Analisis Persentase Penurunan Kadar Cemaran Logam Kubis Hijau Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ

86 kubis hijau tidak mencapai jumlah tembaga yang menyebabkan muntah-muntah dan diare, pendarahan intravaskular dapat terjadi, dan nekrosis sel-sel hati.

4.4 Analisis Data Secara Statistik

4.4.1 Analisis Data dengan Uji t

Hasil analisis data dengan uji t pada kubis hijau rebus dan segar dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 54 untuk timbal, Lampiran 11 halaman 60 untuk kadmium, dan Lampiran 13 halaman 66 untuk tembaga. Jadi, dapat disimpulkan bahwa semua data dengan Ho diterima atau semua data diterima dengan interval kepercayaan 99 dan nilai �= 0,01.

4.4.2 Analisis Data dengan Uji Beda Nilai Rata-Rata Tabel 4.3

Data Hasil Uji Beda Nilai Rata-Rata antara Kubis Hijau Segar dan Kubis Hijau Rebus Sampel Jenis Logam Harga t Kubis Hijau Timbal -13,472 Kadmium -6,189 Tembaga -61,21 Daerah kritis penolakan t o -4,0321 dan t o 4,0321. Harga t o yang didapat dari masing-masing logam -4,0321 sehingga hipotesa H o ditolak. Harga H o ditolak berarti terdapat perbedaan signifikan rata-rata kadar timbal, kadmium, dan tembaga antara kubis hijau segar dengan kubis hijau rebus. Analisis data secara statistik dengan uji beda nilai rata-rata dilakukan terhadap kubis hijau segar dan rebus dapat dilihat pada Lampiran 10 halaman 58 untuk timbal, Lampiran 12 halaman 64 untuk kadmium, dan Lampiran 14 halaman 70 untuk tembaga.

4.5 Analisis Persentase Penurunan Kadar Cemaran Logam Kubis Hijau

Rebus terhadap Kubis Hijau Segar Perhitungan persentase penurunan kadar cemaran logam kubis hijau rebus terhadap kubis hijau segar dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 72. Hasil 87 perhitungan persentase penurunan kadar cemaran logam kubis hijau rebus terhadap kubis hijau segar dapat dilihat pada Tabel 4.4 dan Gambar 4.4. Tabel 4.4 Data Persentase Penurunan Kadar Timbal, Kadmium, dan Tembaga pada Kubis Hijau Rebus terhadap Kubis Hijau Segar Gambar 4.4 Diagram Penurunan Kadar Cemaran Logam Menurut Sari, dkk., 2014, logam-logam berat mudah mengadakan ikatan kompleks dengan nutrien dalam tanaman dan asam organik sebagai respon toleransi terhadap logam beracun sehingga dapat mendetoksifikasi logam. Logam- 0,00000 0,10000 0,20000 0,30000 0,40000 0,50000 0,60000 0,70000 0,80000 0,90000 1,00000 Timbal Kadmium Tembaga K a d a r Cemaran Logam Sampel Segar Sampel Rebus Cemaran Logam Kubis Hijau Segar mgkg Kubis Hijau Rebus mgkg Persentase Penurunan Kadar Timbal 0,25455 0,19635 22,86 Kadmium 0,029915 0,024842 16,96 Tembaga 0,91473 0,70805 22,60 88 logam beracun diserap akar melewati jaringan xilem akar lalu disimpan di vakuola subseluler dan sel epidermal. Asam organik berupa asam sitrat terdapat pada buah dan sayuran berperan sebagai chelator pengikat logam. Gugus –OH dan –COOH pada asam sitrat menyebabkan ion sitrat bereaksi dengan ion logam membentuk garam sitrat. Adanya perebusan meningkatkan kelarutan garam dalam air sehingga mereduksi kadar logam timbal, kadmium, dan tembaga dalam sampel Sari, dkk., 2014.

4.6 Batas Deteksi LOD dan Batas Kuantitasi LOQ

Berdasarkan data kurva kalibrasi timbal, kadmium, dan tembaga dilakukan perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi yang dapat dilihat pada Lampiran 16 halaman 73 untuk timbal, Lampiran 17 halaman 74 untuk kadmium, dan Lampiran 18 halaman 75 untuk tembaga. Batas deteksi dan batas kuantitasi timbal, kadmium, dan tembaga dapat dilihat pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Batas deteksi dan batas kuantitasi timbal, kadmium, dan tembaga Mineral Batas Deteksi Batas Kuantitasi Timbal 11,99 ppb 39,96 ppb Kadmium 1,01 ppb 3,38 ppb Tembaga 0,032 ppm 0,106 ppm Dengan melihat batas deteksi LOD dan batas kuantitasi LOQ dari masing-masing logam dan membandingkannya dengan data hasil pengukuran konsentrasi sampel dapat disimpulkan bahwa data tersebut masih berada di atas batas deteksi dan batas kuantitasi.

4.7 Uji Perolehan Kembali