19 perilakunya dalam melaksanakan fungsi-fungsi kepemimpinan di dalam strategi
kepemimpinannya.
1.5.4. Tipologi Kepemimpinan
Seseorang yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk membaca situasi yang sedang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya meskipun penyesuaian itu mungkin hanya bersifat sementara.
Karena penyesuaian-penyesuaian tersebut memang merupakan kehidupan seseorang yang menduduki posisi jabatan pimpinan. Adanya penyesuaian yang
dilakukan seseorang terhadap tempat ia melakukan pekerjaan, perlu kiranya seorang pemimpin memiliki tipe-tipe kepemimpinan yang perlu melakukan
perubahan terhadap penyesuaian situasi yang berada di lingkup kerjanya. Tipologi kepemimpinan yang secara luas banyak diterapkan oleh ilmuan
dewasa ini, sebelum meletakkan tipe-tipe kepemimpinan perlu melihat kategori- kategori dari berbagai karakter yaitu:
1. Persepsi seorang pimpinan tentang peranannya selaku pimpinan 2. Nilai – nilai yang di anut
3. Sikap dalam mengemudikan jalannya organisasi 4. Perilaku dalam memimpin
5. Gaya kepemimpinan yang dominan. Dari kelima karakteristik tersebut haruslah dimiliki seorang pemimpin dari
berbagai tipe kepemimpinan yang membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Ada lima tipe gaya kepemimpinan yang diakui keberadaannya
diantaranya
13
:
________________________
13
Sondang P. Siagian MPA. 1998. Teori dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. hal 27- 45.
Universitas Sumatera Utara
20 1. Tipe Otokratik
Segi kepemimpinan yang otokratik memiliki serangkaian karakteristik yang dapat dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Dilihat dari segi
persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois besar yang akan mendorongnya memutarbalikkan kenyataan yang
sebenarnya. Sehingga peranannya sebagai sumber segala sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan, serta memiliki nilai kepemimpinan
organisasional yang membenarkan segala cara yang ditempuh untuk mencapai tujuannya. Seorang pemimpin yang otoriter akan menunjukkan sikapnya yang
menonjol ”keakuan” dalam berbagai bentuk seperti:
Cenderung memperlakukan para bawahan sama dengan alat–alat lain dalam organisasi dan kurang menghargai harkat dan martabat mereka.
Pengutamaan oerientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian tugas tanpa
mengkaitkan pelaksanaan tugas ini dengan kebutuhan dan kepentingan para bawahan.
Pengabaian peranan para bawahan dalam proses pengambilan keputusan
dengan cara hanya menginformasikan kepada bawahannya dan menuntut mereka untuk melakukan pekerjaan.
Sikap pemimpin demikian akan mewujudkan diri pada perilaku pemimpin kepada bawahannya. Karena baginya tujuan organisasi identik dengan tujuan
pribadinya, maka perilakunya akan sedemikian rupa sehingga orang lain akan memperoleh kesan bahwa pemimpin tersebut memandang organisasi sebagai
milik pribadinya yang dapat diperlakukan sekehendak hati. Dengan demikian ia tidak mau menerima saran dan kritik dai para bawahannya. Pemimpin yang
otokratik dalam prakteknya akan menggunakan gaya kepemimpinan yang:
Menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya.
Dalam menegakkan disiplin menunjukkan keakuan.
Bernada keras dalam pemberian perintah atau instruksi.
Universitas Sumatera Utara
21
Menggunakan pendekatan punitif dalam hal terjadi penyimpangan oleh bawahan.
2. Tipe Paternalistik Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat di lingkungan
masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya di masyarakat agraris. Popularitas pemimpin yang paternalistik disebabkan oleh beberapa faktor seperti:
Kuatnya ikatan primordial
Extended family system
Kehidupan masyarakat yang komunalistik
Peranan adat istiadat yang sangat kuat dalam kehidupan bermasyarakat
Masih dimungkinkannya hubungann pribadi yang intim antara seseorang
anggota masyarakat dengan anggota masyarakat lain. Persepsi seorang pemimpin paternalistik tentang peranannya dalam
kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh harapan pada umumnya berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu beperan sebagai bapak yang
bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat bertanya dan memperoleh petunjuk. Legitimasi kepemimpinannya dipandang sebagai hal yang
wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan para
bawahannya. Ditinjau dari segi nilai-nilai organisasional yang dianut, biasanya seorang
pemimpin yang paternalistik mengutamakan kebersamaan. Artinya pemimpin yang bersangkutan berusaha memperlakukan semua orang dan semua satuan kerja
yang terdapat didalam organisasi seadil dan serata mungkin. Dimata seorang pemimpin yang paternalistik para bawahannya belum dewasa dalam cara
bertindak dan berfikir sehingga memerlukan bimbingan dan tuntutan terus menerus. Konsekuensi dari perilaku seorang pimpinan yang paternalistik
Universitas Sumatera Utara
22 demikian ialah para bawahannya tidak dimanfaatkan sebagai sumber informasi,
ide dan saran. 3. Tipe Kharismatik
Kepemimpinan yang kharismatik memiliki karekteristik yang khas yaitu daya tariknya yang sangat memikat sehingga mampu memperoleh pengikut yang
jumlahnya kadang-kadang sangat besar. Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh banyak pengikut meskipun para
pengikutnya tersebut tidak selalu dapat menjelaskan secara konkret mengapa orang tertentu dikagumi.
Mungkin pula seorang pemimpin yang kharismatik menggunakan gaya yang paternalistik, tetap ia tidak kehilangan daya demokratik atau partisipatif.
Pemimpin yang tergolong kharismatik ini jumlahnya tidak besar dan mungkin jumlah yang sedikit ini pulalah yang menyebabkan sehingga tidak cukup data
empiris yang dapat digunakan untuk menganalisis secara ilmiah karakter pemimpin yang kharismatik.
4. Tipe Laissez Faire Persepsi seorang pemimpin yang laissez faire tentang peranannya sebagai
seorang pemimpin berkisar pandangannya bahwa pada umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya karena para anggota organisasi terdiri dari
orang-orang yang sudah dewasa yang mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
dijalankan oleh masing-masing anggota dan seorang pimpinan tidak perlu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional. Seorang pemimpin yang
Laissez faire melihat peranannya sebagai ”polisi lalu lintas”. Dengan anggapan bahwa para anggota organisasi sudah mengetahui dan cukup dewasa untk taat
kepada peraturan permainan yang berlaku, seorang pemimpin yang laissez faire cenderung memilih peranan yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan sesuai
Universitas Sumatera Utara
23 dengan temponya sendiri tanpa harus banyak mencampuri bagaimana organisasi
harus dijalankan. Nilai-nilai yang dianut oleh seorang pemimpin yang laisses faire dalam menjalankan fungsi-fungsi kepemimpinannya sangat bertolak dari filsafat
hidup manusia pada dasarnya memiliki rasa solidaritas dalam kehidupan bersama, mempunyai kesetiaan kepada sesama dan kepada organisasi, taat kepada norma-
norma dan peraturan yang telah disepakati bersama, mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap tugas yang harus diembannya. Karena demikian, pemimpin
yang memiliki tipe laissez faire memiliki nilai yang tepat dalam hubungan atasan– bawahan adalah nilai yang saling mempercayai yang besar. Melihat dari
karakteristik dari pimpinan bertipe laissez faire ini memiliki gaya kepemimpinan yang digunakan yakni:
a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.
b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih
rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali dalam hal-hal tertentu yang nyatanya menuntut keterlibatan secara langsung.
c. Status quo organisasional tidak terganggu
d. Penumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan bertindak yang
inovatif dan kreatif didasarkan kepada para anggota organisasi yang bersangkutan sendiri.
e. Sepanjang dan selama paran anggota organisasi menunjukkan perilaku dan
prestasi kerja yang memadai, intervensi pimpinan dalam perjalanan organisasi berada pada tingkatan yang minimum.
5. Tipe Demokratik Bagi kebanyakan orang dalam menjalankan organisasinya cenderung
menerima perlakuan demokratik dari pimpinannya. Tipe kepemimpinan yang demokratik adalah tipe ideal yang sangat diinginkan oleh para bawahannya.
Ditinjau dari persepsinya, seorang pemimpin yang demokratik biasanya memandang peranannya selaku kordinator dan integrator dari berbagai unsur dan
Universitas Sumatera Utara
24 komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang pimpinan
yang demokratik dihormati dan disegani dan bukan ditakuti karena perilakunya dalam kehidupan organisasional.
Seorang pemimpin yang demokratis tidak akan takut membiarkan para bawahannya berkarya meskipun ada kemungkinan akan berakibat terjadinya
kesalahan. Jika terjadi kesalahan, pemimpin yang demokratis berada disamping bawahan yang berbuat kesalahan itu bukan untuk menindak atau menghukumnya,
melainkan meluruskannya sedemikian rupa, sehingga bawahan tersebut belajar dari kesalahannya itu dan dengan demikian menjadi anggota organisasi yang lebih
bertanggungjawab. Karakteristik positif penting bagi seorang pemimpin yang demokratis, salah satu caranya adalah dengan menunjukkan penghargaan kepada
para bawahan yang berprestasi tinggi. Dalam melaksanakan tugas kepemimpinan mempengaruhi orang atau
kelompok menuju tujuan tertentu, pemimpin dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor itu berasal dari diri kita sendiri, pandangan kita terhadap manusia,
keadaan kelompok dan situasi waktu kepemimpinan kita laksanakan. Orang yang memandang kepemimpinan sebagai status dan hak untuk mendapatkan fasilitas,
uang, barang, jelas akan menunjukkan praktek kepemimpinan yang tidak sama dengan orang yang mengartikan kepemimpinan sebagai pelayanan kesejahteraan
orang yang dipimpinnya.
1.5.5. Ciri-ciri Kepemimpinan Yang Baik