BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat mendasar dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
1
Sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak akan ada pendidikan.
2
Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan diri dari ketidaktahuan menjadi tahu,
sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Selain itu, belajar juga berperan penting dalam mempertahankan kehidupan manusia, dengan belajar manusia
dapat mengetahui dan memiliki sejumlah ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai hasil dari belajar. Dengan ini manusia dapat menggunakan ilmu
tersebut untuk membangun benteng pertahanan yaitu kekuatan dalam mempertahankan kehidupan manusia dari dampak negative ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dalam perspektif keagamaan, dalam hal ini adalah agama Islam
disebutkan bahwa belajar merupakan suatu kewajiban yang dilaksanakan oleh setiap orang yang beriman agar memperoleh ilmu pengetuhuan dalam rangka
meningkatkan derajat kehidupan mereka. Hal itu dinyatakan dalam al-Qur’an surat al-Mujadilah ayat 11:
☺ ☺
…niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang beriman diantaramu. Dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan. Q.S. Al- Mujadilah: 11
1
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar,Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 2001, Cet. III, h.59.
2
Syah, Psikologi Belajar,… h.55.
Untuk itu setiap manusia hendaknya belajar. Belajar merupakan kunci yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, berhasil dan gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan nasional bergantung pada proses belajar yang dialami siswa.
Secara umum dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu upaya yang dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan.
3
Dalam menguasai sejumlah pengetahuan tersebut sangat diperlukan konsentrasi. Konsentrasi
adalah pemusatan pikiran atau terpusatnya perhatian terhadap informasi yang diperoleh seseorang selama periode belajar.
4
Dalam belajar, konsentrasi memiliki peranan yang sangat penting, bila siswa tidak berkonsentrasi dalam belajar maka siswa tersebut sulit menyerap
materi atau informasi yang disampaikan oleh guru. Sebaliknya bila dalam belajar siswa dapat berkonsentrasi terhadap materi yang disampaikan oleh
guru, maka siswa tersebut dapat menyerap materi yang disampaikan oleh guru. Hal tersebut sejalan dengan yang dikatakann oleh Fadilah Suralaga dkk.,
bahwa konsentrasi merupakan syarat mutlak dalam proses belajar. Manusia tidak akan mampu mempelajari sesuatu kalau ia tidak berkonsentrasi untuk
mendapatkannya.
5
Namun konsentrasi inilah yang sulit untuk dilakukan, karena banyak factor yang menyebabkan terganggunya konsentrasi, salah satunya adalah rasa
lapar. Gejala seperti ini biasanya terjadi pada siswa atau anak yang tidak sarapan sebelum pergi ke sekolah. Ir. Sarita, alumni Fateta jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi IPB Bogor mengatakan: Bagi anak sekolah, meninggalkan sarapan membawa dampak buruk.
Konsentrasi di kelas biasanya buyar karena tubuh tidak memperoleh kecukupan gizi. Akibatnya, anak mengalami kekosongan lambung selama
10-11 jam dihitung dari saat ia tidur malam. Tak heran anak akan merasa
3
Ali Imran, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya, 1996, Cet. I, h. 2.
4
Femi Olivia, Membantu Anak Punya Ingatan Super, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007, h. 40.
5
Fadilah Suralaga, dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005, Cet. I, h. 101.
sangat lapar sekitar pukul 09.00-10.00, yang akhirnya kadar gula pada tubuh menurun.
6
Hal ini juga diungkapkan oleh Dr. Leane, M.Sc., seorang pakar gizi, anak yang tidak sarapan akan mengalami gejala rendahnya kadar gula
hipoglekimia, gejalanya antara lain rendahnya kemampuan berkonsentrasi, cepat lelah, dan mudah mengantuk.
7
Selain itu, rasa lapar juga dapat menyerang anak yang sudah sarapan. Ada kemungkinan ini disebabkan oleh makanan yang dikonsumsinya, apakah
makanan tersebut cukup untuk pasokan energi dan mengandung nutrisi yang seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh anak atau tidak.
Pada suatu studi tentang sarapan, Drajat Martianto, PhD. Pakar gizi dari institute Pertanian Bogor IPB, menjelaskan, sarapan yang tidak memadai,
memungkinkan terjadinya hipoglekimia yaitu rendahnya kadar gula dalam darah.
8
Hal ini dapat mengakibatkan turunnya tingkat konsentrasi belajar. Untuk mencegah tersebut terjadi, anak hendaknya dibiasakan
mengkonsumsi sarapan di pagi hari. Dan makanan yang dikonsumsi anak juga hendaknya diperhatikan. Apakah makanan tersebut cukup untuk memenuhi
pasokan energi serta mengandung nutrisi yng dibutuhkan tubuh anak atau tidak? Inilah yang menyebabkan penulis mengangkat masalah ini.
Anak yang terbiasa mengkonsumsi sarapan setiap harinya memiliki kemampuan lebih baik di sekolahnya. Menurut Sheah Rarback, M.S., R.D.,
seorang ahli gizi anak di Universitas Miami dalam bahasa yang telah diterjemahkan, pola diet dengan menyertakan sarapan pagi bagi anak akan
memacu pertumbuhan yang tepat dan memaksimalkan kemampuan di sekolah.
9
Sekolah Menengah Pertama Negeri SMP 20 Bekasi adalah salah satu sekolah yang ada di kecamatan Pondok Gede Bekasi yang berlokasi di daerah
komplek perumahan. Pembagian jam masuk kelas di sekolah ini dibagi
6
www.Goole.com, 14 Januari 2008.
7
www.Goole.com, 14 Januari 2008.
8
www.Google.com, 14 Januari 2008.
9
www.Google.com, 14 Januari 2008.
menjadi dua yakni pagi 07.30 bagi siswa kelas VIII dan Kelas IX, dan siang 13.30 bagi siswa kelas VII, dikarenakan jumlah kelas yang sedikit.
Mayoritas siswa sekolah ini bertempat tinggal jauh diluar komplek. Jarak yang jauh ini membuat siswa lebih mengutamakan waktu keberangkatan
dibandingkan sarapan terlebih dahulu, dan juga siswa di sekolah ini kurang menyadari pentingnya mengkonsumsi sarapan yang sehat dan seimbang.
Dengan mengkonsumsi makanan di pagi hari secara tepat dan benar, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan zat gizi, para
siswa dapat lebih focus, dan materi yang disampaikan oleh guru dapat terserap dengan baik.
Dengan alasan yang telah disebutkan di atas, peneliti ingin mengajukan
judul tentang “PENGARUH SARAPAN TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA DI KELAS VIII SMP NEGERI 20 BEKASI”.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi kontribusi dalam memperkaya pengetahuan mengenai dunia pendidikan terutama mengenai
psikologi pendidikan.
B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah