BAB 4 HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di SMAN 4 Medan dengan menggunakan data primer yaitu melalui pengambilan data secara langsung terhadap subjek penelitian.Subjek pada
penelitian ini adalah murid SMAN 4 Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.Subjekpenelitian berjumlah 100 orang siswa, terdiri dari 50 orang yang
memiliki susunan gigi normal dan 50 orang yang memiliki susunan gigi berjejal. Siswa yang menjadi sampel berasal dari kelas 10-12 SMA. Distribusi subjek penelitian dapat
dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Distribusi siswa SMAN 4 Medan yang memiliki gigi normal dan gigi berjejal.
Keterangan : n = frekuensi
= persentase
Tabel 1 menunujukkan distribusi siswa SMAN 4 Medan yang memiliki gigi normal dan berjejal. Berdasarkan metode pengambilan sampel yaitu propotioned
stratified sampling dibutuhkan 100 sampel pada penelitian ini. Sampel yang dibutuhkan
adalah 50 siswa dengan gigi normal sebagai kelompok kontrol dan 50 siswa dengan gigi berjejal. Pada subjek penelitian dilakukan pengamatan terhadap bentuk umum maloklusi
Status Gigi
Normal n=50
Berjejal n=50
N N
Laki-laki 27
54 23
46
Perempuan
23 46
27 54
Jumlah 50
100 50
100
Universitas Sumatera Utara
untuk melihat apakah siswa memiliki gigi yang normal atau berjejal. Pemeriksaan klinis dilakukan oleh
operator dengan menggunakan kaca mulut. Rongga mulut pasien kemudian difoto sebagai bukti klinis pemeriksaan. Berdasarkan hasil pemerikaan pada 100 orang sampel
didapatkan 50 orang siswa memiliki gigi yang normal dan 50 orang siswa memiliki gigi berjejal. Siswa yang memiliki gigi yang normal terdiri dari 54 27 orang siswa laki-
laki dan 46 23 orang siswa perempuan. Siswa yang memiliki gigi berjejal terdiri dari 46 23 orang siswa laki-laki dan 54 27 orang siswa perempuan. Distribusi siswa
yang memiliki gigi berjejal terbanyak adalah gigi berjejal pada kedua rahang. Distribusi ini dapat dilihat pada grafik 1.
Grafik 1. Distribusi lokasi gigi berjejal pada siswa SMAN 4 Medan. Grafik 1 menunjukan distribusi lokasi gigi berjejal pada siswa SMAN 4 Medan.
Lokasi gigi berjejal yang paling banyak ditemukan adalah pada kedua rahang yaitu sebanyak 4623 orang siswa. Lokasi gigi berjejal hanya pada rahang bawah saja
5 10
15 20
25
Rahang atas Rahang bawah Kedua Rahang 8
9 23
F rek
u en
si
Lokasi gigi berjejal
Universitas Sumatera Utara
sebanyak 189 orang siswa dan jumlah yang paling sedikit ditemukan adalah siswa dengan gigi berjejal hanya pada rahang atas saja yaitu 16 8 orang siswa.
Selain melakukan pengamatan terhadap keadaan gigi normal dan berjejal, penelitian ini juga mengamati status oral hygiene pada siswa yang menjadi subjek
penelitian.Pengukuran terhadap status oral hygiene dilakukan dengan menggunakan metode OHI-SdariGrenee and Vermillion dengan cara mengukur indeks debris dan
indeks kalkulus menggunakan kaca mulut dan sonde pada permukaan tertentu, yaitu bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46.Pemeriksaan
dilakukan dengan cara meletakkan sonde pada permukaan gigi daerah 13 insisal atau oklusal lalu digerakkan menuju daerah 13 gingival atau servikal.Skor hasil
pemeriksaan dicatat pada lembar pemeriksaan sesuai dengan kriteria debris dan kalkulus. Rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygiene siswa yang memiliki gigi normal
dan berjejal dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygiene siswa yang memiliki gigi normal dan berjejal.
Status Gigi Berjejal
N Rata-Rata Nilai OHIS
Kategori Status Oral Hygiene
Normal 50
0,66 Baik
Berjejal 50
1,33 Sedang
Keterangan: N = frekuensi
Tabel 2menunjukkan rata-rata nilai OHI-S dan status oral hygienesiswa yangmemilikigigi normal danberjejal. Rata-rata nilai OHI-S pada gigi normal diperoleh
dengan cara menjumlahkan keseluruhan nilai OHI-S siswa yang memiliki susunan gigi
Universitas Sumatera Utara
normal dibagi dengan keseluruhan jumlah siswa yang memiliki susunan gigi normal. Rata-rata nilai OHI-S pada gigi berjejal diperoleh dengan cara menjumlahkan
keseluruhan nilai OHI-S siswa yang memiliki susunan gigi berjejal dibagi dengan keseluruhan jumlah siswa yang memiliki susunan gigi berjejal. Nilai OHI-S diperoleh
dengan cara menjumlahkan keseluruhan indeks plak dan kalkulus tiap-tiap gigi yang diperiksa. Indeks plak diperoleh dengan cara menjumlahkan skor plak pada permukaan
bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46 kemudian dibagi enam. Indeks kalkulus diperoleh dengan cara menjumlahkan skor kalkulus pada
permukaan bukal gigi 16 dan 26, labial gigi 11 dan 31, lingual gigi 36 dan 46 kemudian dibagi enam.
Setelah didapatkan skor nilai OHI-S, kemudian ditentukan kategori status oral hygiene
siswa.Bilaskor 0,0 – 1,2 maka dikategorikan baik, bilaskor 1,3 – 3,0 dikategorikan sedang, bilaskor 3,1 – 6,0 dikategorikan buruk. Melalui tabel 2 dapat
dilihat bahwa siswa yang memiliki gigi normal memiliki rata-rata nilai OHI-S 0,66 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene yang baik. Siswa yang memiliki gigi berjejal
memiliki rata-rata OHI-S 1,33 dan dikategorikan memiliki status oral hygiene sedang. Hasil pengamatan terhadap gigi normal dan berjejal, serta pengamatan status oral
hygiene kemudian dianalisis dengan uji chisquare. Uji chisqure digunakan untuk
melihat apakah terdapat hubungan antara gigi berjejal dengan status oral hygiene pada sampel penelitian. Hasil uji chisquare dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Hasil ujichi square
Status Gigi Berjejal
N Rata-Rata Nilai OHI-S
Hasil Uji Statistik
Normal 50
0,66 0,004
Berjejal 50
1,33
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa hasil uji statistik chisquare terlihat nilai signifikan sebesar 0,004. Hal ini berarti nilai signifikan sebesar 0,0040,05, maka
dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak. Melalui analisis statistik ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variabel yang dianalisis. Hal ini menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara gigi berjejal dengan status oral hygiene pada siswa SMAN 4 Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN