Batasan dan Rumusan Masalah Tinjauan Kepustakaan

liberalisme Kant jelas tertolak melalui penjelasan di atas, bahwa rasionalitas tidak bisa dipakai sebagai ukuran satu-satunya bagi kebenaran, ia bisa sangat menindas. Bentham mendefinisikan kebebasan sebagai tiadanya halangan untuk terpenuhinya hasrat manusia. Dengan demikian, bagi Bentham, manusia akan semakin bebas ketika hasratnya dikurangi. Konsepsi seperti ini ditentang oleh Mill, yang menganggap bahwa kebebasan justru adalah terpenuhinya kapasitas individu untuk memenuhi segala hasrat yang ia inginkan. 21 Kritikan Berlin terhadap dua pemikir utilitarian itu adalah karena dicantumkannya tujuan dalam konsep liberalisme mereka. Tujuan yang dimaksud adalah terpenuhinya hasrat bagi Bentham atau kemaslahatan bagi Mill. Liberalisme bertujuan atau positif liberty mengandaikan bahwa liberalisme penting bukan pada dirinya sendiri, melainkan adalah instrumen bagi kepentingan yang lain, yakni utility. Melalui negative liberty, Berlin ingin menegaskan bahwa liberalisme atau kebebasan penting pada dirinya sendiri. Di sinilah Berlin menjadi penganut liberalisme dan Pencerahan sejati dengan menganulir tendensi universalisme di dalamnya.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berangkat dari pendahuluan di atas, penulis menemukan hal menarik dalam pemikiran Isaiah Berlin. Berlin mengembangkan konsep baru mengenai kebebasan untuk membersihkan proyek Pencerahan dari tendensi universalisme dan totalitarianisme. Tulisan ini akan masuk ke dalam persoalan pokok dalam pemikiran 21 Lihat Rirhard Bellamy, Rethinking Liberalism, London: Pinter, 2000, h. 26. Berlin, yakni bagaimana memformulasikan konsep kebebasan tanpa harus mematok diri pada rasionalitas yang menindas. Penulis akan membatasi tulisan ini pada kritika utama Berlin terhadap universalisme Pencerahan. Dengan demikian, penulis tidak akan terlalu jauh mengemukakan semua bentuk pemikiran Berlin, seperti kajian-kajian sejarahnya, yang sebetulnya juga begitu dominan dalam karya-karya Berlin. Untuk itu, beberapa hal yang akan menjadi pokok pembicaraan dalam tulisan ini adalah: pertama, pandangan Berlin mengenai konsepsi Pencerahan secara umum; kedua, konsep kebebasan menurut Berlin; ketiga, tawaran pluralisme sebagai kritik terhadap universalisme Pencerahan; dan keempat mengenai posisi kritis Berlin ketika berhadapan dengan konsep liberalisme dan pluralisme. Untuk lebih memperjelas, penulis akan menyinggung beberapa percikan pemikiran lain yang berkaitan dengan tema ini, terutama dari para tokoh yang berpengaruh kepada pemikiran Berlin. Secara ringkas, tulisan ini ingin menjawab rumusan pertanyaan: pertama, bagaimana Berlin mendefinisikan Pencerahan, hubungannya dengan konsep monisme? Kedua, bagaimana Berlin bergerak di antara dua ekstrim: tendensi monistik dalam liberalisme dan tendensi relativis dalam pluralisme? Rumusan pertanyaan di atas akan menjadi titik soal penulis dalam keseluruhan pembahasan ini.

C. Tinjauan Kepustakaan

Isaiah Berlin adalah pemikir yang terkenal melalui karya-karya sejarah pemikirannya. Berlin mendokumentasi sejarah pemikiran dengan sangat baik, terutama karena ia memberikan gambaran yang cukup jauh terhadap implikasi pemikiran maupun asal muasal pemikiran dari pemikir yang ia kaji. Tokoh seperti Karl Marx dan Leo Tolstoy menjadi begitu berbeda di tangan Berlin. Karl Marx digambarkan sebagai hasil eksperimen filsafat Pencerahan yang pada mulanya memperjuangkan individualisme, sesuatu yang kemudian bertentangan dengan pemikiran Marx yang memperjuangkan kolektivisme. Di tengan Berlin, Leo Tolstoy menjadi pemikir Sovyet yang anti filsafat Pencerahan tetapi juga tidak tunduk kepada komunisme Sovyet. Dari pemikiran seperti ini, Berlin menjadi inspirasi bagi banyak pemikir kontemporer khususnya mereka yang bergelut dalam tema-tema seperti liberalisme, pluralisme dan multikulturalisme. Berlin juga memicu kontroversi pemikiran antara liberalisme dan pluralisme. Berlin termasuk pemikir yang mengawali penemuan cacat di dua pemikiran yang sedang digemari pemikir kontemporer tersebut. Ada beberapa karya yang penulis temukan yang menjadikan konsep Berlin mengenai liberalisme dan pluralisme sebagai landasan pemikirannya. Penulis-penulis itu antara lain adalah John Gray, Isaiah Berlin, yang membahas secara detail tentang implikasi relativis dari pemikiran pluralisme Berlin; William A. Galston, Liberal Pluralism, menulis tentang implikasi konsep Berlin mengenai value pluralism terhadap praktik dan teori politik; George Crowder, Liberalism and Value Pluralism, menulis tentang konsepsi Berlin mengenai liberalisme dan pluralisme yang menuguhkan bahwa Berlin bukanlah seorang relativis, melainkan pluralis yang liberal; Richard Bellamy, Rethinking Liberalism, membahas kisruh antara pemikiran Berlin, John Struart Mill dan T. H. Green mengenai konsep liberalisme; juga banyak esai-esai tentang pemikiran Berlin yang ditemukan di pelbagai jurnal. Sayangnya, penulis tidak menemukan satu karya utuh mengenai pemikiran Berlin di Indonesia. Penulis hanya menemukan satu terjemahan karya Berlin berjudul Four Essays on Liberty yang kemudian diterjemahkan menjadi Empat Esai Kebebasan oleh A. Zaim Rofiqi dan diterbitkan oleh Freedom Institute dan LP3ES tahun 2004. Penulis juga hanya menemukan satu esai yang ditulis oleh Ahmad Sahal yang berjudul Isaiah Berlin dan Liberalisme tanpa Universalisme di Harian Kompas tahun 2004, yang sekaligus dijadikan pengantar dalam buku terjemahan yang telah disebutkan di atas. Sejauh pengetahuan penulis, memang tidak ada lagi karya berbahasa Indonesia yang membahas pemikiran Isaiah Berlin selain yang telah disebutkan di atas. Kelangkaan buku berbahasa Indonesia yang membahas karya Isaiah Berlin ini pulalah yang sedikit menyulitkan penulis dalam penulisan skripsi ini. Penulis sangat terbantu sebab beberapa perpustakaan seperti Perpustakaan Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Perpustakaan Freedom Institute dan Perpustakaan CSIS menyediakan buku-buku Isaiah Berlin maupun pemikiran tentang liberalisme dan pluralisme dengan sangat lengkap. Perpustakaan-perpustakaan itu tidak hanya menyediakan buku, melainkan juga jurnal-jurnal ilmiah yang membahas perdebatan mutakhir mengenai tema yang sedang penulis kerjakan.

D. Tujuan Penelitian