Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

D. Latar Belakang Masalah

Pembahasan mengenai Abdurrahman Wahid, yang selanjutnya disebut Gus Dur, dalam keterlibatannya secara langsung dengan dinamika perpolitikan Partai Kebangkitan Bangsa PKB, sebuah partai yang pernah membawanya kepada kursi kekuasaan pada 1999, adalah sebuah pekerjaan yang sulit dan membutuhkan analisis yang tajam tentu dengan data yang akurat dan referensi yang cukup banyak. Hal ini disebabkan sepak terjang politiknya yang sangat sulit untuk diprediksi. Gus Dur merupakan tokoh yang fenomenal dan disegani, tidak hanya di tingkat nasional tetapi juga internasional. Hal ini tentu dipengaruhi oleh latar belakang keluarga dan pendidikannya. Kehadiran kedua kakek yang sekaligus pendiri organisasi besar Islam Nahdlatul Ulama NU dan kedua orang tuanya yang juga merupakan tokoh bangsa yang disegani dan dikagumi oleh banyak orang sangat berpengaruh terhadap kepribadian Gus Dur di kemudian hari. Di samping itu, latar belakang pendidikan Gus Dur yang diperoleh di dalam maupun di luar negeri juga sangat membentuk karakter berpikir Gus Dur. Kehadiran Gus Dur di organisasi besar Islam Nahdlatul Ulama NU yang didirikan oleh kakeknya sendiri itu tentunya sangat memberikan efek yang luar biasa terhadap dirinya. Gus Dur, seperti kakek dan kedua orang tuanya, sangat disegani dan dihormati tidak hanya oleh jam’iyyah NU tetapi juga oleh golongan-golongan lain di luar organisasi yang membesarkannya. Ia kemudian menjadi panutan dan rujukan oleh banyak orang dalam menyelesaikan segala persoalan-persoalan umat dan bangsa, baik itu yang menyangkut persoalan agama, budaya, kehidupan sosial maupun persoalan-persoalan politik, kebangsaan, dan kekuasaan. Keterlibatan Gus Dur di sebuah partai besar, Partai Kebangkitan Bangsa PKB, merupakan bentuk nyata dari kepeduliannya terhadap persoalan-persoalan politik, kebangsaan, dan kekuasaan. Kehadiran Gus Dur di dunia politik dengan semua gagasan-gagasan cemerlangnya ternyata dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat, sekaligus menjadikannya tokoh alternatif dalam suksesi kepemimpinan nasional pada Sidang Umum MPR RI tahun 1999 untuk memimpin bangsa ini dengan legitimasi yang sangat kuat. Sebab, pemerintahannya adalah hasil Pemilu 1999 yang terbilang relatif demokratis, dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya. 1 Kemenangan Gus Dur menjadi Presiden RI pada sidang umum yang diselenggarakan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat MPR pada waktu itu secara langsung memberikan efek yang sangat luar biasa terhadap kebesaran eksistensi PKB. Gus Dur, dengan segala kelebihan dan kekurangan yang melekat dalam dirinya, telah dijadikan sebagai tokoh sentral partai yang dipuja-puja oleh konstituennya, apa yang dikatakan dan dilakukannya menjadi panutan dan rujukan bagi Partai Kebangkitan Bangsa PKB. 1 Anas Urbaningrum, Melamar Demokrasi: Dinamika Politik Indonesia Jakarta: Republika, 2004, h. 102. Bayangan Gus Dur dalam visi, misi, dan perilaku politik PKB sangat dominan. Pandangan, gagasan, sikap, kebijakan, dan manuver-manuver politik Gus Dur sangat kentara mempengaruhi gerak langkah PKB di pentas percaturan politik nasional sejak Partai ini berdiri, masa kampanye Pemilu 1999, 2004 dan pastinya pada masa-masa berikutnya. 2 Visi, misi, dan kebijakan-kebijakan politik PKB akan selalu berada di bawah bayang-bayang Gus Dur. Gus Dur-lah yang pada hakikatnya mengarahkan dan bahkan menentukan keputusan-keputusan politik yang telah dan akan diambil oleh PKB. Selain sebagai pengayom dan pemberi restu bagi berdirinya PKB, Gus Dur secara struktural memiliki kapasitas dan kapabilitas untuk mengarahkan kebijakan atau keputusan-keputusan politik yang harus diambil oleh PKB. 3 Dapat diduga bahwa setidak-tidaknya setiap keputusan dan kebijakan politik yang akan diambil oleh Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa PKB dan jajaran pimpinannya akan selalu dikonsultasikan dengan Gus Dur terlebih dahulu. 4 Gus Dur diakui sebagai pembela kebebasan, demokrasi, dan HAM yang memiliki reputasi bagus di tingkat nasional dan internasional, hal ini tentu saja memberikan kontribusi yang sangat signifikan bagi PKB. Di bawah pijar-pijar bayangan Gus Dur, PKB tumbuh dan berkembang menjadi partai besar walaupun masih muda belia. Sementara itu, partai-partai baru yang seusia dengan PKB 2 Faisal Ismail, NU, Gus Durisme, dan Politik Kiai Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 1999, Cet. I, h. 151. 3 Faisal, NU, Gus Durisme, h. 151. 4 Faisal, NU, Gus Durisme, h. 151. memperoleh suara yang sangat jauh dengan PKB. Tanpa Gus Dur, PKB tidak mungkin menjadi besar. Karena pengaruh Gus Dur dalam PKB sangat dominan, Gus Dur akan selalu menjadi pola anutan dan acuan PKB dalam mengambil kebijakan-kebijakan dan keputusan politiknya. 5 Kenyataan di atas lah yang kemudian memunculkan opini bahwa Partai Kebangkitan Bangsa PKB adalah milik Gus Dur, dan bukan sebaliknya, Gus Dur milik PKB. Opini ini kemudian meluas sampai pada sebuah perdebatan di kalangan publik, banyak orang beranggapan bahwa peran politik Gus Dur di PKB dikarenakan integritas dan kapabilitasnya sebagai politisi yang memiliki posisi tawar yang tinggi di pentas politik nasional. Ada pula yang beranggapan bahwa peran politiknya yang cukup kental di PKB dikarenakan posisi strukturalnya sebagai Dewan Syuro. Terlepas dari itu semua, pada kenyataannya Gus Dur telah menjadi icon bagi PKB. Jika demikian, bagaimanakah nasib dan arah pergerakan politik PKB masa depan pasca-Gus Dur, bukankah sikap ketergantungan yang berlebihan terhadap satu sosok kepemimpinan sangat membahayakan bagi keberlangsungan kaderisasi dan eksistensi suatu partai? Menurut Efendi Ghazali, “Figur seorang yang ditokohkan bisa menjadi bomerang bagi partai itu sendiri.” Jika dilihat bagaimana Megawati di PDI-P begitu ditokohkan, akhirnya PDI-P pecah. 6 Golkar berada diambang kehancuran ketika tokoh yang dijadikan sebagai iconnya, Soeharto, hancur pada 1998. 5 Faisal, NU, Gus Durisme, h. 153. 6 “ Demokrat – SBY Pisah Ranjang,” Opini Indonesia, 29 Januari – 4 Februari 2007, h. 17. Keberanian partai-partai, seperti PAN yang dulunya sangat bergantung pada popularitas Amien Rais, sekarang sudah berani memasang muka-muka baru sebagai icon partainya. Demikian pula, PBR tidak lagi menjadikan sosok Zaenuddin M.Z. sebagai panutannya. Keberanian partai-partai itu lepas dari figur tokoh karena dipengaruhi oleh kesadaran akan pentingnya proses regenerasi internal. Secara alamiah, partai perlu regenerasi seiring dengan menurunnya kredibilitas dan popularitas tokoh-tokoh lama. Partai Thai Rak di Thailand adalah contoh partai yang begitu bergantung pada ketokohan Taksin mantan Perdana Menteri Thailand, setelah Taksin dikudeta maka partai tersebut ikut bubar. 7 Lalu pertanyaannya, apakah Partai Kebangkitan Bangsa PKB akan mengalami hal yang sama, kredibitas dan popularitasnya akan menurun atau bahkan hancur seiring dengan menurun dan hancurnya tingkat popularitas tokohnya? dan apakah PKB juga sadar akan pentingnya proses regenerasi demi menyelamatkan eksistensi Partai dengan melepaskan diri dari figur Gus Dur, seperti yang sudah dilakukan oleh partai-partai pesaingnya? Dalam tulisan ini, penulis mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas, tentu dengan berdasarkan analisis dan kajian historis yang lengkap dan akurat, sehingga jawaban yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan.

E. Studi Pustaka