Hubungan Gigi Berjejal dengan Oral Hygiene pada Siswa SMAN 4 Medan Tahun 2016
LAMPIRAN 1
No. Urut :
Tanggal Pemeriksaan :
HUBUNGAN GIGI BERJEJAL DENGAN
ORAL HYGIENE
PADA
SISWA SMAN 4 MEDAN
TAHUN 2016
KUISIONER
I. Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Telp. / HP :
II. Data Penelitian
Lingkarilah salah satu jawaban dari pilihan yang ada!
1. Apakah anda sedang menggunakan pesawat ortodonti cekat/behel? DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
(2)
a. Tidak b. Iya
2. Apakah anda pernah terjatuh dan menyebabkan gigi patah? a. Tidak
b. Iya
3. Apakah anda sedang merokok? a. Tidak
b. Iya
4. Apakah anda dulu pernah merokok? (Jika ya, isilah berapa bulan/tahun yang lalu anda terakhir merokok).
a. Ya (... bulan/ tahun yang lalu) b. Tidak pernah merokok
5. Apakah anda memiliki riwayat penyakit diabetes/ gula/ kencing manis? a. Ya
(3)
Lampiran 2
Perkenalkan adik-adik , nama saya Sitti Maisara Amanda. Saya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU dan saat ini saya sedang menjalani penelitian di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi USU. Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN GIGI BERJEJAL DENGAN ORAL HYGIENE PADA SISWA SMAN 4 MEDAN TAHUN 2016”.
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016. Manfaat penelitian ini adalah memberikan bahan informasi kepada pihak sekolah dan siswa mengenai distribusi siswa SMAN 4 yang memiliki gigi berjejal dan sebagai bahan referensi bagi Depatemen Ortodonsia mengenai distribusi gigi berjejal pada remaja sehingga dapat melakukan penyuluhan gigi dan mulut di SMA.
Penelitian ini dilakukan oleh saya sendiri. Saya akan memberikan lembar kuesioner untuk diisi oleh adik yang berisi beberapa pertanyaan. Kemudian adik-adik terlebih dahulu mengisi lembaran informed concent. Pemeriksaan klinis dilakukan menggunakan kaca mulut untuk melihat apakah gigi adik-adik normal atau berjejal. Selanjutnya pemeriksaan oral hygiene dilakukan menggunakan metode OHI-S dengan cara mengukur indeks debris dan indeks kalkulus menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.
Jika adik-adik setuju, maka saya akan meminta kesediaannya untuk menjadi subjek penelitian dengan memberikan lembar persetujuan setelah penjelasan (Informed Consent) untuk ditandatangi.Perlu diketahui bahwa surat kesediaan tidak mengikat dan adik-adik dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.
Pada penelitian ini adik-adik tidak dikenakan biaya atau gratis dan saya akan memberikan tanda terimakasih kepada Saudari atas kesediaannya menjadi subjek
(4)
penelitian ini. Semoga penelitian berjalan dengan baik dan bermanfaat untuk semua pihak. Atas kesediaan adik-adik saya ucapkan terimakasih.
(5)
Lampiran 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian dan paham akan apa yang akan dilakukan, diperiksa, dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:
“HUBUNGAN GIGI BERJEJAL DENGAN ORAL HYGIENE PADA SISWA SMAN 4 MEDAN TAHUN 2016”.
Maka saya yang bertanda tangan di bawahini:
Nama : ...
Alamat : ...
No. Telepon/ Hp : ...
Dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan bersedia berpartisipasi dalam penelitian tersebut diatas. Apabila saya ingin mengundurkan diri, kepada saya tidak dituntut apapun.
Medan, ...2016
Yang menyetujui,
Subjek Penelitian
(6)
Lampiran 4
No. Urut :
Tanggal Pemeriksaan :
HUBUNGAN GIGI BERJEJAL DENGAN
ORAL HYGIENE
PADA
SISWA SMAN 4 MEDAN
TAHUN 2016
LEMBAR PEMERIKSAAN
III. Data Responden
Nama :
Jenis Kelamin :
Kelas :
Telp. / HP :
DEPARTEMEN ORTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
(7)
IV. Pemeriksaan gigi berjejal
Keadaan Gigi Berjejal Tidak terdapat gigi berjejal (normal)
Berjejal pada rahang atas
Berjejal pada rahang bawah
Berjejal pada kedua rahang
V. Pengukuran Indeks Plak dan Kalkulus
KETERANGAN LEMBAR PEMERIKSAAN I. Gambar Skor Debris dan Kalkulus Gigi yang
diperiksa
Bagian yang diperiksa
Skor debris (plak) Skor kalkulus
16 Bukal
21 Labial
26 Bukal
46 Lingual
41 Labial
(8)
II. Keterangan Skor Debris dan Kalkulus Skoring untuk debris sesuai dengan kriteria berikut: 0 = tidak terdapat debris atau stain
1 = terdapat debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi ataupun terdapat stain tanpa debris yang menutupi permukaan gigi.
2 = terdapat debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi tetapi tidak
boleh lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi.
3 = terdapat debris lunak menutupi lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi.
Skoring untuk kalkulus sesuai dengan kriteria berikut: 0 = tidak terdapat kalkulus
1 = terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi.
2 = terdapat kalkuklus supragingival yang menutupi lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi ataupun terdapat bercak kalkulus individual yang terletak subgingival disekitar bagian leher gigi atau keduanya.
2 = terdapat kalkulus supragingival yang menutupi lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi atau adanya kalkulus subgingival yang tebal dan melingkar di bagian servikal gigi atau keduanya.
(9)
III. Kategori Oral Hygiene Berdasar Indeks Plak dan Kalkulus Baik : skor 0,0 – 1,2.
Sedang : skor 1,3 – 3,0.
Buruk : skor 3,1 – 6,0.
IV. Status Oral Hygiene Rumus Debris Index (DI-S) :
DI =
Rumus Calculus Index (CI) :
CI=
Rumus skor OHI-S secara umum adalah:
(10)
OHIS =
Kategori status kebersihan rongga mulut berdasarkan indeks plak dan kalkulus: a. Baik
b. Sedang c. Buruk
(11)
Lampiran 5
DATA STATUS GIGI NORMAL DAN BERJEJAL SERTA DATA SISWA SMAN 4 MEDAN
No Nama Siswa Jenis Kelamin Status Gigi Normal dan Berjejal
1 Siti Perempuan Normal
2 Putri Perempuan Normal
3 Jihan Perempuan Berjejal
4 Irfan Laki-laki Berjejal
5 Haliza Perempuan Berjejal
6 Rizki Laki-laki Normal
7 Suitta Perempuan Berjejal
8 Agnes Perempuan Berjejal
9 Abdurrahman Laki-laki Normal
10 Tegar Laki-laki Normal
11 Luthfi Laki-laki Berjejal
12 Cut Perempuan Berjejal
13 Rania Perempuan Berjejal
14 Imam Laki-laki Berjejal
15 Annisa Perempuan Normal
16 Mutia Perempuan Berjejal
17 Fazila Perempuan Normal
18 Rezky Perempuan Normal
19 Kevin Laki-laki Berjejal
20 Nadia Perempuan Normal
21 Suhendra Laki-laki Normal
22 Windy Perempuan Normal
23 Dini Perempuan Berjejal
24 Putri Perempuan Berjejal
25 Rizky Laki-laki Normal
26 Rekardo Laki-laki Normal
(12)
28 Rama Laki-laki Normal
29 Monica Perempuan Normal
30 Lola Perempuan Berjejal
31 Zidan Laki-laki Normal
32 Martua Laki-laki Normal
33 Inelka Laki-laki Normal
34 Andre Laki-laki Normal
35 Geraldo Perempuan Berjejal
36 Miza Perempuan Normal
37 Arifah Perempuan Berjejal
38 Canvita Perempuan Normal
39 Golda Perempuan Berjejal
40 Aidil Laki-laki Normal
41 Andy Laki-laki Berjejal
42 Agung Laki-laki Normal
43 Zerga Laki-laki Berjejal
44 Donny Laki-laki Berjejal
45 Pica Perempuan Normal
46 Rizky Laki-laki Berjejal
47 Chairunnisa Perempuan Normal
48 Erwin Laki-laki Normal
49 Epoproditus Laki-laki Normal
50 Habibah Perempuan Berjejal
51 Zekanya Perempuan Normal
52 Vinesa Perempuan Normal
53 Krosta Laki-laki Berjejal
54 Widya Perempuan Berjejal
55 Aji Perempuan Berjejal
56 Aliza Laki-laki Berjejal
(13)
58 Vincenius Laki-laki Berjejal
59 Denny Laki-laki Berjejal
60 Irfan Laki-laki Berjejal
61 Majesti Perempuan Berjejal
62 Dewi Perempuan Berjejal
63 Putri Perempuan Berjejal
64 Rizky Perempuan Berjejal
65 Ebenezer Laki-laki Berjejal
66 Cindy Perempuan Normal
67 Norman Laki-laki Berjejal
68 Haposari Laki-laki Normal
69 Yeheshiel Laki-laki Berjejal
70 Rizky Laki-laki Berjejal
71 Indah Perempuan Berjejal
72 Annisa Perempuan Normal
73 Irgi Laki-laki Berjejal
74 Daffa Laki-laki Berjejal
75 Junaedi Laki-laki Berjejal
76 Agung Laki-laki Berjejal
77 Grease Perempuan Berjejal
78 Valentina Perempuan Berjejal
79 Yessika Perempuan Berjejal
80 Edo Laki-laki Berjejal
81 Amanda Perempuan Berjejal
82 Amelia Perempuan Berjejal
83 Fadilla Perempuan Berjejal
84 Riza Laki-laki Normal
85 Joshua Perempuan Berjejal
86 Nadila Perempuan Normal
(14)
88 Steven Laki-laki Normal
89 Rizaldy Laki-laki Normal
90 Fiona Perempuan Normal
91 Yolandari Perempuan Normal
92 Inggrid Perempuan Normal
93 Yolanda Perempuan Normal
94 Dimas Laki-laki Normal
95 Alfiangga Laki-laki Normal
96 Saida Perempuan Normal
97 Dea Perempuan Normal
98 Azzam Laki-laki Normal
99 Zein Laki-laki Normal
(15)
Lampiran 6
DATA SKOR DAN SATUS ORAL HYGIENE SISWA SMAN4 MEDAN
No Nama Siswa Skor OHIS Status Oral Hygiene
1 Siti 0,3 Baik
2 Putri 0 Baik
3 Jihan 2,33 Sedang
4 Irfan 1 Baik
5 Haliza 1 Baik
6 Rizki 1,16 Baik
7 Suitta 0,83 Baik
8 Agnes 2,82 Sedang
9 Abdurrahman 1,33 Sedang
10 Tegar 1 Baik
11 Luthfi 1,16 Baik
12 Cut 2,16 Sedang
13 Rania 2,16 Sedang
14 Imam 2,99 Sedang
15 Annisa 0,5 Baik
16 Mutia 0,66 Baik
17 Fazila 0,66 Baik
18 Rezky 0 Baik
19 Kevin 1 Baik
20 Nadia 0,5 Baik
(16)
23 Dini 1,16 Baik
24 Putri 1,16 Baik
25 Rizky 1,66 Sedang
26 Rekardo 0,99 Baik
27 Gamaniel 1 Baik
28 Rama 0,83 Baik
29 Monica 0,8 Baik
30 Lola 0,83 Baik
31 Zidan 0,16 Baik
32 Martua 1,33 Sedang
33 Inelka 1,33 Sedang
34 Andre 1,16 Baik
35 Geraldo 0,66 Baik
36 Miza 0,33 Baik
37 Arifah 0,16 Baik
38 Canvita 2,88 Sedang
39 Golda 1,16 Baik
40 Aidil 0,33 Baik
41 Andy 1,5 Sedang
42 Agung 0,33 Baik
43 Zerga 1 Baik
44 Donny 1,5 Baik
45 Pica 1,16 Baik
(17)
47 Chairunnisa 1 Baik
48 Erwin 0,16 Baik
49 Epoproditus 0,66 Baik
50 Habibah 0,66 Baik
51 Zekanya 0,66 Baik
52 Vinesa 0,66 Baik
53 Krosta 2,66 Sedang
54 Widya 1,66 Sedang
55 Aji 1,33 Baik
56 Aliza 1,16 Baik
57 Maulana 1,16 Baik
58 Vincenius 0,66 Baik
59 Denny 1,82 Sedang
60 Irfan 1,5 Sedang
61 Majesti 1,16 Baik
62 Dewi 0,33 Baik
63 Putri 1 Baik
64 Rizky 1 Baik
65 Ebenezer 2,5 Sedang
66 Cindy 0,66 Baik
67 Norman 1,16 Baik
68 Haposari 0,66 Baik
69 Yeheshiel 1,33 Baik
(18)
71 Indah 0,66 Baik
72 Annisa 1 Baik
73 Irgi 2,66 Sedang
74 Daffa 1,49 Sedang
75 Junaedi 0,16 Baik
76 Agung 0,82 Baik
77 Grease 0,66 Baik
78 Valentina 0,33 Baik
79 Yessika 2 Sedang
80 Edo 2,5 Sedang
81 Amanda 2 Sedang
82 Amelia 2 Sedang
83 Fadilla 0,66 Baik
84 Riza 0 Baik
85 Joshua 1,16 Baik
86 Nadila 0 Baik
87 Josua 0,16 Baik
88 Steven 0,33 Baik
89 Rizaldy 0,16 Baik
90 Fiona 0,16 Baik
91 Yolandari 0,16 Baik
92 Inggrid 0,16 Baik
(19)
94 Dimas 0,3 Baik
95 Alfiangga 0,5 Baik
96 Saida 0,66 Baik
97 Dea 0,66 Baik
98 Azzam 0,66 Baik
99 Zein 0,49 Baik
(20)
Lampiran 7 Uji Chi Square
Value df Asymp. Sig. (2 sided)
Exact Sig. (2 sided)
Exact Sig. (1 sided) Pearson Chi-Square 8,392 1 0,004
Continuity Correctionb 8,770 1 0,008
Likelihood Ratio 1 0,003
Fisher’s Exact Test 8,308 0,007 0,004
Linear-by-linear
Association
1 0,004
(21)
Lampiran 8
DATA PERSONALIA PENELITI
Riwayat Peneliti
Nama : Sitti Maisara Amanda
Tempat dan tanggal lahir : Banda Aceh, 1 Mei 1994 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Anak ke : 1 (satu) dari 3 (tiga) bersaudara
Alamat : Jl. Dokter Mansur baru, Kos Muslimah 24, Medan
No. Telepon : 085278222860
Alamat e-mail
Riwayat Pendidikan
1998-2000 : TK Global Andalan
2000-2006 : SD Global Andalan
2007-2009 : SMP Global Andalan
2010-2012 : SMAN 8 Pekanbaru
(22)
DAFTAR PUSTAKA
1. Foster TD. Buku Ajar Ortodonsi. Jakarta: EGC, 2014: 22-39.
2. Singh G. Textbook of Orthodonti. New Delhi: Jaype, 2007: 4, 159-208. 3. Proffit WR. Contemporary Orthodontics. Canada: Elseivier, 2007: 1-18.
4. Adhani R, Kusuma RH, Widodo, Rianta S. Perbedaan Indeks plak atara maloklusi
ringan dan berat pada remaja di Ponpes Darul Hijrah Martapura. Journal Dentino 2014; 2(2) : 14-17.
5. Sasea A, Lampus BS, Supit A. Gambaran status kebersihan rongga mulut dan status gingiva pada mahasiswa dengan gigi berjejal. Journal e-gigi 2013; 1 (1): 52-58. 6. Bunsai V, Priyanka V, Bunsai, Anggarwai S, Butra M, Gupta M. Tooth size in
crowded and spaced dentition among Wastern Uttar Pradesh population: a biometric study). Journal of International Scientific Study 2013; 1(3):81-88.
7. Asmawati, Hamsar A, Nurhamidah. Indeks plak antara gigi berjejal dengan tidak berjejal setelah menyikat gigi pada siswa-siswi SMP PAB 5 Patumbak tahun 2014. Jurnal Ilmiah Pharmacist, Analyst, Nurse, Nutrition, Midwifery, Environmental, Dentist 2014; 9(2):10-106.
8. Jennifer L, Caplin, Clara A, Evans, Ellen A, Begole. The Relationship between caries and maloclusiion in Chinese migrant workers children in Shanghai. The Chinese Journal of Dental Research 2015; 18(2):103-110.
9. Dewi O. Analisis hubungan maloklusi dengan kualitas hidup pada remaja SMU kota Medan tahun 2007. Tesis. Medan: Program Parcasarjana Universitas Sumatera Utara, 2008:100-99.
10. Psikologi Remaja. [serial online]. Maret 2010.
11. Hanna Antoine, Chaaya Monique, Moukar Zel Celin, Asmar KE, Jaffa M, Ghaffari JG. Malocclusion in elementry school children in Beirut: Severity and related sosial/ behavioral factor. International Journal of Dentistry 2015;10:1-10.
12. Arsie RY. Dampak berbagai karakteristik oklusi gigi anterior terhadap status psikososial remaja awal. Tesis. Jakarta: Program Spesialis Ortodonti UI, 2012: 6-58.
(23)
13. Al-Humayani FM. Prevalence of incisor crowding in Saudi Arabian female student. Saudi Arabi: King Abdul Aziz University, 2005:1-8.
14. Gusmao ES, Queiroz RD, Coelho, Cimoes Renata, Santos RL. Assosiation between malpositioned teeth and periodontal disease. Journal of Orthodonti 2011; 16(4):1-9. 15. Abbas Assad, Syed IB, Abbas H, Malik F. Prevalence of malocclusion and its
relationship with dental caries in a sample of Pakistan school children. Journal of Pakistan Oral and Dental 2015; 35(2): 216-219.
16. Majid ZS. Effect of malocclusion on oral health related quality of life. Journal Scientific 2015; 11(21); 386-400.
17. Chaudry NA, Rahbar MI, Raza A, Baig QA. Self perception of maloccusion among detal and medical student. Journal of Pakistan Oral and Dental 2013; 33 (3) : 489-493.
18. Chen Mu, Feng ZC, Liu Xue, Li ZM, Chai Bin, Wang DW. Impact of malocclusion on oral health-related quality of life in young adults. Journal of Angle Orthodontist 2014: 1-5.
19. Fejerskov O, Kidd E. Dental Caries the Disease and its Clinical Management. Ed 2nd . England: Blackwell Munksgaard Ltd, 2008:252.
20. Dalimunte SH. Terapi Periodontal. Medan: Departemen Periodonsia FKG USU, 2008: 55-57.
21. Dalimunte SH. Terapi Periodontal. Medan: Departemen Periodonsia FKG USU, 2006: 293.
22. WHO. OHI-S (Simplified) Green and Vermillion 1964. [serial online]. http://www.whocollab.od.mah.se/expl/ohisgv.html. [26 Mei 2014].
23. Bhalaji Sundaresa Iyyer. Orthodontics The Art and Science. New Delhi : Arya (MEDI) Publishing House, 2006:1-109.
24. Savitri Putri. Frekuensi susunan gigi berjejal dan tidak berjejal rahang bawah pada bentuk lengkung narrow rahang bawah. Dentino Jurnal Kedokteran 2014; 2(2); 130-133.
25. Sanjaya Asep. Menyikat gigi tindakan utama untuk kesehatan Gigi. Jurnal Skala Husada 2013; 10(2): 194-199.
(24)
26. Dental Hygiene (Proper Brushing and Floshing Techniques) [serialonline]. http://www.myvmc.com/lifestyles/dental-hygiene-proper-brushing-and-flossing-techniques/.[16 Desember 2015].
27. Turkaslan Suha. Esthetic rehabilitation of crowded maxillary anterior teeth utilizing ceramic veneers: a case report. Cases Journal 2009; 2: 832.
28. Bernes C. Comparison of irrigation to floss as an adjunct to tooth brushing:
Effect on Bleeding, Gingivitis, and Supragingival Plaque. Journal of Clin Dent 2005 ; 16 :71-77.
29. Imail P. Comparison of interdental brush to dental floss forreduction of clinical
parameters of periodontal disease: A systematic review. Can Journal of Dental Hygiene 2012; 46(1) : 63–78.
30. Juliana Herna.Penggunaan vertical loop pada perawatan gigi berjejal parah dan
crossbite anterior dengan teknik begg. Majalah Kedokteran Gigi Desember 2013; 20(2): 231-238.
(25)
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross sectional, yaitu penelitian untuk mencari hubungan antara variabel bebas ( faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran pada suatu saat (Sudigdo 2011). Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan terhadap gigi berjejal dan pengukuran OHI-S (Oral Higiene Indeks Simplified) pada siswa-siswi SMAN 4 Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2015 – Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 4 Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 4 Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Jumlah sampel didapatkan berdasarkan perhitungan besar sampel.
Kriteria Inklusi
Kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini terdiri dari: 1. Gigi geligi pada masa gigi permanen.
2. Tidak pernah mengalami trauma wajah. 3. Tidak atau sedang dalam perawatan ortodonti.
4. Siswa tidak memiliki kebiasaan merokok (sejak dari 6 bulan sebelum penelitian dilakukan).
(26)
Kriteria inklusi untuk kelompok kontrol penelitian ini terdiri dari: 1. Susunan gigi rapi.
2. Gigi geligi pada masa gigi permanen. 3. Tidak pernah mengalami trauma wajah.
4. Siswa tidak memiliki kebiasaan merokok (sejak dari 6 bulan sebelum penelitian dilakukan).
Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi untuk sampel penelitian ini terdiri dari: 1. Siswa memiliki anomali bentuk gigi.
2. Siswa memiliki kelainan metabolik.
Besar sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah propotioned stratified sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan melihat jumlah proporsi kasus yang sama pada penelitian sebelumnya. Teknik ini bertujuan untuk menentukan jumlah sampel pada SMAN 4 Medan. Teknik yang selanjutnya digunakan adalah simple random sampling yaitu pengambilan siswa secara acak sederhana untuk mengetahui jumlah siswa yang akan diambil pada setiap angkatan. Adapun besar sampel ditentukan dengan rumus:
(ZαѴPo(1-Po) + ZβѴPα(1-Pα))2 n =
(Pα-Po)2
(27)
Keterangan:
n : Besar sampel minimum
Zα : Deviat baku normal untuk α Zβ : Deviat baku normal untuk β
Po : Proporsi kasus tahun lalu
Pα-Po : Selisih proporsi 20%
(ZαѴPo(1-Po) + ZβѴPα(1-Pα))2 n =
(Pα-Po)2
(1,96Ѵ0,36(1-0,36) + 1,28Ѵ0,16(1-0,16))2 =
(0,2)2 = 48 orang
Dengan demikian besar sampel minimal yang dibutuhkan adalah 48 orang sampel dengan gigi normal dan 48 orang sampel untuk gigi berjejal yang terdapat pada SMAN 4 Medan.
3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
1. Siswa SMAN 4 adalah siswa yang tercatat aktif bersekolah di SMAN 4 Medan selama waktu penelitian berlangsung.
2. Laki-laki adalah siswa yang tercatat di kartu palajar sebagai laki-laki. 3. Perempuan adalah siswa yang tercatat di kartu pelajar sebagai perempuan. 4. Gigi normal adalah keadaan gigi geligi yang berada pada lengkung normal.
(28)
c
i
5. Gigi crowded adalah keadaan gigi geligi berada di luar susunan lengkung yang normal.
6. OH adalah tingkat kebersihan gigi dan mulut. Diperoleh dengan mengukur indeks debris dan indeks kalkulus pada 6 buah gigi menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46. (Grenee and Vermillion).
Baik : Bila skor 0,0 – 1,2. Sedang : Bila skor 1,3 – 3,0. Buruk : Bila skor 3,1 – 6,0.
3.4 Alat dan Bahan Penelitian
-Alat tulis -Kamera SLR -Masker -Kertas -Sarung tangan -Kertas tisu -Kapas -Sonde -Kaca mulut
Gambar 6. Alat penelitian: a. alat tulis, b. sonde, c. kertas d. kaca mulut, e. kamera SLR, f. masker, g. sarung tangan, h.kapas, i. tisu
a b c
d e f
(29)
3.6 Metode Pengambilan Data
1. Siswa yang akan dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu mengisi lembaran kuisioner.
2. Siswa yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi mengisi lembaran informed concent.
3. Pemeriksaan klinis dilakukan menggunakan kaca mulut untuk melihat apakah siswa memiliki gigi yang normal atau berjejal.
4. Pemeriksaan oral hygiene menggunakan metode OHI-S dengan cara mengukur indeks debris dan indeks kalkulus menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.
5. Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan sonde pada permukaan gigi daerah 1/3 insisal atau oklusal lalu digerakkan menuju daerah 1/3 gingival atau servikal.
6. Skor hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan sesuai dengan kriteria debris dan kalkulus.
3.7Pengolahan Data
Data diolah dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik maupun diagram.
3.8Analisis Data
1. Dilakukan perhitungan skor debris dan kalkulus sampel berdasarkan hasil pemeriksaan.
2. Skor indeks debris dan kalkulus dijumlahkan. 3. Dikategorikan status oral hygiene pada sampel.
4. Dilakukan uji chi square untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara gigi bejejal dengan oral hygiene.
(30)
3.9Ethical Clearance
• Informed concent
• Ethical clearance dari komisi etik
(31)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Medan dengan menggunakan data primer yaitu melalui pengambilan data secara langsung terhadap subjek penelitian.Subjek pada penelitian ini adalah murid SMAN 4 Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Subjekpenelitian berjumlah 100 orang siswa, terdiri dari 50 orang yang memiliki susunan gigi normal dan 50 orang yang memiliki susunan gigi berjejal. Siswa yang menjadi sampel berasal dari kelas 10-12 SMA. Distribusi subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi siswa SMAN 4 Medan yang memiliki gigi normal dan gigi berjejal.
Keterangan : n = frekuensi % = persentase
Tabel 1 menunujukkan distribusi siswa SMAN 4 Medan yang memiliki gigi normal dan berjejal. Berdasarkan metode pengambilan sampel yaitu propotioned stratified sampling dibutuhkan 100 sampel pada penelitian ini. Sampel yang dibutuhkan adalah 50 siswa dengan gigi normal sebagai kelompok kontrol dan 50 siswa dengan gigi berjejal. Pada subjek penelitian dilakukan pengamatan terhadap bentuk umum maloklusi
Status Gigi
Normal (n=50)
Berjejal (n=50)
N % N %
Laki-laki 27 54 23 46
Perempuan 23 46 27 54
(32)
untuk melihat apakah siswa memiliki gigi yang normal atau berjejal. Pemeriksaan klinis dilakukan oleh
operator dengan menggunakan kaca mulut. Rongga mulut pasien kemudian difoto sebagai bukti klinis pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemerikaan pada 100 orang sampel didapatkan 50 orang siswa memiliki gigi yang normal dan 50 orang siswa memiliki gigi berjejal. Siswa yang memiliki gigi yang normal terdiri dari 54% (27 orang) siswa laki-laki dan 46% (23 orang) siswa perempuan. Siswa yang memiliki gigi berjejal terdiri dari 46% (23 orang) siswa laki-laki dan 54% (27 orang) siswa perempuan. Distribusi siswa yang memiliki gigi berjejal terbanyak adalah gigi berjejal pada kedua rahang. Distribusi ini dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1. Distribusi lokasi gigi berjejal pada siswa SMAN 4 Medan.
Grafik 1 menunjukan distribusi lokasi gigi berjejal pada siswa SMAN 4 Medan. Lokasi gigi berjejal yang paling banyak ditemukan adalah pada kedua rahang yaitu sebanyak 46%(23 orang) siswa. Lokasi gigi berjejal hanya pada rahang bawah saja
0 5 10 15 20 25
Rahang atas Rahang bawah Kedua Rahang 8 9 23 F rek u en si
(33)
sebanyak 18%(9 orang) siswa dan jumlah yang paling sedikit ditemukan adalah siswa dengan gigi berjejal hanya pada rahang atas saja yaitu 16% (8 orang) siswa.
Selain melakukan pengamatan terhadap keadaan gigi normal dan berjejal, penelitian ini juga mengamati status oral hygiene pada siswa yang menjadi subjek penelitian.Pengukuran terhadap status oral hygiene dilakukan dengan menggunakan metode OHI-SdariGrenee and Vermillion dengan cara mengukur indeks debris dan indeks kalkulus menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan sonde pada permukaan gigi daerah 1/3 insisal atau oklusal lalu digerakkan menuju daerah 1/3 gingival atau servikal.Skor hasil pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan sesuai dengan kriteria debris dan kalkulus. Rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygiene siswa yang memiliki gigi normal dan berjejal dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygiene siswa yang memiliki gigi normal dan berjejal.
Status Gigi Berjejal
N Rata-Rata Nilai OHIS Kategori Status Oral Hygiene
Normal 50 0,66 Baik
Berjejal 50 1,33 Sedang
Keterangan: N = frekuensi
Tabel 2menunjukkan rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygienesiswa yangmemilikigigi normal danberjejal. Rata-rata nilai OHI-S pada gigi normal diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai OHI-S siswa yang memiliki susunan gigi
(34)
normal dibagi dengan keseluruhan jumlah siswa yang memiliki susunan gigi normal. Rata-rata nilai OHI-S pada gigi berjejal diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai OHI-S siswa yang memiliki susunan gigi berjejal dibagi dengan keseluruhan jumlah siswa yang memiliki susunan gigi berjejal. Nilai OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan indeks plak dan kalkulus tiap-tiap gigi yang diperiksa. Indeks plak diperoleh dengan cara menjumlahkan skor plak pada permukaan bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46 kemudian dibagi enam. Indeks kalkulus diperoleh dengan cara menjumlahkan skor kalkulus pada permukaan bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46 kemudian dibagi enam.
Setelah didapatkan skor nilai OHI-S, kemudian ditentukan kategori status oral hygiene siswa.Bilaskor 0,0 – 1,2 maka dikategorikan baik, bilaskor 1,3 – 3,0 dikategorikan sedang, bilaskor 3,1 – 6,0 dikategorikan buruk. Melalui tabel 2 dapat dilihat bahwa siswa yang memiliki gigi normal memiliki rata-rata nilai OHI-S 0,66 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene yang baik. Siswa yang memiliki gigi berjejal memiliki rata-rata OHI-S 1,33 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene sedang. Hasil pengamatan terhadap gigi normal dan berjejal, serta pengamatan status oral
hygiene kemudian dianalisis dengan uji chisquare. Uji chisqure digunakan untuk
melihat apakah terdapat hubungan antara gigi berjejal dengan status oral hygiene pada sampel penelitian. Hasil uji chisquare dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil ujichi square
Status Gigi Berjejal
N Rata-Rata Nilai OHI-S Hasil Uji Statistik
Normal 50 0,66 0,004
(35)
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil uji statistik chisquare terlihat nilai signifikan sebesar 0,004. Hal ini berarti nilai signifikan sebesar 0,004<0,05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Melalui analisis statistik ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yang dianalisis. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara gigi berjejal dengan status oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan.
(36)
BAB 5 PEMBAHASAN
Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal.Susunan gigi yang berjejal jarang terjadi pada gigi desidui. Susunan semacam ini lebih sering terlihat pada gigi permanen.5Gigi berjejal itu sendiri terjadi akibat ketidakharmonisan antara panjang lengkung basal yang tersedia dengan panjang lengkung yang diharapkan untuk letak atau barisan gigi yang baik.24Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, hal ini dikarenakan sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian menjadi pemicu gigi karies dan gingivitis bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi sehingga gigi menjadi goyang. 5-8,15-16
Penelitianinibertujuanuntukmengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati bentuk oklusi dari gigi sampel apakah normal atau berjejal. Selanjutnya dilakukan pengukurantingkatoral hygienesampeldengan menggunakanOHI-SdariGrenee and Vermillion.Nilai OHI-S diperoleh dengan cara menjumlahkan keseluruhan indeks plak dan kalkulus tiap-tiap gigi yang diperiksa. Indeks plak diperoleh dengan cara menjumlahkan skor plak pada permukaan bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46 kemudian dibagi enam. Indeks kalkulus diperoleh dengan cara menjumlahkan skor kalkulus pada permukaan bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46 kemudian dibagi enam. Setelah nilai OHI-S didapatkan makan akan dikategorikan status oral hygiene sampel. Skor dari kategori baik (0,0 – 1,2), sedang (1,3 – 3,0) dan buruk (3,1 – 6,0).20-22
Subjek penelitian adalah murid SMAN 4 Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi untuk sampel gigi berjejal dan normal (kontrol) dalampenelitian ini adalah gigi geligi pada masa gigi permanen, tidak pernah
(37)
mengalami trauma wajah, tidak atau sedang dalam perawatan ortodonti, dan siswa tidak memiliki kebiasaan merokok (sejak dari 6 bulan sebelum penelitian dilakukan).Kriteria eksklusi untuk sampel penelitian ini adalah siswa memiliki anomali bentuk gigi dan siswa memiliki kelainan metabolik.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa siswa yang memilikigigiberjejalterdiridari 46%(23orang) siswalaki-lakidan 54%(27 orang) siswaperempuan.Kondisigigi berjejal pada kedua rahang sebesar 46% (23 orang). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukanolehAltriany (2013)di Program StudiKedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi bahwa gigi berjejal lebih banyak ditemukan pada kedua rahang.5 Pada penelitian yang dilakukan oleh Vishwas menunjukkan bahwa distribusi gigi berjejal pada perempuan lebih besar dibanding pada laki-laki.6
Melalui penelitian ini diketahui bahwa siswa yang memiliki gigi normal memiliki rata-rata nilai OHI-S 0,66 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene yang baik. Siswa yang memiliki gigi berjejal memiliki rata-rata OHI-S 1,33 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene sedang.Hasil penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Asmawatipadatahun 2014 pada siswa-siswi SMP PAB 5 Patumbak. Berdasarkanpenelitian yang dilakukantersebutditemukan bahwa gigi berjejal mempunyai peluang yang lebih besar untuk terjadinya penumpukan plak dikarenakan ada bagian-bagian gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.7 Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Altriany yaitu subjek penelitian yang memiliki gigi berjejal pada kedua rahang sebagian besar (66,67%) memiliki oral hygiene sedang.5
Kondisi status oral hygiene yang tergolong sedang pada subjek yang memiliki gigi berjejal disebabkan karena kesulitan dalam melakukan prosedur perawatan oral hygine, salah satunya dengan cara menyikat gigi. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosihan bahwa beberapa karakteristik maloklusi khususnya gigi berjejal mengakibatkan makanan terselip disela-sela gigi dan menyebabkan kesulitan dalam pembersihan gigi, hal ini terus berlanjut hingga sisa
(38)
makanan tersebut diakumulasikan oleh bakteri menjadi plak yang lebih sulit dibersihkan.4
Berdasarkan hasil uji statistik chisquaredisimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yang dianalisis. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara gigi berjejal dengan status oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Altriany bahwa Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, hal ini dikarenakan sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus. Plak dan kalkulus ini dapat memicu terjadinya karies.5 Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jennifer yaitu subjek yang memiliki gigi berjejal pada rahang atas dan rahang bawah memiliki skor DMFT (decay, missing, filling tooth) yang tinggi.8
Motivasi dan instruksi secara terus menerus sangat perlu dilakukan pada murid SMA terutama yang memiliki gigi yang berjejal karena melalui hasil penelitian dapat dilihat bahwa kondisi gigi yang berjejal memiliki status oral hygiene yang sedang.Oral hygienedapat dilakukan melalui sikat gigi, stimulasi jaringan, hidroterapi, dan prosedur lain yang berfungsi untuk mempertahankan kesehatan gigi dan mulut.19,29,30 Siswa yang memiliki gigi berjejal sebaiknya melakukan perawatan terhadap oral hygiene dengan perpaduan tiga teknik yaitu penyikatan gigi secara benar, penggunaan obat kumur, dan menggunakan benang gigi.26,29,30 Penggunaan benang gigi dianjurkan karena dapat menjangkau area yang tidak dapat dijangkau oleh sikat gigi. Metode ini sangat bermanfaat untuk menjangkau permukaan gigi berjejal yang tidak bisa dijangkau oleh sikat gigi.30
Selain menjaga oral hygiene menggunakan berbagai metode, penanganan yang tepat untuk keadaan gigi berjejal adalah melakukan perawatan ortodonti. Perawatan ortodonti yang tepat dapat mengembalikan gigi yang berjejal ke dalam susunan lengkung yang normal.2,24 Jika keadaan gigi sudah berada pada lengkung yang normal maka proses perawatan oral hygiene akan lebih mudah dilakukan. Susunan gigi yang
(39)
normal akan mempermudah sikat gigi untuk mencakup seluruh permukaan gigi ntuk mengeliminasi plak dan kalkulus.7
Perawatan berkala terhadap oral hygiene sangat diperlukan dengan cara melakukan kunjungan berkala ke dokter gigi minimal enam bulan sekali. Kunjungan berkala mampu mendeteksi secara dini gangguan pada kesehatan gigi dan mulut. Prosedur skeling rutin dapat dilakukan dalam kunjungan berkala ini, sehingga plak dan kalkulus yang tidak tidak dapat dijangkau saat melakukan prosedur pembersihan gigi di rumah dapat dieliminasi.25Hal ini sangat dianjurkan untuk subjek yang memiliki gigi berjejal ataupun normal agar memperoleh oral hygiene yang optimal. Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah dengan mengetahui bahwa gigi berjejal berhubungan dengan oral hygiene diharapkan menjadi motivasi bagi subjek yang memiliki gigi berjejal untuk lebih menjaga oral hygieneserta melakukan perawatan ortodonti untuk mengembalikan susunan gigi menjadi normal sehingga perawatan terhadap oral hygienelebih mudah untuk dilakukan.
(40)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian hubungan gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2015, dapat disimpulkan bahwa:
1. Murid SMAN 4 Medan yang memiliki susunan gigi normal adalah sebanyak 27 orang siswa laki-laki dan 23 siswa perempuan.
2. Murid SMAN 4 Medan yang memiliki susunan gigi berjejal adalah sebanyak 23 orang siswa laki-laki dan 27 siswa perempuan dengan distribusi terbanyak adalah gigi berjejal pada kedua rahang.
3. Murid SMAN 4 yang memiliki susunan gigi normal memiliki status oral hygiene baik dengan nilai rata-rata OHI-S sebesar 0,66.
4. Murid SMAN 4 yang memiliki susunan gigi berjejal memiliki status oral hygiene sedang dengan nilai rata-rata OHI-S sebesar 1,33.
5. Ada hubunganantaragigiberjejaldenganoral hygienepadasiswa SMAN 4 Medan tahun 2016.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan hasil penelitian dengan validitas yang lebih tinggi.
2. Perlu dilakukan penelitian yang sama pada sekolah lainnya di Kota Medan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dengan siswa pada SMAN 4 Medan.
3. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan metode pengukuran oral hygiene yang lainnya untuk membandingkan apakah terdapat perbedaan hasil dengan penelitian ini.
(41)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Prinsip Perawatan Ortodonti
Perawatan ortodonti yang dilakukan oleh seorang dokter gigi kepada pasiennya tidak boleh hanya memperhatikan faktor estetika melainkan harus memperhatikan faktor fungsi dan psikologis. Jackson mengelompokkan tiga tujuan dari perawatan ortodonti. Ketiga tujuan tersebut adalah fungsi efesien (functional efficieincy), keseimbangan struktural (struktural balance), dan keharmonisan estetika ( esthetic harmony).1-3
2.1.1 Fungsi Efesien
Gigi beserta jaringan pendukungnya memiliki berbagai fungsi penting. Perawatan ortodonti harus mampu meningkatkan fungsi tersebut dan mendukung sistem stomatognasi.2 Fungsi dari gigi geligi di dalam sistem stomatognasi mencakup kemampuan menerima dan mengunyah makanan serta bagian dari proses bicara dan ekspresi. Proses menerima dan mengunyah makanan dilakukan melalui mekanisme menghisap, mengunyah, menelan dan mengecap. Oklusi gigi geligi yang baik akan memudahkan proses pengunyahan tersebut terjadi. Sebagai alat bantu dalam berbicara, posisi dan oklusi juga gigi berperan penting dalam pengucapan huruf.1
2.1.2 Keharmonisan Estetika
Perawatan ortodonti yang diberikan harus memperbaiki struktur estetika dari pasien. Hal ini didapatkan melalui perubahan dari susunan gigi diikuti dengan pergerakan dari struktur pendukungnya. Pada akhir perawatan pasien akan memperoleh kepuasan sosial melalui perubahan dari penampilannya menjadi lebih baik dibandingkan sebelum perawatan.2
(42)
2.1.3 Keseimbangan Struktural
Perawatan ortodonti yang diberikan kepada pasien tidak hanya mempengaruhi gigi namun jaringan di sekitarnya juga. Pergerakan yang terjadi pada gigi mampu menimbulkan tekanan pada jaringan disekitar gigi seperti ligamen periodontal. Tekanan yang diberikan melalui piranti ortodonti dapat menimbulkan perubahan pada pembuluh darah yang terdapat didalam ligamen periodontal. Perawatan ortodonti harus menjaga keseimbangan seluruh struktur yang terdapat pada gigi serta jaringan pendukungnya. Perbaikan pada salah satu struktur tidak boleh merusak struktur lainnya.2 Perawatan yang tepat akan menghasilkan keseimbangan yang menyeluruh dari berbagai struktur seperti gigi geligi, jaringan periodonsium, tulang alveolar dan hubungan skeletal.1
2.2 Oklusi
Oklusi berasal dari kata occlusion, yang terdiri dari dua kata yakni oc yang berarti ke atas (up) dan clusion yang berarti menutup (closing). Jadi occlusion adalah closing up atau menutup ke atas.Defenisi oklusi adalah berkontaknya gigi geligi rahang atas dengan permukaan gigi geligi rahang bawah pada saat kedua rahang tersebut menutup.1,2,10
Pada tahun 1907, Angle menyimpulkan pandangannya bahwa oklusi merupakan dasar pengetahuan ortodonti.Bentuk tonjol gigi, mahkota, akar gigi, dan struktur jaringan pengikat gigi disusun sedemikian rupa untuk tujuan utama yaitu oklusi.Angle mendefinisikan oklusi sebagai hubungan normal dari dataran miring permukaan oklusal gigi geligi atas bawah apabila rahang atas dan rahang bawah menutup. 1-3 Oklusi gigi merupakan salah satu unsur yang penting dalam pengunyahan, estetika, dan berbicara. Apabila terjadi suatu kelainan atau maloklusi maka akan menyebabkan masalah lain. Oleh karena itu, perawatan ortodonti yang dilakukansedini mungkin akan lebih baik daripada setelah terjadi anomali, sebab apabila telah terjadi anomali perawatan memerlukan waktu, ketekunan dan biaya yang lebih. 1-3,10-12
(43)
2.3 Maloklusi 2.3.1 Definisi
Maloklusi adalah setiap keadaan yang menyimpang dari oklusi normal, maloklusijuga diartikan sebagai suatu kelainan susunan gigi geligi atas dan bawah yangberhubungan dengan bentuk rongga mulut serta fungsinya.Maloklusi adalah bentuk hubungan rahang atas dan bawah yang menyimpang dari bentuk standar yang diterima sebagai bentuk yang normal, maloklusi dapat disebabkan karena tidak ada keseimbangan dentofasial.2 Keseimbangan dentofasial ini tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi beberapa faktor saling mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah keturunan, lingkungan, pertumbuhan dan perkembangan, etnik, fungsional, patologi. 1-3,10-12,23
2.3.2 Bentuk umum malokusi a.Crowded
Crowded adalah keadaan berjejalnya gigi di luar susunan yang normal. Penyebabcrowded adalah lengkung basal yang terlalu kecil daripada lengkung koronal. Lengkung basal adalah lengkung pada prossesus alveolaris tempat dari apeks gigi itu tertanam, lengkung koronal adalah lengkungan yang paling lebar dari mahkota gigi atau jumlah mesiodistal yang paling besar dari mahkota gigi geligi.5-7,12Derajat keparahan gigi crowded antara lain crowded ringan dan berat. Crowded ringanmerupakan gigi-gigi yang sedikit berjejal, sering pada gigi depan mandibula,dianggap suatu variasi yang normal, dan dianggap tidak memerlukan perawatan. Crowdedberatadalah gigi geligi yang sangat berjejal sehingga dapat menimbulkan oral hygiene yang jelek.5-7,12-14 Gambar crowded anterior pada Klas I Angle dapat dilihat pada gambar 1.
(44)
Gambar 1. Klas I Angle dengan gigi anterior berjejal (crowding)2
b.Spacing
Spacing adalah suatu keadaan adanya ruang di antara gigi geligi yang seharusnya berkontak.Spacing ada dua macam yaitu lokal dan umum. Spacing lokal jika terdapat diantara 2 atau 3 gigi, dapat disebabkan karena gigisupernumerary, frenulum labii yang abnormal, gigi yang tidak ada, kebiasaan jelek, dan persistensi.2,3,23Spacing umum jika terdapat pada sebagian besar gigi, dapat disebabkan oleh faktor keturunan, lidah yang besar dan oklusi gigi yang traumatis.1-3, 12
c.Crossbite
Crossbite adalah suatu keadaan jika rahang dalam keadaan relasi sentrik terdapat kelainan-kelainan dalam arah transversal dari gigi geligi maksila terhadap gigi geligi mandibula yang dapat mengenai seluruh atau setengah rahang, sekelompok gigi, atau satu gigi saja.Berdasarkan lokasinya crossbite dibagi dua yaitucrossbite anterior danposterior.Crossbite anterioradalah suatu keadaan rahang dalam relasi sentrik, namun terdapat satu atau beberapa gigi anterior maksila yang posisinya terletak di sebelah lingual dari gigi anterior mandibula.Crossbite posterior adalah hubungan bukolingual yang abnormal dari satu atau beberapa gigi posterior mandibula.1-3,23 Gambar crossbite posterior dapat dilihat pada gambar 2.
(45)
Gambar 2. Crossbite posterior2
d. Openbite
Open bite adalah keadaan adanya ruangan oklusal atau insisal dari gigi saatrahang atas dan rahang bawah dalam keadaan oklusi sentrik. Macam-macam open bite menurut lokasinya yaitu openbite anterior, openbite posterior, serta kombinasi anterior dan posterior (total open bite).23,24Open bite anterior KlasI Angle terjadi karena rahang atas yang sempit, gigi depan inklinasi ke depan, dan gigi posterior supra oklusi, sedangkan Klas II Angle divisi 1 disebabkan karena kebiasaan buruk atau keturunan. Open bite posteriorditemukan pada regio premolar dan molar. Kombinasi anterior dan posterior (total open bite) dapat terjadi baik di anterior, posterior, dapat unilateral atau bilateral.2,3,23 Gambar open bite anterior dapat dilihat pada gambar 3.
(46)
e. Deep Bite
Deep bite adalah suatu keadaan dimana jarak menutupnya bagian insisal insisivus maksila terhadap insisal insisivus mandibula dalam arah vertikal melebihi 2-3 mm. Pada kasus deep bite, gigi posterior sering linguoversi atau miring ke mesial dan insisivus madibula sering berjejal, linguo versi, dan supra oklusi.2,3,24 Gambar deep bite anterior dapat dilihat pada gambar 4.
Gambar 4. Deep bite anterior2
2.4 Oral Hygiene
Kebersihan gigi dan mulut (oral hygiene) merupakan suatu pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut melalui sikat gigi, stimulasi jaringan,hidroterapi, dan prosedur lain yang berfungsi untuk mempertahankankesehatan gigi dan mulut.Kebersihan rongga mulut merupakan salah satu faktor yang memengaruhi terjadinya karies gigi.19 Penelitian secara epidemiologi mengenai karies gigi dan penyakit periodontal bahwa diperlukan suatu metode dan kriteria untuk mengetahui status kesehatan gigi seseorang atau masyarakat.Gigi merupakan struktur penting dalam rongga mulut kita. Tujuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah menghilangkan plak secara teratur untuk mencegah agar plak tidak tertimbun dan lama-kelamaan menyebabkan kerusakan pada jaringan.19,20
(47)
2.4.1 Metode Pengukuran Oral Hygiene
Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan mulut seseorang atau masyarakat adalah dengan menggunakan Oral Hygiene Index
Simplified (OHI-S) dari Grenee and Vermillion.5OHI-S adalah indeks kondisi
kebersihan rongga mulut yang dinilai dari adanya debris dan kalkulus pada permukaan gigi dengan menggunakan indeks Oral Hygiene Index Simplified yang merupakan jumlah indeks debris (DI) dan indeks kalkulus (CI).21 Tujuan penggunaan OHI-S ini adalah mengembangkan suatu teknik pengukuran yang dapat dipergunakan untuk mempelajari epidemiologi dari penyakit periodontal dan kalkulus, menilai hasil dari suatu metode menyikat gigi, serta menilai efek jangka pendek dan jangka panjang dari program pendidikan kesehatan gigi.20-22
Berawal dari kesadaran bahwa tidak perlu mengamati semua elemen gigi untuk menentukan tingkat kebersihan rongga mulut seseorang, Green Vermillion menentukan enam permukaan gigi yang dapat mewakili seluruh segmen anterior dan posterior dari rongga mulut.Gigi yang diperiksa adalah empat permukaan bukal atau fasial (molar satu atas kanan, insisivus satu atas kanan, molar satu atas kiri dan insisivus satu bawah kiri) dan dua gigi diperiksa pada permukaan lingual(molar satu bawah kanan dan kiri).20-22
OHI-S terdiri dari dua komponen yaitu Debris Index Simplified (DI-S) dan Calculus Index Simplified (CI-S).Masing-masing komponen mempunyai skala 0-3.5
a. Penilaian DI-S
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sonde pada permukaan gigi daerah 1/3 insisal atau oklusal dan digerakkan menuju daerah 1/3 gingival atau servikal.Kriteria pada indeks debris berkisar antara 0-3. Gambar kriteria indeks debris dapat dilihat pada gambar 5.
(48)
Gambar 5. Kriteria Indeks Debris22
Skoring untuk DI-S sesuai dengan kriteria berikut:20-22 0 = tidak terdapat debris atau stain.
1 = terdapat debris lunak yang menutupi tidak lebih dari 1/3 bagian permukaangigi ataupun terdapat stain tanpa debris yang menutupi permukaan gigi.
2 = terdapat debris lunak yang menutupi lebih dari 1/3 bagian permukaan gigitetapi tidak boleh lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi.
3 = terdapat debris lunak menutupi lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi.
b. Penilaian CI-S
Pemeriksaan dilakukan dengan meletakkan sonde dengan baik dalam distal gingival crevice dan digerakkan pada daerah subgingival dari kontak distal ke daerah kontak mesial (1/2 dari lingkaran gigi dianggap sebagai suatu untuk scoring).
Skoring untuk CI-S sesuai dengan kriteria berikut:20-22 0 = tidak terdapat kalkulus
1 = terdapat kalkulus supragingival yang menutupi tidak lebih dari 1/3bagianpermukaan gigi.
2 = terdapat kalkuklus supragingival yang menutupi lebih dari 1/3 bagian permukaan gigi namun tidak lebih dari 2/3 bagian permukaan gigi ataupun
(49)
terdapat bercak kalkulus individual yang terletak subgingivaldisekitar bagian leher gigi atau keduanya.
3 = terdapat kalkulus supragingival yang menutupi lebih dari 2/3 bagianpermukaangigiatau adanya kalkulus subgingival yang tebal dan melingkar di bagian servikalgigi atau keduanya.
Skor dari kalkulus indeks per orang diperoleh dengan cara menjumlahkan skor kalkulus tiap permukaan gigi dan dibagi oleh jumlah dari permukaan gigi yang diperiksa.20,22
Rumus Calculus Index (CI) :
c. Penentuan Nilai OHI-S
Skor OHI-S per individu merupakan penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S. Kisaran nilai untuk DI-S dan CI-S yaitu antara 0-3, sehingga nilai OHI-S berkisar antara 0-6.5
Derajat kebersihan mulut secara klinik dihubungkan dengan skor OHI-S adalah sebagai berikut :20-22
Baik : Bila skor 0,0 – 1,2. Sedang : Bila skor 1,3 – 3,0.
Buruk : Bila skor 3,1 – 6,0.
Rumus skor OHI-S secara umum:
2.5 Remaja
adolensence yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolensence mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisi antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria.10
peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki
(50)
status anak. perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Dalam masa ini anak mengalami masa pertumbuhan dan masaperkembangan fisiknya maupun perkembangan psikisnya. Perkembangan psikis pada remaja menyebabkan perubahan pola pikir dalam berinteraksi di lingkungan sosial. Remaja mulai memperhatikan penampilan fisiknya dalam berinteraksi di dalam komunitasnya. Penampilan tersebut termasuk kondisi oral hygiene yang baik. Oral hygiene yang baik mampu meningkatkan kepercayaan diri remaja dalam berinteraksi sosial.9
(51)
KERANGKA TEORI
Oral Hygiene
OHI-S
(CIS+DIS) Prinsip Perawatan Ortodonti
Fungsi Efesien Keseimbangan
Struktural
Oklusi Maloklusi
Crowding
Spacing Openbite Deepbite
Crossbite
Keharmonisan Estetika
(52)
KERANGKA KONSEP
VariabelBebas
Status gigi berjejal pada siswa diperoleh dengan pengamatan melalui hasil foto.
VariabelTerikat Kesehatan Mulut (Oral Hygiene)
Diukurdenganindeks OHI-S -indeks debris
(53)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
Oklusi adalah perubahan hubungan permukaan gigi geligi pada rahang atas (maksila) dan rahang bawah (mandibula) yang terjadi selama pergerakan mandibula dan berakhir dengan kontak penuh dari gigi geligi pada kedua rahang. Oklusi terjadi karena adanya interaksi antara dental system, skeletal system, dan muscular system.1-3 Oklusi gigi bukan merupakan keadaan yang statis selama mandibula bergerak, sehingga terdapat berbagai macam bentuk dari oklusi misalnya: centrik, exentrik, habitual, supra-infra, mesial, distal, lingual.1-3
Penyimpangan terhadap oklusi normal disebut maloklusi.1,2 Maloklusi merupakan suatu penyimpangan dalam pertumbuhan dentofasial yang dapat mengganggu fungsi pengunyahan, penelanan, berbicara, dan keserasian wajah.1-3 Maloklusi merupakan masalah yang cukup besar dalam kesehatan gigi dan mulut, maloklusi berada pada urutan ketiga setelah karies gigi, serta penyakit periodontal. Beberapa peneliti di bidang ortodonti mengatakan bahwa maloklusi pada remaja Indonesia usia sekolah menunjukkan angka yang tinggi.1-4
Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal. Susunan gigi yang berjejal jarang terjadi pada gigi desidui. Susunan semacam ini lebih sering terlihat pada gigi permanen.5 Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, hal ini dikarenakan sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian memicu terjadinya karies dan gingivitis bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi sehingga gigi menjadi goyang.4-8
perkembangan semua aspek dan fungsi untuk memasuki dewasa. Pada remaja terjadi perubahan biologis, kognitif dan sosioemosional.9 Rentang usia remaja adalah 12–21 tahun.9,10 Murid SMA memiliki rentang usia sekitar 15-18 tahun yang tergolong pada usia remaja pertengahan.10
(54)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Oktavia Dewi pada tahun 2007 persentase maloklusi pada remaja SMA kota Medan adalah 60,5%. Persentase maloklusi terbanyak adalah gigi berjejal untuk segmen anterior rahang bawah (41,89%) dan rahang atas (30,75%).9 Penelitian Rosihan tahun 2014 menyatakan bahwa insidens maloklusi berdasarkan jenis kelamin pada remaja di Pondok Pesantren Darul Hijrah Maertapura adalah 72% dari remaja laki-laki mengalami maloklusi berat, sedangkan 56% dari remaja perempuan mengalami maloklusi ringan.4
Penelitian yang dilakukan oleh Altriany pada tahun 2013 di Program Studi Kedokteran Gigi Universitas Sam Ratulangi menemukan gigi berjejal pada mahasiswa perempuan adalah 52,95% pada satu rahang dan 47,05% pada mahasiswa laki-laki, sedangkan subjek penelitian pada mahasiswa perempuan dengan gigi berjejal pada kedua rahang sebesar 69,56% dan pada mahasiswa laki-laki sebesar 30,45%.5 Asmawati pada tahun 2014 melakukan penelitian pada siswa-siswi SMP PAB 5 Patumbak dan diperoleh 14 orang siswa memiliki gigi berjejal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan tersebut ditemukan bahwa gigi berjejal mempunyai peluang yang lebih besar untuk terjadinya penumpukan plak dikarenakan ada bagian-bagian gigi yang sulit dijangkau oleh sikat gigi.7
Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada SMAN 4 Medan tahun 2016. Hal ini didasarkan karena masih sedikitnya penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan status oral hygiene. Penelitian ini dilakukan pada salah satu SMA di kota Medan dikarenakan peneliti menganggap bahwa murid SMA yang termasuk dalam usia remaja dimana pada usia ini seseorang sudah mulai mampu memahami pentingnya perilaku menjaga kesehatan bagi dirinya, termasuk kesehatan gigi dan mulut.
1.2Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016?
(55)
1.3Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui distribusi gigi berjejal pada siswa SMAN 4 Medan. 2. Untuk mengetahui derajat oral hygiene siswa SMAN 4 Medan.
1.4Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016.
1.5Manfaat Penelitian
1. Memberikan bahan informasi kepada pihak sekolah dan siswa mengenai distribusi siswa SMAN 4 yang memiliki gigi berjejal.
2. Sebagai bahan referensi bagi Departemen Ortodonsia mengenai distribusi gigi berjejal pada remaja sehingga dapat melakukan penyuluhan gigi dan mulut di SMA.
(56)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2016
Sitti Maisara Amanda
Hubungan Gigi Berjejal dengan Oral Hygiene pada Siswa SMAN 4 MedanTahun 2016
vii+ 32 halaman
Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal. Susunan gigi yang berjejal jarang terjadi pada gigi desidui. Susunan semacam ini lebih sering terlihat pada gigi permanen. Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, hal ini dikarenakan sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian memicu terjadinya karies dan gingivitis bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi sehingga gigi menjadi goyang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui distribusi gigi berjejal dan derajatoral hygienesiswa SMAN 4 Medan.
Penelitian analitik ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bentuk oklusi normal dan berjejal. Selanjutnya pemeriksaan plak dan kalkulus menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan sonde pada permukaan gigi daerah 1/3 insisal atau oklusal lalu digerakkan menuju daerah 1/3 gingiva atau servikal.
Berdasarkan hasil pemerikaan pada 100 orang sampel didapatkan 50 orang siswa memiliki gigi yang normal dan 50 orang siswa memiliki gigi berjejal. Siswa yang memiliki gigi yang normal terdiridari 54% (27 orang) siswa laki-laki dan
(57)
46% (23 orang) siswa perempuan. Siswa yang memiliki gigi berjejal terdiri dari 46% (23 orang) siswa laki-laki dan 54% (27 orang) siswa perempuan.
Pada penelitian ini digunakan uji chi square. Melalui analisis statistik ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yang dianalisis. Pada penelitian ini diperoleh siswa yang memiliki gigi normal memiliki rata-rata nilai OHI-S 0,66 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene yang baik. Siswa yang memiliki gigi berjejal memiliki rata-rata OHI-S 1,33 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene sedang. Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan antar gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016
(58)
HUBUNGAN GIGI BERJEJAL DENGAN
ORAL
HYGIENE
PADA SISWA SMAN 4 MEDAN
TAHUN 2016
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh Sarjana Kedokteran Gigi
p
Oleh:
SITTI MAISARA AMANDA NIM: 120600068
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(59)
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Ortodonsia
Tahun 2016
Sitti Maisara Amanda
Hubungan Gigi Berjejal dengan Oral Hygiene pada Siswa SMAN 4 MedanTahun 2016
vii+ 32 halaman
Gigi berjejal merupakan keadaan berjejalnya gigi di luar susunan gigi yang normal. Susunan gigi yang berjejal jarang terjadi pada gigi desidui. Susunan semacam ini lebih sering terlihat pada gigi permanen. Kondisi gigi berjejal terkadang menjadi masalah bagi penderitanya. Gigi berjejal sangat sulit dibersihkan dengan menyikat gigi, hal ini dikarenakan sikat gigi sulit menjangkau sisa makanan yang menempel pada daerah interdental gigi berjejal sehingga terjadi akumulasi plak dan membentuk kalkulus kemudian memicu terjadinya karies dan gingivitis bahkan kerusakan jaringan pendukung gigi sehingga gigi menjadi goyang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui distribusi gigi berjejal dan derajatoral hygienesiswa SMAN 4 Medan.
Penelitian analitik ini dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap kondisi bentuk oklusi normal dan berjejal. Selanjutnya pemeriksaan plak dan kalkulus menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.Pemeriksaan dilakukan dengan cara meletakkan sonde pada permukaan gigi daerah 1/3 insisal atau oklusal lalu digerakkan menuju daerah 1/3 gingiva atau servikal.
Berdasarkan hasil pemerikaan pada 100 orang sampel didapatkan 50 orang siswa memiliki gigi yang normal dan 50 orang siswa memiliki gigi berjejal. Siswa yang memiliki gigi yang normal terdiridari 54% (27 orang) siswa laki-laki dan
(60)
46% (23 orang) siswa perempuan. Siswa yang memiliki gigi berjejal terdiri dari 46% (23 orang) siswa laki-laki dan 54% (27 orang) siswa perempuan.
Pada penelitian ini digunakan uji chi square. Melalui analisis statistik ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yang dianalisis. Pada penelitian ini diperoleh siswa yang memiliki gigi normal memiliki rata-rata nilai OHI-S 0,66 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene yang baik. Siswa yang memiliki gigi berjejal memiliki rata-rata OHI-S 1,33 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene sedang. Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan antar gigi berjejal dengan oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan tahun 2016
(61)
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 06 April 2016
Pembimbing Tanda tangan
Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort
NIP: 197711162002122002 ………
(62)
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsiinitelahdipertahankan di hadapanpenguji
TIM PENGUJI
KETUA : SitiBahirrah, drg.,Sp.Ort
ANGGOTA : 1. Erna Sulistyawati, drg.,Sp.Ort (K)
(63)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan Gigi Berjejal dengan Oral Hygiene pada Siswa SMAN 4 Medan Tahun 2016” sebagai satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapat bimbingan, saran dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis menyampaikan rasa terimakasih kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., sebagai Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort (K) sebagai Ketua Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan sebagai dosen penguji skripsi.
3. Hilda Fitria Lubis., drg., Sp.Ort., sebagai koordinator skripsi di Departemen Ortodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort sebagai pembimbing yang telah meluangkan banyak tenaga, waktu dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Erliera, drg., Sp.Ort., sebagai penguji yang telah memberikan saran dan masukan untuk penulis.
6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Ortodonsia Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan motivasinya.
7. Widi Prasetya, drg., sebagai dosen pembimbing akademik atas motivasi dan bantuannya kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
8. Maya Fitria, SKM., M.Kes., sebagai pengajar di Fakultas Ksehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara atas bantuannya kepada penulis dalam analisis statistik.
9. Kepala sekolah, guru BK dan murid SMAN 4 Medan atas izin, waktu dan kesediaan yang diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
(64)
10. Keluarga tersayang, Ayah Amrizal Abdullah, Bunda Elvida Noer, Adik Muhammad Farizan Praevia, Adik Muhammad Fathir Uroerayana, dan seluruh keluarga besar atas doa, harapan, perhatian, dukungan moril dan materil, serta cinta kasih melimpah yang menjadi motivasi bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Sahabat tersayang, Rizka, Ulfa, Fathia, Jehan, Keumala, Rizky, Mayang, Dea, Esy, Ani, Khansa, Ovie, Fathiya, Nisa, Sari yang telah memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis.
12. Teman-teman seperjuangan skripsi di Departemen Ortodonsia FKG USU terutama maria ulfah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan terbuka berbagai kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat menjadi sumbangan buah pikir yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.
Medan, 6 April 2016 Penulis,
(Sitti Maisara Amanda) NIM: 120600068
(65)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL...iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR GRAFIK...vi
DAFTAR LAMPIRAN...vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Perawatan Ortodonti ... 4
2.1.1Fungsi Efesien ... 4
2.1.2 Keharmonisan Estetika ... 4
2.1.3 Keseimbangan Struktural... 5
2.2 Oklusi ... 5
2.3Maloklusi ... 6
2.4OralHygiene ... 9
2.4.1 Metode Pengukuran Oral Hygiene... 10
2.5 Remaja ... 13
2.6 Kerangka Teori... 14
2.7 Kerangka Konsep... 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1JenisPenelitian ... 16
3.2 Lokasi danWaktuPenelitian ... 16
3.3 PopulasidanSampel... 16
(66)
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 19
3.6 Metode Pengambilan Data ... 20
3.7 Pengolahan Data... 20
3.8 Analisis Data ... 20
3.9 Ethical Clearance... 21
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 22
BAB 5 PEMBAHASAN... 26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1 Kesimpulan... 29
6.2 Saran... 29
DAFTAR PUSTAKA
(67)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusisiswa SMAN 4 Medan yang memilikigigi normal
dangigiberjejal... 21 2. Rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygienesiswa yang
memilikigigi normal danberjejal... 23 3. Hasilujichi square... 24
(68)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Klas I Angle dengan Gigi Anterior Berjejal ... 7
2. Crossbite Posterior ... 8
3. Openbite Anterior ... 8
4. Deepbite Anterior... 9
5. Kriteria Indeks Debris ... 11
(69)
DAFTAR GRAFIK Grafik
Halaman
1. Distribusi lokasigigiberjejalpadasiswa SMAN 4
(70)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Lembarpenjelasankepadacalonsubjekpenelitian
3. Lembarpersetujuansetelahpenjelasan ( Informed Consent ) 4. Lembar pemeriksaan
5. Data status gigi normal dan berejal siswa SMAN 4 Medan 6. Data skor dan status oral hygiene siswa SMAN 4 Medan 7. Uji Statistik chi square
8. Data personalia peneliti
9. Surat izin penelitian di SMA 4 Medan 10. Ethical Clearance
(1)
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ...
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL...iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR GRAFIK...vi
DAFTAR LAMPIRAN...vii
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prinsip Perawatan Ortodonti ... 4
2.1.1Fungsi Efesien ... 4
2.1.2 Keharmonisan Estetika ... 4
2.1.3 Keseimbangan Struktural... 5
2.2 Oklusi ... 5
2.3Maloklusi ... 6
2.4OralHygiene ... 9
2.4.1 Metode Pengukuran Oral Hygiene... 10
2.5 Remaja ... 13
2.6 Kerangka Teori... 14
2.7 Kerangka Konsep... 15
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1JenisPenelitian ... 16
3.2 Lokasi danWaktuPenelitian ... 16
3.3 PopulasidanSampel... 16
(2)
3.5 Alat dan Bahan Penelitian ... 19
3.6 Metode Pengambilan Data ... 20
3.7 Pengolahan Data... 20
3.8 Analisis Data ... 20
3.9 Ethical Clearance... 21
BAB 4 HASIL PENELITIAN... 22
BAB 5 PEMBAHASAN... 26
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 6.1 Kesimpulan... 29
6.2 Saran... 29 DAFTAR PUSTAKA
(3)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Distribusisiswa SMAN 4 Medan yang memilikigigi normal
dangigiberjejal... 21 2. Rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygienesiswa yang
memilikigigi normal danberjejal... 23 3. Hasilujichi square... 24
(4)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Klas I Angle dengan Gigi Anterior Berjejal ... 7
2. Crossbite Posterior ... 8
3. Openbite Anterior ... 8
4. Deepbite Anterior... 9
5. Kriteria Indeks Debris ... 11
(5)
DAFTAR GRAFIK
Grafik
Halaman
1. Distribusi lokasigigiberjejalpadasiswa SMAN 4
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuesioner Penelitian
2. Lembarpenjelasankepadacalonsubjekpenelitian
3. Lembarpersetujuansetelahpenjelasan ( Informed Consent ) 4. Lembar pemeriksaan
5. Data status gigi normal dan berejal siswa SMAN 4 Medan 6. Data skor dan status oral hygiene siswa SMAN 4 Medan 7. Uji Statistik chi square
8. Data personalia peneliti
9. Surat izin penelitian di SMA 4 Medan 10. Ethical Clearance