Dinamika Kerja Citizen Journalis dalam Manajemen Redaksi Rubrik Rohani www.kabarindonesia.com

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

Cucu Sulastri

Dinamika Kerja Citizen Journalism dalam Manajemen Redaksi Rubrik Rohani www.kabarindonesia.com

Citizen journalism adalah suatu fenomena baru dalam dunia jurnalistik

kontemporer. Salah satu media yang beraliran citizen journalism ialah

www.kabarindonesia.com yang didirikan di Belanda, namun konten beritanya berhubungan dengan Indonesia. Media ini memiliki subrubrik rohani yang menampung tulisan lintas agama dalam satu wadah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan bagaimana

struktur kerja citizen journalism dalam manajemen redaksi rubrik rohani

www.kabarindonesia.com? Apa kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com

dalam mengelola rubrik rohani? Apa tujuan ideologi www.kabarindonesia.com

dalam mengelola rubrik rohani?

Struktur kerja citizen journalism dalam manajemen redaksi rubrik rohani

diawali dengan proses pengiriman karya oleh citizen journalist. Kemudian, editor

menerima karya, menyunting, dan menaikan status berita menjadi valid. Selanjutnya, dewan redaksi menerima berita valid dari editor dan menentukan

berita ditayangkan atau tidak ditayangkan pada www.kabarindonesia.com

Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif dengan metode penelitian etnometodologi dengan model pengkajian deskriptif. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui wawancara autoanamnesa secara tatap muka dan wawancara tertulis melalui surat elektronik kepada Anggota Dewan Redaksi Harian Online KabarIndonesia, Supadiyanto, serta melakukan observasi dan mengumpulkan

dokumen terkait situs www.kabarindonesia.com.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah perspektif payung (umbrella perspective) oleh August E. Grant dan teori universalisme Islam oleh Frithjof Schuon. Asumsi teori payung adalah dalam memahami adaptasi suatu teknologi komunikasi pada suatu negara, dapat dilakukan dengan cara menganalisa level sistem, infrastruktur organisasi, hardware/software, dan level individu, sedangkan asumsi teori universalisme Islam adalah secara esoteris atau secara hakikat, semua agama adalah sama pada tingkat Yang Maha Kuasa atau Adikodrati, dan hanya berbeda secara eksoteris atau secara bentuknya saja yaitu agama-agama.

Berkembangnya media citizen journalism merupakan suatu bentuk

adaptasi dari paham demokrasi yang dianut bangsa Indonesia serta sistem pers

negara yang bebas bertanggungjawab (social responsibility). Subrubrik rohani

menjadi ajang dialektika serta mempertemukan berbagai gagasan dalam forum yang termoderasi.

Situs www.kabarindonesia.com merupakan bentuk pemanfaatan media

citizen journalism dalam menginformasikan kebenaran serta mendorong berkembangnya demokratisasi di Indonesia, serta merepresentasikan bentuk universalisme Islam di Indonesia lewat subrubrik rohani dan mengakomodasi segenap kepentingan bersama dengan menghilangkan politisasi pemberitaan.

Kata kunci: citizen journalist, perspektif payung, universalisme Islam,


(6)

Assalamualaikum Wr.Wb

Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain kata syukur kepada Allah SWT atas berbagai kemudahan yang telah diberikan sehingga penulis berhasil merampungkan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tetap selalu tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Tidak mudah bagi penulis untuk membuat karya seperti ini dikarenakan berbagai keterbatasan yang dimiliki, namun hal ini penulis jadikan sebagai motivasi rangkaian pengalaman hidup yang berharga. Skripsi ini mulai disusun ketika penulis menyadari bahwa penelitian yang mengkaji jurnalisme warga (citizen journalism) sebagai salah satu bentuk fenomena baru di dunia jurnalistik Indonesia masih minim.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat kerja keras dan bantuan dari semua pihak. Karena itu, penulis menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Arief Subhan, M.A., Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Dr. Suparto, M. Ed., Pembantu Dekan Bidang Akademik, Drs. Jumroni, M.Si., Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum, Dr. Sunandar, M.A., Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Rubiyanah, M.A., Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Ade Rina Farida, M.Si.,


(7)

bimbingan, waktu, dan semua ilmu yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Kedua orangtua yang sangat dicintai penulis, Bapak Ejob, dan Mamah

Rasih yang selalu mendoakan dan mencintai penulis setiap waktu, serta memberikan dukungan dan motivasi penuh sekaligus menjadi inspirasi dalam kehidupan penulis.

5. Kedua kakak yang amat penulis banggakan, Anah Furyanah, S.E, M.M.,

dan suaminya, Tekun Budiyanto, yang dengan bijak memberikan motivasi kepada penulis. Adik penulis yang amat dicintai dan dirindukan, Deri Yuliani (Alm.). Dua keponakan lucu, Alifah Zahra Insani, dan Satrio Fadlan Ramadhan, serta seluruh keluarga besar yang sangat mengasihi dan menyayangi penulis.

6. Seluruh dosen dan staf Akademik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat kepada penulis.

7. Segenap karyawan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, yakni bagian

Akademik, Tata Usaha, serta Karyawan Perpustakaan Fakultas dan Perpustakaan Utama UIN Jakarta, yang telah memudahkan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Keluarga besar Harian Online KabarIndonesia (HOKI), Robert Nio,

Direktur Utama HOKI; Elisabeth Widyati, Pemimpin Umum/Pemimpin Redaksi; Fidda Abbot, Redaktur Pelaksana, dan Anggota Dewan Redaksi; Supadiyanto, S.Sos.I., (S. Kom.I.), M.I.Kom., Wahyu Ari Wicaksono,


(8)

Indonesia menjadi lebih baik dan telah membantu serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh teman Konsentrasi Jurnalistik Angkatan 2010, RDK FM 107,9

Mhz 2010, Jurnalistik A 2010, KKN DECADE 2013, segenap anggota redaksi Berita UIN Jakarta 2013, Kungfu Shaolin Lan She Lung (LSL) UIN Jakarta, Ummul Khairah, Septinia Antika Fasya, Faradilla Nurul Rahma, Mustaqiim, Tezar Aditya Rahman, Makhruzi Rahman, dan seluruh sahabat yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas ide, motivasi dan pengalaman yang telah dibagikan. Spesial untuk Zakaria, yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin…

Wassalamualaikum Wr. Wb

Tangerang Selatan, Mei 2014


(9)

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………...1

B. Batasan dan Rumusan Masalah………...5

C. Tujuan Penelitian……….6

D. Signifikansi Masalah………...6

E. Metodologi Penelitian 1. Paradigma Penelitian………7

2. Pendekatan Penelitian………..8

3. Metode Penelitian………....9

4. Teknik Pengumpulan Data……….11


(10)

7. Waktu dan Tempat Penelitian………16

8. Pedoman Penulisan………16

F. Tinjauan Pustaka………...16

G. Sistematika Penulisan………19

BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Media………...20

B. Media Online……….21

C. Pengertian Dinamika, Ideologi, dan Representasi……….23

D. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga)………25

E. Manajemen Redaksi………..33

F. Perspektif Payung…..………37

G. Teori Universalisme Islam………...….41

BAB III GAMBARAN UMUM

A. Sejarah Singkat Berdirinya HOKI……….51


(11)

D. Logo dan Susunan Redaksi HOKI………58

E. Rubrik Rohani………63

BAB IV HASIL PENELITIAN DINAMIKA KERJA CITIZEN

JOURNALISM DALAM MANAJEMEN REDAKSI RUBRIK

ROHANI WWW.KABARINDONESIA.COM

A. Struktur Kerja Citizen Journalism dalam Manajemen Redaksi

Rubrik Rohani www.kabarindonesia.com...73

B. Kebijakan Redaksional www.kabarindonesia.com dalam Mengelola Rubrik Rohani...97

C. Tujuan Ideologi www.kabarindonesia.com dalam Mengelola Rubrik Rohani………..107

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan………..114

B. Saran..………..116

DAFTAR PUSTAKA……….117


(12)

1. Tabel 2.1 Karakteristik Citizen Journalism...27

2. Tabel 3.1 Susunan redaksi www.kabarindonesia.com...61


(13)

1. Gambar 2.1 Umbrella Perspectivemenurut August E. Grant…….…...38

2. Gambar 2.2 Letak Esoterisme dan Eksoterisme menurut Huston Smith merujuk karya Frithjof Schuon...48

3. Gambar 3.1 Laman utama situs www.kabarindonesia.com...53

4. Gambar 3.2 Formulir Biodata Pendaftaran...54

5. Gambar 3.3 10 Dasa Titah Penulis...55

6. Gambar 3.4 Logo www.kabarindonesia.com 2008-sekarang...58

7. Gambar 3.5 Logo www.kabarindonesia.com 2006-2007...59

8. Gambar 3.6 www.kabarindonesia.com 2008-sekarang...60

9. Gambar 4.1 Alur Penayangan berita pada situs www.kabarindonesia.com...83

10. Gambar 4.2 10 Dasa Titah Penulis situs www.kabarindonesia.com...99

11. Gambar 4.3 Kebijakan Pertanggungjawaban HOKI...103

12. Gambar 4.4 Rubrik Berita pada laman depan www.kabarindonesia.com...109

12. Gambar 4.5 Subrubrik Rohani tertanggal 16 April 2014...110


(14)

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Penemuan internet pada tahun 1990-an melahirkan sebuah era baru

dalam bidang media yang dikenal dengan sebutan media baru (new

media). New media merupakan sebuah istilah yang merujuk pada hasil digitalisasi informasi oleh internet. Proses menerbitkan dan menyiarkan informasi yang dahulu melalui media televisi, radio dan surat kabar yang sifatnya analog kini telah merambah ke dunia digital yang turut mengefisiensikan waktu serta biaya produksi penyiaran informasi di media.

Perkembangan internet dan digitalisasi isi media yang kian pesat membuat informasi dapat disebarkan dalam bentuk apa pun, kapan pun, di mana pun, bahkan siapa pun termasuk warga negara dari berbagai latar belakang. Salah satu bentuk informasi yang disebarkan adalah berita. Kerja jurnalistik yang dahulu hanya dilakukan oleh wartawan, kini sudah dapat dilakukan oleh siapa pun. Hal ini memunculkan istilah baru dalam

bidang jurnalistik yakni jurnalisme warga negara atau citizen journalism.

Sebelum citizen journalism muncul, terlebih dahulu lahir

jurnalisme online atau jurnalisme dotcom. Kehadiran jurnalisme online


(16)

pernyataan yang senada dengan harian KOMPAS lewat artikelnya yang

berjudul Kode Etik Jurnalisme “Dotcom” yang berbunyi:

“Media massa bertambah anggota dengan kelahiran situs

-situs berita di ruang cyber dalam kategori com. Publik dewasa ini

tak hanya mengenal surat kabar, majalah, kantor berita, radio atau televisi sebagai media massa, tetapi juga situs-situs berita di dalam

ruang cyber. Karena tanda pemisah dalam taksonomi situs itu

berupa titik atau dot, kategori pemberitaan model baru itu kita sebut saja dalam ruangan ini sebagai jurnalisme dotcom.”1

Jadi, jurnalisme dotcom yang kini lebih dikenal dengan jurnalisme online merupakan situs berita yang media penyebarannya melalui ruang siber internet. Hal ini pulalah yang mengawali lahirnya kanal-kanal jurnalisme warga negara di dunia siber.

Citizen journalism adalah keterlibatan warga dalam memberitakan sesuatu. Seseorang tanpa memandang latar belakang pendidikan, keahlian dapat merencanakan, menggali, mencari, mengolah, melaporkan informasi

(tulisan, gambar, foto, tuturan, video) kepada orang lain.2 Jadi, setiap

orang dapat menjadi wartawan.

Di Indonesia, fenomena citizen journalism sendiri sudah tak asing

lagi. Sistem pers Indonesia yang bebas bertanggungjawab (social

responsibility) menjadikan citizen journalism tumbuh dan berkembang

dengan baik. Citizen journalism turut mendorong terciptanya iklim

demokratisasi di negara ini. Blog dan situs mampu mewacanakan informasi alternatif dan tidak terikat oleh sistem seperti halnya media

1

Septiawan Santana K, Jurnalisme Kontemporer (Jakarta: Yayasan Obor Jakarta, 2005),

h. 133.

2


(17)

utama serta menjadi suatu bentuk kontrol sosial media atas ketimpangan di

masyarakat.3

Merebaknya tren citizen journalism di masyarakat kontemporer

menumbuhkan motivasi menulis yang nantinya akan berpengaruh pada

budaya membaca dan melek media di Indonesia. Citizen journalism lahir

dari kesadaran masyarakat untuk berbagi informasi dan wawasan kepada sesama dengan dilandasi rasa kesukarelaan. Keikhlasan dan kejujuran para citizen journalist menjadi modal utama untuk melejitkan kemampuan mereka dalam berolah kata, berolah nyali dan berolah pikiran untuk

mengungkapkan apa pun yang ada di benak mereka.4

Misi utama dari media beraliran citizen journalism adalah

mengubah posisi pembaca menjadi penulis, pemirsa sekaligus narasumber

dan menjadikan pendengar menjadi pembicara. Salah satu media citizen

journalism terkemuka yang fokus pada misi citizen journalism adalah www.kabarindonesia.com.

Situs www.kabarindonesia.com adalah kanal citizen journalism

terkemuka di Indonesia dengan jumlah penulis aktif mencapai hampir

15.000 orang. Media ini didirikan olehYayasan Peduli Indonesia (YPI) di

Utrecht, Belanda, pada 11 November 2006. Harian onlineini memiliki visi

untuk menjadikan www.kabarindonesia.com sebagai harian online yang

3

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 219-220.

4

Supadiyanto, Booming Profesi Pewarta Warga, Wartawan&Penulis: Mantra Pereguk Pundi-Pundi Rupiah (Jakarta: PPWI Intramedia Press, 2009), h. 24.


(18)

tepercaya dan bertujuan untuk dapat menyampaikan suara rakyat

Indonesia, tanpa ditunggangi oleh siapa pun.5

Situs www.kabarindonesia.com adalah koran gotong-royong

(collaborative content creation) yang ditulis oleh siapa saja yang benar-benar peduli akan rakyat, bangsa maupun negara Indonesia di mana saja dan mengenai apa saja. Jumlah penulis maupun beritanya yang tak terbatas membuat harian online ini menyediakan 24 subrubrik sebagai ruang berita yaitu rubrik Budaya, Cerpen, Daerah, Ekonomi, Hiburan, Hukum, Internasional, Iptek, Kesehatan, Konsultasi, Lingkungan Hidup, Lomba, Lowongan Kerja, Nasional, Olahraga, Opini, Pariwisata, Pemilu, Pendidikan, Politik, Profil, Puisi, Rohani, dan Serba-serbi. Tak heran jika

harian online ini pernah menorehkan rekor Museum Rekor Indonesia

(MURI) sebagai media massa dengan jumlah penulis terbanyak se-Indonesia.6

Sebagai bentuk eksistensi dan toleransi keberagaman agama, www.kabarindonesia.com memiliki rubrik keagamaan yakni subrubrik Rohani. Rohani merupakan subrubrik yang menyajikan berita lintas agama

di Indonesia. Pada subrubrik ini, para citizen journalist dapat menulis dan

mengirim berita yang berlatar agama apa pun yang ada di Indonesia. Karya dalam subrubrik Rohani pun dikirim oleh siapa saja yang benar peduli akan rakyat, bangsa maupun negara Indonesia di mana saja.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, kehadiran citizen

journalism www.kabarindonesia.com sebagai salah satu sumber informasi

5

http://www.kabarindonesia.com/ diakses pada 19 Desember 2013, pukul 17.00 WIB.

6


(19)

dari dan untuk masyarakat, turut menyuburkan iklim demokrasi di Indonesia. Tak luput, berita keagamaan yang ditayangkan dalam rubrik

rohani media tersebut turut memotivasi para citizen journalist untuk

menulis dan berbagi berita serta wawasan keagamaan kepada sesamanya. Namun, sejauh mana peran dewan redaksi yang berbeda latar belakang keagamaan bekerjasama menyatukan misi keagamaan masing-masing dalam memilih, menyunting serta menampilkan berita-berita rohani lintas agama untuk dijadikan konsumsi publik menjadi hal yang menarik untuk diteliti. Oleh karena itu penelitian ini diberi judul

DINAMIKA KERJA CITIZEN JOURNALISM DALAM

MANAJEMEN REDAKSI RUBRIK ROHANI

WWW.KABARINDONESIA.COM.

B. Batasan dan Rumusan Masalah 1. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini, penulis membatasi masalah penelitian pada subrubrik rohani karena penulis ingin menganalisa mengenai dinamika kehidupan sosial-keagamaan pada subrubrik tersebut.


(20)

2. Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana struktur kerja citizen journalism dalam manajemen

redaksi rubrik rohani www.kabarindonesia.com?

2. Apa kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com dalam

mengelola rubrik rohani?

3. Apa tujuan ideologi www.kabarindonesia.com dalam

mengelola rubrik rohani?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui struktur kerja citizen journalism dalam manajemen

redaksi rubrik rohani www.kabarindonesia.com.

2. Mengetahui kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com

dalam mengelola rubrik rohani.

3. Mengetahui tujuan ideologi www.kabarindonesia.com dalam

mengelola rubrik rohani.

D. Signifikansi Masalah 1. Signifikansi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pada

kajian Ilmu Komunikasi khususnya kajian tentang citizen journalism atau


(21)

menjadi salah satu referensi pembelajaran bagi mahasiswa atau umum

yang mencari informasi tentang struktur kerja citizen journalism,

kebijakan redaksional serta ideologi keagamaan pada kanal citizen

journalism beraliran nasionalis.

2. Signifikansi Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para praktisi komunikasi terlebih mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) Konsentrasi Jurnalistik agar lebih memahami dan mengerti tentang dunia citizen journalism dan dinamika kerja di dalamnya.

E. Metodologi Penelitian

1. Paradigma Penelitian

Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami dunia nyata yang terkandung dalam sosialisasi penganut dan praktisinya. Paradigma menunjukkan apa yang penting, absah dan masuk akal. Paradigma juga bersifat normatif, menunjukkan kepada praktisinya apa yang harus dilakukan tanpa perlu melakukan pertimbangan eksistensial

atau epistemologis yang panjang.7

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan paradigma

konstruktivis. Kaum konstruktivis beranggapan bahwa dunia empiris tidaklah independen, melainkan persepsi dan interpretasi peneliti akan

7

Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT Remaja Rosdakarya:


(22)

memengaruhi apa yang dilihat peneliti pada saat meneliti. Konstruktivisme beranggapan bahwa teori-teori komunikasi lebih dari sekadar hubungan statistik saja, melainkan juga menjelaskan perilaku komunikasi dengan mengacu pada alasan-alasan seseorang berbicara

dengan lainnya.8

2. Pendekatan Penelitian

Penulis menggunakan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini. Menurut Bogdan dan Taylor (1982), pendekatan kualitatif diharapkan mampu menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan tingkah laku yang dapat diamati dari suatu individu, kelompok, masyarakat, organisasi tertentu dalam suatu konteks setting tertentu

yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif dan holistik. 9

Lodico, Spaulding, dan Voegtle (2006) menerangkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian lapangan atau disebut juga penelitian interpretatif. Penelitian ini menggunakan metode penalaran induktif dan sangat percaya bahwa terdapat banyak perspektif yang akan dapat diungkapkan.

Penelitian kualitatif berfokus pada fenomena sosial dan pemberian suara pada perasaan dan persepsi dari partisipan di bawah studi. Hal ini didasarkan pada kepercayaan bahwa pemahaman pengetahuan

8

Andi Bulaeng, Metode Penelitian Komunikasi Kontemporer (Yogyakarta: Andi, 2004), h. 11-12.

9

Rosady Ruslan, Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi (Jakarta:


(23)

dihasilkan dari seting sosial dan bahwa pemahaman pengetahuan sosial

adalah suatu proses ilmiah yang sah.10

3. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode etnometodologi.

Etnometodologi adalah metode penelitian yang menganalisis bagaimana orang-orang menciptakan dan memahami kehidupan

sehari-hari, dan cara mereka menyelesaikan kehidupan sehari-hari.11

Etnometodologi memiliki tujuan menyelidiki bagaimana cara orang menerapkan kaidah-kaidah abstrak dan pengertian akal sehat dalam berbagai situasi sehingga tindakan tersebut terlihat rutin, dapat diterangkan dan tidak meragukan. Etnometodologi berharap dapat mengerti cara orang “melihat”, melukiskan, dan menerangkan tata

dunia yang mereka tinggali.12

Etnometodologi memiliki argumen bahwa ungkapan sehari-hari, isi percakapan sehari-hari di tengah masyarakat bisa dijadikan indikasi bagaimana kerangka berpikir beserta asumsi-asumsi mereka di dalam memahami, menafsirkan dan menyikapi berbagai hal yang dihadapi.

Realitas sosial sesungguhnya bersifat konstruksional (social

constructed), sehingga berbagai fenomena sosial yang tampak di permukaan dalam kehidupan sehari-hari tentunya suatu pancaran dari

10

Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), h. 2.

11

Robert C. Bogdan, Knopp S. Biklen, Qualitative Research in Education: An

Introduction to Theory and Methods (Boston: Allyn and Bacon Inc., 1998), h. 30.

12

Rulam Ahmadi dalam “Metodologi Penelitian Kualitatif” diakses dari

www.infodiknas.com/metodologi-penelitian-kualitatif-rulam-ahmadi.html pada 1 Juli 2014 pukul 13.00 WIB.


(24)

pola pikir, jalan pemikiran, dalil, teori, serta anggapan-anggapan yang

tersimpan di dunia kesadaran sang manusia pelaku.13

Etnometodologi sangat mementingkan analisis percakapan beserta ekspresi-ekspresi indeksial yang muncul di tingkat interaksi. Hal itu dimaksudkan untuk memahami berbagai makna dan kerangka berpikir yang melandasi berbagai ekspresi para pelaku di tingkat perilaku dan interaksi. Untuk itu, sangat diperlukan proses observasi terhadap percakapan sehari-hari di tingkat interaksi sehingga terpahami bagaimana sesungguhnya susunan “struktur dalam” yang menjadi kerangka pikir, dalil, teori, serta asumsi-asumsi mereka di dalam

memahami, mengontruksi, dan menyikapi sesuatu hal.14

Penulis mengkaji penelitian ini menggunakan model deskriptif yang bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

suatu populasi tertentu atau bidang tertentu secara fakta dan cermat.15

Penelitian menggunakan metode etnometodologi dengan model kajian deskriptif. Penelitian dilakukan dengan menganalisa struktur

kerja citizen journalism dalam manajemen redaksi rubrik rohani

www.kabarindonesia.com, kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani, serta tujuan

ideologis www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik tersebut.

13

Burhan Bungin, Penelitian kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan

Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Kencana, 2009) Edisi 1, cet. Ke-3, h. 44.

14

Bungin, Penelitian kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, h. 45.

15

Jalaludin Rakhmat, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya,


(25)

4. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data, penulis melakukan:

a. Observasi

Penulis melakukan pengamatan dengan teknik observasi partisipatif, yakni peneliti sebagai pengamat sekaligus sebagai

partisipan penelitian.16 Penulis mendaftar menjadi citizen journalist

pada harian online ini serta menganalisis subrubrik Rohani di kanal citizen journalism www.kabarindonesia.com untuk memperoleh data yang akurat serta mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antaraspek dalam fenomena tersebut.

b. Wawancara

Wawancara terbuka memungkinkan responden

menggunakan cara-cara unik mendefinisikan dunia, wawancara terbuka mengasumsikan bahwa tidak ada urutan tetap pertanyaan yang sesuai untuk semua responden, memungkinkan responden

membicarakan isu-isu penting yang tidak terjadwalkan.17

Penulis melakukan wawancara terbuka secara tatap muka

mendalam (in depth interview) secara autoanamnesa18 dan melalui

wawancara terbuka tertulis via e-mail kepada Supadiyanto,

16Dawud dalam “

Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif” diakses dari berkarya.um.ac.id/tag/biklen/ pada 1 Juli 2014 pukul 16.30 WIB.

17

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma baru Ilmu Komunikasi

dan Ilmu Sosial Lainnya (Jakarta: Remaja Rosdakarya,2003), h. 182.

18

Autoanamnesa yaitu wawancara mendalam yang dilakukan dengan subjek atau responden.


(26)

S.Sos.I.,(S.Kom.I.), M.I.Kom., anggota Dewan Redaksi www.kabarindonesia.com mengenai struktur kerja citizen journalism dalam manajemen redaksi rubrik rohani www.kabarindonesia.com, kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani, serta

tujuan ideologis www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik

rohani.

c. Dokumentasi

Menurut Hasanudi Saleh, metode dokumentasi merupakan metode untuk mencari data mengenai variabel-variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, notulen, agenda dan

sebagainya.19 Dokumentasi dalam penelitian ini adalah

sumber-sumber yang berkaitan dengan www.kabarindonesia.com dan isi

penelitian penulis seperti buku, modul, tulisan dari berbagai sumber, Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jurnal, buku tafsir, dan al Quran dan terjemahannya serta segala macam data yang dapat memenuhi informasi yang dibutuhkan oleh penulis, antara lain:

1. Dokumen Pribadi

Dokumen pribadi adalah catatan atau karangan seseorang secara tertulis tentang tindakan, pengalaman, dan kepercayaannya. Tujuan dari dokumentasi pribadi adalah untuk memperoleh sudut

19


(27)

pandang orisinalitas dari kejadian atau situasi nyata yang pernah dialami oleh subjek secara langsung disertai dengan situasi sosial yang melingkupinya dan bagaimana subjek mengartikan kejadian

dan situasi tersebut.20 Dalam penelitian ini penulis menggunakan

autobiografi Robert Nio, Direktur Utama

www.kabarindonesia.com, yang ditulis oleh Supadiyanto dan diterbitkan oleh penerbit SaM, Sidoarjo, tahun 2012. Kemudian, surat elektronik pribadi (e-mail) dengan anggota Dewan Redaksi, Supadiyanto, yang ditunjuk langsung oleh Direktur Utama www.kabarindonesia.com untuk menjawab pertanyaan penelitian.

2. Dokumen Resmi

Dokumen resmi dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal dapat berupa catatan, seperti memo, pengumuman, instruksi, aturan suatu lembaga, sistem yang diberlakukan, hasil notulensi rapat keputusan

pimpinan, dan lain sebagainya.21 Dokumen eksternal dapat berupa

bahan-bahan informasi yang dihasilkan oleh suatu lembaga sosial, seperti majalah, koran, bulletin, surat pernyataan, dan lain sebagainya. Dokumen resmi dipandang mampu memberikan gambaran mengenai aktivitas, keterlibatan individu pada suatu

komunitas tertentu dalam setting sosial.

20

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial (Jakarta:

Salemba Humanika, 2012), cet. ke-3, h. 143.

21

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, h.


(28)

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan dokumen resmi baik internal dan eksternal. Untuk dokumen internal di antaranya

adalah SOP Editor harian online KabarIndonesia, Pedoman

Penulisan Citizen Journalist milik www.kabarindonesia.com,

buku-buku tulisan Supadiyanto terkait citizen journalism di

www.kabarindonesia.com. Sedangkan untuk dokumen eksternal

antara lain yaitu data dari MURI, data dari Alexa.com. Serta

beberapa data dari internet yang merujuk pada penelitian.

5. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis mengenai materi-materi tersebut dan untuk memungkinkan penulis

menyajikan apa yang sudah penulis temukan kepada orang lain.22

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alur teknik analisis data kualitatif model interaktif yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Menurut Miles dan Huberman (1984) ada empat macam kegiatan dalam analisa data kualitatif, yaitu: pengumpulan data,

reduksi Data, display data, penarikan kesimpulan/ verifikasi.23 Berikut

penjabaran dari teknik analisis data tersebut:

Tahapan pertama, tahap pengumpulan data dilakukan sebelum penelitian, pada saat penelitian, dan bahkan di akhir penelitian. Penulis

22

Emzir, Analisis Data: Metodologi Penelitian Kualitatif, h. 85.

23

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, h.


(29)

melakukan ketiga proses pengumpulan data tersebut bahkan ketika

data masih berupa konsep (draft). Tahapan kedua, proses

penggabungan dan penyeragaman segala bentuk data yang diperoleh

menjadi satu bentuk tulisan (script) yang akan dianalisis. Tahapan

ketiga, display data adalah mengolah data setengah jadi yang sudah

seragam dalam bentuk tulisan dan sudah memiliki alur tema yang jelas ke dalam suatu matriks kategorisasi sesuai tema-tema yang sudah dikelompokkan dan dikategorisasikan, serta akan memecah tema-tema tersebut ke dalam bentuk yang lebih konkret dan sederhana yang disebut subtema yang diakhiri dengan memberikan kode dari subtema tersebut sesuai dengan verbatim wawancara yang sebelumnya telah

dilakukan. Tahapan keempat, penarikan kesimpulan/verifikasi

menjurus kepada jawaban dari pernyataan penelitian yang diajukan sebelumnya dan mengungkap “apa” and “bagaimana” dari temuan penelitian.

6. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah www.kabarindonesia.com sebagai salah

satu kanal citizen journalism terkemuka di Indonesia. Sedangkan objek

penelitiannya adalah struktur kerja citizen journalism dalam

manajemen redaksi rubrik rohani www.kabarindonesia.com,kebijakan

redaksional www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani,

serta tujuan ideologis www.kabarindonesia.com dalam mengelola


(30)

7. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan dari Januari sampai Mei 2014 dan bertempat di Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jalan Ir. H. Juanda nomor 95, Ciputat, Tangerang Selatan, Banten, 15412 dan Kampus Akademi Komunikasi Radya Binatama (AKRB) Yogyakarta, jalan raya Janti nomor 32F47, Karangjambe, Banguntapan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia (+62 274 486868).

8. Pedoman Penulisan

Penulisan dalam penelitian ini mengacu kepada buku Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) karya Hamid

Nasuhi dkk yang diterbitkan oleh CeQDA (Center for Quality

Development and Assurance) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul skripsi ini penulis melakukan tinjauan pustaka di Perpustakaan Umum (PU) yang terletak di kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta maupun perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti menemukan

skripsi yang membahas tentang jurnalisme warga (citizen journalism)


(31)

1. “Jurnalisme Warga: Analisis Situs www.akumassa.org” karya Sudrajat, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, alumnus tahun 2012. Isi penelitian ini adalah bahwa Skripsi Sudrajat meneliti serta mengkaji rubrikasi artikel dan keterlibatan warga serta komentar warga menanggapi isu yang

diangkat dalam dalam situs www.akumassa.org.

2. “Peran Jurnalisme Warga dalam www.eramuslim.com” karya Amin Chanafi, mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FIDIKOM) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, alumnus tahun 2011. Isi penelitian ini adalah bahwa Skripsi Amin Chanafi meneliti bagaimana peran jurnalisme warga dalam media online dan faktor apa saja yang mendukung dan menghambat peran jurnalisme warga dalam media online serta harapan media terhadap peran jurnalisme online.

Sementara, penulis menganalisis bagaimana struktur kerja citizen

journalism dalam manajemen redaksi rubrik rohani www.kabarindonesia.com, kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani, serta tujuan

ideologis www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani.

Hal ini dikarenakan citizen journalism www.kabarindonesia.com

adalah suatu kanal berita yang ditulis oleh siapa saja (citizen journalist)


(32)

mana pun berada.24 Anggota dewan redaksi pun berasal dari berbagai latar belakang keagamaan dan kebangsaan yang bekerja secara sukarela tanpa mendapat imbalan. Penulis menganalisis pula bagaimana prosedur sanksi, dan cara penyelesaian sengketa ketika terjadi masalah dalam pemberitaan.

24


(33)

G. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Pada bagian ini memaparkan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini menguraikan tinjauan teoritis mengenai pengertian

media, media online, citizen journalism, manajemen redaksi citizen

journalism, teori payung (Umbrella Perspective), dan teori universalisme Islam.

BAB III GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas sejarah singkat www.kabarindonesia.com,

pewarta warga (citizen journalist), prosedur pengiriman berita dan berita

foto, logo serta visi dan misi media, susunan redaksi, serta rubrik rohani pada www.kabarindonesia.com.

BAB IV ANALISIS DATA

Bab ini memaparkan analisis data mengenai struktur kerja citizen

journalism dalam manajemen redaksi rubrik rohani

www.kabarindonesia.com, kebijakan redaksional www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani, serta tujuan

ideologis www.kabarindonesia.com dalam mengelola rubrik rohani.

BAB V PENUTUP


(34)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Media

Menurut Leksikon Komunikasi, media massa adalah sarana penyampai pesan yang berhubungan langsung dengan masyarakat luas misalnya radio, televisi, dan surat kabar. Menurut Cangara, media adalah alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari komunikator kepada khalayak. Sedangkan pengertian media massa sendiri adalah alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak dengan menggunakan alat-alat komunikasi seperti surat kabar, film, radio dan televisi. Istilah media massa sering disingkat “media” saja, tanpa “massa”.25

Goran Hadebro (1982) menyebutkan fungsi media massa sebagai

berikut:26

1) Menciptakan iklim perubahan

2) Mengajarkan keterampilan baru pada masyarakat

3) Multiplayer effect (pelipat ganda) ilmu pengetahuan

4) Efisiensi tenaga dan biaya atas informasi

5) Meningkatkan aspirasi

6) Menumbuhkan partisipasi

25

http://www.komunikasiuinbandung.info/2013/05/pengertian-media-massa.html diakses pada 24 Desember 2013, pukul 11.20 WIB.

26

Gun Gun Heryanto, Media Massa dan Kepentingan Partai Politik, Seminar Prodi


(35)

7) Membantu menemukan nilai-nilai baru

8) Mempertinggi rasa kebangsaan

9) Meningkatkan aktivitas politik

10)Mengubah struktur kekuasaan

11)Menjadi sarana pembelajaran

12)Mendukung program-program pembangunan

Selain itu, media memiliki beberapa kekuatan yaitu kekuatan dalam proses rekonstruksi realitas (penyiapan, penyebaran, pembentukan, serta konfirmasi konstruksi). Media memiliki kekuatan dalam produksi, reproduksi serta distribusi wacana dan opini publik. Kemudian, media juga memiliki kekuatan dalam persuasi perubahan. Terakhir, memiliki kekuatan

dalam pelembagaan dan legitimasi budaya seta pengetahuan.27

B. Media Online

Perkembangan dunia internet yang kian pesat dan canggih turut mengembangkan pula jenis jurnalistik lewat dunia maya atau dikenal sebagai jurnalisme media online. Menurut Romli, media online adalah media massa yang tersaji secara online di situs web internet yang

merupakan media massa “generasi ketiga” setelah media cetak atau

printed media (koran, tabloid, majalah, buku) dan media elektronik atau electronic media seperti radio, televisi, dan film/video. Media online merupakan produk jurnalistik online yang didefinisikan sebagai

27


(36)

“pelaporan fakta atau peristiwa yang diproduksi dan didistribusikan melalui internet”.

Secara teknis, media online adalah media berbasis telekomunikasi dan multimedia seperti komputer dan internet. Media yang termasuk dalam kategori ini adalah portal, website (situs web, termasuk blog), radio online, tv online, dan email. Isi media online terdiri: teks, visual/gambar,

audio, dan audio-visual (video).28

Berikut beberapa karakteristik media online menurut Romli:29

1. Memiliki kapasitas yang luas sehingga halaman web dapat

menampung naskah yang amat panjang sekalipun.

2. Memuat dan menyunting naskah dapat dilakukan kapan saja

dan di mana saja.

3. Memiliki jadwal terbit kapan saja atau setiap saat.

4. Memiliki kemampuan yang cepat sehingga memungkinkan

setelah diunggah dapat langsung diakses semua orang.

5. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki akses internet.

6. Menginformasikan berita terbaru dikarenakan kemudahan dan

kecepatan dalam hal penyajian (aktual).

7. Memperbaharui informasi secara berlanjut dan dapat dilakukan

kapan saja (update).

8. Menjadikan komunikasi interaktif, dua arah, dengan adanya

fasilitas kolom komentar, chatroom, polling, dan sebagainya.

28

ASM Romli, Modul Teknik Menulis di Media Online: KISS, Keep It Simple and Short!, 2011, Dosen Jurnalistik & Penyiaran UIN Sunan Gunung Djati Bandung, h. 1.

29


(37)

9. Mendokumentasikan informasi karena tersimpan di “bank data” (arsip) dan dapat ditemukan melalui “link”, “artikel terkait”, dan fasilitas “cari” (search).

10.Memiliki hubungan dengan sumber lain (hyperlink) yang

berkaitan dengan informasi tersaji.

Sementara itu, Zaenuddin memaparkan keunggulan media online

dibanding media cetak, masing-masing:30

1. Media online menyampaikan berita yang jauh lebih cepat,

bahkan setiap beberapa menit dapat diperbaharui.

2. Pembaca dapat mengakses berita yang disajikan tidak hanya

dapat dilakukan lewat komputer yang terpasang dengan internet, tetapi lewat ponsel pun bisa sehingga sangat mudah dan praktis.

3. Pembaca dapat memberikan tanggapan atau komentar secara

langsung terhadap berita yang disukai atau tidak disukainya dengan mengetik pada kolom komentar yang telah disediakan.

C. Pengertian Dinamika, Ideologi, dan Representasi

Dinamika adalah sesuatu yang mengandung arti kekuatan yang

merangsang perubahan atau kemajuan dalam sistem atau proses.31

Dinamika kerja merupakan suatu rangkaian proses kekuatan perubahan

30

Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor &

Mahasiswa Jurnalistik (Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011), h.7-8.

31

http://psychologydictionary.org/social-dynamics/ diakses pada 13 Juli 2014, pukul 23.10 WIB.


(38)

yang dapat terjadi di tempat kerja dalam setiap kelompok sosial. Dinamika juga berarti menunjukkan adanya interaksi dan interdependensi antara

anggota kelompok secara keseluruhan.32

Ideologi umumnya merujuk pada beberapa sistem keyakinan yang terorganisir atau seperangkat nilai yang disebarkan atau dikuatkan melalui komunikasi. Meskipun media massa biasanya tidak secara sengaja merencanakan untuk menyebarkan ideologi, pada praktiknya, sebagian besar konten media (dari semua jenis) melakukannya secara implisit dengan secara selektif menekankan nilai dan norma tertentu. Seringkali hal ini mencerminkan budaya nasional yang menyediakan konteks bagi sistem media, tetapi juga posisi kelas dan pandangan dari mereka yang memiliki,

mengontrol, dan membuat media.33

Representasi dimaknai dengan bagaimana dunia dikonstruksikan secara sosial dan disajikan kepada khalayak dalam pemaknaan tertentu. Representasi menggunakan bahasa untuk menyatakan sesuatu secara bermakna, atau merepresentasikan kepada orang lain. Representasi dapat berwujud kata, gambar, sekuen, dan lain sebagainya guna mewakili ide, emosi, fakta, dan sebagainya. Representasi bergantung pada tanda dan citra yang sudah ada dan dipahami secara kultural, dalam pembelajaran bahasa dan penandaan yang bermacam-macam atau sistem tekstual secara timbal balik. Representasi dipahami sebagai gambaran sesuatu yang akurat

32

Steven N. Durlauf, H. Peyton Young, Social Dynamics (Cambridge: MIT Press, 2001), h. 133.

33

Denis McQuail, Teori Komunikasi Massa, Penerjemah Putri Iva Izzati (Jakarta:


(39)

atau realita terdistorsi. Representasi adalah sebuah cara di mana memaknai apa yang diberikan pada benda yang digambarkan. Stuart hall berargumentasi bahwa representasi harus dipahami dari peran aktif dan kreatif orang memaknai dunia. Hall menunjukkan bahwa sebuah imaji akan mempunyai makna yang berbeda dengan tanpa adanya jaminan bahwa imaji akan berfungsi atau bekerja sebagaimana mereka dikreasi atau diciptakan. Hall menyebutkan bahwa representasi sebagai konstitutif karena representasi tidak hadir sampai setelah dipresentasikan, representasi tidak terjadi setelah sebuah kejadian, melainkan representasi

adalah konstitutif dari sebuah kejadian.34

D. Citizen Journalism (Jurnalisme Warga)

Perkembangan citizen journalism (jurnalisme warga) saat ini

adalah sebagai fenomena baru dalam dunia jurnalistik. Menurut Aceng, citizen journalism adalah bentuk jurnalisme yang melibatkan warga

masyarakat untuk ikut mengisi media.35 Sementara itu, menurut Nurudin

yang dimaksud citizen journalism adalah keterlibatan warga dalam

memberitakan sesuatu. Seseorang tanpa memandang latar belakang pendidikan, dan keahlian, dapat merencanakan, menggali, mencari,

34

http://sosiologibudaya.wordpress.com/2011/03/23/

35Aceng Abdullah, “Fenomena Baru Dunia Jurnalistik,”

dalam Atwar Bajari dan Sahat

Sahala Tua Saragih, ed., Komunikasi Kontekstual: Teori dan Praktik Komunikasi Kontemporer


(40)

mengolah, melaporkan informasi (tulisan, gambar, foto, tuturan, video)

kepada orang lain.36 Jadi, setiap orang dapat menjadi wartawan.

Maraknya media jurnalisme warga terjadi karena sejumlah hal,

Aceng Abdullah memaparkan di antaranya:37

1. Berbagai informasi yang dibutuhkan khalayak tidak selalu

terpenuhi oleh media massa konvensional. Hal ini dikarenakan khalayak media sekarang berubah. Mereka membutuhkan aneka informasi yang justru menurut media massa tidak

memiliki nilai berita (news value). Sedangkan, media massa

masih berkutat dengan aspek news value yang kadang kala

sesungguhnya tidak dibutuhkan oleh masyarakat serta seringkali nilai suatu berita terkalahkan oleh kapitalisme media itu sendiri. Di pihak lain, masyarakat butuh informasi sederhana tetapi semuanya adalah bentuk permasalahan warga dan hal tersebut mereka dapatkan pada media jurnalisme warga.

2. Khalayak bukan hanya butuh informasi, tetapi juga butuh

menginformasikan fakta dan opininya.

3. Khalayak memiliki foto atau rekanan gambar yang jauh kebih

bagus ketimbang yang dimiliki media massa umum.

Isi dari kanal citizen journalism sendiri bermacam-macam dapat

berupa video, tulisan, gambar, foto, dan lain-lain yang disiarkan melalui

36

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), h. 215.

37Abdullah, “Fenomena Baru Dunia Jurnalistik,” h. 470


(41)

media internet atau blog dengan tujuan memberikan informasi kepada

orang lain (to share).38 Berikut ini disajikan tabel ringkas mengenai citizen

journalism:

Citizen Journalism

Penulis Warga negara biasa dan semua

orang

Media Internet (blog)

Tujuan Memberikan informasi kepada orang

lain (to share)

Aturan Bebas

Isi Bermacam-macam (video, tulisan,

gambar, dan lain-lain)

Posisi Individu/ masyarakat Subjek dan Objek

Motivasi Penulis Mandiri

Tabel 2.1 Karakteristik Citizen Journalism

Nurudin, mengutip tulisan Online Journalism Review milik D.

Lasica, yang kemudian membagi media untuk citizen journalism dalam

lima bentuk, yaitu:39

1) Partisipasi audiens (seperti komentar-komentar pada pengguna

yang dilampirkan untuk mengomentari kisah berita, blog pribadi, foto atau video gambar yang ditangkap dari kamera HP atau berita lokal yang ditulis oleh penghuni sebuah komunitas).

2) Berita independen dan informasi yang ditulis dalam website.

3) Partisipasi pada berita situs yang berisi komentar-komentar

pembaca atas sebuah berita yang disiarkan oleh media tertentu.

38

Nurudin, Jurnalisme Masa Kini, h. 216.

39


(42)

4) Tulisan ringan seperti dalam milis dan e-mail.

5) Situs Pemancar pribadi (video situs pemancar).

Wartawan penulis berita dalam citizen journalism biasa disebut

citizen journalist. Menurut Supadiyanto, citizen journalist atau pewarta warga adalah masyarakat umum yang berkomitmen serius ingin

mencerdaskan masyarakat luas melalui sharing berbagai informasi.

Mereka berpartisipasi memberikan kontribusi dalam mengumpulkan informasi, menulis berita, mengeditnya, menganalisis, melaporkan, dan

menyiarkannya agar bisa dikonsumsi oleh publik.40

Menurut Supadiyanto, citizen journalist mengembangkan model

jurnalisme yang mengedepankan hati nurani dan kejujuran (the soul and

honest journalism). Mereka menulis pandangan atas suatu peristiwa karena didorong oleh keinginan untuk membagi apa yang dilihat dan diketahui. Penulisnya dapat berasal dari kalangan mana saja yang termotivasi untuk menulis secara independen.

Pada perkembangan jurnalisme warga kontemporer, terdapat sejumlah permasalahan berupa kritik terhadap operasional, hal ini yang

dianggap menjadi masalah dalam operasional jurnalisme warga yaitu:41

a. Fakta Informasi

Sebagian orang masih meragukan fakta informasi yang dikirimkan citizen journalist kepada media jurnalisme warga. Hal ini disebabkan oleh

40

Supadiyanto, Booming Profesi Pewarta Warga,Wartawan&Penulis (Jakarta: PPWI

Intramedia Press, 2009), h. 8

41Abdullah, “Fenomena Baru Dunia Jurnalistik,” h. 473


(43)

lemahnya kontrol terhadap pengirim berita, apakah berita tersebut fakta atau bukan. Karena itu media jurnalisme warga harus memiliki mekanisme check and recheck atau prosedur konfirmasi yang bisa dipertanggungjawabkan.

b. Akurasi Data

Data yang dikirimkan citizen journalist terkadang tidak akurat

dikarenakan kesalahan penyebutan nama orang, istilah, prosedur, dan lain-lain. Hal ini disebabkan karena mereka bukan jurnalis, melainkan warga dari berbagai latar belakang.

c. Pertanggungjawaban Pembuat Berita

Hal ini berkaitan dengan bagaimana pertanggungjawaban sang pembuat berita apabila berita yang ditayangkan tidak faktual dan tidak akurat sehingga menyesatkan pembacanya. Tentu saja hal ini akan merepotkan pengelola media jurnalisme warga.

d. Etika Media

Kegiatan jurnalisme warga rawan dari pelanggaran etika media. Bagaimana prosedur sanksi dan kode etik mana yang dipergunakan bagi citizen journalist yang melakukan pelanggaran etika media. Suatu media jurnalisme warga bisa saja dikelola di suatu negara, tetapi memiliki khalayak di negara lain.

Kode Etik Pewarta Warga menjadi rambu-rambu atau panduan bagi setiap pegiat jurnalisme warga agar bekerja secara profesional dalam


(44)

menyampaikan aspirasi dan informasi yang mereka miliki kepada khalayak tanpa bermaksud untuk memberikan batasan dalam berkarya.

“Kode Etik Pewarta Warga pada hakekatnya dimaksudkan sebagai rambu-rambu atau panduan bagi setiap aktivis jurnalisme warga. Ia tidak dimaksudkan untuk memberikan pembatasan atas hak-hak individu setiap pewarta warga dan masyarakat umum dalam menyampaikan aspirasi dan informasi ke ruang publik.”42 Kode etik pewarta warga merupakan aturan baku yang harus

dipatuhi oleh setiap citizen journalist dalam mencari berita, pendapat, foto

maupun video kemudian menyusunnya menjadi karya pewarta warga dan menyiarkan melalui berbagai media massa dan jejaring sosial. Adanya kode etik pewarta warga bertujuan untuk menjaga profesionalitas para citizen journalist dalam menghasilkan karya sehingga tidak menghasilkan

informasi yang menyesatkan dan membahayakan publik.43 Persatuan

Pewarta Warga Indonesia (PPWI) sebagai organisasi terbesar yang mewadahi para pewarta warga di Indonesia yang didirikan pada 11 November 2007, menetapkan kode etik pewarta warga yang harus ditaati

dan dilaksanakan secara konsisten, meliputi:44

1. Pewarta warga tidak menyiarkan berita yang dapat

membahayakan keselamatan dan keamanan negara maupun kesatuan dan persatuan bangsa.

42

Supadiyanto, Booming Profesi Pewarta Warga,Wartawan&Penulis, h. 31.

43

Supadiyanto, DASAR-DASAR JURNALISME WARGA (1): Semua Orang adalah

Pewarta Warga (Citizen Journalist), Pendidikan Penataran Citizen Journalism bagi Perwira TNI kerjasama PUSPEN TNI-PPWI, Mabes TNI, Jakarta Timur, 3-5 September 2012.

44

Supadiyanto, Booming Profesi Pewarta Warga,Wartawan&Penulis, h. 30-31. Lihat

juga: Supadiyanto, DASAR-DASAR JURNALISME WARGA (1): Semua Orang adalah Pewarta


(45)

2. Pewarta warga tidak diperkenankan menyiarkan karya jurnalistik melalui media massa apapun yang bersifat cabul, menyesatkan, bersifat fitnah ataupun memutarbalikkan fakta.

3. Pewarta warga tidak diperkenankan menerima imbalan yang

dapat mempengaruhi objektivitas beritanya.

4. Pewarta warga menjaga dan menghormati kehidupan pribadi

dengan tidak menyiarkan berita-berita yang dapat merugikan nama baik seseorang, dengan kata lain demi kepentingan umum.

5. Pewarta warga dilarang melakukan tindakan plagiat atau

mengutip hasil karya pihak lain dengan tanpa menyebutkan sumbernya. Apabila kenyataannya nama maupun identitas sumber berita tidak dicantumkan, maka segala tanggung jawab ada pada pewarta warga yang bersangkutan.

6. Pewarta warga diwajibkan menempuh cara sopan dan

terhormat dalam memperoleh bahan karya jurnalistik, tanpa paksaan ataupun menyadap berita dengan tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.

7. Pewarta warga diwajibkan mencabut atau meralat setiap

pemberitaan yang ternyata tidak akurat, dan memberikan kesempatan kepada yang bersangkutan untuk memberikan kesempatan hak jawab.

8. Dalam memberitakan peristiwa yang berkaitan dengan proses


(46)

warga harus selalu menjunjung tinggi asas praduga tak bersalah, dengan prinsip jujur dalam penyajian berita yang berimbang.

9. Pewarta warga harus berusaha semaksimal mungkin dalam

menyajikan pemberitaan kejahatan susila (asusila) agar tidak merugikan pihak korban.

10.Pewarta warga menghormati dan menjunjung tinggi ketentuan

embargo untuk tidak menyiarkan informasi yang oleh sumber berita telah dinyatakan sebagai bahan berita yang “off the record”.

Pengawasan pelaksanaan kode etik pewarta warga tersebut sebaiknya dilaksanakan oleh masing-masing anggota pewarta warga, dan masyarakat di lingkungan sosial masing-masing. Untuk pelanggaran yang bersifat normatif, cara menyelesaikan sengketa diserahkan kepada aparat penegak hukum; dan untuk hal-hal yang berkenaan dengan nilai sosial, peran sanksi dan kontrol sosial masyarakat diharapkan guna membantu menyelesaikan masalah. Walaupun demikian, PPWI melalui biro hukum akan memberikan advokasi atas segala kegiatan pewarta warga, termasuk

perlindungan hukum dan sosial. 45

45


(47)

E. Manajemen Redaksi

Totok Djuroto mendefinisikan manajemen sebagai:

“Manajemen adalah proses menginterpretasikan, mengkoordinasikan sumber daya, sumber dana, dan sumber-sumber lainnya untuk mencapai tujuan dan sasaran melalui tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,

pengawasan dan penilaian.”46

Henry Fayol menyebutkan fungsi manajemen meliputi Planning,

Organizing, Acting, dan Controlling (POAC). Planning diartikan sebagai penetapan tujuan, penetapan aturan, penyusunan rencana dan sebagainya. Organizing meliputi pembentukan bagian-bagian, pembagian tugas,

pengelompokkan pegawai dan lain-lain. Acting terbagi atas melaksanakan

tugas, memproduksi, mengemas produk, menjual produk. Selanjutnya Controlling meliputi melihat pelaksanaan tugas, menyeleksi produk,

mengevaluasi penjualan dan sebagainya.47

Berikut adalah penjabaran dari tiap fungsi manajemen menurut

Edwin A. Gerloff:48

1. Planning

Menentukan berbagai tujuan, strategi dan arah yang ingin dicapai. Resultan atau efek yang dihasilkan adalah menjadi dasar bagi desain dan kebijakan organisasi.

2. Organizing

46

Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004),

Cet. ke-3, h. 96.

47

Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, h. 96.

48

Kusdi, Teori Organisasi dan Administrasi (Jakarta: Salemba Humanika, 2009), h. 9.

Sumber utama: Edwin A. Gerloff, Organizational Theory and Design (McGraw-Hill: New York, 1985), h. 9.


(48)

Kegiatan yang dilakukan adalah pertama, menentukan aktivitas-aktivitas pokok. Kedua, mengelompokkan jabatan dan menjadi

jabatan-jabatan (jobs description). Ketiga, mengelompokkan jabatan dan

menentukan tanggung jawab. Keempat, mengisi jabatan dengan orang yang sesuai.

Efek yang dihasilkan antara lain, pertama, struktur kerja formal dengan mengidentifikasikan jabatan, hubungan pelaporan dan koordinasi, departemen-departemen, serta prosedur yang dibutuhkan. Kedua, menciptakan situasi yang memungkinkan munculnya struktur kerja informal.

3. Directing

Memprakarsai dan memfokuskan tindakan para bawahan menuju tujuan sehingga menimbulkan aliran komunikasi dari atas ke bawah yang mengaktifkan rencana formal dan mendukung prioritas-prioritasnya.

4. Controlling

Memonitor kinerja dan mengarahkan upaya menuju tujuan yang sudah direncanakan sehingga menghasilkan standar-standar kerja, media pelaporan, dan metode-metode standar yang merupakan bagian dari struktur.

Fungsi manajemen digunakan untuk menyusun, mengatur dan mengontrol organisasi seefektif dan seefisien mungkin.

Bagian redaksional merupakan bagian yang pemberitaan dan dipimpin oleh seorang Pemimpin Redaksi. Pemimpin Redaksi inilah yang


(49)

bertanggung jawab atas pekerjaan terkait dengan pencarian berita dan

pelaporan berita.49

Sementara itu, Sam Abede Pareno mendefinisikan manajemen redaksional sebagai penerapan fungsi-fungsi manajemen yang dilakukan

oleh bidang redaksi melalui tindakan-tindakan perencanaan,

pengorganisasian, pergerakan, dan pengawasan dalam pengelolaan materi pemberitaan yang mencakup proses peliputan, penulisan sampai dengan editing (penyuntingan).50 Jadi, manajemen redaksi dapat dipahami sebagai proses menginterpretasi dan mengoordinasi pemberitaan mulai dari tahapan-tahapan atau alur kerja redaksi mulai dari proses perencanaan sampai pada proses pendistribusian.

Manajemen redaksi pada media citizen journalism sedikit berbeda

dengan manajemen redaksi media utama, manajemen keredaksian citizen

journalism meliputi:51

1. Memiliki dewan redaksi yang profesional. Dewan redaksi ini meliputi posisi pemimpin umum, pemimpin redaksi, wakil pemimpin redaksi, sekretaris redaksi dan redaktur pelaksana yang membawahi para editor (rubrik-rubrik). Seluruh anggota dalam jajaran dewan redaksi adalah

mereka yang andal dalam bidang masing-masing guna menghasilkan out

put berita-berita yang selalu aktual, tepercaya, akurat, dan enak dibaca

oleh siapa saja.

49

Santana K, Jurnalisme Kontemporer, h. 188.

50

Sam Abede Pareno, Manajemen Berita Antara Idealisme dan Realita (Surabaya:

Papyrus, 2000), h. 45.

51


(50)

2. Memiliki prosedur tetap peliputan yang mampu mengatur dengan sempurna wilayah-wilayah liputan masing-masing pewarta warga. Hingga kini, masih terkesan masing-masing pewarta warga bekerja dan melakukan liputan sesuai dengan kehendak masing-masing dan belum teratur.

Selanjutnya, terdapat beberapa hal yang menjadi kebutuhan sistem

manajemen liputan yang ideal pada internal media citizen journalism

meliputi: 1) menempatkan masing-masing citizen journalist di sebuah

wilayah untuk berkuasa penuh atas wilayah tersebut; 2) menempatkan citizen journalist pada pos-pos penting seperti kantor-kantor pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat (LSM), partai politik, lembaga-lembaga

swasta dan lainnya; 3) media citizen journalism tersebut hendaknya

menjalin kerjasama yang baik dengan media massa cetak dan elektronik; 4) redaksi media tersebut mulai memikirkan cara profesional untuk

memperhatikan kesejahteraan para citizen journalist mengingat selama ini

mereka tidak memperoleh imbalan atau gaji atas jerih payah mereka; 5)

redaksi citizen journalism seharusnya membekali para jurnalisnya dengan

kartu pengenal, sehingga mereka tidak mengalami kendala ketika melakukan peliputan; 6) pada masa mendatang, bagian redaksi juga harus mengembangkan divisi media dengan membentuk antara lain sekolah jurnalistik (pewarta warga), penerbitan buku atau koran atau majalah dan semacamnya, pusat konsultasi bahasa dan kantor biro-biro media pewarta

warga hingga tingkat kelurahan; 7) dewan redaksi media citizen


(51)

dengan otomatis menjadi citizen journalist yang memiliki kecakapan dalam melakukan tugas jurnalisme baik berskala lokal hingga berskala

internasional.52

F. Perspektif Payung (Umbrella Perspective)

Perspektif payung merupakan perspektif yang berasal dari penyatuan dua pendekatan oleh August E. Grant yaitu pendekatan teknologi komunikasi oleh Rogers (1986) dan pendekatan teori

ketergantungan sistem media milik Ball-Rokeach (1985).53 Premis dasar

dari perspektif payung menjelaskan bahwa lima area dalam payung harus ditelaah lebih dalam agar mendapat pemahaman dari adaptasi sebuah teknologi di masyarakat.

Hardware dan software harus ditelaah dalam sebuah konteks yang luas. Menurut Rogers, pengertian teknologi komunikasi, termasuk beberapa faktor kontekstual di dalamnya, adalah struktur-struktur organisasi peralatan perangkat keras (hardware), dan nilai-nilai sosial oleh individu yang melakukan pengumpulan informasi, memproses informasi,

dan melakukan pertukaran informasi dengan individu lainnya.54

Jangkauan yang lebih luas lagi adalah faktor yang disarankan oleh Ball-Rokeach (1985) dalam teori ketergantungan sistem media. Teori ini

52

Supadiyanto, Booming Profesi Pewarta Warga, Wartawan&Penulis, h. 47-29.

53August E. Grant, ”Introduction to Communication Technologies,” dalam August E.

Grant and Jennifer H. Meadows, ed., Communication Technology Update and Fundamentals, 12th

ed. (USA: Focal Press, 2010), h. 4.

54

E. M. Rogers, Communication Technology: The New Media in Society (New York: Free Press, 1986), h. 2.


(52)

memaparkan bahwa media komunikasi dapat dipahami dengan menganalisa hubungan-hubungan ketergantungan dalam dan melalui level analisis, termasuk individu, organisasi, dan level sistem. Pada level sistem, Ball-Rokeach mengidentifikasi terdapat tiga sistem untuk melakukan analisis: sistem media, sistem politik, dan sistem ekonomi. Dua pendekatan tersebut disatukan menjadi “umbrella perspective on communication technology” atau perspektif payung dalam teknologi komunikasi.

Gambar 2.1 Umbrella Perspective menurut August E. Grant dalam Grant, E.

August., Meadows, H. Jennifer. Communication Technology Update and Fundamentals.

12th Edition. USA: Focal Press. 2010. Sumber gambar:

http://www.fredonia.edu/department/communication/schwalbe/cm350/img051.gif

Level bawah dari payung terdiri atas hardware dan software. Hardware adalah aspek paling jelas dari suatu teknologi. Ia adalah peranti fisik yang berkaitan dengan teknologi. Hardware adalah bagian nyata dari suatu sistem teknologi, sementara itu, teknologi baru umumnya bersumber


(53)

dari perkembangan dalam bidang hardware. Pemahaman terhadap teknologi komunikasi membutuhkan lebih dari sekedar mempelajari hardware; penting juga untuk memahami pesan yang dikomunikasikan

melalui sistem teknologi. Pesan-pesan ini akan merujuk pada “software”.

Level selanjutnya adalah infrastruktur organisasi. Infrastruktur organisasi merupakan sekelompok organisasi yang terlibat dalam proses produksi dan distribusi teknologi. Level paling atas adalah level sistem yang mencakup sistem politik, sistem ekonomi, dan sistem media yang mengatur kebijakan umum dalam masyarakat. Pegangan payung adalah individu pengguna teknologi. Hal ini sekaligus mengartikan bahwa hubungan antara pengguna dan individu harus diuji agar mendapatkan sebuah “pegangan” dalam berteknologi.

Perlu juga untuk menambah kompleksitas lapisan lain pada tiap kelima area payung agar dapat mengidentifikasi pengaruh setiap karakteristik individu yang dimiliki oleh teknologi. Faktor-faktor dalam tiap level payung dapat dijelaskan sebagai “enabling,” “limiting,” “motivating,” dan “inhibiting,” tergantung pada peranan yang dijalankan dalam difusi teknologi. Berikut penjelasan keempat faktor tersebut:

1. Enabling factors adalah hal-hal yang membuat sebuah aplikasi memungkinkan untuk dijalankan. Hal awal yang digunakan untuk menguji teknologi adalah membuat daftar yang melandasi setiap area payung yang memungkinkan teknologi berada diurutan pertama.

2. Limiting factors adalah hal-hal yang menjelaskan penghalang pada adaptasi atau pengaruh-pengaruh sebuah teknologi.


(54)

Faktor ini merupakan kebalikan dari enabling factors. Perspektif payung diaplikasikan untuk membuat suatu daftar faktor-faktor yang membatasi adopsi, penggunaan, atau pengaruh dari teknologi komunikasi.

3. Motivating factors adalah faktor-faktor yang menyediakan sebuah alasan untuk mengadopsi suatu teknologi. Teknologi tidak diterapkan hanya karena mereka hadir, melainkan individu, organisasi, dan sistem sosial harus memiliki alasan atas pengambilan keuntungan dari suatu teknologi tersebut.

4. Inhibiting factors merupakan kebalikan dari motivating factors. Faktor tersebut menyediakan suatu disinsentif dalam mengadopsi atau menggunakan suatu teknologi komunikasi. Hal-hal yang berlawanan

dengan kesuksesan suatu teknologi dapat dianggap sebagai inhibiting

factors. Umumnya, motivating factors lebih banyak dan lebih kuat

dibanding motivating factors. Apabila motivating factors lebih banyak dan

lebih kuat daripada inhibiting factors, maka sebuah teknologi akan sukses.

Keempat faktor tersebut dapat diidentifikasikan pada level sistem, infrastruktur organisasi, dan pengguna individu. Namun, hardware hanya

dapat dianalisis oleh enabling atau limiting factors saja. Motivating factors

hanya hadir dari pesan yang ditransmisikan (software) atau salah satu dari level-level lain pada area payung.

Dimensi terakhir dari perspektif payung berkaitan dengan

lingkungan di mana teknologi komunikasi diperkenalkan dan


(55)

sementara yang berkaitan dengan teknologi itu sendiri disebut faktor internal.

G. Teori Universalisme Islam

Munculnya pemikiran tentang universalisme Islam berawal dari

penafsiran QS al-Baqarah ayat 62 yang berbunyi:55

                                              

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi,

orang-orang Nasrani, orang-orang Sabi’in, siapa saja (di antara mereka)

yang beriman kepada Allah, dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari Tuhannya mereka, tidak ada rasa takut pada

mereka, dan mereka tidak bersedih hati.

Dari ayat di atas, muncullah dua mazhab pemikiran yang menafsirkan Islam secara bertolak belakang, yaitu mazhab konservatif dan mazhab moderat.

Kaum konservatif berpendapat bahwa al-Baqarah ayat 62 tidak berlaku lagi pada zaman sekarang dan hanya umat Nabi Muhammad SAW yang akan masuk surga. Hal ini berdasarkan pendapat bahwa semua

Yahudi, Nashrani, dan Sabi’in yang ada pada zaman sekarang adalah

orang-orang musyrik; kaum Nashrani menyembah Yesus dan umat Yahudi

55


(56)

menyembah Uzair. Pendapat kaum konservatif ini dilandasi oleh firman

Allah yaitu dalam QS al-Maidah ayat 73 yang berbunyi:56

                                              

“Sungguh, telah kafir orang-orang yang mengatakan bahwa Allah

adalah salah satu dari yang tiga, padahal tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Tuhan Yang Maha Esa. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan, pasti orang-orang yang kafir di antara mereka

akan ditimpa azab yang pedih.”

Dalil yang menguatkan mazhab konservatif lainnya terdapat pada

QS Ali-Imran ayat 85 yang berbunyi:57

                     

“Dan barangsiapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan

diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi.”

Penganut mazhab konservatif menganggap bahwa kaum Yahudi,

Nashrani dan Sabi’in yang ada sekarang berbeda dengan kaum Yahudi,

Nashrani dan Sabi’in yang hidup di zaman nabi masing-masing. Pada

zaman tersebut, mereka masih bertauhid. Karena itu, kaum Yahudi,

Nashrani, dan Sabi’in sekarang harus masuk Islam agar dapat masuk

surga; jika tidak, kerasulan Nabi Muhammad SAW yang diutus sebagai nabi akhir zaman dipertanyakan.

56

Muhammad Shohib et. al., al-Quran dan Terjemahnya, Kementerian Agama RI, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam-Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, 2012, h. 159-160.

57


(57)

Sedangkan kaum moderat berpendapat bahwa QS al-Baqarah ayat 62 tetap berlaku karena al-Quran bersifat abadi sampai akhir zaman, serta tidak hanya umat Islam saja yang dapat masuk surga. Teks al-Baqarah ayat

62 jelas mengatakan bahwa kaum Yahudi, Nashrani dan Sabi’in juga

masuk surga apabila mereka beriman pada Allah SWT, beriman tentang

adanya hari kemudian (hari kiamat), lalu beramal saleh.58 Ayat ini tetap

berlaku karena al-Quran bersifat abadi sampai akhir zaman. Jika Yahudi,

Nashrani dan Sabi’in tidak masuk surga, lalu bagaimana dengan

pernyataan dari teks al-Baqarah ayat 62 tersebut.

Dalil mazhab moderat yang juga menguatkan pernyataan pada teks al-Baqarah ayat 62 tersebut terdapat pada QS al-Imran ayat 85 yang

berbunyi: 59

                     

“Barangsiapa mencari agama selain berserah diri pada Allah,

maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia

di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Dua mazhab ini sama-sama menggunakan QS Ali-Imran ayat 85 sebagai landasan pendapat mereka. Namun, keduanya berbeda dalam

menafsirkan kata pada ayat di atas.

58

Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001), Juz 1, edisi revisi, h. 263.

59Merujuk pada terjemahan berbahasa inggris penafsiran Asad : “

For, if one goes in search of a religion other than self-surrender unto God, it will never be accepted from him, and in

the life to come shall be among lost” dan penafsiran Pickthall: “And Whoso seeketh as religion

other than the surrender (to Allah) it will not be accepted from him, and he will be a loser in the

Hereafter” dalam situs


(58)

Kaum konservatif mengartikannya sebagai “agama Islam”, sedangkan kaum moderat mengartikannya dengan “berserah diri pada Allah”.

Pengertian Islam dan Muslim

Islam artinya berserah diri. Seluruh makhluk langit dan bumi berislam (berserah diri) pada Allah SWT. Hal ini berdasarkan pada Ali-Imran ayat 83 yang berbunyi:

                      

“Maka mengapa mereka mencari agama yang lain selain agama

Allah, padahal apa yang dilangit dan di bumi berserah diri kepada-Nya,

(baik) dengan suka maupun terpaksa, dan hanya kepada-Nya mereka

dikembalikan.”

Surat al-Quran yang mendukung pernyataan di atas lainnya adalah QS an-Naml ayat 44 yang menyatakan bahwa Ratu Balqis masuk Islam di zaman Nabi Sulaiman AS:






























































(59)

“Dikatakan kepadanya (Balqis): “Masuklah ke dalam istana”. Maka ketika dia (Balqis) melihat (lantai istana) itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapnya (penutup) kedua betisnya. Dia (Sulaiman)

berkata, “Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca.” Dia

(Balqis) berkata: “Ya Tuhanku, sungguh, aku telah berbuat zalim terhadap

diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan seluruh

alam.”

Demikian halnya dengan Umat Nabi Isa AS ( نوُيِراَوَحۡلٱ ) yang juga

menamakan diri mereka sebagai Muslim, padahal mereka hidup jauh sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Hal tersebut terdapat pada QS

al-Imran ayat 52 yang berbunyi:60

                                  

“Maka tatkala terasa oleh Isa kekafiran mereka,berkatalah dia:

“Siapakah yang akan menolongku pada Allah?” Menjawablah

Hawariyyun: “Kamilah penolong-penolong Allah dan kami beriman

kepada Allah dan kami naik saksi bahwa kami ini adalah menyerahkan

diri.”

Pada QS Ali-Imran ayat 67 disebutkan bahwa Nabi Ibrahim AS bukan Yahudi, bukan Nashrani, tetapi ia seorang Muslim.

                     

“Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang

Nasrani, tetapi dia adalah seorang yang lurus, Muslim, dan dia tidaklah

termasuk orang-orang musyrik.”

60


(60)

Maka dari itu, kata muslim tidak diidentikan hanya milik agama Islam semata, namun sudah tercantum dalam al-Quran, bahwa sejak zaman nabi sebelum nabi Muhammad, kata Muslim merujuk kepada orang-orang

yang berserah diri kepada Allah SWT.61

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online,

universalisme adalah 1) aliran yg meliputi segala-galanya; 2) penerapan

nilai dan norma secara umum.62 Sedangkan Islam, sesuai penjelasan

sebelum ini, adalah berserah diri. Dengan demikian, universalisme Islam dapat diartikan sebagai suatu penerapan nilai dan norma ajaran Islam secara umum dan menyeluruh kepada semua manusia yang dimaksudkan sebagai bentuk berserah diri kepada Allah SWT.

Setiap hal mempunyai persamaan sekaligus perbedaan dengan hal-hal lainnya. Persamaan, paling kurang, dalam adanya hal-hal-hal-hal itu sendiri. Perbedaan, karena kalau tidak pasti tidak akan ada keragamaan yang dapat diperbandingkan. Demikian juga halnya dengan agama-agama.

Frithjof Schuon, dalam bukunya The Transcendent Unity of

Religions, menjelaskan tentang esoterisme dan eksoterisme agama. Esoterisme adalah hal-hal yang boleh diketahui dan dilakukan beberapa orang saja dari suatu kelompok penganut paham tertentu (hakikat atau pada dasarnya). Sedangkan eksoterisme adalah hal-hal yang boleh diketahui dan dilakukan oleh semua anggota kelompok penganut suatu paham tertentu (bentuknya). Schuon mengemukakan bahwa semua agama

61

Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2001), Juz 1, edisi revisi, h. 272.

62


(61)

pada dasarnya sama atau hakikatnya (esoteris) sama, dan hanya berbeda

dalam bentuknya saja (eksoteris).63

Menurut Huston Smith dalam pengantar buku Mencari Titik Temu

Agama Agama karya Frithjof Schuon, Schuon menarik garis pemisah antara esoterisme dan eksoterisme. Garis tersebut bukan membagi perwujudan historis yang besar dari agama-agama secara vertikal; agama Hindu dari agama Buddha dari agama Kristen dari agama Islam, dan seterusnya, melainkan, garis pemisah tadi bersifat horisontal dan hanya ditarik satu kali membelah berbagai agama yang ditemui sepanjang sejarah. Di atas garis itu terletak paham esoterisme, sedangkan di bawah

garis itu terletak paham eksoterisme.64

Bagi Schuon, hidup memiliki tingkatan-tingkatan, begitu juga dengan kesadaran kognitif manusia. Dari segi metafisik, hanya pada Tuhanlah, yang berada pada tingkat tertinggi, terdapat titik temu berbagai agama, sedangkan di tingkat bawahnya, agama-agama tersebut saling berbeda. Sehubungan dengan kenyataan metafisik, dari segi epistemologis, dapat pula dikatakan bahwa perbedaan agama yang satu dengan agama yang lain juga mengecil dan bersatu di tingkat tertinggi, sedangkan di

tingkat bawahnya berbagai agama itu terpecah-belah.65

63

Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama-Agama. Penerjemah Saafroedin Bahar

(Jakarta: Pustaka Firdaus, 1994), Cet. Ke-2, h. xi.

64

Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama-Agama, h. xi.

65


(62)

Berikut gambar letak perbedaan esoterisme dan eksoterisme

menurut Huston Smith merujuk karya Frithjof Schuon:66

Gambar 2.2 Letak Esoterisme dan Eksoterisme menurut Huston Smith merujuk

karya Frithjof Schuon. Sumber Utama: Frithjof Schuon, The Transcendent Unity of

Religions, Harper Torchbooks, Harper & Row, Pubhlisers New York, Evanston, San Francisco, London, 1975.

Keterangan huruf: A. Agama Hindu B. Agama Buddha C. Tradisi Cina D. Agama Yahudi E. Agama Kristen F. Agama Islam

Seperti halnya dua agama yang mendahuluinya, Islam lahir karena upaya langsung dari kehendak Ilahi. Kehendak Ilahi itulah yang menjadi sumber monoteisme. Demikian pula Nabi Muhammad SAW harus

66


(63)

mencerminkan hakikat kebenaran Messianis yang terkandung dalam monoteisme asli atau monoteisme Ibrahim sesuai dengan kemungkinan

khusus dan menurut cara perwujudan yang sesuai.67

Keseimbangan antara dua aspek Ilahi, yaitu Keadilan dan Rahmat Allah, merupakan hakikat wahyu yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang dalam hal ini sama dengan wahyu yang diberikan kepada Nabi Ibrahim AS. Monoteisme yang diwahyukan kepada Nabi Ibrahim AS mempunyai keseimbangan sempurna antara esoterisme dan eksoterisme. Pada Nabi Musa AS, eksoterisme menjadi agama dalam arti bahwa eksoterisme itu memberi bentuk kepada agama tanpa mempengaruhi hakikatnya. Pada Nabi Isa AS sebaliknya, dan esoterismelah yang pada gilirannya, menurut cara tertentu, menjadi agama. Pada Nabi Muhammad SAW, akhirnya, keseimbangan antara semula dipulihkan kembali, dan

siklus perkembangan agama monoteistis pun berakhir.68

Mengutip Schuon dalam buku Mencari Titik Temu Agama Agama,

sudah seharusnya setiap agama merupakan suatu adaptasi dan adaptasi mengandung pengertian adanya pembatasan. Hanya Hakikat yang tak terhingga, abadi, dan tanpa bentuklah yang secara absolut bersifat murni dan tidak dapat diubah, dan karena sifat-Nya yang Adikodrati harus dinyatakan, baik melalui diluluhkannya bentuk-bentuk yang ada maupun

melalui sinar-Nya yang dipancarkan melalui beragam bentuk tadi.69

67

Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama Agama, h. 110.

68

Frithjof Schuon, Mencari Titik Temu Agama Agama, h. 111.

69


(64)

Menurut Abdurahman Wahid dalam Universalisme Islam Dan Kosmopolitanisme Peradaban Islam, Universalisme Islam menampakkan diri dalam berbagai manifestasi penting dan yang terbaik adalah dalam ajaran-ajarannya. Rangkaian ajaran yang meliputi berbagai bidang, seperti

hukum agama (fiqh), keimanan (tauhid), etika (akhlaq) dan sikap hidup,

menampilkan kepedulian yang sangat besar kepada unsur-unsur utama dari

kemanusiaan (al-insaniyyah).70 Menurut Hilman Latief dalam Fight for

the Public Sphere: Liberal vis a vis Conservative Muslims (Lessons from Indonesia), universalisme Islam adalah ‘doktrin normatif’ tentang fungsi

Islam yang rahmat bagi semesta (rahmat li al-‘âlamîn).71

70

http://media.isnet.org/islam/Paramadina/Konteks/Universalisme.html diakses pada 26 Februari 2014, pukul 19.00 WIB.

71


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)