f. Gagal: Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau
kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan DepKes, 2006.
2.2.8. Komplikasi
Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti :
a. Komplikasi dini:
- pleuritis
- efusi pleura
- empiema
- laringitis
- TB usus
b. Komplikasi lanjut
- obstruksi jalan napas
- kor pulmonale
- amiloidosis
- karsinoma paru
- sindrom gagal nafas Bahar, 2001
2.3. Tuberkulosis dan Diabetes Mellitus
Sudah sekian lama, para dokter menyadari kaitan antara TB dan DM. Pada tahun 1883, Windle mengotopsi 333 pasien diabetes dan menjumpai 50 juga
menderita TB paru. Riset yang dilakukan oleh Root, melaporkan bahawa 2,8
Universitas Sumatera Utara
dari 1373 pasien diabetes rawat inap adalah penderita TB paru. Selepas mengobservasi kaitan antara TB dan DM, beliau menyimpulkan bahwa TB lebih
mudah terjadi pada juvenile diabetics, 85 dari pasien mendapat TB selepas onset DM dan kejadian TB paru meningkat dengan durasi DM Guptan et al, 2000.
DM boleh dikatakan sebagai suatu faktor resiko independen untuk infeksi saluran pernafasan bawah. Infeksi dengan Staphylococcus aureus, bakteri gram
negative dan jamur adalah lebih sering. Frekuensi terjadinya TB pada DM adalah lebih tinggi dibanding dengan bakteri-bakteri lainnya. Meningkatnya reaktivasi
lesi TB juga sering terjadi dengan DM. Pada masa yang sama, TB boleh memperburukkan keadaan DM dengan pasien DM membutuhkan dosis insulin
yang lebih tinggi dibanding dengan normal Guptan et al, 2000. Ada teori yang mengatakan bahawa disfungsi sistem imun merupakan
suatu faktor untuk terjadinya TB. Teori ini menyatakan bahawa fungsi makrofag menurun setelah dipapar dengan KGD 200mg. Selain itu, abnormalitas sistem
imun yang lain adalah abnormal kemotaksis, adherence, fagositosis dan fungsi mikobisidal dari sel polimorfonuklear, penurunan monosit perifer dengan
gangguan fungsi fagositosis, kurangnya transformasi blast dari limfosit dan defek pada fungsi opsonik C3. Manakala, disfungsi yang terdapat pada pulmonal adalah
hilangnya reaktivitas bronchial, penurunan elastic recoil dan volume paru, penurunan kapasitas difusi, penyumbatan jalan nafas oleh lendir dan penurunan
respons ventilator terhadap hipoksemia Guptan et al, 2000. Menurut sebuah riset oleh University of Texas School of Public Health
Brownsville Regional Campus UTSPH, diketahui bahawa KGD yang tinggi secara kronis saling berkaitan dengan gangguan pada respons imun terhadap TB.
Selain itu, pasien dengan DM dan TB membutuhkan masa yang lebih lama untuk respons terhadap terapi anti-TB. Pasien dengan DM dan TB aktif juga lebih
cenderung terjadinya multi-drug resistant TB Manzella, 2009. Menurut suatu riset yang dibuat, DM meningkatkan resiko terjadinya TB
tanpa mengira jenis studi yang dilakukan, latar belakang insidens TB atau tempat di mana studi tersebut dilakukan. Menurut studi kohort, orang dengan DM
Universitas Sumatera Utara
mempunyai kira-kira 3 kali ganda resiko untuk mendapat TB dibanding dengan orang yang tidak mempunyai TB. Studi yang dilakukan ini juga menegaskan
bahawa DM mengganggu respons imun yang penting untuk mengatasi proliferasi TB sehingga DM merupakan suatu faktor resiko untuk TB Jeon et al, 2008.
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara