kurang dari satu tahun. Contohnya adalah sabun, minuman dan makanan ringan, kapur tulis, gula dan garam.
2. Barang Tahan Lama Durable Goods Barang tahan lama merupakan barang berwujud yang biasanya dapat
tahan lama dengan banyak pemakaian umur ekonomisnya untuk pemakaian normal adalah satu tahun atau lebih
b. Jasa
Jasa merupakan aktivitas manfaat atau kepuasan yang ditawarkan untuk dijual. Contohnya bengkel reparasi, salon kecantikan, kursus, hotel, dan
lain – lain.
C. Merek
Menurut Undang – Undang No 15 Tahun 2001 pasal 1 ayat 1 Tjiptono, 2005 : 2 merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf – huruf,
angka – angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau
jasa. American Marketing Association Keller dalam Tjiptono, 2005 : 93
mendefinisikan merek Brand sebagai nama, istilah, tanda, simbol atau desain atau kombinasi diantaranya yang dimaksudkan untuk mengindentifikasi barang
dan jasa dari satu penjual atau sekolompok penjual dan membedakannya dari barang dan jasa pesaingnya.
Universitas Sumatera Utara
D. Perilaku Konsumen
1. Pengertian Perilaku Konsumen
James F.Engel et al dalam Mangkunegara 2004 : 3 menyatakan bahwa perilaku konsumen didefinisikan sebagai tindakan – tindakan individu
yang secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang – barang jasa ekonomis termasuk proses pengambilan keputusan
mendahului dan menentukan tindakan – tindakan tersebut. Gerald Zaltman dan Melanie Wallendorf dalam Mangkunegara 2004 : 3
menjelaskan bahwa : Perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan, proses, dan hubungan
sosial yang dilakukan individu, kelompok dan organisasi dalam mendapatkan, menggunakan suatu produk atau lainnya sebagai suatu
akibat dari pengalamannya dengan produk, pelayanan, dan sumber – sumber lainnya.
Berdasarkan pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan – tindakan yang dilakukan oleh individu,
kelompok, atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam mendapatkan dan menggunakan barang – barang atau
jasa yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan Mangkunegara, 2004 : 4.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Menurut Mangkunegara 2004 : 39 ada dua faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu sosial budaya dan psikologis. Sosial budaya
terdiri dari faktor budaya, tingkat sosial, kelompok dan keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan faktor psikologis terdiri dari pengalaman belajar, kepribadian, sikap dan keyakinan, konsep diri.
a . Faktor Sosial Budaya
1. Faktor Budaya Budaya sebagai hasil kreativitas manusia dari satu generasi ke
generasi berikutnya yang sangat menentukan bentuk perilaku dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Kebudayaan merupakan suatu hal yang kompleks yang meliputi ilmu pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, adat, kebiasaan, dan
norma – norma yang berlaku pada masyarakat. 2. Faktor Sosial
Kelas sosial merupakan suatu kelompok yang terdiri dari sejumlah orang mempunyai kedudukan yang seimbang dalam masyarakat.
Kelas sosial berbeda dengan status sosial walaupun sering kedua istilah tersebut diartikan sama. Sebenarnya kedua istilah tersebut
merupakan dua konsep yang berbeda. Contohnya, walaupun seorang konsumen berada pada kelas sosial yang sama, memungkinkan status
sosialnya yang berbeda, atau yang satu lebih tinggi status sosialnya daripada lainnya.
3. Faktor Kelompok Kelompok merupakan suatu kelompok orang yang mempengaruhi
sikap, pendapatan, norma, dan perilaku konsumen. Kelompok ini merupakan kumpulan keluarga, kelompok, atau organisasi tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Misalnya, perhimpunan artis, atlit, kelompok pemuda, kelompok mesjid dan organisasi lainnya.
4. Faktor Keluarga Keluarga merupakan suatu unit masyarakat yang terkecil yang
perilakunya sangat mempergaruhi dan menentukan dalam pengambilan keputusan membeli. Keluarga dapat berbentuk keluarga
inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Dalam menganalisis perilaku konsumen, faktor keluarga dapat berperan sebagai berikut:
a. Siapa pengambil inisiatif b. Siapa yang memberi pengaruh
c. Siapa pengambil keputusan
b. Faktor Psikologis
1. Faktor Pengalaman Belajar Pengalaman belajar merupakan suatu perilaku akibat pengalaman
sebelumnya. Perilaku konsumen dapat dipelajari karena sangat dipegaruhi oleh pengalaman belajarnya. Pengalaman belajar
konsumen akan menentukan tindakan dan pengambilan keputusan membeli.
2. Faktor Kepribadian Kepribadian merupakan suatu bentuk dari sifat – sifat yang ada pada
diri individu yang sangat menentukan perilakunya. Kepribadian konsumen sangat ditentukan oleh faktor internal dan faktor eksternal.
Universitas Sumatera Utara
Kepribadian konsumen akan mempengaruhi persepsi dan pengambilan keputusan dalam membeli.
3. Faktor Sikap dan Keyakinan Sikap dan keyakinan merupakan suatu penilaian seseorang terhadap
suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya cenderung ke arah berbagai objek atau ide. Sikap dapat pula diartikan sebagai
kesiapan seseorang untuk melakukan tindakan atau aktivitas. Sikap sangat mempengaruhi keyakinan, begitu pula sebaliknya, keyakinan
menentukan sikap. Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, sikap dan keyakinan
sangat berpengaruh dalam menentukan suatu produk, merek, dan pelayanan. Sikap dan keyakinan konsumen terhadap suatu produk atau
merek dapat diubah melalui komunikasi yang persuasif dan pemberian informasi yang efektif kepada konsumen. Dengan demikian konsumen
dapat membeli produk atau merek baru, atau produk yang ada pada toko itu sendiri.
4. Konsep Diri Konsep diri sebagai cara kita melihat diri sendiri dan dalam waktu
tertentu sebagai gambaran tentang apa hyang dipikirkan. Para ahli psikologis membedakan konsep diri yang nyata dan konsep diri yang
ideal. Konsep diri yang nyata ialah bagaimana kita melihat diri dengan sebenarnya. Sedangkan konsep diri idealnya bagaimana diri kita yang
kita inginkan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hubungannya dengan perilaku konsumen, kita perlu menciptakan situasi yang sesuai dengan yang diharapkan oleh
konsumen. Begitu pula menyediakan dan melayani konsumen dengan produk dan merek yang sesui dengan yang diharapkan oleh konsumen
E. Perpindahan Merek Brand Switching
Brand Switching adalah saat dimana seorang pelanggan atau sekelompok pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek ke sebuah produk tertentu ke
merek lainnya, dapat dijelaskan bahwa konsumen yang seringkali melakukan peralihan merek brand switching dalam pembeliaanya termasuk tipe perilaku
pembelian yang mencari keragaman. Peralihan merek ditandai dengan adanya perbedaan signifikan antar merek. Konsumen dalam hal ini tidak mengetahui
banyak mengenai produk yang ada Aaker dalam Simamora, 2002 : 27.
F. Kepuasan atau Ketidakpuasan Konsumen
Dewasa ini perhatian terhadap kepuasan maupun ketidakpuasan konsumen telah semakin besar. Semakin banyak pihak yang menaruh perhatian terhadap
hal ini. Pihak yang paling banyak berhubungan langsung dengan kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah pemasar, konsumen, konsumeris dan
perilaku konsumen. Menurut Day dalam Tjiptono 2000 : 24 kepuasan atau ketidakpuasan konsumen adalah respon konsumen terhadap ketidaksesuaian
yang dirasakan antara harapan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakan setelah pemakaiannya.
Universitas Sumatera Utara
G. Mencari Variasi Variety Seeking
Kebutuhan mencari variasi merupakan perilaku konsumen atau pembeli yang mencari variasi yang bercirikan rendahnya keterlibatan konsumen namun
perbedaan merek dianggap cukup berarti Sunarto, 2004 : 110. Mencari variasi adalah komitmen secara sadar untuk membeli merek lain
karena terdorong untuk terlibat atau mencoba hal-hal yang baru, rasa ingin tahu dengan hal-hal baru, novelty kesenangan baru, atau untuk mengatasi
masalah kejenuhan terhadap hal yang lama atau biasanya Peter dan Olson, 2000 dalam Setiyaningrum, 2005 : 7.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Singkat Nokia
Nokia didirikan pada tahun 1860, saat Fredrik Idestman yang menempuh studinya di Jerman untuk mendapatkan gelar insinyur pertambangan mengunjugi
sebuah pabrik lokal. Dalam kunjungannya tersebut, Idestman mengamati mesin baru yang memproses pengelohan kayu menjadi pulp dan dia melihat besarnya
tingkat permintaan terhadap pulp. Sekembalinya dia dari Filandia, Idestman memesan mesin yang sama dengan yang dilihatnya di Jerman dan mendirikan
perusahaan pengolahan hasil hutan pada tahun 1865. Perusahaan inilah yang akan menjadi cikal bakal Nokia Corporation.
Pada tahun 1960, Westerlund mendirikan divisi elektronik untuk merintis jalannya Nokia menyongsong dekade berikutnya. Selanjutnya, dalam bidang
sistem telekomunikasi dimulai pada tahun 1962 dengan konsentrasi pada transmisi radio. Pengembangan telepon radio yang menjadi cikal bakal handphone dirintis
pada tahun 1963. Pada tahun 1967, divisi elektronik hanya mengembangkan 3 dari jumlah
penjualan bersih Nokia dan menyerap sekitar 460 orang tenaga kerja. Momentum mulai terbentang lebar pada awal tahun 1970-an dan mulai pada tahun 1980-an
divisi ini berkembang pesat serta menjadi bagian yang sangat penting dalam operasi bisnis Nokia. Berbagai cabang divisi elektronik secara bertahap
dikembangakan menjadi kelompok bisnis yang mandiri. Bagian telepon radio
Universitas Sumatera Utara