57 yang ditanam di pinggir jalan dan membandingkan kadar cemaran baik sampel
segar maupun rebus. Untuk menganalisis timbal Pb dan kadmium Cd dapat dilakukan
dengan metode kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom SSA. Sedangkan menganalisis tembaga Cu dapat menggunakan metode gravimetri,
kompleksometri dan spektrofotometri serapan atom Khopkar, 1985. Pada penelitian ini, penulis menganalisis timbal Pb, kadmium Cd, dan
tembaga Cu pada kubis menggunakan metode spektrofotometri serapan atom karena metode ini sangat tepat untuk analisis zat dalam konsentrasi rendah, tidak
sulit dalam pengerjaannya, cepat, spesifik, logam-logam yang membentuk campuran kompleks dapat dianalisis, dan interferensinya sedikit Khopkar, 1985.
Spektrofotometri serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur- unsur logam dalam jumlah sedikit trace dan sangat sedikit ultratrace karena
mempunyai kepekaan yang tinggi batas deteksi kurang dari 1 ppm. Cara analisis ini memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung
pada bentuk molekul dari logam sampel. Menurut Darmono 1995, analisis timbal Pb, kadmium Cd, dan tembaga Cu hanya dapat dilakukan dengan alat
SSA karena jumlahnya yang sangat sedikit dalam jaringan dan tanaman.
1.2 Perumusan Masalah
a. Apakah kubis hijau mengandung cemaran logam timbal, kadmium, dan
tembaga? b.
Berapa kadar cemaran logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau?
58 c.
Apakah terdapat perbedaan yang signifikan kadar cemaran logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau segar dan rebus?
1.3 Hipotesis
a. Kubis hijau telah tercemar logam timbal, kadmium, dan tembaga.
b. Kadar logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau dalam
jumlah tertentu. c.
Terdapat perbedaan yang signifikan kadar cemaran logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau segar dan rebus.
1.4 Tujuan Penelitian
a. Mengetahui cemaran logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis
hijau. b.
Melakukan penetapan kadar cemaran logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau.
c. Membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kadar cemaran
logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau segar dan rebus.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai jumlah kandungan logam timbal, kadmium, dan tembaga pada kubis hijau Brassica oleracea L.
serta membandingkan kadar logam-logam tersebut antara kubis hijau segar dan kubis hijau rebus.
BAB II
59
TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Uraian Kubis
Menurut sejarahnya, kubis dari tipe Brassica oleracea var. Sylvestris, pertama kali dijumpai tumbuh di sepanjang pantai Laut Mediterania dan di
sepanjang pantai Atlantik, Benua Eropa. Kubis diperkenalkan ke Indonesia oleh orang-orang Eropa di masa kolonial Belanda dan menjadi sayuran sehari-hari bagi
masyarakat Indonesia hingga saat ini. Banyak orang menyebutnya kol, kata serapan dari bahasa Belanda Akbar, 2015.
Tanaman kubis memiliki akar tunggang. Daunnya berbentuk bulat, tipis, dan lentur. Kubis memiliki daun mengelopak bersusun-susun rapat, berbentuk
bulat menyerupai bola disebut krop. Kita mengenal dua jenis kubis karena perbedaan krop, yaitu kubis bulat dan kubis gepengbulat pipih Kaleka, 2013.
Ada kubis yang kropnya berwarna hijau sangat pucat disebut kubis putih, ada yang kropnya hijau disebut kubis hijau dan ada yang berwarna ungu
kemerahan atau kubis ungu. Tanaman kubis biasa dibudidayakan di daerah sejuk atau dingin seperti di daerah pegunungan atau dataran tinggi Prasetio, 2013.
Kubis Brassica oleracea L. memiliki daun yang lebar dan lunak. Daun yang lebih dahulu menutup daun yang muncul kemudian sehingga membentuk
krop seperti telor dan berwarna hijau. Suhu optimum untuk budidaya kubis adalah 15-20
C Zulkarnain, 2013. Pemanenan kubis merupakan akhir dari kegiatan penanaman kubis.
Biasanya tanaman kubis dipanen pada umur tiga bulan, tergantung dari varietas yang ditanam. Tanaman kubis yang siap dipanen memiliki krop sudah penuh,
keras, dan padat. Kubis dapat dipanen dengan cara mematahkan batangnya
60 menggunakan tangan atau pisau. Saat memanen kubis biasanya disertakan dengan
beberapa lembar daun yang hijau untuk melindungi krop Setyaningrum dan Saparinto, 2014.
2.1.1 Manfaat Kubis
Kubis mengandung zat-zat gizi yang berguna bagi tubuh seperti vitamin A, B1 thiamin, B2 riboflavin, B3 niasin, betakaroten, C, dan E. Mineral yang
dikandung kubis adalah kalsium, kalium, natrium, besi, dan fosfor. Kubis juga mengandung zat yang bersifat melawan kanker, seperti lupeol, sinigrin,
diindolylmethane DIM, indole-3-carbinol I3C, dan sulforaphane yang merangsang pembentukan glution, yaitu enzim yang bekerja menguraikan,
membuang zat-zat beracun dalam tubuh dan melakukan detoksifikasi senyawa kimia berbahaya seperti timbal, merkuri, kadmium, nikel, kobalt, tembaga, dan
logam berbahaya lainnya yang berlebihan dalam tubuh Akbar, 2015.
2.1.2 Taksonomi Kubis
Menurut Zulkarnain 2013, klasifikasi tumbuhan kubis adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Cruciferales
Famili : Cruciferae
Genus : Brassica
Spesies : Brassica oleracea
2.2 Pangan Tercemar
Pangan tercemar adalah pangan yang mengandung bahan beracun, berbahaya atau merugikan dan membahayakan kesehatan atau jiwa manusia;
61 pangan yang mengandung cemaran yang melampaui ambang batas maksimal
yang ditetapkan Badan Standardisasi Nasional, 2009. Cemaran yang keberadaannya dalam pangan tidak dikehendaki dan
mungkin ada sebagai akibat dari berbagai tahapan sejak dari bahan baku, proses produksi, pengemasan, transportasi atau dari kontaminasi lingkungan. Batas
maksimum merupakan konsentrasi maksimum cemaran logam berat yang diijinkan atau direkomendasikan dapat diterima dalam pangan Badan
Standardisasi Nasional, 2009.
2.3 Logam Berat
Logam berat adalah unsur-unsur metal yang memiliki bobot atom dan bobot jenis yang tinggi, yang dapat bersifat racun bagi makhluk hidup. Jenis
cemaran logam berat dalam pangan adalah arsen As, kadmium Cd, merkuri Hg, timah Sn, dan timbal Pb Badan Standardisasi Nasional, 2009.
Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang sama dengan logam-logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang
dihasilkan bila logam berat ini masuk ke dalam tubuh organisme hidup. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh masih belum
diketahui manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, dan sebagainya Darmono, 1995.
2.4 Timbal Pb