Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek

Dari model yang sederhana di atas, dapat dilihat bahwa kepariwisataan dapat dipandang sebagi suatu jajaran dari seluruh individu, perusahaan, organisasi, dan pengantar dari suatu kegiatan wisata. Untuk mendefenisikan kepariwisataan yang tidak hanya meliputi keprcayaan dan rasa memeliki saja, tetapi juga pertimbangan yang lebih praktis mengenai ukuran dan perundang-undangan . Sifat dasar dari kepariwisataan tersebut adalah sebagai berikut: - Kepariwisataan timbul di luar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya dengan tujuan yang berbeda-beda. - Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama tinggal wisatawan di tempat wisata. - Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal di suatu tempat yang memberikan suatu suasana yang berbeda. - Lama tinggal di suatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu yang pendek untuk kemudian kembali ke tempat asalnya.

2.5 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek

Wisata Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata sekarang menjadi bidang penelitian penting di berbagai bagian dunia. Lui, Sheldon dan Var 1987 mengatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “Persepsi penduduk suatu wilayah tentang pariwisata berbeda-beda dari sisi kualitas dan intensitas”. Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata juga ditemukan merupakan fungsi rasio wisatawan-penduduk, dikaitkan dengan daya tampung wilayah. Lui et al.1987 mengatakan bahwa: “ Kalau rasio wisatwan-penduduk naik, maka bertambah tinggi pula persepsi negatif mengenai dampak pariwisata pada lingkungan fisik, dan demikian juga halnya dengan persepsi perlunya melindungi apa saja yang masih tersisa dari lingkungan bersangkutan”. Duffield dan Long 1982 menemukan bahwa, “Wilayah-wilayah yang memiliki rasio wisatwan penduduk yang rendah cenderung mempunyai penduduk yang bersikap positif mengenai dampak pariwisata”. Belisle dan Hoy 1980 menyimpulkan bahwa: “ Sikap positif penduduk merupakan fungsi dari tahap perkembangan pariwisata di wilayah bersangkutan, dan karena itu juga fungsi dari persepsi tentang dampak sosisal, budaya dan fisik pariwisata pada masyarakat bersangkutan dan lingkungannya”. Lui, Sheldon dan Var 1987 juga menemukan bahwa, Universitas Sumatera Utara “ Penduduk tidak hanya menyalahkan wisatawan atas perubahan-perubahan lingkungan, tetapi juga memahami berbagai manfaat yang dihasilkan industri tersebut, seperti pelestarian bangunan dan tempat bersejarah”. Ada gunanya dicatat bahwa sebagian besar kajian terfokus pada persepsi menyeluruh mengenai dampak pariwisata, bukan unsur-unsur dari fasilitas tertentu di dalam suatu fungsi masyarakat. Kajian mengenai unsur-unsur dan fasilitas ini dilakukan oleh penelitian di bawah ini: Allen, Long, Perdue dan Keiselbach 1988 mempelajari 33 unsur khusus mengenai kehidupan masyarakat yang mewakili tujuh aspek fungsi masyarakat:  Pelayanan umum  Faktor ekonomi  Faktor lingkungan  Pelayanan kesehatan  Peran serta warga  Pendidikan formal dan  Pelayanan rekreasi bersama dan pembangunan pariwisata. Kajian mereka mengungkapakan bahwa peran serta warga, pelayanan umum dan lingkungan merupakan hal-hal paling peka bagi perkembangan pariwisata. Kalau pariwisata semakin berkembang, maka kepuasan responden dalam hal kesempatan- kesempatan bagi peran serta warga dan pelayanan umum menurun, demikian pula dengan kedudukan penting yang diberikan penduduk kepada peran serta warga. Universitas Sumatera Utara Kepuasan dari sisi pelayanan kesehatan dan kesempatan rekreasi dan kedudukan penting yang diberikan pada soal lingkungan lebih merupakan fungsi dari jumlah penduduk dari pada perkembangan pariwisata secara keseluruhan. 1. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap penduduk Sikap masyarakat pada peluang dan maslah yang diakitabtkan oleh pertumbuhan pariwisata tergantung pada berbagai faktor, dan salah satu yang terpenting diantaranya adalah sikap dasar masyarakat pada pariwisata. Banyak pengamat misalnya British Tourist Authority 1975, de Kadt 1979, MacFarlane 179 mengatakan bahwa: “ Faktor yang berpengaruh besar pada sikap masyarakat terhadap pariwisata adalah tingkat hubungan wisatawan dengan penduduk setempat. Selain itu, tingkat hubungan ini tidak sama, tetapi berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain”. Smith 1980 mengajukan suatu model untuk menjaelaskan pengaruh tempat ini. Menurut pendapatnya, “Kalau harapan dan kebutuhan wisatawan terpenuhi di wilayah tujuan inti, maka wisatawan bersangkutan akan tetap di situ dan cenderung tidak akan Universitas Sumatera Utara mencoba masuk ke wilayah perumahan penduduk di tempat-tempat sekitar wilayah inti tadi”. Murphy 1980,1981 menemukan bahwa, “Penduduk dari tipe-tipe tertentu memiliki sikap yang lebih positif mengenai pariwisata daripada penduduk lainnya. Penduduk yang lebih mempunyai kepentingan ekonomi dalam pariwisata lebih bersikap bersahabat pada wisatawan daripada penduduk lainnya”. Beberapa kalangan mengatakan, salah satu sebab mengapa penduduk setempat umumnya memeberikan nilai rendah pada pariwisata, dibangingkan dengan kelompok lain seperti pengusaha dan pemerintah setempat, ialah karena merka tidak tahu besarnya manfaat ekonomi yang dihasilkan pariwisata bagi masyarakat mereka. British Tourist Authority 1975, yang dikutip Murphy 1985, menemukan bahwa: “Masyarakat umumnya mendapat informasi yang salah mengenai sumbangan pariwisata baik bagi ekonomi masyarakat setempat maupun bagi ekonomi nasional”. Faktor-faktor lain juga dikemukakan untuk menjelaskan perbedaan dalam sikap ini. Murphy 1981 menemukan ada kaitan erat antara peranan pariwisata yang bersifat musiman dan masyarakat setempat dan sikap warganya. Kajian dalam kerangaka yang lain menemukan hasil yang mirip dengan kajian Murphy 1985 di Inggris. Belisle dan Hoy 1980 mengatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara “ Penduduk setempat umumnya mengatakan meningkatnya kejahatan seperti perampokan, pengedaran obat bius, penyelundupan, dan pelacuran disebabkan oleh pertumbuhan pariwisata. Namun demikian, mereka umumnya menyambut baik pertumbuhan wisatawan karena manfaat ekonomi yang mereka peroleh”. Murphy juga menemukan bahwa, “Masyarakat setempat makin banyak memberi perhatian pada masalah sampah dan kerusakan yang umumnya mereka kaitkan dengan gelombang masuknya wisatawan”. Berkaitan dengan sampah, kajian di Turki oleh Var, Kendall dan Tarakcioglu 1985 menemukan bahwa, “Meskipun sampah merupakan persoalan bagi penduduk, ketiga peneliti ini yakin bahwa lingkungan lebih banyak dikotori oleh penduduk setempat daripada oleh wisatawan”. Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika industri pariwisata ingin memperbaiki citranya dalam kaitannya dengan masyarakat setempat, maka harus dicari jalan untuk meningkatkan manfaat dan menghilangkan sedapat mungkin persoalan-persoalan tersebut di atas. Kita yakin bahwa titik permulaan yang tepat ialah mengurangi rasa tertekan dan gangguan yang dirasakan masyarakat yang Universitas Sumatera Utara berkaitan dengan makin bertambahnya volume kegiatan usaha dengan cara memisahkan berbagai fungsi dan membatasi pembangunan di daerah tertentu. Universitas Sumatera Utara BAB III KAWASAN LAPANGAN MERDEKA

3.1 Sejarah Kota Medan