Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Dan Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI) Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S1 EKSTENSI MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH RISK BASE CAPITAL (RBC) DAN PERTUMBUHAN PREMI NETO TERHADAP RETURN ON INVESTMENT (ROI) PADA PERUSAHAAN ASURANSI

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) OLEH :

NAMA : MHD REZA IRJALDI HASIBUAN

NIM : 090522086

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bukti empiris baik secara parsial maupun simultan pengaruh Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012. Berdasarkan pada teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta didukung dengan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012 yang berjumlah 12 perusahaan asuransi. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan kriteria tertentu, yakni perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012; perusahaan tersebut menyediakan data yang relevan terhadap perhitungan Risk Base Capital (RBC), pertumbuhan premi neto, dan Return On Investment (ROI) berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan selama periode 2008 sampai dengan 2012; nilai Risk Base Capital perusahaan-perusahaan asuransi dapat memenuhi nilai standar yang telah ditetapkan Departemen Keuangan RI selama periode 2008 sampai dengan 2012; perusahaan tersebut menghasilkan nilai positif tingkat pertumbuhan premi neto (Net Premium Growth) selama periode 2008 sampai dengan 2012; perusahaan tersebut dapat menghasilkan Return On Invesment selama periode 2008 sampai dengan 2012. Sampel diperoleh sejumlah 7 (tujuh) perusahaan asuransi dengan 35 unit analisis. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik melalui uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji parsial (uji-t), uji simultan (uji-F), uji koefisien determinasi (R2), dan analisis regresi linear berganda untuk menunjukkan pengaruh variabel yang diwakilinya dalam pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Risk Base Capital (RBC) secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan, sedangkan pertumbuhan premi neto tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 5%. Berdasarkan hasil pengujian simultan menunjukkan bahwa variabel Risk Base Capital (RBC) dan tingkat pertumbuhan premi neto tidak berpengaruh terhadap tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian 2008 sampai dengan 2012 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 5%, berdasarkan hasil pengujian Koefisien Determinasi (R2) diketahui bahwa korelasi antara variabel dependent dengan variabel independent hanya sebesar 37,3% sedangkan sisanya sebesar 62,7% dipengaruhi faktor lain.


(3)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan ridha-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Dan Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI) Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)”

Maksud penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan pendidikan sarjana pada program studi akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam meneyelesaikan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan tambahan pengetahuan di bidang akuntansi keuangan khususnya industri asuransi di Indonesia. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., CA selaku Dosen Pembaca dan Penilai Skripsi serta selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting S, SE., MAFIS., Ak., CPA selaku Ketua Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si., Ak selaku Ketua Program Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Drs. Arifin Akhmad, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan pengetahuan dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini 5. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen khususnya pada Program Studi Akuntansi yang telah

banyak memberikan ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis dan seluruh pegawai administrasi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

6. Bunda Hj. Irhamah Nasution yang tiada henti berdoa dan mengharapkan anaknya dapat menjadi orang yang sukses, Ayahanda (alm) H. Tongku Sati Hasibuan, SE yang pada masa hidupnya mengharapkan anaknya mengambil pendidikan di bidang akuntansi dan


(4)

untuk adik-adik saya, semoga dapat menjadi acuan dan inspirasi agar berusaha mencapai cita-cita

7. Istri tercinta yakni Aisyah dan anak saya Alfi, semoga ilmu dan pengetahuan yang didapat dari pendidikan ini memberikan keberkahan dalam menjalani hidup untuk mencari rezeki

Terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dan penulis mohon maaf karena menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari isi maupun penulisannya. Penulis dengan senang hati menerima saran maupun kritik yang bersifat memberikan perbaikan agar skripsi ini mencapai kesempurnaan. Semoga skripsi ini banyak memberikan pengetahuan bagi pihak yang membutuhkan bahan acuan sehingga dapat menambah dan memperluas wawasan pada bidang keuangan industri asuransi di Indonesia.

Medan, Januari 2014 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR ISI……….. v

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang………. 1

1. 2. Perumusan Masalah……….. 7

1. 3. Tujuan Dan Manfaat Penelitian……… 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Tinjauan Teoritis……….. 9

2. 1. 1. Usaha Perasuransian………. 9

2. 1. 2. Risk Base Capital (RBC)……….. 10

2. 1. 3. Pertumbuhan Premi Neto……….. 14

2. 1. 4. Return On Investment (ROI)………. 18

2. 1. 5. Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Terhadap Return On Investment (ROI)………. 21

2. 1. 6. Pengaruh Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI)………. 22

2. 2. Tinjauan Penelitian Terdahulu………. 22

2. 3. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis……… 26

BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Penelitian……….. 28

3. 2. Tempat Dan Waktu Penelitian………. 28

3. 3. Batasan Operasional Penelitian……… 28

3. 4. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel……… 29

3. 5. Populasi Dan Sampel Penelitian……… 30

3. 6. Jenis Data Penilitian……….. 31


(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Penelitian………. 37 4. 2. Pembahasan Penelitian………... 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Kesimpulan………. 58

5. 2. Saran……… 59

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

No.Tabel Judul Halaman

2. 1. Tingkat Risk Base Capital (RBC)……… 14

2. 2. Tingkat Pertumbuhan Premi Neto……… 18

2. 3. Tingkat Return On Investment (ROI)……….. 20

2. 4. Tinjuan Penelitian Terdahulu……… 22

3. 1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel……… 29

3. 2. Populasi Dan Sampel Penelitian……… 31

3. 3. Kerangka Identifikasi Autokorelasi (Durbin Watson)……….. 34

4. 1. Tingkat Risk Base Capital (RBC) Periode 2008 – 2012………... 38

4. 2. Tingkat Pertumbuhan Premi Neto Periode 2008 – 2012……….. 39

4. 3. Tingkat Return On Investment (ROI) Periode 2008 – 2012………. 41

4. 4. Tabel Statistik Deskriptif……….. 42

4. 5. Hasil Uji Normalitas………. 46

4. 6. Uji Multikolinearitas………. 47

4. 7. Uji Autokorelasi……… 49

4. 8. Regresi Linear Berganda dan Uji Parsial (Uji-t)………... 50

4. 9. Uji Simultan (Uji F)………. 53

4. 10. Koefisien Determinasi (R2)………... 54


(8)

DAFTAR GAMBAR

No.Gambar Judul Halaman

2. 1. Kerangka Konseptual……… 27

4. 1. Grafik Histogram……….. 44

4. 2. Grafik Normal Plot……… 45


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Descriptive Statistics……… I

2 Model Summaryb………. I

3 ANOVAa………... I

4 Coefficientsa ………... II

5 Residuals Statistics... II 6 Grafik Histogram... III 7 Grafik Regression Standardized Residual... IV 8 Grafik Scatterplot... V


(10)

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis bukti empiris baik secara parsial maupun simultan pengaruh Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012. Berdasarkan pada teori dan tinjauan penelitian terdahulu serta didukung dengan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto berpengaruh terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012 yang berjumlah 12 perusahaan asuransi. Pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling yang berdasarkan kriteria tertentu, yakni perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012; perusahaan tersebut menyediakan data yang relevan terhadap perhitungan Risk Base Capital (RBC), pertumbuhan premi neto, dan Return On Investment (ROI) berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan selama periode 2008 sampai dengan 2012; nilai Risk Base Capital perusahaan-perusahaan asuransi dapat memenuhi nilai standar yang telah ditetapkan Departemen Keuangan RI selama periode 2008 sampai dengan 2012; perusahaan tersebut menghasilkan nilai positif tingkat pertumbuhan premi neto (Net Premium Growth) selama periode 2008 sampai dengan 2012; perusahaan tersebut dapat menghasilkan Return On Invesment selama periode 2008 sampai dengan 2012. Sampel diperoleh sejumlah 7 (tujuh) perusahaan asuransi dengan 35 unit analisis. Teknik analisis data menggunakan uji asumsi klasik melalui uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi, uji parsial (uji-t), uji simultan (uji-F), uji koefisien determinasi (R2), dan analisis regresi linear berganda untuk menunjukkan pengaruh variabel yang diwakilinya dalam pengujian hipotesis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Risk Base Capital (RBC) secara parsial memiliki pengaruh terhadap tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan, sedangkan pertumbuhan premi neto tidak memiliki pengaruh terhadap tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 5%. Berdasarkan hasil pengujian simultan menunjukkan bahwa variabel Risk Base Capital (RBC) dan tingkat pertumbuhan premi neto tidak berpengaruh terhadap tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode penelitian 2008 sampai dengan 2012 dengan nilai signifikansi lebih besar dari 5%, berdasarkan hasil pengujian Koefisien Determinasi (R2) diketahui bahwa korelasi antara variabel dependent dengan variabel independent hanya sebesar 37,3% sedangkan sisanya sebesar 62,7% dipengaruhi faktor lain.


(11)

BAB I PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Penelitian

Menghadapi masa krisis keuangan global, asuransi adalah solusi yang dapat menjadi payung untuk mengantisipasi krisis keuangan, karena dana asuransi yang dihimpun bisa menjadi kekuatan besar untuk menangkal krisis keuangan, kesadaran berasuransi bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk menangkal krisis keuangan, dengan berasuransi artinya masyarakat membiayai masa depannya dan juga memberi keuntungan kepada masyarakat yang menggunakan jasa asuransi.

Keberadaan lembaga jasa asuransi sangat penting yakni untuk mengelola cadangan dana masyarakat dalam mengantisipasi resiko yang tidak pasti, dan tidak hanya sekedar sebagai pengumpul premi, asuransi juga dapat menjadi penggerak investasi dan sumber kekuatan dana masyarakat yang dapat menyokong ketahanan keuangan masyarakat dalam menghadapi krisis keuangan. Premi yang dihimpun perusahaan asuransi terus meningkat selama beberapa tahun terakhir hingga mendorong perusahaan asuransi tumbuh dengan cepat. Perusahaan asuransi terus bertumbuh sejalan dengan perkembangan kinerja bisnis jasa asuransi dan penyesuaian karakteristik masyarakat di Indonesia. Meski terus tumbuh, kesadaran masyarakat Indonesia untuk berasuransi (insurance minded) masih rendah. Masyarakat masih menganggap produk asuransi tidak penting. Merawati (2002: 23) mengungkapkan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk berasuransi dapat disebabkan oleh meningkatnya pendidikan masyarakat, meningkatnya pendapatan dan taraf kehidupan masyarakat sedangkan masyarakat masih dalam kondisi krisis keuangan.

Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk berasuransi, maka perlu diketahui 2 (dua) fungsi asuransi yakni fungsi primer dan sekunder. Menurut Kurniawati (2012: 5) fungsi


(12)

primer asuransi adalah sebagai mekanisme pengalihan resiko melalui cara common pool

dimana setiap pemegang polis membayar premi yang adil dan seimbang, sesuai dengan tingkat resiko kerugian atas pertanggungan yang dibawanya kedalam pool tersebut. Fungsi sekunder asuransi adalah merubah fungsi dana yang tidak produktif dan menyalurkannya sebagai dana cadangan (reserve) untuk keperluan darurat (loss prevention), dengan berasuransi maka akan menciptakan ketenangan pikiran bagi tertanggung / pengguna jasa asuransi karena telah ada asuransi yang akan menanggung resiko kerugian finansial (peace of mind), dan dengan berasuransi masyarakat mempunyai dana untuk memulihkan kembali perekonomiannya setelah terjadinya suatu resiko kerugian (social benefit).

Berdasarkan fungsi tersebut, asuransi dapat menjadi pelindung dari beragam resiko yang tidak dapat diprediksi dan menjadi stabilitas keuangan dalam menghadapi kerugian yang dialami oleh masyarakat pengguna jasa asuransi. Resiko seperti kecelakaan, sakit, kerusakan atau kehilangan barang-barang berharga, timbulnya gugatan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga atas kerugiannya, hingga kematian dapat menghabiskan uang seseorang bila tidak memiliki perlindungan keuangan. Biaya yang timbul dari beragam resiko tersebut juga setiap waktu semakin meningkat. Asuransi menjadi solusi yang tepat untuk membantu masyarakat dalam mengatasi biaya-biaya tersebut sekaligus menjaga kondisi keuangan masyarakat agar tetap stabil.

Asuransi termasuk instrumen yang bisa dijadikan solusi untuk financial security, karena tidak ada yang bisa mengukur secara pasti resiko keuangan yang akan dihadapi di masa datang. Asuransi bukan hanya untuk perlindungan diri atas suatu resiko tetapi juga bermanfaat sebagai instrumen yang bisa menjaga stabilitas kondisi keuangan, memberikan perlindungan terhadap aset, juga memberikan ketenangan hidup pada seseorang atas resiko yang banyak menghabiskan uang. Asuransi dapat diandalkan untuk memberikan rasa aman terhadap resiko yang tidak terduga atas kondisi keuangan.


(13)

Pada saat terjadi krisis keuangan global, membuat perusahaan asuransi kian agresif mengembangkan bisnisnya dan perusahaan asuransi terus meningkatkan kepuasan dan pelayanan kepada nasabah, yang pada akhirnya mampu mendorong perusahaan terus bertumbuh. Memberikan pelayanan dengan baik melalui kemudahan dan percepatan proses klaim serta memenuhi semua aspek kebutuhan tertanggung. Tujuan asuransi adalah untuk membantu masyarakat merencanakan masa depan keuangan masyarakat, asuransi mampu memberikan solusi dari kebutuhan masyarakat dengan beraneka ragam produk asuransi. Pelayanan jenis-jenis produk yang dijual akan berpengaruh terhadap kinerja perusahaan.

Produk asuransi umumnya terdiri dari asuransi kesehatan dan jiwa, asuransi kendaraan bermotor, asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan (freight insurance), asuransi rangka kapal, asuransi mesin, asuransi rekayasa pembangunan, dan bancassurance. Saat ini ada 2 (dua) distribusi produk asuransi yakni melalui keagenan dan dengan kerjasama pemasaran melalui bank atau disebut bancassurance. Perkembangan bancassurance memberikan kontribusi besar terhadap pertumbuhan premi asuransi. Manfaat bancassurance bagi bank yakni untuk menjaga kestabilan kesehatan keuangan bank karena kredit yang dikucurkan ke kreditur dijamin oleh asuransi, dan manfaat bagi perusahaan asuransi yakni untuk memperbesar pertumbuhan premi asuransi. Sekarang masyarakat lebih praktis dan efisien dalam pembayaran premi asuransinya karena langsung di auto debet melalui rekening bank.

Bisnis asuransi tidak selalu berjalan mulus. Banyak faktor yang ikut menentukan kelangsungan usaha asuransi yakni komitmen dalam menjaga modal yang diperkenankan dan memajukan usaha asuransi, kemampuan perusahaan asuransi dalam pembayaran klaim, pengetahuan dan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi. Usaha asuransi memiliki karakteristik yang berbeda dengan usaha jasa keuangan yang ada, usaha perasuransian merupakan usaha mengelola resiko sehingga usaha ini sangat diatur oleh pemerintah. Sehingga modal usaha perasuransian sangat diawasi dan diatur oleh pemerintah untuk


(14)

melindungi masyarakat pengguna jasa asuransi. Pemerintah menegaskan tanggung jawab perusahaan asuransi adalah sebagai pemberi refrensi integrasi produk asuransi dan menanggung resiko yang dijamin, sedangkan tertanggung tidak diperkenankan menanggung resiko dari produk asuransi tersebut. Kementerian keuangan menyiapkan aturan mengenai permodalan dan pemasaran produk asuransi, kementerian keuangan juga akan mengawasi produk-produk asuransi yang sudah beredar.

Permodalan merupakan faktor penting dalam menilai kesehatan suatu perusahaan asuransi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mark Mitchell (2000: 5) terdapat korelasi yang tinggi antara arbitrasi resiko dengan tingkat pengembalian modal (return on investment) di pasar modal, serta menggunakan analisa kontijensi klaim (risk base capital) dan asumsi transaksi-transaksi biaya, mengindikasikan bahwa tingkat resiko kerugian akan sangat berpengaruh terhadap kekuatan modal perusahaan. Salah satu cara untuk mendongkrak modal perusahaan asuransi adalah dengan meningkatkan pendapatan premi neto. Semakin banyak pendapatan premi neto menunjukkan keberhasilan manajemen dalam penetrasi pasar. Perolehan premi yang dikumpulkan, dikelola oleh perusahaan asuransi untuk diinvestasikan dan disiapkan untuk pembayaran klaim. Hasil dari pengelolaan manajemen tersebut adalah kondisi perusahaan yang sehat dan menghasilkan laba bagi dan pemegang saham yang tergambar dalam perolehan Return On Investment (ROI).

Perusahaan yang memiliki masalah dalam permodalan akan sulit menjalankan aktivitas usaha secara optimal yakni seperti dalam menjaring nasabah maupun memenuhi kewajiban membayar klaim, juga menyangkut manajemen, distribusi, kualitas sumber daya manusia (SDM), pelayanan dan produk asuransi. Manajemen suatu perusahaan asuransi sebaiknya menerapkan prinsip manajemen resiko, karena industri asuransi memang bergerak dibidang pengelolaan mengubah resiko menjadi manfaat bagi pihak lain. Hasil dari aktivitas perusahaan asuransi akan terefleksi pada banyak parameter antara lain pertumbuhan premi


(15)

neto dan Risk Base Capital (RBC) yang mensyaratkan perusahaan asuransi harus memenuhi modal yang memadai untuk menghadapi resiko

Fenomena yang terjadi pada masa krisis keuangan global tahun 2008, tercatat premi neto industri asuransi Rp.48,38 triliun. Tahun 2009, angkanya meningkat menjadi Rp.59,75 triliun atau meningkat sekitar 23,49%. Tahun 2010, industri asuransi membukukan premi neto sebesar Rp.72,53 triliun atau naik 20,87% dan tahun 2011 premi neto tercatat Rp.90,79 triliun atau naik 23,6%. Pertumbuhan laba asuransi juga meningkat. Pada tahun 2008, perolehan laba asuransi hanya sebesar Rp.1,14 triliun. Tahun 2009, perolehan laba industri asuransi meningkat besar menjadi Rp.4,75 triliun atau meningkat 316%. Tahun 2010, laba tetap meningkat menjadi Rp.5,46 triliun atau 14,28% (Sumber: Majalah Investor, Juli 2012 : 38).

Pada akhir tahun 2001 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 mensyaratkan setiap perusahaan asuransi harus dapat memenuhi Risk Base Capital (RBC) sebesar 40%, pada tahun 2002 sebesar 75%, dan tahun 2004 sebesar 120%. Perusahaan asuransi yang tidak dapat memenuhi modal minimum tersebut akan diberikan sanksi, konsekuensinya perusahaan asuransi tersebut dilarang menjual produknya. Fenomena yang terjadi berdasarkan keputusan yang diberlakukan oleh Kementerian Keuangan tersebut mengenai penerapan persyaratan modal minimum pada akhir tahun 2008, menyebabkan beberapa perusahaan asuransi anggota Asosiasi Asuransi Indonesia (AAI) yang tidak mampu memenuhinnya diberikan waktu untuk memenuhi persyaratan modal minimum tersebut dan terhindar dari ancaman pencabutan ijin usaha tetapi perusahaan-perusahaan asuransi tersebut dikenakan pembatasan kegiatan usaha.

Fenomena krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sampai tahun 2011 disebabkan oleh gejolak krisis keuangan negara adidaya Amerika yang menaikkan nilai suku bunga kredit bank dan tingkat inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga minyak dunia serta memburuknya perekonomian beberapa negara di Eropa (Sumber: Majalah


(16)

Investor, Juli 2012: 10), hal ini membuat dampak beberapa perusahaan asuransi di Indonesia dalam kondisi kesulitan keuangan akibat penurunan nilai asset, meningkatnya kewajiban, semakin menurunnya modal akibat inflansi, dan penetrasi pasar asuransi di Indonesia masih rendah yang disebabkan oleh kesadaran masyarakat untuk membeli produk asuransi masih rendah. Berdasarkan fenomena tersebut kondisi keuangan perusahaan asuransi sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan pendapatan premi karena semakin tinggi pendapatan premi suatu perusahan asuransi maka semakin baik kondisi keuangan perusahaan tersebut, dan Risk Base Capital (RBC) yang digunakan untuk mengukur kemampuan modal sendiri terhadap resiko klaim, untuk menjamin kemampuan terhadap resiko tersebut perusahaan asuransi harus menyiapkan dana cadangan teknis dan retensi modal sendiri. Badan regulator berharap industri asuransi semakin baik dalam menjaga kemampuan tingkat Risk Base Capital (RBC).

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Kirmizi (2011: 400) untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan asuransi menggunakan variabel pertumbuhan asset dan modal perusahaan asuransi terhadap rasio Risk Base Capital (RBC), Return On Equity (ROE) dan pertumbuhan premi neto perusahaan asuransi dengan menggunkan teknik anilisis jalur (path analysis) yakni merancangdiagram jalur berdasarkan hipotesis serta menerjemahkan diagram jalur ke persamaan structural, menghitung matriks korelasi antar variabel, menguji masing-masing sub struktur, menghitung koefisien determinasi (R2), menghitung koefisien jalur (β) dan pengaruh variabel lain (error) yang tidak dimasukan ke dalam model, menggambarkan struktur hubungan secara lengkap, menghitung koefisien determinasi total, serta menentukan persentase pengaruh secara proporsional antar variabel. Sedangkan, pada penelitian ini menggunakan variabel Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto untuk mengetahui apakah varibel-variabel tersebut mempunyai pengaruh atau dampak terhadap tingkat Return On Invesment (ROI) dengan teknik analisis kuantitatif statistik melalui uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedasitas, uji autokolerasi, uji signifikan parsial


(17)

(uji-t), uji signifikan simultan (uji-F), uji koefisien determinasi (R2), dan analisis regresi linier berganda. Hasil dari penelitian ini diharapkan akan menjadi pembelajaran yang lebih luas terhadap kinerja keuangan pada industri asuransi.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk meneliti guna memastikan pengaruh Risk Base Capital dan pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment

dengan judul penelitian “Pengaruh Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto terhadap Return On Investment (ROI) pada perusahan-perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)”.

1. 2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan, maka perumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1. Apakah Risk Base Capital (RBC) berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

2. Apakah pertumbuhan premi neto berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

3. Apakah Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto berpengaruh secara simultan terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?

1. 3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah :

1. Menganalisis bukti empiris mengenai pengaruh parsial Risk Base Capital (RBC) terhadap

Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).


(18)

2. Menganalisis bukti empiris mengenai pengaruh parsial pertumbuhan premi neto terhadap

Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

3. Menganalisis bukti empiris mengenai pengaruh Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto secara simultan terhadap Return On Investment (ROI) perusahan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

1. 4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian adalah :

1. Bagi peniliti, untuk menambah pengetahuan mengenai manajerial keuangan di bidang industri asuransi.

2. Bagi calon investor, semoga memberikan pengetahuan dan informasi yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk berinvestasi dan mengimplikasikan di pasar modal pada kelompok industri asuransi.

3. Bagi manajemen perusahaan-perusahaan asuransi, semoga dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk penilaian kinerja keuangan perusahaan dan indikator persaingan di industri asuransi.

4. Bagi peneliti selanjutnya dan pihak lain, semoga menjadi bahan refrensi untuk pengembangan penelitian selanjutnya dan menjadi pengetahuan mengenai kinerja keuangan di bidang industri asuransi.


(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Tinjauan Teoritis

2. 1. 1. Usaha Perasuransian

Pengertian asuransi menurut Undang-Undang Nomor 2 Pasal 1 Ayat 1 Tahun 1992 adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana pihak penanggung mengikat diri kepada tertanggung, dengan menerima pembayaran premi asuransi untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena mengalami kerugian, kerusakan, kehilangan, atau timbulnya tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang diderita tertanggung dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan pembayaran yang didasarkan atas hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan.

Usaha asuransi merupakan usaha jasa keuangan yang menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi, dan memberikan manfaat perlindungan keuangan kepada masyarakat pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan asuransi. Unsur pokok jaminan asuransi adalah adanya insurable interest yakni hak untuk mengasuransikan objek pertanggungan yang timbul dari hubungan keuangan dengan tertanggung yang diakui secara sah oleh hukum.

Fungsi usaha asuransi adalah menanggung pengalihan resiko dari pemegang polis asuransi (tertanggung) kepada perusahaan asuransi (penanggung). Perusahaan asuransi akan menjamin atau melindungi objek atau kepentingan keuangan yang dimiliki pemegang polis asuransi terhadap kemungkinan terjadinya resiko kerugian, sehingga akan memberikan ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung / pengguna jasa asuransi atas kemungkinan terjadinya resiko kerugian.


(20)

2. 1. 2. Risk Base Capital (RBC)

Risk Base Capital (RBC) adalah jumlah modal yang harus dipertahankan atau dimiliki perusahaan asuransi berdasarkan risiko inheren yang dihadapin perusahaan asuransi, risiko inheren adalah resiko penurunan nilai aktiva, resiko kredit dari piutang, resiko underwriting, resiko off balance (Tabroni dan Sebayang; 2008: 4). Risk Base Capital (RBC) digunakan sebagai metode pengukuran tingkat kesehatan keuangan sebuah perusahaan asuransi untuk memastikan perusahaan asuransi dan reasuransi dapat memenuhi kewajibannya dan menentukan besarnya kebutuhan modal sesuai dengan tingkat resiko yang dihadapi perusahaan, serta metode dalam mengelola kekayaan dan kewajiban dalam industri asuransi.

Peran Risk Base Capital (RBC) dalam industri asuransi sangat penting, karena mengatur batas tingkat solvabilitas minimum bagi industri asuransi sebagaimana diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 424/KMK.06/2003 tanggal 30 September 2003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi. Berdasarkan keputusan tersebut menteri keuangan menetapkan tingkat solvabilitas yang berlaku saat ini bagi perusahaan asuransi dan reasuransi adalah minimal sebesar 120% dari beban klaim dan kewajiban. Apabila suatu perusahaan asuransi tidak dapat memenuhi tingkat solvabilitas tersebut maka akan berdampak pada ketidakmampuan dalam membayar beban klaim dan kegagalan pengelolaan modal perusahaan yang berdampak pada nilai pengembalian investasi.

Manajemen resiko yang dilakukan perusahaan asuransi untuk mencegah hal tersebut adalah melalui reasuransi dan retensi sendiri. Reasuransi adalah suatu metode manajemen resiko perusahaan asuransi dengan cara mengasuransikan kembali resiko yang diterimanya kepada perusahaan asuransi lain atau perusahaan reasuransi, dan pengertian retensi sendiri adalah perusahaan asuransi tidak boleh mereasuransikan seluruh resiko yang diterimanya dari tertanggung.


(21)

Solvabilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan pendapatan di masa datang dan memenuhi kewajiban jangka panjang (Subramanyam dan Wild; 2012: 409). Perusahaan asuransi harus mampu membayar kewajiban-kewajibannya dan menghadapi resiko-resiko opersional perusahaan, artinya perusahaan asuransi harus memiliki kekayaan lebih besar dibandingkan kewajibannya. Solvabilitas pada industri asuransi berbeda dengan industri lain, pada industri asuransi menghitung tingkat solvabilitasnya dengan menggunakan metode Risk Base Capital (RBC). Aset perusahaan asuransi sebagian besar dalam bentuk piutang yang memainkan peranan paling penting dalam perhitungan solvabilitas perusahaan.

Dalam upaya mendongkrak tingkat solvabilitas umumnya perusahaan asuransi mengeinvestasikan sebagian premi yang dihimpun dan sebagian dana lagi digunakan sebagai cadangan teknis untuk membayar kewajiban dan membayar retensi sendiri beban klaim. Dalam industri asuransi, perusahaan asuransi menjual jasa berbentuk jaminan atas pertanggungan kerugian nasabah karena terjadinya resiko kerugian yang dijamin dalam polis.

Resiko adalah kerugian karena kejadian yang tidak diharapkan terjadi (Sunaryo; 2007: 11). Setiap orang atau perusahaan perlu mengidentifikasi faktor-faktor resiko dari usahanya, mengukur atau mengestimasi besarnya resiko, merencanakan dan menerapkan manajemen resiko. Besarnya tingkat resiko dan frekuensi terjadinya resiko menuntut adanya manajemen resiko. Manajemen resiko dapat terbagi 2 (dua) cara yaitu menahan sendiri resiko yang akan terjadi (risk retention) atau menngalihkan resiko kepada pihak lain, yakni perusahaan asuransi (risk transfer).

Perusahaan asuransi harus dapat memenuhi seluruh kewajibannya, didasarkan pada kondisi keuangan perusahaan asuransi tersebut, apakah cukup sehat dalam menjalankan usahanya sehingga dapat memberikan hasil investasi yang tinggi bagi para investornya. Kepercayaan atas sebuah perusahaan asuransi dari pihak investor dan nasabahnya, dilandasi


(22)

pada faktor kesehatan keuangan perusahaan asuransi tersebut, agar dapat memberikan ganti rugi yang sesuai atas kerugian yang diderita oleh nasabahnya.

Tabroni (2008: 152) mengindikasikan bahwa solvabilitas pada industri asuransi adalah

Risk Base Capital (RBC). Mengukur Risk Base Capital (RBC) harus diketahui selisih antara aktiva bersih dengan Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) terlebih dahulu. Batas tingkat solvabilitas minimum menunjukkan pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Pengelolaan kekayaan perusahaan asuransi harus relatif aman berdasarkan faktor resiko investasi dan perusahaan asuransi harus memenuhi BTSM sebesar syarat Peraturan Pemerintah No.81 tahun 2008. Peraturan Pemerintah No.81 tahun 2008 mengatur tentang persyaratan permodalan minimum (BTSM) bagi perusahaan asuransi di Indonesia, menurut Peraturan Pemerintah No.81 setiap perusahaan asuransi harus mempunyai kemampuan untuk melunasi seluruh kewajibannya (likuiditas), baik kewajiban lancar maupun jangka panjang. Konsep ini mengharuskan setiap perusahaan perasuransian memiliki kekayaan lebih besar dibandingkan dengan kewajibannya.

Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) terdiri dari 4 komponen yaitu : 1. Kegagalan pengelolaan kekayaan

2. Ketidak seimbangan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam mata uang asing 3. Perbedaan antara beban klaim yang terjadi dan beban klaim yang diperkirakan 4. Ketidakmampuan pihak reasuradur untuk memenuhi kewajiban membayar klaim

(Tabroni dan Sebayang; 2008: 5)

Selanjutnya untuk menghitung Risk Base Capital (RBC) digunakan rumus sebagai berikut :

Risk Base Capital (RBC) = Aktiva – Kewajiban Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM)


(23)

Keterangan :

BTSM : Batas modal terhadap total resiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban menurut peraturan pemerintah.

(Tabroni dan Sebayang; 2008: 154).

Salah satu hal yang diatur dalam dalam Peraturan Pemerintah No.81 tahun 2008 adalah tenggang waktu pemenuhan persyaratan permodalan minimum bagi perusahaan asuransi, dan besaran permodalan minimum yang harus dipenuhi oleh perusahaan asuransi, bila perusahaan asuransi tidak dapat memenuhi persyaratan permodalan minimum tersebut, akan dikenakan sanksi pencabutan ijin usaha atau dikenakan pembatasan kegiatan usaha. Maka, mulai pada tahun 2008 setiap perusahaan asuransi di Indonesia harus dapat memenuhi peraturan pemerintah tersebut dalam memenuhin Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) sehingga mencapai tingkat Risk Base Capital (RBC) lebih dari atau sebesar 120%. Nilai Risk Base Capital (RBC) bertujuan untuk mengestimasi nilai solvabilitas terhadap kemampuan pengembalian investasi. Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) yang harus dipenuhi berdasarkan syarat peraturan pemerintah tersebut adalah :

- Mulai tanggal 31 Desember 2010 = Rp. 40 Milyar. - Mulai tanggal 31 Desember 2012 = Rp. 70 Milyar.

(Kirmizi; 2011: 392)

Risk Base Capital (RBC) menggambarkan tingkat kesehatan keuangan perusahaan asuransi dalam memenuhi persyaratan pemodalan minimum yang ditetapkan oleh pemerintah untuk membayar kewajiban dan menghadapi resiko opersional perusahaan. Tabel 2. 1 menggambarkan tingkat Risk Base Capital (RBC) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan perusahaan.


(24)

Tabel 2.1

Tingkat Risk Base Capital (RBC)

Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

sumber : diolah peneliti dari publikasi laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; website www.idx.co.id di akses tanggal 25 November 2012

2. 1. 3. Pertumbuhan Premi Neto

Pertumbuhan premi neto dipengaruhi oleh hubungan antara biaya, volume, dan laba (net operating income) yang mempengaruhi perubahan aktivitas dalam tingkat biaya variabel, biaya tetap, harga jual (premi asuransi), dan volume penjualan. Pertumbuhan premi neto pada usaha perasuransian dapat diungkapkan sebagai margin kontribusi karena terdapat korelasi berdasarkan definisi margin kontribusi. Menurut Garrison (2006: 324) margin kontribusi

No. Kode Nama

Perusahaan

Risk Base Capital Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1. ABDA PT. ASURANSI BINA

DANA ARTA, Tbk 297% 310% 409% 622%

71% 2. AHAP PT. ASURANSI HARTA

AMAN PRATAMA, TbK

116% 120% 134% 151% 40%

3. AMAG PT. ASURANSI MULTI ARTHA GUNA, Tbk

55% 67% 70% 93% 30%

4. ASBI PT. ASURANSI BINTANG, Tbk

21% 22% 20% 25% 35%

5. ASDM PT. ASURANSI DAYIN MITRA, Tbk

25% 28% 303% 33% 40%

6. ASJT PT. ASURANSI JASA TANIA, Tbk

226% 250% 290% 294% 16%

7. ASRM PT. ASURANSI RAMAYANA, Tbk

282% 317% 345% 376% 50%

8. LPGI PT. LIPPO GENERAL INSURANCE, Tbk

147% 120% 144% 163% 10%

9. PNIN PT. PANIN

INSURANCE, Tbk

126% 141% 151% 175% 40%

10. MREI

PT. MASKAPAI REASURANSI INDONESIA, Tbk

286% 356% 368% 470% 60%

11. SMMA PT.ASURANSI SINARMAS, Tbk

196%

199% 291% 371% 22%

12. MMNC PT.ASURNASI MNC INDONESIA, Tbk

-


(25)

adalah jumlah pendapatan dikurangi beban variabel dan beban tetap yang menghasilkan laba bersih untuk periode tersebut. Berdasarkan definisi tersebut terdapat korelasi bahwa premi neto adalah jumlah premi yang dibayarkan setelah dikurangi biaya administrasi sebagai biaya tetap dan biaya komisi agen sebagai biaya variabelnya.

Struktur premi asuransi terdapat komponen-komponen biaya variabel dan biaya tetap yang diakumulasikan sesuai dengan besarnya tingkat resiko yang ditanggung oleh perusahaan asuransi. Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) pada diktat pengantar asuransi (2007: 26) menetapkan premi asuransi didasarkan kepada 5 (lima) komponen biaya, yaitu :

1. Ekspektasi klaim (expected claims), dalam penetapan premi asuransi harus diperhitungkan dan memperkirakan estimasi atau besarnya klaim yang mungkin dibayar di waktu yang akan datang.

2. Hutang klaim (outstanding claims), dalam penetapan premi asuransi harus memperhitungkan klaim-klaim yang belum dapat terbayar oleh perusahaan asuransi. 3. Reserve, yaitu penyisihan dana premi asuansi terhadap kemungkinan terjadinya

klaim contingencies (akumulasi klaim dalam waktu bersamaan) diluar kemampuan perusahaan asuransi.

4. Biaya operasional (all expenses), dalam premi asuransi sudah termasuk untuk membiayai operasional perusahaan seperti biaya kantor, gaji karyawan, komisi, iklan dan promosi.

5. Laba (profit), manajemen perusahaan asuransi harus memperhitungkan keuntungan yang diperoleh dari pengumpulan premi asuransi (collective prime) sebagai tanggung jawab kepada investor atas investasinya dalam perusahaan.

Manajemen perusahaan asuransi juga harus mempertimbangkan aspek-aspek komersial dalam penetapan nilai premi sebagai penambah dana cadangan. Asosiasi Ahli Manajemen Asuransi Indonesia (AAMAI) pada diktat pengantar asuransi (2007: 27) mengindentifikasi aspek-aspek komersial nilai premi asuransi adalah sebagai berikut :

1. Kompetisi.

Setiap perusahaan asuransi harus mempersiapkan diri dalam menghadapi kompetisi usaha perasuransian. Manajemen harus secara tepat dalam pengelolaan sumber daya perusahaan dan pentapan tingkat premi asuransi. Tingkat premi yang terlalu tinggi akan berakibat kehilangan nasabah (tertanggung), sedangkan tingkat premi yang terlalu rendah dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaaan.

2. Inflasi.

Manajemen perusahaan asuransi harus mempertimbangkan inflasi. Nilai klaim yang akan dibayarkan dipengaruhi oleh tingkat inflasi terhadap nilai premi asuransi yang


(26)

dibayar pada waktu sekarang. Peningkatan nilai klaim di masa yang akan datang bukan disebabkan oleh meningkatnya klaim tersebut, tetapi karena turunnya nilai uang akibat inflasi.

3. Tingkat bunga (interest rates).

Dana yang terkumpul dari premi asuransi di investasikan kembali untuk menambah tingkat kemampuan perusahaan asuransi dalam memenuhin kewajibannya. Bervariasinya tingkat bunga investasi berpengaruh terhadap aspek komersial dari pendapatan premi asuransi.

4. Tingkat pertukaran nilai mata uang (exchange rates).

Perusahaan asuransi yang memiliki pasar di luar negeri harus mempertimbangkan resiko pertukaran nilai mata uang dan manajemen harus mengelola dengan tepat agar biaya yang timbul dalam mata uang asing dapat dipenuhi oleh premi yang dibayar. Keberhasilan suatu perusahaan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung kepada pemahaman yang baik terhadap klasifikasi biaya dan aktivitas usaha. Maka, biaya diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Biaya tetap (fixed cost), adalah biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas bisnis meningkat atau menurun.

2. Biaya variabel, adalah biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas.

3. Biaya semivariabel, adalah biaya yang memperlihatkan karakteristik-karakteristik dari biaya tetap maupun biaya variabel.

(Carter dan Usry; 2004: 58 – 60)

Sifat biaya yang timbul didalam usaha perasuransi adalah biaya yang berdasarkan pesanan (job order costing). Biaya yang timbul berdasarkan pesanan adalah akumulasi dari biaya tetap dan biaya variabel untuk setiap pesanan. Struktur biaya variabel dalam usaha perasuransian adalah dokumen-dokumen asuransi sebagai bahan baku langsung, waktu untuk mengakseptasi sebagai komisi tenaga kerja langsung, dan biaya administrasi seperti biaya komisi agen / broker asuransi, pajak komisi agen / broker asuransi, biaya reasuransi, biaya materai dan polis asuransi sebagai biaya overhead. Maka, penghitungan pendapatan premi neto pada perusahaan asuransi didasarkan kepada jumlah pendapatan premi bruto dikurangi biaya variabel.

Bila pendapatan premi neto tidak mencukupi untuk menutup biaya tetap dan biaya variabel perusahaan, maka perusahaan akan mengalami kerugian untuk periode tersebut.


(27)

Sebaliknya, jika jumlah pendapatan premi neto hanya cukup untuk menutupi biaya tetap, maka perusahaan hanya dapat mencapai titik impas (break even) dimana tidak ada laba maupun rugi,. Titik impas berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh tingkat penjualan dapat menutupi biaya produksinya dan perusahaan belum mendapatkan laba dari penjulan. Setelah mendapatkan titik impas maka manajemen dapat menetukan laba yang diinginkan berdasarkan persentase volume penjualan.

Perhitungan laba bersih yang diharapkan adalah dengan cara mengalikan jumlah pendapatan premi neto dengan margin kontribusi per unit. Pengaruh perubahan laba bersih terhadap total volume penjualan adalah peningkatan produksi per unit. Hasil dari perhitungan tersebut akan menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan peningkatan laba. Berdasarkan analisis hubungan antara biaya, volume, dan laba diatas akan diketahui pertumbuhan premi neto. Ketika pendapatan premi neto melebihi biaya tetap dan biaya variabel maka pendapatan laba bersih juga akan meningkat. Perhitungan peningkatan persentase pendapatan dapat diketahui melalui rasio margin kontribusi.

Pertumbuhan premi neto menunjukkan pengaruh perubahan total penjualan terhadap margin kontribusi. Peningkatan pendapatan premi neto juga akan mempengaruhi meningkatnya laba bersih dengan asumsi biaya tetap tidak berubah. Berdasarkan uraian di atas maka pertumbuhan premi neto dihitung sebagai berikut :

Pertumbuhan Premi Neto = Penjualan – Beban Variabel Total Penjualan (Garrison, Noreen dan Brewer; 2006: 328)

Pertumbuhan premi neto berguna untuk mengetahui pertumbuhan penjualan pada keseluruhan jenis produk perusahaan. Pertumbuhan tersebut akan mengindikator pencapaian titik impas hasil penjualan terhadap biaya produksi sehingga akan dapat mengestimasi tingkat keuntungan yang ingin dicapai. Estimasi keuntungan tersebut akan menjadi dasar target


(28)

penjualan dan produksi. Tabel 2.1 menggambarkan pertumbuhan tingkat premi neto pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan.

Tabel 2.2

Tingkat Pertumbuhan Premi Neto

Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

sumber : diolah peneliti dari publikasi laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; website www.idx.co.id di akses tanggal 25 November 2012

2. 1. 4. Return On Investment (ROI)

Penelitian ini menganalisa manajemen profitabilitas laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Profitabilitas merupakan tujuan utama yang dinginkan para investor dan hasil akhir dari keputusan yang dilakukan oleh

No. Kode Nama

Perusahaan

Tingkat Pertumbuhan Premi Neto Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012 1. ABDA PT. ASURANSI BINA

DANA ARTA, Tbk 0,74%

0,66%

0,78% 0,83% 0,83% 2. AHAP PT. ASURANSI HARTA

AMAN PRATAMA, TbK

0,94% 0,97% 0,42% 0,67% 0,61% 3. AMAG PT. ASURANSI MULTI

ARTHA GUNA, Tbk

0,61% 0,63% 0,57% 0,58% 0,72% 4. ASBI PT. ASURANSI

BINTANG, Tbk

1,69% 2% 2,31% 2,21% 1,59% 5. ASDM PT. ASURANSI DAYIN

MITRA, Tbk

2,93% 2,72% 2,12% 2,11% 2,50% 6. ASJT PT. ASURANSI JASA

TANIA, Tbk

1,28% 1,33% 1,29% 1,25% 0,68% 7. ASRM PT. ASURANSI

RAMAYANA, Tbk

1,53% 1,60% 2,24% 2,74% 0,92% 8. LPGI PT. LIPPO GENERAL

INSURANCE, Tbk

0,52% 0,76% 1,17% 0,96% 0,97% 9. PNIN PT. PANIN

INSURANCE, Tbk

0,46% -0,24% 0,18% 0,23% -0,06%

10. MREI

PT. MASKAPAI REASURANSI INDONESIA, Tbk

1,01% 0,94% 0,45% 0,32% 0,46%

11. SMMA PT.ASURANSI SINARMAS, Tbk

0,05% 0,04% 1,82%

1,32% 0,03% 12. MMNC PT.ASURNASI MNC

INDONESIA, Tbk

- - 0,06%


(29)

manajemen. Analisis berfungsi untuk membantu penggunanya untuk mengetahui hal yang spesifik dari hasil kinerja manajemen, dalam penelitian ini digunakan alat analisis rasio profitabilitas, rasio profitabilitas adalah sekelompok rasio yang menunjukkan gabungan efek dari likuiditas, manajemen aktiva dan utang pada hasil-hasil operasi. Peneliti secara khusus menggunakan rasio profitabilitas yakni Return On Investment (ROI), rumusnya sebagai berikut :

Return On Investment = Laba Bersih x 100% Total Aktiva

(Brigham dan Houston; 2006: 109)

Return On Investment (ROI) adalah rasio untuk menilai kompensasi keuangan kepada penyedia pendanaan ekuitas dan utang (Subramanyam dan Wild; 2012: 43). Tujuan analisis

Return On Investment (ROI) adalah untuk membandingkan kinerja manajemen perusahaan terhadap pengembalian dana investasi oleh para investor dan mengevaluasi posisi keuangan perusahan dari waktu ke waktu. Investor memerlukan kepastian mengenai keuntungan yang akan didapatkannya di masa depan.

Mengestimasi laba dari biaya modal membutuhkan beberapa pertimbangan, karena terdapat resiko kegagalan yang harus diperhitungkan, sebenarnya cukup sederhana untuk mengestimasi laba yaitu meningkatkan efesiensi dan efektivitas perusahaan dalam mengelola sumber daya yang dimiliki sehingga mencapai laba yang semaksimal mungkin untuk pengembalian dan investasi (ROI) dan pembayaran kewajibannya (liability). mengestimasi laba dari kinerja keuangan dikendalikan sepenuhnya oleh manajemen perusahaan. Perusahaan yang mampu mengelola biaya modal dengan baik akan menghasilkan laba bagi para pemegang sahamnya. Tujuan utama perusahaan adalah untuk memaksimalkan nilai laba yang dapat memberikan pengembalian lebih besar dari pada modalnya.


(30)

Tabel 2.3 akan menunjukkan tingkat Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2008 sampai dengan tahun 2012.

Tabel 2.3

Tingkat Return On Investment (ROI)

Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

sumber : diolah peneliti dari publikasi laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia; website www.idx.co.id di akses tanggal 25 November 2012

Return On Investment (ROI) mempunyai keterbatasan yaitu Return On Investment (ROI) tidak mempertimbangkan resiko investasi, jika manajemen memutuskan untuk meningkatkan

Return On Investment (ROI) maka manajemen juga harus mempertimbangkan faktor resikonya.. Kedua, Return On Investment (ROI) tidak mempertimbangkan jumlah modal

No. Kode Nama

Perusahaan

Return On Investment (ROI) Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun 2010 Tahun 2011 Tahun 2012

1. ABDA PT. ASURANSI BINA

DANA ARTA, Tbk

0,33% 0,50% 0.27% 0.18% 0.12%

2. AHAP PT. ASURANSI HARTA

AMAN PRATAMA, TbK

0,03% 0,02% 0.02% 0.04% 0.04%

3. AMAG PT. ASURANSI MULTI

ARTHA GUNA, Tbk

0,06% 0,09% 0.04% 0.06% 0.03%

4. ASBI PT. ASURANSI

BINTANG, Tbk

0,02% 0,01% -0.10% -0.01% 0.35%

5. ASDM PT. ASURANSI DAYIN

MITRA, Tbk

0,01% 0,02% 0.02% 0.03% 0.04%

6. ASJT PT. ASURANSI JASA

TANIA, Tbk

0,02% 0,05% 0.14% 0.11% 0.16%

7. ASRM PT. ASURANSI

RAMAYANA, Tbk

0,05% 0,06% 0.08% 0.05% 0.05%

8. LPGI PT. LIPPO GENERAL

INSURANCE, Tbk

0,01% 0,03% 0.01% 0.03% 0.01%

9. PNIN PT. PANIN INSURANCE,

Tbk

0,04% 0,04% 0.04% 0.03% 0.04%

10. MREI

PT. MASKAPAI REASURANSI INDONESIA, Tbk

0,08% 0,09% 0.03% 0.03% 0.06%

11. SMMA PT.ASURANSI SINARMAS, Tbk

0,01% 0,03% 0,11%

0,12% 0,02% 12. MMNC PT.ASURNASI MNC

INDONESIA, Tbk

- - 0,08%


(31)

yang telah diinvestasikan. Masalah terakhir Return On Investment (ROI) adalah tidak dapat digunakan satu-satunya untuk menentukan besarnya bonus (Brigham, dan Houston; 2006: 125). Resiko investasi yakni tidak mendapatkan deviden atau capital loss, saham dikeluarkan dari bursa (delisting), saham dihentikan (suspend), dan resiko likuidasi. Fluktuasi harga saham tersebut ditentukan oleh efek, maka harga saham cenderung akan naik bila tingkat pengembalian perusahaan juga tinggi.

2. 1. 5. Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Terhadap Return On Investment (ROI) Kirmizi (2011: 403) menyatakan bahwa Risk Base Capital (RBC) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROI, untuk meningkatkan profitabilitas perusahaan harus lebih mengedepankan penjualan dengan meminimalkan tingkat resiko yang ada. Jika Risk Base Capital (RBC) terlalu besar maka akan memberikan dampak tidak efisien bagi perusahaan asuransi karena modal yang di investasikan tidak produktif.

Berdasarkan penelitian Kirmizi (2011: 395) Risk Base Capital (RBC) dapat dijadikan sebagai alat penilai kesehatan keuangan perusahaan asuransi. Bila kondisi keuangan suatu perusahaan asuransi semakin baik maka hal tersebut dapat dijadikan promosi dalam memasarkan produknya dengan tujuan untuk memperoleh pendapatan premi yang besar dan menghasilkan pengembalian investasi (Return On Investment) bagi para investor, kondisi tersebut memberikan gambaran kepada para investor mengenai kelancaran perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan kemampuan perusahaan dalam memasarkan produknya.

Kemampuan perusahaan asuransi dalam memenuhin tingkat Risk Base Capital (RBC) tidak berpengaruh secara langsung terhadap pencapaian laba atas modal yang diinvestasikan para investor. Pencapaian tingkat Risk Base Capital (RBC) yang disyaratkan pemerintah hanya memberikan informasi mengenai ketahanan / kesehatan kondisi keuangan perusahaan terhadap memenuhin kewajibannya dan pengelolaan resiko yang akan ditanggung. Oleh sebab itu, Risk Base Capital (RBC) menjadi alat ukur yang digunakan oleh para investor


(32)

untuk memperkirakan kesehatan keuangan perusahaan asuransi, bukan sebagai indikator profitabilitas yang akan dicapai. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui dengan pasti pengaruh antara Risk Base Capital (RBC) dengan tingkat Return On Investment (ROI).

2. 1. 6. Pengaruh Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI) Kirmizi (2011: 402) menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif secara signifikan antara pertumbuhan laba terhadap pendapatan premi neto. Secara logikanya, pertumbuhan pendapatan premi neto justru akan meningkatkan modal yang akan dimanfaatkan untuk menambah kinerja perusahaan dan hasilnya akan dikembalikan kepada para investor. Kinerja perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktor manajamen modal dan biaya yang efektif dan optimal sehingga akan meningkatkan pendapatan, selain faktor-faktor tersebut pertumbuhan pendapatan premi juga dipengaruhi oleh faktor marketing seperti pelayanan, promosi, nilai rate, jenis dan kualitas produk, seta luasnya jaringan kerjasama. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan premi neto terhadap tingkat

Return On Investment (ROI).

2. 2. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Fungsi tinjauan penelitian terdahulu adalah sebagai refrensi yang menunjukkan hubungan-hubungan diantara penlitian yang terdahulu dengan penelitian ini, sehingga di dapat pengetahuan di bidang industri asuransi khususnya di Indonesia. Berikut tinjauan penelitian terdahulu yang diperoleh dan dirangkum pada tabel 2. 4.

Tabel 2. 4

Tinjauan Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti

(Tahun) Judul Variabel

Teknik

Analisis Hasil Penelitian

1. Tabroni dan

Chrisna Temanta Sebayang (2008)

Analisis Risk Base Capital Bagi Usaha Asuransi Kerugian : Variabel independent (Vi): Rasio Solvabilitas, dan Days

Teknik analisis

sampel mayor yakni

perhitungan

1. Begitu banyak perusahaan asuransi kerugian yang tidak memenuhi syarat waktu penyelesaian hutang klaim.


(33)

   

Suatu Studi sales in receivables. Variabel dependent (Vd): Risk Base Capital solvabilitas, rasio investasi, dan formula Jumlah Hari Klaim pada Hutang. Teknik analisis sampel minor yakni persamaan regresi, Uji ANOVA, dan korelasi antar variabel.

2. Secara rata-rata perusahaan asuransi kerugian telah memenuhi ketentuan perundang-undangan perasuransian yang menyatakan bahwa setiap perusahaan asuransi kerugian wajib menjaga RBC minimal 120% dari resiko yang mungkin timbul dari kegiatan operasionalnya.

2. Melissa Maya

Karuniawati (2008) Analisa Pengukuran Kinerja Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi Jiwa Berdasarkan Metode Batas Tingkat Solvabilitas Minimum PT.Asuransi Jiwasraya Variabel independent (Vi) : Risk Base Capital, Rasio

Likuiditas,

Ratio Return On Equity,

Return On Investment, Operational Ratio, Variabel dependent (Vd) : Batas Tingkat Solvabilitas Minimum. Analisis deskriptif yakni dengan mebandingkan penggunaan tabel perhitungan neraca, laba rugi, dan tabel Batas Tingkat Solvabilitas Minimum (BTSM) dengan menggunakan metode RBC.

1. Batas tingkat solvabilitas PT.Asuransi Jiwasraya selama 3 tahun berturut-turut telah melampaui batas tingkat solvabilitas yang ditetapkan

pemerintah yakni

Departemen Keuangan RI. 2. Berdasarkan Rasio

LikuiditasPT.Asuransi Jiwasraya dapat memenuhi kewajiban jangka

pendeknya kepada para pemegang polis asuransi. 3. Berdasarkan Ratio Return

On Equity menunjukkan kondisi perimbangan antara investasi dengan kewajiban PT.Asuransi Jiwasraya sudah baik. 4. Berdasarkan Ratio Return

On Investment

menunjukkan investasi yang dilakukan

PT.Asuransi Jiwasraya kurang tepat, disebabkan penempatan yang salah dalam Aset Tetap. 5. Berdasarkan Operational

Ratio PT.Asuransi Jiwasraya menunjukkan masih buruknya proses teknis asuransi

(underwriting), belum begitu efisien dalam menajemen biayanya, tetapi sudah cukup baik dalam mengelola biaya komisinya.


(34)

3. Kirmizi dan Susi Surya Agus (2011) Pengaruh Perumbuhan Modal Dan Aset Terhadap Rasio Risk Base Capital (RBC), Pertumbuhan Premi Neto Dan Profitabilitas Perusahaan Asuransi Umum Di Indonesia Variabel independent (Vi): Pertumbuhan Modal dan Aset Variabel dependent (Vd): Premi Neto, Risk Base Capital,

Return On Equity

Teknik analisis jalur (path analysis) yakni merancang diagram jalur berdasarkan hipotesis serta menerjemahka n diagram jalur ke persamaan structural, menghitung matriks korelasi antar variabel, menguji masing-masing sub struktur, menggambark an struktur hubungan secara lengkap, menghitung koefisien determinasi total, serta menentukan persentase pengaruh secara proporsional antar variabel.

1. Tidak terdapat pengaruh secara signifikan antara pertumbuhan modal sendiri terhadap rasio Risk Base Capital (RBC). 2. Tidak terdapat pengaruh

secara signifikan antara pertumbuhan aset terhadap rasio Risk Base Capital

(RBC).

3. Terdapat pengaruh negatif secara signifikan antara pertumbuhan modal terhadap pertumbuhan premi neto.

4. Terdapat pengaruh positif antara pertumbuhan aset terhadap pertumbuhan premi.

5. Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan modal sendiri terhadap ROE. 6. Terdapat pengaruh yang

signifikan antara

pertumbuhan aset terhadap ROE.

7. Rasio Risk Base Capital

(RBC) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROE.

4. Endang Etty

Merawati (2002)

Penilaian Perusahaan Asuransi Dengan Risk Base Capital

Dan Early Warning System

Variabel independent (Vi) : rasio likuiditas, rasio biaya manajemen, rasio kecukupan dana, rasio beban klaim,

solvency margin ratio, rasio

pengembalia n investasi, rasio cadangan teknis, dan

Analisis penilaian RBC : kegagalan pengelolaan kekayaan (asset default risk), ketidakseimba ngan antara proyeksi arus kekayaan dan kewajiban, ketidakseimba ngan antara nilai kekayaan dan kewajiban dalam jenis mata uang,

Perusahaan asuransi perlu dikelola lebih professional dari segi keuangan maupun operasionalnya, yang tentunya hal ini sangat tergantung pada kehandalan manajemen perusahaan dan kualitas sumber dayanya. Di lain pihak, pemerintah perlu terbuka untuk mengumumkan hasil perhitungan RBC dan EWS untuk menilai perusahaan asuransi.

Diharapkan masyarakat dapat melakukan analisis kinerja perusahaan asuransi secara lebih komprehensif, baik dari segi financial maupun non


(35)

pertumbuhan premi. Variabel dependent (Vd) : Risk Base Capital, dan Rasio-rasio Early Warning System antara beban klaim yang terjadi dengan beban klaim yang diperkirakan, ketidak cukupan premi dan hasil investasi yang diperoleh, risiko reasuransi. Analisis penilaian Early Warning System :

agents balance to surplus, rasio likuiditas, rasio biaya manajemen, rasio tingkat kecukupan dana, solvency margin ratio, rasio pengembalian investasi, rasio cadangan teknis, dan rasio pertumbuhan premi.

5. Maria Indah

Agustina (2010) Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Early Warning System Pada PT.Asuransi Central Asia Cabang Palembang Variabel independent (Vi) : Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas, dan Rasio Underwriting Variabel dependent (Vd) : Early Warning System Analisis rasio keuangan : rasio likuiditas, rasio solvabilitas, dan rasio underwriting.

1. Perhitungan rasio likuiditas selama tiga tahun menunjukkan berada dibawah 120%,

disebabkan pengendalian hutang-piutang yang tidak dapat dikelola dengan baik oleh perusahaan.

2. Perhitungan rasio solvabilitas selama tiga tahun menunjukkan tidak sehat, disebabkan tingkat pertumbuhan premi yang rendah .

3. Perhitungan rasio

underwriting selama tiga tahun menunjukkan tidak sehat, karena rata-rata tingkat batas rasio tersebut


(36)

2. 3. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis 2. 3. 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah jaringan asosiasi yang disusun, dijelaskan, dan dielaborasikan secara logis antarvariabel yang dianggap relevan pada situasi masalah dan diindentifikasi melalui proses seperti wawancara, pengamatan, dan survey literature (Sekaran; 2006: 127). Pada penelitian ini variabel independen adalah Risk Base Capital

(RBC) dan pertumbuhan premi neto sedangkan variabel dependen adalah Return On Investmen (ROI).

Risk Base Capital (RBC) menggambarkan tingkat kemampuan kesehatan keuangan perusahaan asuransi dalam memenuhi kewajiban-kewajibannya. Bila perusahaan asuransi mempunyai tingkat Risk Base Capital (RBC) yang lebih tinggi daripada tingkat resiko yang dihadapinya, maka dapat dipastikan bahwa perusahaan tersebut mempunyai kondisi keuangan yang baik dan dapat mengembalikan hasil investasi para investor yang diindikasikan dalam tingkat Return On Investmen (ROI).

Pertumbuhan premi neto menggambarkan hubungan antara biaya, volume, dan laba (net operating income) yang mempengaruhi perubahan aktivitas dalam tingkat biaya variabel, biaya tetap, harga jual (premi asuransi), dan volume penjualan. Maka dapat diestimasikan bahwa besarnya pertumbuhan premi neto juga akan meningkatkan modal perusahaan yang membantu kinerja perusahaan asuransi sehingga hasilnya juga akan meningkatkan Return On Investment (ROI).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diidentifikasikan hubungan antar variabel-variabel independen terhadap variabel-variabel dependen, melalui kerangka konseptual yang akan

disebabkan kurangnya kemampuan bagian

underwriting dalam seleksi resiko dan

ketergantungan penjualan dari agen/broker.


(37)

 

diteliti secara relevan dengan permasalahan. Kerangka konseptual penelitian ini tercantum pada gambar 2. 1.

Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual

H1

H2

H3

2. 3. 2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah konseptual yang dapat diuji dan dapat dibuktikan kebenarannya (Sekaran; 2006: 38). Berdasarkan pada teori dan tinjauan penelitian terdahulu di atas didukung dengan kerangka konseptual, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : Risk Base Capital (RBC) berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment

(ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

H2 : Pertumbuhan premi netto berpengaruh secara parsial terhadap Return On Investment

(ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

H3 : Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi netto berpengaruh secara simultan terhadap Return On Investment (ROI) perusahaan asuransi yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Ratio Margin Contribution

(X2)

Risk Base Capital

(X1) Return On Investment


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Jenis atau desain penilitian merupakan mengidentifikasikan variabel dan mengembangkan kerangka teoritis sehingga data yang diperlukan dapat dikumpulkan dan dianalisis untuk sampai pada solusi (Sekaran; 2006: 152). Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah desain asosiatif kausal atau hubungan sebab akibat yaitu menganalisis hubungan antara satu variable dengan variable lainnya atau bagaimana suatu variable mempengaruhi variable lainnya.

3. 2. Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian diunduh dari website Bursa Efek Indonesia yaitu www.idx.co.id, subjek dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian ini menggunakan data dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dan di observasi dari November 2012 sampai dengan April 2013.

3. 3. Batasan Operasional

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan operasional dan memerlukan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Sampel perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam penelitian ini terlalu kecil sehingga hanya diperoleh 7 (tujuh) perusahaan asuransi sebagai sampel penelitian dengan kriteria tertentu.

2. Penelitian terbatas dibidang usaha asuransi.

3. Laporan keuangan sebagai data penelitian terbatas hanya 5 (lima) tahun, yaitu periode 2008 sampai 2012.


(39)

3. 4. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

Variabel independen yaitu variabel bebas yang keberadaannya dapat mempengaruhi perubahan dalam variabel dependen dan mempunyai hubungan positif dan negatif bagi variabel dependen. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto (Ratio Margin Contribution).

Variabel dependen, yaitu variabel tidak bebas keberadaannya yang dipengaruhi oleh besarnya variabel independen. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Return On Invesment (ROI). Pada tabel 3.1 akan menjelaskan operasional variabel-variabel dalam penelitian ini.

Tabel 3. 1

Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel

3. 5. Populasi Dan Sampel Penelitian

Populasi adalah kumpulan seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dapat dibedakan satu sama yang lain, perbedaan tersebut disebabkan karena adanya nilai karakteristik yang

Variabel Definisi Operasional Pengukuran Varibel Skala

Risk Base Capital (X1)

Risk Base Capital

menggambarkan perbandingan antara harta yang dimiliki setelah dikurangi kewajibannya dengan jumlah modal yang harus dipertahankan / dimiliki perusahaan asuransi selama periode perhitungan yang dilakukan.

RBC = Aktiva – Kewajiban Batas Tingkat Solvabilitas Minimum

Rasio

Ratio Margin Contribution (X2)

Ratio Margin Contribution menggambarkan perbandingan antara jumlah pendapatan dikurangi beban variable dan beban tetap per unit dengan total pendapatan selama periode perhitungan yang dilakukan.

RCM = Total Margin Kontribution Total Penjualan

Rasio

Return On Investment (Y)

Ratio Return On Investment merupakan rasio yang mengukur hubungan antar laba yang diperoleh dengan aktiva yang digunakan untuk menghasilkan pengembalian atas investasi tersebut.

ROI = Laba Bersih Total Aktiva


(40)

perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012 yang berjumlah 12 perusahaan (Tabel 3.2).

Sampel adalah pengumpulan data populasi untuk diselidiki karakteristik dari sebagian populasi (Supranto; 1994: 15-16). Teknik pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan kriteria tertentu. Berdasarkan metode pengambilan sampel tersebut, maka kriteria sampel yang digunakan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008 sampai dengan 2012;

2. Perusahaan tersebut menyediakan data yang relevan terhadap perhitungan Risk Base Capital (RBC), pertumbuhan premi neto, dan Return On Investment (ROI) berdasarkan publikasi laporan keuangan perusahaan selama periode 2008 sampai dengan 2012; 3. Nilai Risk Base Capital perusahaan-perusahaan asuransi dapat memenuhi nilai standar

yang telah ditetapkan Departemen Keuangan RI selama periode 2008 sampai dengan 2012;

4. Perusahaan tersebut menghasilkan nilai positif tingkat pertumbuhan premi (Premium Growth Ratio) selama periode 2008 sampai dengan 2012;

5. Perusahaan tersebut dapat menghasilkan Return On Invesment selama periode 2008 sampai dengan 2012.

Berdasarkan kriteria di atas diperoleh 7 (tujuh) perusahaan asuransi sebagai sampel penelitian dengan periode penelitian selama 5 (lima) tahun sehingga yang akan di observasi sebanyak 35 unit analisis.


(41)

Tabel 3. 2

Populasi Dan Sampel Penelitian

Sumber : diolah peneliti dari Bursa Efek Indonesia; website www.idx.co.id di akses tanggal 25 November 2012.

3. 6. Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder, data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang ada, yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti (Sekaran; 2006: 77). Sumber data tersebut dapat diperoleh melalui publikasi informasi perusahaan, catatan dan dokumen perusahaan, serta melalui informasi situs Web. Data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat time series yaitu dalam beberapa interval waktu tertentu dan sekumpulan data (pooling data) yang akan diuji dari suatu fenomena.

3. 7. Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui dua tahap. Tahap pertama dengan melakukan literatur dokumentasi, yaitu dengan mencari literatur berupa buku, jurnal ilmiah, skripsi, tesis, dan artikel yang berhubungan dengan penelitian ini. Pada tahap kedua dengan mengumpulkan data melalui media internet dari situs Bursa Efek Indonesia yaitu

No Kode Nama Perusahaan Kriteria Sampel

1 2 3 4 5

1. ABDA PT. ASURANSI BINA DANA ARTA,Tbk √ √ √ √ √ 1

2.

AHAP PT. ASURANSI HARTA AMAN

PRATAMA,TbK √ √ √ √ √

2

3. AMAG PT. ASURANSI MULTI ARTHA GUNA,Tbk √ √ - √ √

4. ASBI PT. ASURANSI BINTANG,Tbk √ √ - √ -

5. ASDM PT. ASURANSI DAYIN MITRA,Tbk √ √ - √ √

6. ASJT PT. ASURANSI JASA TANIA,Tbk √ √ √ √ √ 3

7. ASRM PT. ASURANSI RAMAYANA,Tbk √ √ √ √ √ 4

8. LPGI PT. LIPPO GENERAL INSURANCE,Tbk √ √ √ √ √ 5

9. PNIN PT. PANIN INSURANCE,Tbk √ √ √ - √

10.

MREI PT. MASKAPAI REASURANSI

INDONESIA,Tbk √ √ √ √ √

6

11. SMMA PT. ASURANSI SINARMAS, Tbk √ √ √ √ √ 7


(42)

www.idx.co.iduntuk memperoleh data laporan keuangan yang menjadi populasi dan sampel dalam penelitian ini.

3. 8. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS (Statistical Product and Service Solution). Data tersebut dianalisa melalui analisis kuantitatif statistik, yaitu data yang dinyatakan dalam angka-angka statistik melalui analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik yaitu uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heteroskedastisitas, uji autokorelasi. Dilanjutkan dengan uji signifikan parsial (uji-t), uji signifikan simultan (uji-F), uji koefisien determinasi (R2), dan analisis regresi linear berganda menunjukkan integritas suatu nilai variabel yang diwakilinya dalam pengujian hipotesis. Analisis kuantitatif statistik tersebut diolah lebih lanjut dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif untuk digunakan oleh pihak lain.

3. 8. 1. Uji Multikolinearitas

Hasil uji multikolinearitas terindikasi dari hasil regresi statistik uji signifikan parsial (uji-t) dan uji signifikan simultan (uji-F). Jika terdapat banyak parameter koefisien statistik dari uji-t. Maka, diasumsikan bahwa tidak ada korelasi variabel independen yang signifikan. Sedangkan, hasil perhitungan uji-F lebih signifikan maka dapat diasumsi terdapat korelasi variabel independen yang multikolinearitas.

Indikator tidak adanya korelasi multikolinearitas dapat dinilai dari batas tolerance yang tidak kurang dari 0,1 dan variance inflation factor (VIF) tidak lebih dari 5. Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Suatu model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independennya (Ghozali; 2005: 110).


(43)

3. 8. 2. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji regresi linier berganda mempunyai variasi yang sama dari suatu parameter pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali; 2005: 11). Model regresi yang baik adalah model homokedastisitas. Jika terdapat heteroskedastisitas maka hasil regresi menjadi tidak efisien dan menyebabkan misleading

meskipun tidak bias dan konsisten. Pada umumnya heteroskedastisitas dapat diuji pada data

cross section.

Mendeteksi terdapat atau tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan memperhatikan pada tabel grafik scatterplot, jika terdapat pola titik-titik yang teratur yakni bergelombang, melebar, kemudian menyempit maka dapat diindentifikasikan terdapat model heteroskedastisitas. Tetapi, jika terdapat pola yang titik-titik yang menyebar tidak beraturan di atas dan di bawah nilai 0 pada sumbu Y maka dapat diindentifikasikan tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. 8. 3. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui suatu model regresi linier terdapat korelasi antara error pada periode saat sekarang dengan error pada periode sebelumnya. Cara mendeteksi terdapat autokorelasi pada model adalah dengan melihat tabel kriteria nilai

Durbin Watson (DW)dengan cara membandingkan nilai statistk dengan tabel Durbin Watson

(Agusyana; 2011: 106). Jika, terdapat error pada hasil pola regresi dari periode yang berbeda saling berkorelasi maka dapat diindentifikasikan bahwa terdapat autokorelasi. Mendeteksi autokorelasi dapat digunakan dengan pedoman tes Durbin Watson (DW) sebagai berikut :


(44)

Tabel 3. 3

Kerangka Identifikasi Autokorelasi (Durbin Watson)

Nilai DW Hasil

0<DW<dl Tolak H

0 Autokorelasi positif dl<DW<du Hasil tidak dapat ditentukan 4-dl<DW<4 Tolak H

0 Autokorelasi negatif

du<DW<4-du Tidak ada autokorelasi positif atau negatif 3. 8. 4. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis regresi linier berganda adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent terhadap satu atau beberapa variabel dependent. (Supranto; 1994) Pada tahapan ini peneliti akan membuat model regresi linear berganda yang menggambarkan hubungan antara Risk Base Capital (RBC) dan pertumbuhan premi neto sebagai variabel independent terhadap Return On Investment (ROI) sebagai variabel dependent. Model regresi linear pada penelitian ini sebagai berikut :

e X b X b a

Y   1 12 2

Keterangan:

Y = Return On Investment (ROI)

a = Konstanta

b1, b2 = Koefisien regresi

X1 = Risk Base Capital (RBC) X2 = Pertumbuhan premi neto

e = error-terms (faktor error/gangguan) 3. 8. 5. Uji Parsial (uji-t)

Uji parsial (uji-t) berfungsi menunjukkan apakah masing-masing variabel independen yang diuji dalam model regresi linear berganda mempengaruhi variabel dependen secara parsial. Bentuk pengujiannnya adalah :


(45)

Ha : artinya variabel Risk Base Capital dan ratio margin contribution secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Investment.

Pengujian parsial (uji-t) dilakukan pada tingkat pengujian α 5% dan derajat kebebasan (degree of freedom) atau df = (n - k). Uji parsial ini dilakukan dengan membandingkan antara t-hitung dengan t-tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika t-hitung < t-tabel, atau Sig. > α, untuk α = 5%, maka Ha tidak dapat diterima. Jika t-hitung > t-tabel, atau Sig. < α, untuk α = 5%, maka Ha diterima.

3. 8. 6. Uji Simultan (uji-F)

Uji-F berfungsi untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang diuji dalam model regresi linear berganda mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel dependen.

Bentuk pengujiannya adalah :

Ha : artinya variabel Risk Base Capital dan ratio margin contribution secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return On Investment.

Uji simultan (uji-F) dilakukan dengan membandingkan signifikansi antara F-hitung dengan F-tabel dengan ketentuan sebagai berikut :

Jika F-hitung < F-tabel atau Sig. > α, untuk α = 5%, maka Ha tidak dapat diterima. Jika F-hitung > F-tabel atau Sig. < α, untuk α = 5%, maka Ha diterima.

3. 8. 7. Koefisien Determinasi (R²)

Pengujian Koefisien Determinasi (R²) berfungsi untuk mengukur proporsi atau persentase variabel independen yang diuji terhadap variasi naik turunnya variabel dependen. Koefisien determinasi berkisar antara nol sampai dengan satu (0 ≤ R² ≤ 1). Indikator Koefisien Determinasi (R²) adalah :

1. R² = 0 menunjukkan tidak adanya pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.


(46)

2. R² semakin besar mendekati satu, menunjukkan semakin besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.

3. R² semakin kecil mendekati nol, menunjukkan semakin kecilnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4. 1. Hasil Penelitian

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan software SPSS (statistical product and service solution), data-data dalam penelitian ini akan diuji yang akan menghasilkan output dalam bentuk statistik. Analisis statistik yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji normalitas, uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi, uji signifikan parsial (uji-t), uji signifikan simultan (uji F), dan uji koefisien determinasi (R2). Sebelumnya, akan dibahas terlebih dahulu deskripsi variable-variabel penelitian yang menunjukkan integritas dari variable yang diwakilinya.

4. 1. 1. Deskripsi Variabel Penelitian

Deskripsi variabel bebas yaitu tingkat Risk Base Capital (RBC) dan tingkat Pertumbuhan Premi Netto dan variabel terikat yaitu tingkat Return On Investment (ROI) pada perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2012. I. Deskripsi Tingkat Risk Base Capital (RBC)

Tingkat Risk Base Capital (RBC) menunjukkan perbandingan antara harta yang dimiliki setelah dikurangi kewajibannya dengan jumlah modal yang harus dipertahankan / dimiliki perusahaan asuransi. Tingkat Risk Base Capital (RBC) perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 - 2012 :


(48)

Tabel 4. 1

Tingkat Risk Base Capital (RBC) Periode 2008 - 2012

No. Nama Perusahaan Kode Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk ABDA 297% 310% 409% 622% 71% 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk AHAP 116% 120% 134% 151% 40% 3. PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk ASJT 226% 250% 290% 294% 16% 4. PT. Asuransi Ramayana, Tbk ASRM 282% 317% 345% 376% 50% 5. PT. Lippo General Insurance, Tbk LPGI 147% 120% 144% 163% 10% 6. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk MREI 286% 356% 368% 470% 60% 7. PT. Asuransi Sinar Mas, Tbk SMMA

196%

199% 291% 371% 22% sumber :www.idx.co.id (diolah peneliti dari publikasi laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar dibursa efek indonesia, pada April 2013)

Tabel 4.1 menunjukkan nilai variabel tingkat Risk Base Capital (RBC) perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia yang mengalami peningkatan dan penurunan selama periode penelitian yaitu dari tahun 2008 sampai dengan 2012.

Tingkat Risk Base Capital yang tertinggi pada tahun 2008 diraih oleh PT.Asuransi Bina Dana Arta,Tbk sebesar 2,97 atau 297% dan terendah dialami PT.Asuransi Harta Aman Pratama,Tbk sebesar 1,16 atau 116%. Tingkat Risk Base Capital yang tertinggi pada tahun 2009 diraih oleh PT.Maskapai Reasuransi,Tbk sebesar 3,56 atau 356% dan terendah dialami PT.Asuransi Harta Aman Pratama,Tbk dan PT.Lippo General Insurance,Tbk masing-masing sebesar 0,12 atau 120%. Tingkat Risk Base Capital yang tertinggi pada tahun 2010 diraih oleh PT.Asuransi Bina Dana Arta,Tbk sebesar 4,09 atau 409% dan terendah dialami PT.Asuransi Harta Aman Pratama,Tbk sebesar 1,34 atau 134% Tingkat Risk Base Capital

(RBC) tertinggi pada tahun 2011 diraih oleh PT.Asuransi Bina Dana Arta,Tbk sebesar 6,22 atau 622% dan nilai terendah diraih oleh PT.Asuransi Harta Aman Pratama,Tbk sebesar 1,51 atau 151%. Tingkat Risk Base Capital (RBC) tertinggi pada tahun 2012 diraih oleh


(49)

PT.Asuransi Bina Dana Arta,Tbk sebesar 0,71 atau 71% dan nilai terendah adalah PT.Lippo General Insurance,Tbk sebesar 0,10 atau 10%.

II. Deskripsi Tingkat Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio)

Deskripsi tingkat pertumbuhan premi (Premium Growth Ratio) menggambarkan perbandingan antara jumlah pendapatan dikurangi beban variable dan beban tetap per kontribusi dengan total pendapatan perusahaan asuransi. Tingkat pertumbuhan premi perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia selama periode 2008 sampai dengan 2012 adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 2

Tingkat Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio) Periode 2008 – 2012

No. Nama Perusahaan Kode Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta, Tbk ABDA 0,74% 0,66% 0,78% 0,83% 0,83% 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama, Tbk AHAP 0,94% 0,97% 0,42% 0,67% 0,61% 3. PT. Asuransi Jasa Tania, Tbk ASJT 1,28% 1,33% 1,29% 1,25% 0,68% 4. PT. Asuransi Ramayana, Tbk ASRM 1,53% 1,60% 2,24% 2,74% 0,92% 5. PT. Lippo General Insurance, Tbk LPGI 0,52% 0,76% 1,17% 0,96% 0,97% 6. PT. Maskapai Reasuransi Indonesia, Tbk MREI 1,01% 0,94% 0,45% 0,32% 0,46% 7. PT. Asuransi Sinar Mas, Tbk SMMA 0,05% 0,04% 1,82% 1,32% 0,03%

sumber :www.idx.co.id (diolah peneliti dari publikasi laporan keuangan perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, pada April 2013)

Tabel 4.2 menunjukkan tingkat pertumbuhan premi perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang mengalami kenaikan dan penurunan selama periode penelitian yaitu pada tahun 2008 sampai dengan 2012. Tingkat pertumbuhan premi (Premium Growth Ratio) tertinggi pada tahun 2008 diraih oleh PT.Asuransi Ramayana,Tbk sebesar 1,53% dan terendah dialami oleh PT.Asuransi Sinar Mas,Tbk sebesar 0,05%. Tingkat pertumbuhan premi (Premium Growth Ratio) tertinggi pada tahun 2009 diraih oleh PT.Asuransi


(1)

LAMPIRAN

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

RBC 35 10 622 226.26 143.688

Premium 35 .03 2.74 .9466 .57802

ROI 35 .01 .50 .0854 .10228

Valid N (listwise) 35

Regression

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics R Square

Change

F Change df1

1 .373a .139 .085 .09781 .139 2.587 2

Model Summaryb

Model Change Statistics Durbin-Watson

df2 Sig. F Change

1 32a .091 2.126

a. Predictors: (Constant), Premium, RBC b. Dependent Variable: ROI


(2)

ANOVAa

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1

Regression .050 2 .025 2.587 .091b

Residual .306 32 .010

Total .356 34

a. Dependent Variable: ROI

b. Predictors: (Constant), Premium, RBC

Partial Corr

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig. Correlations

B Std. Error Beta Zero-order

1

(Constant) .041 .037 1.117 .272

RBC .000 .000 .393 2.274 .030 .357

Premium -.020 .031 -.115 -.668 .509 .010

Coefficientsa

Model Correlations Collinearity Statistics

Partial Part Tolerance VIF (Constant)


(3)

Residuals Statisticsa

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value .0244 .1986 .0854 .03816 35 Std. Predicted Value -1.600 2.967 .000 1.000 35 Standard Error of Predicted

Value .018 .055 .027 .009 35

Adjusted Predicted Value .0191 .2062 .0870 .04169 35

Residual -.13649 .38526 .00000 .09489 35

Std. Residual -1.395 3.939 .000 .970 35

Stud. Residual -1.560 4.049 -.007 1.008 35 Deleted Residual -.17052 .40715 -.00156 .10248 35 Stud. Deleted Residual -1.597 5.707 .047 1.232 35

Mahal. Distance .173 9.630 1.943 2.236 35

Cook's Distance .000 .310 .027 .063 35

Centered Leverage Value .005 .283 .057 .066 35


(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh Return on Investment dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 59 82

Pengaruh Firm Size, Leverage, Return On Investment (Roi) Free Cash Flow (Fcf), Dividend Payout Ratio (Dpr),Dan Price Earning Ratio (Per) Terhadap Earning Management Pada Perusahaan Manufakturyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 60 114

Pengaruh Investment Opportunity Set, Return on Investment, dan Net Profit Margin Terhadap Devidend Payout Ratio pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2010

0 34 89

Analisis Pengaruh Efektivitas Operasional Terhadap Return On Investment Pada Perusahaan Properti Dan Real Estat Di Bursa Efek Indonesia

1 33 127

Pengaruh Return On Investment (Roi) Dan Arus Kas Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

4 55 90

Penerapan Metode Groos margin Return On Investment Dalam Menentukan Nilai Balik Persediaan Barang Pada PT. Prima Indah Santon Medan

4 89 49

Pengaruh Kebijakan Modal Kerja Terhadap Return On Investment Pada Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 38 88

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Tinjauan Teoritis 2. 1. 1. Usaha Perasuransian - Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Dan Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI) Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

1 3 19

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian - Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Dan Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI) Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 8

Pengaruh Risk Base Capital (RBC) Dan Pertumbuhan Premi Neto Terhadap Return On Investment (ROI) Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

0 0 9