikuti oleh seluruh jajaran pengurus PKB dari tingkat KabupatenKota, termasuk diikuti juga oleh aktifis-aktifis PKB. Dan dalam muktamar itu Gus Dur dan Muhaimin Iskandar keluar sebagai pemenang. Kemenangan Gus Dur dan Muhaimin secara demokratis dalam pemilihan Ketua Umum Dewan Syura dan Ketua Umum Dewan Tanfidz pada muktamar tersebut ternyata tidak dapat diterima oleh para pesaingnya, terutama kubu Choirul Anam. Mereka selanjutnya mempersatukan diri untuk menggugat hasil-hasil muktamar. Untuk memperkuat posisi, dimanfaatkanlah kasus pemecatan Alwi Shihab dan Syaifullah Yusuf sebagai alasan atas pembenaran gerakan mereka. 80 Namun lagi-lagi, melalui proses hukum yang panjang, Gus Dur memenangkan pertarungan kali ini. Putusan kasasi Mahkamah Agung RI No. 79 Ahsanul Minan, dkk., Khidmat Kami Bagimu Negeri, Laporan Kinerja FKB DPR RI 2005-2006 Jakarta: FKB DPR RI, 2007, Cet. I, h. 122-123. 80 Ahsanul Minan, dkk., Khidmat Kami Bagimu Negeri, h. 123. 1896 KPDT2005 tertanggal 15 Nopember 2005 ternyata tidak dapat menolong kedudukan Alwi sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz di PKB. Hal ini dikarenakan sudah ada perbuatan hukum lain yang menggantikannya, yaitu Muktamar II PKB di Semarang yang telah diselenggarakan sesuai dengan ketentuan ADART PKB dan UU No. 312002 tentang Partai Politik. Dan putusan MA No. 02KPARPOL2006 yang berisi penolakan terhadap seluruh permohonan kasasi Choirul Anam, menutup konflik PKB. Kemudian putusan MA ini, ditindaklanjuti dengan pencabutan SK pendaftaran kepengurusan DPP PKB versi Choirul Anam oleh Menkumham melalui SK nomor M.14-UM.06.08 tahun 2006. Dengan adanya pencabutan ini, maka dualisme kepengurusan DPP PKB telah berakhir. Kepengurusan DPP PKB hanya satu yaitu kepengurusan hasil Muktamar II Semarang yang dipimpin oleh K.H. Abdurrahman Wahid sebagai Ketua Dewan Syura dan Muhaimin Iskandar sebagai Ketua Umum Dewan Tanfidz. 81 M. Dinamika Pasca Muktamar II PKB dan Menyambut Pemilu 2009 Berakhirnya konflik internal PKB pasca dikeluarkannya putusan MA No. 02KPARPOL2006 dan SK Menkumham No. M.14-UM.06.08, dengan menetapkan Gus Dur dan Muhaimin sebagai kubu yang sah, kian memantapkan kesiapan PKB untuk menghadapi Pemilu 2009. Optimisme PKB tampak secara jelas dalam pelaksanaan Rapat Kerja DPP PKB pada tanggal 20 – 21 September 2006 di Wisma DPR RI Cikoko, Bogor. Rapat 81 Ahsanul Minan, dkk., Khidmat Kami Bagimu Negeri, h. 123-126. Kerja DPP PKB yang juga dihadiri oleh Ketua DPW PKB seluruh Indonesia ini menetapkan target perjuangan PKB dalam Pemilu 2009. Namun harapan tinggal harapan, Pemilu 2009 kembali disambut oleh PKB dengan konflik internal. Konflik kali ini, walaupun kasusnya berbeda, namun modusnya tetap sama dengan konflik yang terjadi sebelumnya. Konflik dimulai dari pemecatan Ketua Umum Muhaimin Iskandar oleh Ketua Umum Dewan Syura Abdurrahman Wahid Gus Dur. Peristiwa pemecatan itu berawal dari kemarahan Gus Dur terhadap Muhaimin. Ada beberapa alasan mengapa Gus Dur menjadi sangat marah kepada Muhaimin. Pertama, Gus Dur beranggapan bahwa Muhaimin telah bersikap double standard, menjadi alat Presiden Susilo Bambang Yudoyono untuk mendongkel Gus Dur dari posisinya sebagai Ketua Umum Dewan Syuro. Gus Dur menuding Susilo Bambang Yudoyono dan Jusuf Kalla adalah orang yang menyebabkan terjadinya konflik di internal PKB melalui tangan Muhaimin. Hal ini dibuktikan dengan perubahan sikap yang ditunjukkan oleh Muhaimin. Menurut Gus Dur, ketika diputuskan untuk mundur, sebetulnya Muhaimin awalnya bersikap menerima. Namun, Gus Dur merasa bingung mengapa belakangan Muhaimin berubah dan menolak pemberhentian tersebut. Karenanya, Gus Dur bertekat untuk tetap tidak mau ishlah dengan Muhaimin karena ia beranggapan bahwa Muhaimin sudah tidak jujur. 82 Kedua, pengangkatan Lukman Edy sebagai Menteri Daerah Tertinggal tidak 82 “Konflik PKB dan Telunjuk Gus Dur,” artikel diakses tanggal 16 April 2008 dari http: www.politikindonesia.com terlebih dahulu dikonsultasikan kepada Gus Dur dan dimusyawarahkan di internal PKB. Ketiga, Gus Dur mensinyalir Muhaimin telah digunakan oleh pihak ketiga sehingga gagal meloloskan Calon Gubernur DKI Jakarta dari PKB. Gus Dur sudah memberi surat peringatan kedua kepada Muhaimin dan mengancam akan menggelar Muktamar Luar Biasa. Sementara itu, Muhaimin sendiri mengklarifikasi semua tuduhan Gus Dur, pada saat berziarah ke makam Sunan Ampel di Surabaya, dengan mengatakan, “Saya melawan Gus Dur? Saya ini siapa? 83 Akhirnya pada Maret 2008, rapat pleno memutuskan untuk meminta Muhaimin mengundurkan diri. Namun, Muhaimin tidak terima dengan hasil putusan rapat pleno itu dengan mengajukan gugatan ke Pengadilan Jakarta Selatan dan dikabulkan. Gugatan yang diajukan oleh Muhaimin yang kemudian dikabulkan itu ditanggapi oleh Gus Dur dengan mengajukan kasasi ke MA, namun di tolak. MA juga menolak legalitas Musyawarah Luar Biasa MLB yang diselenggarakan oleh kubu Gus Dur di Parung dan MLB Ancol yang diselenggarakan kubu Muhaimin. Hasil putusan MA mengembalikan DPP PKB hasil Muktamar Semarang. Muhaimin sebagai Ketua Umum dan Lukman Edy sebagai Sekjennya. 84 Akan tetapi, putusan MA itu tidak kemudian dapat menyelesaikan persoalan di tubuh PKB secara keseluruhan. Hal ini terlihat belakangan ketika Gus Dur melaporkan Muhaimin Iskandar selaku Ketua Umum Dewan 83 http:www.tempointeraktif.comhgnasional20070716id.html 84 “Konflik PKB 2008,” artikel diakses tanggal 22 Agustus 2008 dari http:www. therifqibiru.com Tanfidz PKB dan Lukman Edy selaku Sekjen ke Bareskrim Mabes Polri. Keduanya dianggap tidak pernah mengajak Gus Dur dalam segala kebijakan Partai. “Tidak, sama sekali saya tidak dilibatkan. Bahkan Muhaimin di mana-mana mengatakan saya tidak lagi menjadi Ketua Dewan Syuro, tapi hanya penasihat. Kapan perubahan itu terjadi? Seenaknya saja. Ini melanggar keputusan MA dan PTUN Jakarta. Semua dilanggar.” 85 Menurut Gus Dur, dia mengadukan Muhaimin dan Luman Edy sebagai pihak yang melanggar ADART. Bentuk pelanggarannya ada dalam setiap Surat Keputusan dan sejenisnya, termasuk penetapan anggota legislatif, yang seharusnya ditandatangani dua pihak, yakni Dewan Syuro dan Dewan Tanfidz. Saya ketuanya, dan Muhidin Sekretaris Dewan Syuro. Ketua Tanfidz Muhaimin dan Lukman Edy. Ini dilanggar oleh mereka. Mereka tidak mengajak saya tandatangan, ucap Gus Dur usai menjalani pemeriksaan di Mabes Polri, Jakarta, Selasa 16 September 2008. 86 Di sisi lain, Ketua DPP PKB versi Muhaimin, Marwan Jafar, mengatakan bahwa konflik internal PKB telah selesai setelah dikeluarkannya keputusan MA yang mengakui bahwa kepemimpinan yang sah adalah PKB di bawah pimpinan Muhaimin Iskandar dan Lukman Edy, dengan Ketua Dewan Syuro Aziz Mansyur. 85 Yessi Siti Hajar, “Dijadikan Penasihat PKB, Gus Dur Geram,” artikel diakses tanggal 17 Oktober 2008 dari http:www.inilah.com 86 Yessi, “Dijadikan Penasihat PKB, Gus Dur Geram.” “Tidak ada lagi kubu-kubuan. KPU sudah selesai. Nggak ada dualisme lagi. Keputusan MA terang-benderang. Tak ada satu kata pun dari putusan MA yang menyatakan kembali pada muktamar semarang. Yang ada, Muktamar Parung tidak sah dan pemecatan Muhaimin tidak sah, titik”. 31 Ketua Lakum HAM DPP PKB kubu Muhaimin, Ikhsan Abdullah, juga berpendapat bahwa keputusan Mahkamah Agung terkait persoalan internal PKB. Sudah tegas bahwa PKB yang diakui sebagai peserta Pemilu 2009 adalah PKB yang dipimpin oleh Ketua Umum Muhaimin Iskandar dan Sekjen Lukman Edy. Menyangkut masalah pencalonan anggota legislatif, Ikhsan mengatakan bahwa pihak yang sah dalam mengajukan daftar calon legislatif adalah ketua umum dan sekjen sebagaimana yang diamanatkan UU No.102008 yang menyatakan bahwa pengajuan calon legislatif ditandatangani Ketua Umum, Sekjen atau sebutan apapun. Depkum HAM telah menetapkan dan mengakui alamat PKB yang sah adalah PKB yang beralamatkan di JL. Sukabumi, Menteng, Jakarta Pusat. KPU juga mengeluarkan pernyataan bahwa surat menyurat yang sah dilayangkan ke JL. Sukabumi. 32 Putusan ini tentu saja membuat Gus Dur geram dan langsung melayangkan gugatan ke Pengadilan Jakarta Pusat dengan No. 313PDT.G2008PNJKTPST. Dengan tergugat Presiden Susilo Bambang Yudoyono, Depkum HAM, KPU, dan sekaligus Ketua Umum dan Sekjen 31 “MA Hapus Pertimbangan, MLB Ancol yang Sah,” artikel diakses pada 16 April 2008 dari http:www.detiknews.com 32 “Gugatan Gus Dur di PTUN Tak Ganggu Proses Pencalegan,” artikel diakses pada 16 April 2008 dari http:www.detiknews.com PKB. 33 Gus Dur merasa bahwa dirinya telah dizalimi. Dan kini, proses itu sedang berjalan.

D. Dinamika Peran dan Pengaruh Politik Gus Dur di PKB