BAB V KOMORBIDITAS
Orang lanjut usia mempunyai lebih banyak gangguan-gangguan medis danatau neurologis dibandingkan dewasa dan kondisi komorbiditas ini secara
langsung maupun tidak langsung akan meningkatkan terjadinya depresi pada lanjut usia.
13
Depresi pada lanjut usia dipandang sebagai suatu yang heterogen. Depresi pada lanjut usia umumnya terjadi pada gangguan medis. Kadang-
kadang kondisi-kondisi gangguan medis ini dapat menjadi predisposisi atau pencetus terjadinya depresi, seperti depresi pada penderita infark miokard,
penderita kanker
20
, penderita penyakit kronis
21
, penyakit serebrovaskuler
17
,
penderita Parkinson
22
yang menimbulkan disabilitas dan merupakan faktor risiko penting untuk terjadinya depresi.
5
Penderita depresi lebih banyak memiliki penyakit medis dibandingkan yang tidak depresi. Pasien depresi dengan penyakit medis dirawat lebih lama
dibandingkan penderita berpenyakit kronis.
5
Penyakit-penyakit neurologis dan penyakit fisik lain sering mengalami depresi dibandingkan orang lanjut usia yang
tidak depresi. Gangguan depresi dengan onset pada lanjut usia late-onset
depressive disorder kira-kira 23 kasusnya mempunyai gangguan neurologis atau medis lain.
23
Depresi, baik sebagai gejala maupun sebagai diagnosis, sering dijumpai pada populasi umum. Seringnya dijumpai pada yang berpenyakit medis
dikarenakan dua hal yaitu, penyakit dan pengobatan penyakit itu sendiri dan kerentanan dari faktor psikologis pasien itu sendiri. Pada suatu penelitian
epidemiologi mengenai depresi pada orang lanjut usia, disimpulkan bahwa penyakit ill health merupakan prediktor timbulnya gejala depresi predictor of
subsequent depressive symptoms. Terdapat juga bukti bahwa disabilitas dan keterbatasan aktivitas sebagai prediktor munculnya gejala depresi.
24
Depresi juga secara konsisten dilaporkan lebih sering terjadi pada pasien lanjut usia dengan penyakit fisik dibandingkan orang lanjut usia yang sehat.
Kennedy dkk mendapatkan hasil bahwa 30 persen pasien lanjut usia dengan 4 atau lebih penyakit mengalami depresi dibandingkan dengan hanya 5 persen
pada lanjut usia yang sehat.
25
Universitas Sumatera Utara
Depresi pasca stroke juga sering terjadi dengan rentang 18 sampai dengan 61 persen, selama periode akut pasca stroke lebih dari 50 persen pasien
stroke berkembang menjadi depresi,
23,26
sedangkan pada populasi stroke yang dirawat jalan prevalensi depresi sekitar 30 persen. Suatu studi longitudinal
selama 3 tahun pada pasien pasca stroke mendapatkan hasil bahwa prevalensi depresi mayor pada fase akut adalah 25 persen, setelah 3 bulan menjadi 31
persen, kemudian menurun menjadi 16 persen setelah setahun, 19 persen setelah 2 tahun dan meningkat kembali menjadi 29 persen setelah 3 tahun.
26
Universitas Sumatera Utara
BAB VI GAMBARAN KLINIS