Hak-hak Asasi Manusia dalam Kepemimpinan

44 Kemampuan mewujudkan kepemimpinan yang efektif dibatasi juga secara admisnistratif oleh jumlah orang-orang yang dipimpinnya. Semakin besar jumlah orang yang dipimpin, maka semakin sulit untuk mengadakan koordinasi dan pengawasan dan perlu adanya pemimpin pembantu. Jumlah pemimpin pembatu dan anggota di dalam unit yang dipimpinnya masing-masing perlu dibatasi, agar kontrol pengawasan dapat dilaksanakan secara efektif sebagai bagian dari perwujudan kepemimpinan. Rentang kontrol sangat berpengaruh terhadap efektifitas kepemimpinan.

3.1.4 Hak-hak Asasi Manusia dalam Kepemimpinan

Menurut Veithzal 2004:91 tentang Hak Asasi Manusia bahwa hak asasi manusia adalah hak sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang melekat pada diri manusia, bersifat kodrati, universal dan abadi, berkaitan dengan harkat dan martabat manusia. Disamping itu dalam deklarasi PBB yang bersifat universal tenang hak asasi manusia yang menyatakan bahwa setiap orang yang ditakdirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak yang sama. Mereka dikaruniai akda dan budi dan kehendaknya bergaul satu sama lain dalam persaudaraan. Selanjutnya dalam ketiga puluh pasal-pasalnya, deklarasi PBB ini memuat berbagai komponen HAM, yang antara lain adalah hak hidup, hak bebas dari perbudakan, hak sama terhadap undang-undang, hak berkumpul dan mengeluarkan pendapat. Masalah hak asasi manusia sering muncul ke permukaan di berbagai negara. Setiap masalah hak asasi manusia muncul, selalu terlihat hubungannya Universitas Sumatera Utara 45 dengan pemerintah atau penguasa di negara masing-masing. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa masalah hak asasi manusia berhubungan erat dengan kepemimpinan. Masalah pokoknya selalu berkisar pada dua dimensi sebagai berikut: 1. Ketidakmampuan para pemimpin menghormati hak asasi oraqng-orang yang dipimpinnya. 2. Kematangan dan ketidakmampuan orang-orang yang dipimpin dalam mempergunakan hak asasinya sebagai manusia bertanggung jawab. Hak asasi pada dasarnya berarti kebebasan individu dalm mengaktualisasi diri dengan harkatnya sebagai manusia. Harkat manusia tersebut menyangkut tiga aspek, yaitu: 1. Harkat Manusia sebagai Makhluk Individu. Hak asasi manusia yang utama adalah hak hidup dan keselamatan diri. Setiap manusia mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan diri secara jasmani dari ancaman dan perilaku manusia lain. Untuk itulah dalam kehidupan bernegara sebagai organisasi kemasyarakatan yang terbesar, pemerintah sebagai pemimpin berkewajiban mencegah dan menghukum tindakan pembunuhan serta berbagai macam tindakan kejahatan lainnya. Disamping itu juga berkewajiban mengatur tindakan keselamatan dan kesehatan bagi warga negaranya yang bekerja di lingkungan berbagai organisasi kerja, termasuk juga di bidang industri dan perusahaan lainnya. 2. Harkat Manusia sebagai Makhluk Sosial Universitas Sumatera Utara 46 Kehidupan dalam bentuk kebersamaan merupakan kodrat manusiawi. Manusia memang diciptakan sebagai makhluk yang saling membutuhkan dan harus tolong menolong dalam memnuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah kehidupan masing-masing. Hak asasi manusia yang utama dan bersifat prinsipil adalah kebebasan untuk beragama, berupa kemerdekaan sesesorang atau sekelompok oang untuk memeluk dan menjalankan syariat agamanya dengan tidak saling mengejek antaragama yang satu dengan yang lainnya atau memaksakan orang yang sudah beragama untuk menganut agama yang lain. Dalam kepemimpinannya berarti seorang pemimpin dalam urusan keagamaan, tidak boleh berlaku tidak adil atau memihak untuk kepentingan suatu agama, dengan merugikan agam yang lain. Dan di samping itu juga ada hak asasi manusia mengenai kebebasan beripikir dan mengeluarkan pendapat , hak asasi untuk bekerja dan memperoleh hasil dari pekerjaannya yang juga perlu dilindungi. 3. Harkat Manusia sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa Dari segi kepemimpinannya, yang terpenting diwujudkan adalah usaha menciptakan dan membina kerja sama, agar setiap anggota orgnasasi terpenuhi hak asasinya sebagai manusia yang memiliki harkat yang mulia. Dengan kata lain kepemimpinan yang efektif diwujudkan dengan selalu mengajak dan mendorong anggota organisasi secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dalam berbuat kebaikan, sesuai norma-norma sosial yang berlaku dan sesuai pula dengan norma-norma agama dari Tuhan Yang Maha Esa Universitas Sumatera Utara 47

3.1.5. Tipe-tipe Kepemimpinan dan Jenis Pemimpin