Johann Georg Hamann Meneguhkan Kembali Kebebasan Individu : Kritik Isaiah Berlin terhadap universalisme pencemaran

universalistik. Titik berat kebenaran kepada kemanusiaan adalah reduksi habis- habisan terhadap realitas yang memiliki beragam nuansa yang berlapis-lapis. Adanya realitas tidak mungkin dikurung dalam kategori-kategori simplistis. Realitas memiliki latar belakang dan motivasi keberadaan yang terlalu panjang untu disimpulkan dengan menggunakan kategori subjektif. Dari sini Berlin juga menyerang pangkal totalitarianisme modern yang muncul secara sangat kejam dalam bentuk Nazisme, fasisme dan anti-semitisme. Rasionalitas yang dikembangkan Descartes telah merambah jauh membelenggu realitas dan kemanusiaan secara umum.

B. Johann Georg Hamann

Ketika Vico melakukan gugatan terhadap tradisi Pencerahan dengan menggoncangkannya, maka teolog dan filsuf Königsberg, Johann Georg Hamann, telah membanting tradisi universalistik itu. Isaiah Berlin menggambarkan peran pemikir ini dalam menyerang tradisi pencerahan dengan berapi-api: “The most passionate, consistent, extreme and implacable enemy of the Enlightenment and, in particular, of all forms of rationalism of his time he lived and died in the eighteenth centure was Johann Georg Hamann. His influence, direct and indirect, upon the romantic revolt against universalism and scientific method in any guise was considerable and perhaps crucial.” 57 Musuh yang paling bernafsu, konsisten, ekstrim dan berkepala dari Pencerahan dan, terutama, dari semua bentuk rasionalisme pada masanya dia hidup dan 57 Lihat Isaiah Berlin, The Magus of the North: J. G. Hamann and the Origins of Modern Irrationalism, dalam Three Critics of The Enlightenment, h. 255. meninggal di abad ke-delapan belas adalah Johann Georg Hamann. Pengaruhnya, baik langsung maupun tidak langsung, terhadap pemberontakan romantik melawan universalisme dan metode saintifik dalam banyak bentuk sungguh krusial. Penegasan utama dari Hamann adalah “all truth is particular, never general” semua kebenaran itu partikular, tidak pernah berlaku umum. 58 Hamann adalah seorang penganut agama yang taat. Ia penganut sekte Luteran. Awalnya, Hamann adalah murid setia Pencerahan, tapi ketika terjadi goncangan spritual di dalam dirinya, ia balik haluan menjadi penentang tradisi Pencerahan, bahkan ia dikenal sebagai seorang anti-rasionalis yang sangat gigih. Hamann mengkampanyekan bahwa rasio tidak kuasa mendemonstrasikan seluruh kenyataan, rasio hanya satu instrumen untuk mengklasifikasi dan menyusun data dalam satu pola tertentu, tetapi tidak pernah benar-benar bisa menunjukkan kenyataan yang sebenarnya secara utuh. 59 Alam semesta, bagi Hamann, sebagaimana yang dipercai oleh kaum mistikus Jerman kuno, hanyalah semacam bahasa. Segala sesuatu, tumbuhan atau binatang pada dirinya hanyalah simbol dimana Tuhan berkomunikasi dengan ciptaannya. Hamann membuat satu ungkapan yang sangat baik untuk menggambarkan pemikirannya, “God-intoxicated man” manusia yang dimabuk Tuhan. Bagi Hamann, semua hal—semua yang ada dan yang mungkin 58 Lihat Isaiah Berlin, The Proper Study of Mankind: An Onthology of Essays, London: Pimlico, 1998, h. 249. 59 Berlin, The Proper. ada—tidak hanya diciptakan oleh Tuhan, melainkan juga berbicara kepada kita. Semua hal adalah wahyu. Segala sesuatu adalah keajaiban. 60 Oleh karena itu, segala pengetahuan tidak bisa diperlakukan secara umum. setiap entitas memiliki alasan keberadaan yang berbeda. Setiap sesuatu memiliki keunikannya masing-masing. Pengetahuan tentang kebenaran hanyalah persepsi langsung dari entitas individual. Semua konsep tidak akan pernah bisa merepreksikan semua pengalaman individual. Hamann menegaskan, sebagaimana yang dibahasakan oleh Berlin, “what is real is individual” yang riil adalah yang individual. 61 Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa setiap nilai memiliki keunikannya sendiri-sendiri, mereka berbeda dari bentuknya, peristiwanya, pemikirannya, dan tidak ada nilai yang berlaku umum. Hamann sedikit memberi perhatian terhadap pelbagai teori dan spekulasi tentang dunia eksternal, dia hanya peduli terhadap kehidupan personal individu, yaitu kesenian, pengalaman religius, perasaan dan hubungan personal. Bagi Hamann, Tuhan itu adalah penyair, bukan matematikawan yang bisa mereduksi dan membawa kita ke dalam satu konstruksi verbal tanpa makna, sesuatu yang sangat rapuh tapi dianggap seolah-olah pasti dalam bahasa Goenawan Mohamad: “sesuatu yang kelak retak dan kita membuatnya abadi”.

C. Johann Gottfried Herder