Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka Sebagai Salah Satu Objek Wisata Sejarah Di Kota Medan.
UPA
SALA
AYA P
AH SA
PELEST
ATU OB
UNI
PR
TARIA
BJEK
K
RVERSI
FAKU
ROGRA
AN LA
WISA
KERTA
Diker Rima Des NIM :ITAS S
ULTAS
AM ST
M E
2
APANG
ATA SE
AS KA
rjakan O siani Ha : 082204SUMA
ILMU
TUDI P
E D A
2 0 1 1
GAN M
EJARA
ARYA
Oleh asibuan 4061ATERA
U BUDA
PARIW
N
MERDE
AH DI K
A UTAR
AYA
WISATA
EKA SE
KOTA
RA
A
EBAGA
A MEDA
AI
AN
(2)
LEMBAR PERSETUJUAN
UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA SEBAGAI
SALAH SATU OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN
OLEH
RIMA DESIANI HASIBUAN NIM : 082204061
Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,
Drs. Gustanto, M.Hum Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP. 19630805 198903 1 004 NIP. 1966325 198601 2 001
(3)
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Kertas Karya : UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA SEBAGAI OBJEK WISATA SEJARAH DI KOTA MEDAN
Oleh : Rima Desiani Hasibuan
NIM : 082204061
FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dekan,
Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001
PROGRAM STUDI D3 PARIWISATA Ketua,
Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP.19640821 199802 2 001
(4)
KATA PENGANTAR
Bismillahhirrahmanirrahim
Alhamdulillah Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kemampuan untuk penulis sehingga dapat menyelesaikan kertas karya ini. Dan Sholawat beriringan salam disampaikan kepada Nabi besar kita Muhammad SAW semoga kita mendapatkan safaat diakhirat kelak. Amin..
Isi dari Kertas Karya ini diperbuat karena penulis simpatik dan tertarik, walaupun penulis menyadarai bahwa kertas karya ini masih banyak kekurangan dan tidak mendekati kesempurnaan sebagai sebuah kertas karya ilmiah yang baik, dimana hal ini tidak terlepas dari keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang penulis miliki, karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan kertas karya ini.
Kertas Karya ini baik dalam proses penyusunannya banyak mengalami kendala dan hambatan yang penulis temukan. Begitu banyak yang harus dipersiapkan dalam proses penyususan kertas karya ini mulai dari pengumpulan data, dan juga persiapan fisik serta mental penulis yang dituntut untuk tetap semangat . Disamping itu literature yang berkaitan dengan judul belum begitu banyak ditemukan di perpustakaan, dan toko-toko buku, tetapi Alhamdulillah semua itu dapat ditanggulangi atas bantuan dari berbagai pihak.
(5)
Akhirnya betapa pun awamnya dan sederhananya kertas karya ini penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat terhadap penulisan kertas karya ini. Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada:
1. Dr. Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara
2. Arwina Sufika, S.E., M. Si., selaku Ketua Jurusan Program Studi D III Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.
3. Drs. Gustanto, M. Hum, selaku dosen pembimbing penulis yang telah
banyak memberikan pengarahan-pengarahan dan saran-saran selama penulis menyusun kertas karya ini.
4. Arwina Sufika, S.E., M. Si., selaku dosen pembaca penulis yang telah banyak memberikan pengarahan-pengarahan dan saran-saran selama penulis menyusun kertas karya ini.
5. Solahuddin Nasution. MSP, selaku Koordinator Praktek Program Studi D III Pariwisata Bidang Usaha Wisata.
6. Bapak (Alm) Prof. H. Ahmad Samin Siregar, selaku Dosen mata kuliah
Bahasa Indonesia Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang banyak memberikan ilmu pengetahuan dalam bidang Bahasa Indonesia kepada penulis dalam penyusunan kertas karya ini.
(6)
7. Staff Pengajar pada Program Studi DIII Pariwisata Bidang Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan banyak ilmunya selama penulis menjalani perkuliahan.
8. Bapak/ Ibu guru yang telah memberikan banyak ilmu dan mendidik penulis sejak Sekolah Dasar hingga penulis dapat kejenjang pendidikan di Perguruan Tinggi.
9. Ayahanda tercinta A.Hasibuan, sosok seorang Ayah yang sangat penulis banggakan dan sayangi yang telah memberikan nasihat-nasihat, ketulusan untuk meluangkan waktu dalam memberikan kasih sayang, dan yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi dalam menjalani kehidupan ini kepada penulis.
10.Ibunda tercinta Nur Aminah Harahap, sosok seorang Ibu yang sangat penulis sayangi dan cintai yang selalu memanjakan, memberikan kasih sayang yang begitu tulus dan yang selalu mendukung, memberikan semangat serta mendo’akan penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini .
11.Kasih sayang penulis persembahkan untuk Abangku Mirhandoko Hasibuan, S.E., Kakakku Yetty Rosalinda Hasibuan, Amd., Abang iparku Budi Irawan Rangkuti Amd., yang selalu memberikan motivasi, dan perhatian.
12.Buat Adik-adikku Suci Dina Safitri Hasibuan dan Dinda Arini Hasibuan juga buat keponakanku sayang Radithya Al-Bariq Rangkuti yang memberikan kasih sayang dan keceriaan di kehidupan penulis.
(7)
13.Buat sahabat-sahabatku yang mulai perkenalannya di Taman Kanak-Kanak yaitu Febri Shinta dan Marlina Sari Nst yang selalu bersama.
14.Buat temanku Nova Aulianda yang sama-sama berjuang dalam
menyelesaikan tugas-tugas dari kampus termasuk PKL, dan teman-temanku Arum, Eki, Rosi, Kris, Iwan dan Ferry yang dulu selalu bersama dalam melakukan perjalanan wisata.
15.Ucapan terima kasih yang khusus buat teman-temanku Sri Agustina, Lady Syahroni Nst, Armayanti, Gagah Hidayah Sakti Hrp, S.P.,
16.Buat seluruh anak Usaha Wisata Stambuk ’08 yang selalu penulis kenang dalam kebersamaan kita baik dalam perkuliahan maupun kebersaman kita dalam menikmati perjalanan dan juga buat seluruh anak Perhotelan Stambuk’08.
Akhirnya penulis berharap semoga kertas karya ini dapat bermanfaat dan berbagi ilmu bagi pembaca khususnya Program Studi DIII Pariwisata Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
Medan, 07 Juni 2011
Penulis,
Rima Desiani Hasibuan
Nim : 082204061
(8)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
ABSTRAK ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1
1.2 Masalah yang Dihadapi ... 2
1.3 Batasan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Metode Penelitian ... 4
1.6 Sistematika Penulisan ... 5
BAB II URAIAN UMUM TENTANG KEPARIWISATAAN ... 7
2.1 Asal Mula Pariwisata ... 7
2.2 Pengertian Pariwisata ... 8
2.3 Ruang Lingkup Kepariwisataan ... 10
2.4 Mitologi Kepariwisataan ... 14
2.5 Sistem Kepariwisataan ... 17
2.6 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek Wisata ... 18
(9)
BAB III Kawasan Lapangan Merdeka ... 25
3.1 Sejarah Kota Medan ... 25
3.1.1 Medan Tanah Deli ... 25
3.1.2 Legenda Kota Medan ... 26
3.2 Profil Sumatera Utara Khususnya Kota Medan ... 27
3.3 Cerita Singkat Lapangan Merdeka ... 30
3.4 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka ... 32
3.5 Deskripsi Objek-Objek Wisata yang Terdapat di Kota Medan dan Kawasan Lapangan Merdeka ... 33
3.5.1 Objek Wisata di Kota Medan ... 33
3.5.2 Objek Wisata di Sekitar Lapangan Merdeka ... 36
BAB IV UPAYA PELESTARIAN LAPANGAN MERDEKA MEDAN ... 39
4.1 Perubahan Fungsi Lapangan Merdeka ... 39
4.2 Lapangan Merdeka dan Perubahannya ... 44
4.3 Upaya Pemerintah Melestarikan Lapangan Merdeka ... 46
BAB V PENUTUP ... 50
5.1 Kesimpulan ... 50
(10)
5.2 Saran ... 51
Daftar Pustaka Daftar Gambar 3.1 Gambar Lapangan Merdeka Zaman Dahulu ... 30
3.2 Gambar Kantor Pos Pusat Medan ... 38
3.3 Gambar Merdeka Walk Pagi Hari ... 42
3.4 Gambar Merdeka Walk Malam Hari ... 43
3.5 Gambar Pintu Masuk Lapangan Merdeka ... 48
(11)
ABSTRAK
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di tanah air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak dibidang Kepariwisataan.Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta, dan Surabaya. Dikelilingi sumber daya alam dan tropis yang kaya. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti industri, pariwisata perbankan dan lain-lain. Berbicara tentang Kepariwisataan yang ada di Kota Medan, Kota Medan terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata. Daerah Tujuan Wisata di Kota Medan memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri karena dilatarbelakangi sejarah dan budaya yang harus tetap dijaga kelestariannya.
Keyword: Pelestarian, Sejarah kota, dan Daerah tujau wisata
(12)
ABSTRAK
Untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di tanah air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak dibidang Kepariwisataan.Kota Medan merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta, dan Surabaya. Dikelilingi sumber daya alam dan tropis yang kaya. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesar luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti industri, pariwisata perbankan dan lain-lain. Berbicara tentang Kepariwisataan yang ada di Kota Medan, Kota Medan terus berkembang sebagai Daerah Tujuan Wisata. Daerah Tujuan Wisata di Kota Medan memiliki kelebihan dan daya tarik tersendiri karena dilatarbelakangi sejarah dan budaya yang harus tetap dijaga kelestariannya.
Keyword: Pelestarian, Sejarah kota, dan Daerah tujau wisata
(13)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Alasan Pemilihan Judul
Kota Medan merupakan kota ke 3 (tiga) terbesar di Indonesia setelah Kota Jakarta dan Surabaya dilihat dari wilayahnya, jumlah penduduk, aktivitas industri, dan perdagangan barang dan jasa. Saat ini pemerintah Kota Medan sedang berusaha pula untuk memperbesa luas wilayahnya. Melihat kondisi ini peluang bisnis diberbagai bidang seperti bidang industri, pariwisata, perbankan dan lain-lain.
Adapun untuk meunjang pertumbuhan dan perkembangan sektor Kepariwisataan di Tanah Air khususnya Kota Medan maka perlu adanya dukungan dari berbagai pihak, baik masyarakat, pemerintah maupun dunia usaha yang bergerak di bidang Kepariwisataan.
Peran serta masyarakat dalam pembangunan kepariwisataan Indonesia dapat terbina bila masyarakat memahami manfaat pariwisata untuk kepentingan nasional, terutama bagi perbaikan hidup mereka sendiri. Apabila pariwisata dapat member manfaat bagi masyarakat luas, serta merta masyarakat akan mendukung pembangunan kepariwisataan di Tanah Air khususnya Kota Medan.
(14)
Berbicara tentang kepariwisataan yang ada di Kota Medan, ada beberapa tempat tujuan wisata yang saat ini sudah mengalami perubahan bentuk fungsi dari fungsi utama pada saat diberdirikannya tempat wisata tersebut. Ini merupakan kurangnya sadar wisata baik dari kalanga masyarakat bentuk fungsi dari fungsi utama pada saat diberdirikannya tempat wisata tersebut. Ini merupakan kurangnya sadar wisata baik dari kalanga masyarakat dan pemerintah yaitu bersikap positif masyarakat dan pemerintah yang mendukung pembangunan pariwisata Indonesia khsusnya Kota Medan.
Salah satu tempat tujuan wisata yang berada di Kota Medan yang mengalami perubahan fungsi dari fungsi awal adalah Lapangan Merdeka yang merupakan titik nol Kota Medan.
Hal tersebut yang menimbulkan rasa simpatik dan ketertarikan serta menjadi latar belakang bagi penulis dalam pemilihan judul “Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka Sebagai Objek Wisata Sejarah di Kota Medan”, yang akan dituangkan dalam penulisannya kelak.
1.2 Masalah yang Dihadapi
Di dalam suatu penelitian sering kita menemukan beberapa permasalahan yang
merupakan kendala dalam pelakasana suatu kerja.
(15)
Berdasarkan hal ini, penulis dapat mengemukakan masalah yang dihapadapi sebagai upaya pelestarian lapangan merdeka di Kota Medan, yakni:
1. Perubahan bentuk fungsi utama dari fungsi awal pendirian.
2. Kurang terawatnya Lapanga Merdeka sehingga fasilitas yang terdapat di sana banyak mengalami kerusakan.
3. Tidak ada upaya pemerintah dan masyarakat untuk mempertahankan fungsi awal Lapangan Merdeka.
4. Kawasan yang semakin sempit akibat banyaknya perubahan –
perubahan yang terjadi di area sekitar Lapangan Merdeka.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ilmiah, batasan masalah merupakan hal yang sangat penting agar tidak terjadi kesimpang siuran dari tujuan semula dan lebih terarah pada pokok pembahasan. Untuk itu penulis lebih memfokuskan pembatasan masalah mengenai Upaya Pelestarian Lapangan Merdeka di Kota Medan.
1.4 Tujuan Penelitian
Seperti diketahui bersama bahwa setiap aktivitas selalu mempunyai tujuan.
(16)
Adapun tujuan penulis dalam menyusun kertas karya ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D III
Pariwisata Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara.
2. Untuk memperdalam pengetahuan tentang sejarah Lapangan
Merdeka dan Kota Medan.
3. Untuk menerapkan rasa keperdulian terhadap kepariwisataan sejarah di Kota Medan.
4. Untuk menerapkan pengetahuan yang penulis dapatkan selama
mengikuti studi di bangku perkuliahan.
1.5 Metode Penelitian
Dalam usaha pengumpulan data yang dibutuhkan dalam penyusunan karya tulis ini, maka penulis menggunakan metode penelitian sebagai berikut:
1. Field Research (Studi Lapangan)
Yaitu penelitain yang dilakukan secara langsung ke objek yang akan di teliti untuk wawancara atau interview dengan pihak uang bersangkutan dengan meminta keterangn dan informasi yang diperlukan.
(17)
2. Library Research (Studi Kepustakaan)
Yaitu penelitian yang dilakukan melalui buku – buku perpustakaan dan literature lainnya yang berhubungan dengan pokok bahasan.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan sangat membantu penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini. Dalam sistematika penulisan ini digambarkan secara garis besar hal – hal yang akan dijabarkan pada bab berikutnya.
Bab I : membahas tentang pemilihan judul, ruang lingkup
permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II : membahas mengenai uraian umum tentang Kepariwisataan,
Asal Mula Pariwisata, Pengertian Kepariwisataan, Ruang lingkup Kepariwisataan, Mitologi Kepariwisataan, Sistem Kepariwisataan dan Peran Masyarakat dalam mendukung pelestarian objek wisata.
Bab III : membahas tentang uraian Lapangan Merdeka, sejarah Kota Medan, sejarah Lapangan Merdeka, bangunan-bangunan bersejarah yang terdapat di area Lapangan Merdeka.
(18)
Bab IV : merupakan tinjauan umum tentang perubahan fungsi Lapangan Merdeka dan analisa permasalahan yang menguraikan tentang bagaimana upaya pemerintah Kota Medan dan masyarakat untuk mengupayakan pelestarian lapangan merdeka pada awal berdirinya sebagai salah satu tempat bersejarah di Sumatera Utara, Kota Medan khususnya.
Bab V : merupakan kesimpulan dari bab–bab sebelumnya yang
terdahulu dan saran- saran yang diambil penulis dari perbandingan antara teoritis dan kenyataan yang ada di lapangan.
(19)
BAB II
URAIAN UMUM TENTANG KEPARIWISATAAN
2.1 Asal Mula Pariwisata
Pada mulanya nenek moyang manusia hidup tidak menetap. Mereka berpindah-pindah dari suatu tempat ke tempat yang lain. Bangsa pertama yang dianggap sebagai orang yang melakukan perjalanan untuk tujuan bersenang-senang adalah bangsa Romawi. Pada waktu itu mereka telah melakukan perjalanan beratus-ratus mil dengan menunggang kuda guna melihat candi-candi dan piramid penginggalan bangsa Mesir kuno. Di zaman pertengahan, semasa kerajaan Romawi sedang jaya-jayanya, dibangunlah jalan raya sepanjang 350 mil dari Romawi ke kota Brundsium. Dengan demikian rakyat dapat dengan mudah melakukan perjalanan dari suatu kota ke kota lainnya.
Pariwisata merupakan manifestasi gejala naluri manusia sejak purbakala, yaitu hasrat untuk mengadakan perjalanan. Lebih dari itu pariwisata dengan ragam motivasinya akan menimbulkan permintaan-permintaan dalam bentuk jasa-jasa dan persesdiaan-persediaan lain. Permintaan akan barangdan jasa ini terus meningkat sesuai dengan perkembangan kehidupan manusia. Di negara-negara yang sedang berkembang akan terjadi perluasan lingkup kepentingan-kepentingan. Sedang di negara-negara yang sudah maju selain lingkup kepentingan yang luas, waktu luang pun bertambah dan banyak karena ditunjang oleh kenaikan pendapatan serta
(20)
transportasi yang lancar dan cepat. Sejalan dengan itu terjadi pula peningkatan pendidikan, pengetahuan, dan kecerdasan di kalangan penduduk.
Sebagai akibat perkembangan-perkembangan tersebut, motivasi-motivasi untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih kuat, lebih-lebih setelah ditunjang oleh kemajuan-kemajuan di bidang teknologi, hasrat untuk mengadakan perjalanan menjadi lebih mudah terpenuhi. Dan kita dapat menyaksikan betapa deras arus perjalanan manusia dalam rangka berwisata meski motivasi mereka kadangkala berbeda-beda.
2.2 Pengertian Kepariwisataan
Pariwisata adalah perpindahan sementara yang dilakukan manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan – pekerjaan rutin, keluar dari tempat kediamannya. Aktifitas dilakukan selama mereka tinggal di tempat yand dituju dan fasilitas dibuat untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kepariwisataan (Tourist) diartikan sebagai suatu kegiatan usaha melayani serta memenuhi keinginan dan kebutuhan orang – orang sedang melakukan perjalanan.
Defenisi pariwisata yang mendasarkan pada pendekatan ekonomi dikemukakan oleh seorang ahli ekonomi Australia Herman V schulalard sebagai berikut:
(21)
“Kepariwisataan adalah sejumlah operasi atau kegiatan terutama yang bersifat ekonomi yang secara lalngsung berkaitan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya orang – orang asing di dalam suatu negara, kota atau wilayah”.
E Guller memberikan rumusan pariwisata sebagai berikut:
“Pariwisata (dalam artian modern) adalah fenomena dari zaman sekaranga yand didasarkan kebutuhan kesehatan pergantantian hawa sebagi satu penilaian yang sadar dan tumbuhnya rasa cinta terhadap keindahan alam sebagai akibat dari pergaulan perkembangan berbagai bangsa dan kelas masyarakat yang merupakan hasil dari perkembangan perniagaan, industry perdagangan dan penyempurnaan alat-alat pengangkutan”.
Menurut Prof K Krapf adalah sebagai berikut:
“Kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dan fenomena yang timbul dari perjalanan dan tinggalnya manusia yang bertujuan tidak membangun atau menciptakan tempat tinggal tetap”.
Pelajaran pariwisata adalah suatu pelajaran untuk keluar dari keadaan biasanya dan ini dipengaruhi oleh keberadaan ekonomi, fisik, dan kesejahteraan social wisatawan yang akan melakukan kegiatan wisata. Harapan dan penyesuaian dibuat oleh penduduk yang menerima mereka dan terdapat peran perantara dan instansi pengelola perjalanan wisata menjadi pengeah antara wisatawan dan penduduk di daerah tujuan wisata.
Pengelolaan kegiatan pariwisata sangat diperlukan dalam rangka menahan wisatawan untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata dan bagaimana agar wisatawan membelanjakan uangnya sebanyak – sebanyaknya selama melakukan
(22)
perrjalanan wisata. Makin lama wisatawan berada di suatu tempat akan meningkatkan pengeluaran mereka dan kemungkinan menamabah dorongan makin banyak orang akan ikut serta pada kunjungan berikutnya jika kesan yang dibawa adalah pengalaman wisata yang menarik, yang akan membangkitkan perusahaan jasa seperti jasa transportasi, hiburan, akomodasi dan jasa lainnya yang mendukung penyelenggaraan perjalanan wisata.
2.3 Ruang Lingkup Kepariwisataan
Sebelum mengkaji lebih jauh mengenai pariwisata dan memperkirakan pengaruhnya terhadap perekonomian, lingkungan fisik dan social, maka terlebih dahulu perlu dibuat definisi yang tepat mengenai kepariwisataan.
Frechtling (1976: 59) menyatakan bahwa defenisi–definisi untuk penelitian kepariwsataan haruslah memenuhi criteria sebagai berikut:
1. Haruslah diskrit dan tidak meragukan serta harus sescara jelas mendefinisikan tentang suatu aktifitas atau suatu entity sebagai aktifias atau entuty yang berbeda dengan selaurh aktifitas dan entity lainnya. Yakni harus tidak ada keraguan mengenai apa yang mencakup atau tidak tercakup dalm suatu kategori.
2. Mempermudah pengukuran yang konsisten dan obyektif.
3. Pembuatan definisi harus mengacu pada penelitian–penelitian terpenting mengenai perjalanan wisata dan pengguanan bahasa sehari–hari untuk
(23)
mempernudah perbandingan antara hasil–hasail yang dicapai dengan hasil penelitian.
Prinsip–prinsip diatas kurang dapat perhatian dalam penelitian-penelitian yang telahdilaksanakan hingga dewasia ini.
Dalam penelitian dampak-dampak yang timbul oleh kepariwisataan adalah unsure utama dari kepariwisataan itu sendiri, yakni tourist (wisatawan).
Kata Tourist berasal dari kata tour yang menurut Webster Internasional
mengandung arti:
Suatu perjalanan dimana pelaku perjalanan tersebuta akan kembali ke titik start; suatu perjalanan melingkar yang biasanya dilakukan untuk bisnis, bersenang-senang, pendidikan dan selama perjalanan tesebut akan dikunjungi beberapa tempat dan untuk melakukan perjalanan tersebut biasanya terlebih dahulu telah dibuat rencana perjalanan.
Menurut Oxford English Dictionary (1993: 190) defenisi dari tourist adalah: Orang yang melakukan perjalanan, terutama yang melakukannya untuk rekreasi; orang yang melakukan perjalanan untuk kesenangan dan kenudayaan, orang yang mengunjungi sejumlah tempat untuk melihat-lihat objek-objek wisata dengan pemandangan yang menarik atau hal- hal lain dengan tujuan yang sama.
Ogilvie (1993) merupakan orang pertama yang melakukan penelitian ilmu sosial.
Dia menguraikan bahwa seorang turis adalah setiap orang yang melakukan perjalanannya memenuhi 2 kondisi, yaitu sebagai berikut:
(24)
1. Orang tersebut sedang tidak berada di tempat kediamannya selam periode waktu tertentu yang relatif singkat.
2. Uang yang dibelanjakan selama tidak berada di tempat kediamannya adalah uang yang dibawa dari tempat kediamannya dan bukan uang yang diperoleh di tempat tujuan yang dikunjunginya.
Cohen (1974: 529) mengomentari bahwa defenisi dari Ogilvie mengenai wisatawan tersebut diatas merupakan penerjemahan isi yang ditemukan dalam defenisi-defenisi lainny, defenisi bahwa wisatawan adalah:
“Orang yang melakukan perjalanan untuk rekreasi atau kesengangan ke dalam bentuk-bentuk ekonomi sebagai konsumen”.
Frechtlign (1976: 60) dalam analisisnya mengenai definisi-defenisi tersebut diatas tlah menyusun empat criteria dasar yang diperguanakan dalam perumusaan defenisi tersebut yaitu:
1. Tujuan perjalanan 2. Moda Transportasi
3. Lama tinggal di tempat tujuan 4. Jarak perjalanan.
The National Tourism Resources Review Commission (NTRRC) mendefenisikan wisatawan sebagai berikut:
“Wisatawan adalah orang yang melakukan perjalanan dengan jarak rempuh sekurang-kurangnya 50 mil hingga ke tempat tujuan untuk keperluan bisnis, bersenang-senang, urusan pribadi atau untuk keperluan lainnya, kecuali
(25)
perjalanan pulang pergi untuk pekerjaan. Biro sensus Amerika Serikat juga telah membuat definisi hampir sama dengan defenisi tersebut, tetapi memeperpanjan g jarak tempuhnya menjadi 100 mill”.
Pada tahun 1963 PBB telah mensponsori suatu konferensi nengenai travel dan pariwisata yang diadakan di Roma. Untuk keperluan statistik, istilah visitor (pengunjung) menunjukkan orang yang mengunjungi suatu negara dimana dia bertempat tinggal, untuk berbagai tujuan selain dari memenuhi kesempatan yang diberikan oleh negara yang dikunjungi. Defenisi ini mencakup:
1. Tourist adalah para pengunjung sementara yang tinggal sekurang-kurangnya 24 jam di Negara yang dikunjingi dan tujan perjalanan dapat diklasifikasikan dibawah salah satu dari beberapa golongan berikut:
Untuk bersenang-senang (rekreasi, berlibur, kesehatan, belajar, keagamaan dan olahraga).
Bisnis, keluarga, mission, rapat
2. Excursionist adalah orang yang merupakan pengunjung sementara yang kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang dikunjungi para pelaku perjalanan melakukan kapal-kapal pesiar (Internasitional Union of Official Travel Organization (IUOTO, 1963: 14)
Menurut defenisi dari PBB tersebut diatas, wisatawan dapat dikelompokkan, dalam peristilahan Bound Bovy, menjadi rekreasi akhir pekan dan libur singkat serta menjadi libur panjang. Orang yang melakukan rekreasi akhir pekan dan rekreasi
(26)
suatu hari dapat dimasukkan dalam kategori wisatwan ekserkusi (excercusionist). Namun demikian pembedaan ini gagal untuk memisahkan dampak-dampak dari bentuk rekreasi lainnya karena kedua kelompok ini dapat sama-sama berpartisipasi dalam aktivitas yang sama di lokasi yang sama.
2.4 Mitologi Kepariwisataan
Dalam perubahan masa, satu ketetapan pada dua dekade belakangan ini terus-menerus dikembangkan kedua hal dari kepariwisataan, yaitu aktivitas dan industri. Kepariwisataan merupakan hal yang luar biasa dalam menahan kondisi politik dan ekonomi yang merugikan dan perkembangannya tidak dapat dielakkan sebagai pasar yang menarik, dilain pihak kepariwisatan tidak jarang menjadi kambing hitam sebagai penyebab menurunnya nilai-nilai social dalam masyarakat, dan seringkali pekerjaan dan perolehan keuangan dari kepariwisataan tampaknya terselubung dalam berbagai tujuan.
Jelasnya kesan yang menarik dari kepariwisataan menjadi sedikit pudar dengan adanya persepsi umun yang salah dalam menafsirkan kepariwisataan. Kondisi ini perlu diantisipasi dengan solusi sebagai berikut:
1. Kepariwisataan didominasi oleh wisatawan domestik (melakukan perjalanan di negerinya sendiri) dan bukan wisatawan mancanegara.
2. Perjalanan kepariwisaataan di dunia dilakukan dengan transportasi melalui darat, bukan melalui udara.
(27)
3. Pariwisata bukan semata-mata mengisi waktu luang, tetapi dapat juga merupakan urusan bisnis, pemeliharaan dan perawatan kesehatan, pendidikan, dll.
Pariwisata sudah sepantasnya untuk dijadikan suatu bentuk kajian ilmu pengetahuan yang akan terus mengalami perkembangan menjadi bidang studi dan kemudian mengarah pada suatu disiplin ilmu. Peningkatan dan pengembangan studi kepariwisataan ini menemui beberapa permasalahan, diantaranya:
1. Seputar masalah kepariwisataan itu sendiri merupakan masalah yang cukup kompleks, yaitu berupa ketidaktransparanan dan kelemahan konsepnya, membuat sebagian orang masih tidak menyetujui konsep dan defenisi peristilahan dalam kepariwisataan, dan terdiri dari apa sajakah kepariwisataan itu.
2. Kepariwisataan melliputi bermacam-macam sektor industri dan pokok-pokok akademik, akan tetapi memberikan sumber yang tidak pasti, juga kepada para siswa.
3. Kepariwisataan mengalami kekurangan sumber data yang seragam serta
berkualitas.
Dalam memandang kompleksitas kepariwisataan tersebut, Leiper mengemukakan 3 elemen kepariwisataan, yaitu kegiatan wisatwan, sector-sektor industri dan letak geografis dari daerah tujuan wisata, yang diuraikan lebih lanjut sebagai berikut:
(28)
1) Wisatawan
Wisatawan merupakan pelaku utam dalm system ini. Pariwisata merupakan suatu pengalaman manusia yang meneyenangkan dan membantu membuang rasa jenuh dari kehidupan sehari-hari yang bersifat rutin dan membosankan.
2) Letak Geografis
Dalam system ini, terdapat 3 daerah utama, yaitu: a. Daerah Asal Wisatawan
Yaitu daerah yang membangkitkan kunjungan wisatawan menuju daerah atau Negara tertentu.
b. Daerah Tujuan Wisata
Dalam banyak hal, daerah tujuan wisata merupakan akhir dari perjalanan wisata, di tempat wisata pengaruh kuat dari kepariwisataan akan banyak dirasakan. Di tempat inilah wisatawan mengimplementasikan rencana dan tujuan utama perjalanan wisatanya.
c. Daerah Rute Transit
Daerah ini merupakan daerah antara tempat persinggahan sementara bagi wisatawan yang sedang melakukan perjalanan. Tidak menutup kemungkinan bahwa daerah ini menjadi tujuan akhir dari perjalanan
(29)
wisatawan dikarenakan beberapa alasan sehingga wisatawan tidak melanjutkan perjalannya ke daerah wisata yang dituju.
3) Industri Pariwisata
Bagian ini dipandang sebagi kegiatan perusahaan dan organisasi yang menyangkut pengantar produk kepariwisataan. Adapaun yang termasuk dalam industri pariwisata adalah industri yang terkait dengan penyelenggaraan kegiatan wisata untuk melayani wisatawan sejak keberangkatan dari tempat asal hingga tiba di tempat tujuan, seperti: biro perjalanan wisata, transportasi, hotel, toko cendramata, dll.
Ketiga elemen yang disebutkan diatas saling berinteraksi satu dengan yang lain, tidak hanya sebagai pengantar produk pariwisata tetapi juga dalam hal transaksi dan daya tarik dari pariwisata itu sendiri.
2.4 Sistem Kepariwisataan
Sistem Kepariwisataan yang kompleks ini menurut para pengelola usaha pariwisata untuk mampu:
- Mengontrol perubahan-perubahan yang terjadi dilingkungannya
- Mengelola sumber daya manusia yang mampu menjaga mutu produk
- Mempelajari karakateristik pariwisata yang akan datang ke daerahnya.
(30)
Dari model yang sederhana di atas, dapat dilihat bahwa kepariwisataan dapat dipandang sebagi suatu jajaran dari seluruh individu, perusahaan, organisasi, dan pengantar dari suatu kegiatan wisata.
Untuk mendefenisikan kepariwisataan yang tidak hanya meliputi keprcayaan dan rasa memeliki saja, tetapi juga pertimbangan yang lebih praktis mengenai ukuran dan perundang-undangan .
Sifat dasar dari kepariwisataan tersebut adalah sebagai berikut:
- Kepariwisataan timbul di luar pergerakan manusia dan tempat tinggalnya dengan tujuan yang berbeda-beda.
- Ada dua elemen dalam kepariwisataan, yaitu tujuan perjalanan dan lama tinggal wisatawan di tempat wisata.
- Merupakan perjalanan dengan meninggalkan tempat asalnya dan tinggal di suatu tempat yang memberikan suatu suasana yang berbeda.
- Lama tinggal di suatu tempat wisata bersifat sementara dan dalam waktu yang pendek untuk kemudian kembali ke tempat asalnya.
2.5 Peran Masyarakat atau Penduduk dalam Mendukung Pelestarian Objek Wisata
Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata sekarang menjadi bidang penelitian penting di berbagai bagian dunia.
Lui, Sheldon dan Var (1987) mengatakan bahwa:
(31)
“Persepsi penduduk suatu wilayah tentang pariwisata berbeda-beda dari sisi kualitas dan intensitas”.
Persepsi penduduk mengenai dampak lingkungan pariwisata juga ditemukan merupakan fungsi rasio wisatawan-penduduk, dikaitkan dengan daya tampung wilayah.
Lui et al.(1987) mengatakan bahwa:
“ Kalau rasio wisatwan-penduduk naik, maka bertambah tinggi pula persepsi negatif mengenai dampak pariwisata pada lingkungan fisik, dan demikian juga halnya dengan persepsi perlunya melindungi apa saja yang masih tersisa dari lingkungan bersangkutan”.
Duffield dan Long (1982) menemukan bahwa,
“Wilayah-wilayah yang memiliki rasio wisatwan penduduk yang rendah cenderung mempunyai penduduk yang bersikap positif mengenai dampak pariwisata”.
Belisle dan Hoy (1980) menyimpulkan bahwa:
“ Sikap positif penduduk merupakan fungsi dari tahap perkembangan pariwisata di wilayah bersangkutan, dan karena itu juga fungsi dari persepsi tentang dampak sosisal, budaya dan fisik pariwisata pada masyarakat bersangkutan dan lingkungannya”.
Lui, Sheldon dan Var (1987) juga menemukan bahwa,
(32)
“ Penduduk tidak hanya menyalahkan wisatawan atas perubahan-perubahan lingkungan, tetapi juga memahami berbagai manfaat yang dihasilkan industri tersebut, seperti pelestarian bangunan dan tempat bersejarah”.
Ada gunanya dicatat bahwa sebagian besar kajian terfokus pada persepsi menyeluruh mengenai dampak pariwisata, bukan unsur-unsur dari fasilitas tertentu di dalam suatu fungsi masyarakat. Kajian mengenai unsur-unsur dan fasilitas ini dilakukan oleh penelitian di bawah ini:
Allen, Long, Perdue dan Keiselbach (1988) mempelajari 33 unsur khusus mengenai kehidupan masyarakat yang mewakili tujuh aspek fungsi masyarakat:
Pelayanan umum
Faktor ekonomi Faktor lingkungan Pelayanan kesehatan Peran serta warga Pendidikan formal dan
Pelayanan rekreasi bersama dan pembangunan pariwisata.
Kajian mereka mengungkapakan bahwa peran serta warga, pelayanan umum
dan lingkungan merupakan hal-hal paling peka bagi perkembangan pariwisata. Kalau pariwisata semakin berkembang, maka kepuasan responden dalam hal kesempatan-kesempatan bagi peran serta warga dan pelayanan umum menurun, demikian pula dengan kedudukan penting yang diberikan penduduk kepada peran serta warga.
(33)
Kepuasan dari sisi pelayanan kesehatan dan kesempatan rekreasi dan kedudukan penting yang diberikan pada soal lingkungan lebih merupakan fungsi dari jumlah penduduk dari pada perkembangan pariwisata secara keseluruhan.
1. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap penduduk
Sikap masyarakat pada peluang dan maslah yang diakitabtkan oleh pertumbuhan pariwisata tergantung pada berbagai faktor, dan salah satu yang terpenting diantaranya adalah sikap dasar masyarakat pada pariwisata.
Banyak pengamat (misalnya British Tourist Authority 1975, de Kadt 1979, MacFarlane 179) mengatakan bahwa:
“ Faktor yang berpengaruh besar pada sikap masyarakat terhadap pariwisata adalah tingkat hubungan wisatawan dengan penduduk setempat. Selain itu, tingkat hubungan ini tidak sama, tetapi berbeda-beda dari satu tempat ke tempat lain”.
Smith (1980) mengajukan suatu model untuk menjaelaskan pengaruh tempat ini.
Menurut pendapatnya,
“Kalau harapan dan kebutuhan wisatawan terpenuhi di wilayah tujuan inti, maka wisatawan bersangkutan akan tetap di situ dan cenderung tidak akan
(34)
mencoba masuk ke wilayah perumahan penduduk di tempat-tempat sekitar wilayah inti tadi”.
Murphy (1980,1981) menemukan bahwa,
“Penduduk dari tipe-tipe tertentu memiliki sikap yang lebih positif mengenai pariwisata daripada penduduk lainnya. Penduduk yang lebih mempunyai kepentingan ekonomi dalam pariwisata lebih bersikap bersahabat pada wisatawan daripada penduduk lainnya”.
Beberapa kalangan mengatakan, salah satu sebab mengapa penduduk setempat umumnya memeberikan nilai rendah pada pariwisata, dibangingkan dengan kelompok lain seperti pengusaha dan pemerintah setempat, ialah karena merka tidak tahu besarnya manfaat ekonomi yang dihasilkan pariwisata bagi masyarakat mereka.
British Tourist Authority (1975), yang dikutip Murphy (1985), menemukan bahwa:
“Masyarakat umumnya mendapat informasi yang salah mengenai sumbangan pariwisata baik bagi ekonomi masyarakat setempat maupun bagi ekonomi nasional”.
Faktor-faktor lain juga dikemukakan untuk menjelaskan perbedaan dalam sikap ini. Murphy (1981) menemukan ada kaitan erat antara peranan pariwisata yang bersifat musiman dan masyarakat setempat dan sikap warganya.
Kajian dalam kerangaka yang lain menemukan hasil yang mirip dengan kajian Murphy (1985) di Inggris. Belisle dan Hoy (1980) mengatakan bahwa:
(35)
“ Penduduk setempat umumnya mengatakan meningkatnya kejahatan seperti perampokan, pengedaran obat bius, penyelundupan, dan pelacuran disebabkan oleh pertumbuhan pariwisata. Namun demikian, mereka umumnya menyambut baik pertumbuhan wisatawan karena manfaat ekonomi yang mereka peroleh”.
Murphy juga menemukan bahwa,
“Masyarakat setempat makin banyak memberi perhatian pada masalah sampah dan kerusakan yang umumnya mereka kaitkan dengan gelombang masuknya wisatawan”.
Berkaitan dengan sampah, kajian di Turki oleh Var, Kendall dan Tarakcioglu (1985) menemukan bahwa,
“Meskipun sampah merupakan persoalan bagi penduduk, ketiga peneliti ini yakin bahwa lingkungan lebih banyak dikotori oleh penduduk setempat daripada oleh wisatawan”.
Dari pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika industri pariwisata ingin memperbaiki citranya dalam kaitannya dengan masyarakat setempat, maka harus dicari jalan untuk meningkatkan manfaat dan menghilangkan sedapat mungkin persoalan-persoalan tersebut di atas. Kita yakin bahwa titik permulaan yang tepat ialah mengurangi rasa tertekan dan gangguan yang dirasakan masyarakat yang
(36)
berkaitan dengan makin bertambahnya volume kegiatan usaha dengan cara memisahkan berbagai fungsi dan membatasi pembangunan di daerah tertentu.
(37)
BAB III
KAWASAN LAPANGAN MERDEKA
3.1 Sejarah Kota Medan 3.1.1 Medan Tanah Deli
Pada zaman dahulu Kota Medan ini dikenal dengan nama Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih seluas 4000 Ha. Beberapa sungai melintasi Kota Medan ini dan semuanya bermuara ke Selat Malaka. Sungai-sungai itu adalah Sei Deli, Sei Babura, Sei Sikambing, Sei Denai, Sei Putih, Sei Badra, Sei Belawan dan Sei Sulang Saling/Sei Kera.
Pada mulanya yang membuka perkampungan Medan adalah Guru Patimpus lokasinya terletak di Tanah Deli, maka sejak zaman penjajahan orang selalu merangkaikan Medan dengan Deli (Medan–Deli). Setelah zaman kemerdekaan lama kelamaan istilah Medan Deli secara berangsur-angsur lenyap sehingga akhirnya kurang populer.
Dahulu orang menamakan Tanah Deli mulai dari Sungai Ular (Deli Serdang) sampai ke Sungai Wampu di Langkat sedangkan Kesultanan Deli yang berkuasa pada waktu itu wilayah kekuasaannya tidak mencakup daerah diantara kedua sungai tersebut.
Menurut Volker pada tahun 1860 Medan masih merupakan hutan rimba dan disana sini terutama dimuara-muara sungai diselingi pemukiman-pemukiman
(38)
penduduk yang berasal dari Karo dan semenanjung Malaya. Pada tahun 1863 orang-orang Belanda mulai membuka kebun Tembakau di Deli yang sempat menjadi primadona Tanah Deli. Sejak itu perekonomian terus berkembang sehingga Medan menjadi Kota pusat pemerintahan dan perekonomian di Sumatera Utara.
3.1.2 Legenda Kota Medan
Menurut legenda di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli lama kira-kira 10 Km dari Kampung Medan yakni di Deli Tua sekarang seorang Putri yang sangat cantik dan karena kecantikannya diberi nama Putri Hijau. Kecantikan Putri ini tersohor kemana-mana mulai dari Aceh sampai ke ujung Utara Pulau Jawa.
Sultan Aceh jatuh cinta pada Putri itu dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran Sultan Aceh itu ditolak oleh saudara kedua laki-laki Putri Hijau. Sultan aceh sangat marah karena penolakan itu dianggapnya sebagai penghinaan terhadap dirinya. Maka pecahlah perang antara Kesultanan Aceh dengan Kesultanan Deli.
Menurut legenda yang tersebut diatas, dengan menggunakan kekuatan gaib seorang dari saudara Putri hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Aceh hingga akhir hayatnya.
Kesultanan Deli lama mengalami kekalahan dalam peperangan itu dan karena kecewa Putra Mahkota yang menjelma menjadi meriam itu meledak sebagian, bagian
(39)
belakangnya terlontar ke Labuhan Deli dan bagian depannya kedataran tinggi Karo kira-kira 5 Km dari Kabanjahe.
Putri Hijau ditawan dan dimasukkan dalam sebuah peti kaca yang dimuat kedalam kapal untuk seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambo Aye, Putri Hijau mohon diadakan satu upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaannya, harus diserahkan padanya sejumlah beras dan beribu-ribu telur dan permohonan tuan Putri dikabulkan. Tetapi baru saja uapacara dimulai tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang maha dahsyat disusul gelombang-gelombang yang sangat tinggi.
Dari dalam laut muncullah abangnya yang telah menjelma menjadi ular naga itu dan dengan menggunakan rahangnya yang besar itu diambilnya peti tempat adiknya dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang masih terkenal di kalangan masyarakat Deli dan malahan juga dalam masyarakat Melayu di Malaysia.
Di Deli Tua masih terdapat reruntuhan Benteng dan Puri yang berasal dari zaman Putri Hijau, sedang sisa meriam penjelmaan abang Putri Hijau itu dapat dilihat di halaman Istana Maimun Medan.
(40)
3.2 Profil Sumatera Utara Khusunya Kota Medan
Indonesia dikenal sebagai kawasan yang penuh dengan petualangan. Begitu juga dengan suasananya yang sulit untuk dilupakan. Salah satunya adalah Provinsi Sumatera Utara, sebagai pintu gerbang daerah tujuan wisata (DTW) di sebelah barat Indonesia.
Provinsi Sumatera Utara dengan ibu kota Medan, penduduknya terdiri dari atas beberpa kelompok masyarakat yang terdiri dari masyarakat Melayu, Batak Karo, Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Angkola dan Nias, selain itu di Sumatera Utara juga terdapat suku-suku bangsa lain seperti Aceh, Padang, Sunda, Jawa, Banjar, Bugis, India dan Cina.
Kelompok masyarakat tersebut menganut berbagai agama seperti Islam,
Kristen, Hindu dan Budha, aliran kepercayaan karena itu maka adat istiadatnya pun bertradisi agama yang mereka anut, namun faham kegotongroyongan masih tetap berjalan dalam masyarakat.
Apalagi Sumatera selain pulau terbesar kedua dari 17.054 pulau di Nusantara dan sangat dekat dengan daratan benua Asia baik secara geografis maupun histories. Provinsi Sumatera Utara terletak antara Sealat Malaka di sebelah timur dan birunya Samudra Indonesia sebagai batas di sebelah barat.
Dikelilingi sumber daya alam tropis yang kaya, Sumatera Utara memiliki panorama spektakuler, antaranya dataran tinggi Bukit Barisan, hamparan sawah yang permai, batu karang berwarna warni serta berbagai objek wisata yang nyaman.
(41)
Letaknya yang relative dekat dengan Malaysia dan Singapura membuat provinsi ini menjadi tujuan yang populr bagi wisatwan manca-negara. Sumatera Utara terus berkembang sebagai DTW olah raga alternative, seperti Arung Jeram, Kayak Arus Deras, Selancar, Sepeda Gunung, Menyelam dan lain sebagainya.
Provinsi ini meliputi areal 71.680 kilometer persegi, terdiri dari dataran rendah ditumbuhi hutan bakau di bagian timur dan daerah berpegunungan yang luasnya hamper dua pertiga luas provinsi. Tidak terkecuali salah satu danau terbesar di dunia yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi, dikenal dengan Danau Toba. Perbedaan alam yang mencolok ini menciptakan pemandangan unik tiada bandingnya.
Adapun objek-objek wisata yang terdapat di Sumatera Utara khususnya Kota Medan adalah:
No Objek Wisata di Kota Medan Jenis Objek
1 Istana Maimoon Sejarah
2 Mesjid Raya Bangunan
3 Klenteng Gunung Timur Sejarah
4 Rahmat Gallery Fauna
5 Kuil Shri Mariamman Bangunan
6 Kebun Binatang Fauna
(42)
Sumber: Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Medan
3.3 Cerita Singkat Lapangan Merdeka
Lapangan Merdeka itu peninggalan sejarah sebagai bukti buat anak cucu disanalah para pejuang bangsa membacakan Teks Proklamasi Kemerdekaan RI 1945.
Di sisi pinggiran lapangan terdapat pohon-pohon rindang sebelumnya sebagai tempat berteduhnya warga Medan. Pohon-pohon raksasa tampak jelas berumur lebih dari seratus tahun menghiasi alun-alun dan dikelilingi oleh bangunan tua yang sangat indah apalagi pada saat berada di lapangan tersebut dapat menyaksikan langsung bangunan tua tersebut. Berikut gambar Lapangan Merdeka pada zaman dahulu.
7 Asam Kumbang Taman Buaya
8 Tjong A Fie Sejarah
9 Menara Tirtanadi Sejarah
10 Museum Perjuangan Sejarah
(43)
m m b t b p A masih b mengam D besar di tersebut berfungs pameran G S Alun-alu berfungsi mbil temp Di sekita iantarany menjad si sebag n produk Gambar 3 Sumber : un denga i sebaga pat di lap ar Lapan ya Kanto di pusat gai tem k UKM 3.1 Lapa www.g an poho ai alun-a pangan b ngan M or Pos, kota dan mpat dila atau upa angan M google.co on-pohon alun Kot berumpu Merdeka M
Hotel, B n pusat aksanaka acara pe Merdeka p om n besar ta Meda ut rapi in Medan Bank, da
perdaga annya s eringatan pada zam Lapang an, Shol ni. tersebut an stasiu angan. S serangka n. Sejak man dahu gan Mer lat Idul dibangu un keret ekarang aian aca dua tah ulu rdeka sa Fitri mi unlah ge ta api hi
, di Lap ara sere hun terak
ampai sa isalnya,
edung-g ingga w pangan M
emoni s khir suda aat ini masih gedung wilayah Medan seperti ah ada
(44)
Merdeka Walk yang menutupi Lapangan Merdeka sebagai pusat makanan dan hiburan.
Namun satu hal yang harus menjadi contoh, meskipun banyak gedung yang dibangun di sekitar situ, Lapangan Merdeka Medan sama sekali tak diganggu gugat. Lokasi tersebut tetap dibiarkan terbuka dan bersih. Dulu di situ ada monumen perang Tamiang. Monumen yang mencatat bagaimana dan siapa-siapa saja tentara belanda yang gugur saat berperang dengan tentara Tamiang. Tapi di tahun 1950-an monumen itu dihancurkan oleh PKI.
Ternyata bukan di situ saja terdapat patung dan monumen bersejarah. Di atas puncak air mancur depan gedung kantor pos pun dulunya terdapat patung Nienhuys. Patung tersebut didirikan salah satunya untuk mengenang dia sebagai tokoh bisnis di Kota Medan. Tapi, lagi-lagi, patung itu kini sudah tak bisa lagi ditemukan di air mancur itu, patung tersebut disimpan oleh salah satu pihak perkebunan yang saat ini telah berganti nama menjadi PTP.
Ceritanya, karena gedung-gedung utama dibangun di area sekitar lapangan hingga menjadi pusat perdagangan dan pusat kota, maka pada abad ke-19 Lapangan Merdeka Medan disepakati sebagai titik nol-nya Kota Medan.
3.4 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka
Di sekitar kawasan Lapangan Merdeka dikelilingi oleh bangunan-bangunan bersejarah yang berdiri sejak zaman colonial Belanda. Mulai dari bangunan
(45)
bersejarah dari kawasan Kesawan Square hingga di sekitar kawasan Lapangan Merdeka.
Berikut adalah bangunan-bangunan bersejarah yang terdapat di sekitar Lapangan Merdeka:
No Bangunan bersejarah di sekitar kawasan Lapangn Merdeka
1 Gereja Immanuel
2 Lonsum
3 Tjong A Fie
4 Restoran Tip Top
5 Bank Indonesia
6 Hotel Dharma Deli
7 Kantor Pos
3.5 Deskripsi Objek-Objek Wisata yang Terdapat di Kota Medan dan di Sekitar Kawasan Lapangan Merdeka
3.5.1 Objek Wisata di Kota Medan 1. Istana Maimoon
Istana Maimoon merupakan salah satu objek wisata utama di Medan. Istana ini dibnagun pada tahun 1888 oleh Sultan Makmun Al Rasyid Perkasa Alamsyah. Sultan Makmun Al-Rasyid memerintah dari tahun 1873-1924. Arsiteknya adalah TH.Van Erp bekerja seabgai tentara KNIL. Rancangannya melambangkan Bangunan Tradisional Melayu dan
(46)
India Muslim. Sedangkan gaya arsitekturnya perpaduan antara Indonesia, Persia dan Eropa.
2. Mesjid Raya
Mesjid ini sebgai lambang kota Medan. Mesjid ini dapat menampung sekitar 1.500 jamaah. Mesjid ini dibangun oleh Sultan Makmun Al Rasyid didesain oleh Dengimans dari Belanda dengan gaya Moorish dan berdiri pada tahun 1906.
3. Klenteng Gunung Timur
Vihara Gunung Timur dikenal sebagai Vihara Budha tertua di Medan. Didirikan oleh umat Budha pada tahun 1962, terletak di suatu lokasi strategis di tepi sungai Babura. Vihara ini digunakan untuk bersembahyang setiap hari dan juga digunakan untuk acara ritual lainnya dalam agama Budha seperti memperingati hari ulang tahun Sidharta Gauta-Ma biasanya tanggal 4 s/d 15 April setiap tahun, Perayaan Imlek dan sebagainya.
4. Rahmat Gallery
“Rahmat” International Wildlife Museum & Gallery adalah satu-satunya di Asia yang memiliki ± 850 koleksi satwa dari berbagai negara.
(47)
Keseluruhan spesies diawetkan dengan penampilan ekspresif dan anatomi estetika berkualitas tinggi sehinggaa benar- benar terlihat seperti binatang hidup. Museum yang terbagi dalam 6 bagian, menampilkan kelompok binatang menyusui, unggas, binatang melata, ampibi, ikan dan serangga. Keseluruhan binatang dikumpulkan secara professional melalui kejuaraan berburu yang sesuai dengan peraturan konservasi binatang liar internasional.
5. Kuil Shri Mariamman
Kuil Shri Mariamman merupakan Kuil Hindu tertua di Medan. Dibangun pada tahun 1884 oleh umat Hindu dan berada di jalan Zainul Arifin.
6. Kebun Binatang
Kebun binatang ini dikelola oleh Pemerintah Kota Medan yang berisi berbagai jenis hewan tropis, hewan-hewan mamalia, reptile, dan lain-lain. Luas areal sekitar ± 30 hektar dengan jarak 10 Km dari pusat kota, terletak di Jalan Pintu Air IV Kelurahan Simalingkar B Kecamatan Medan Tuntungan. Buka setiap hari pukul 09.00-17.00 Wib.
(48)
7. Asam Kumbang
Lo Than Mok pemilik 2600 ekor buaya, yang mulai pemeliharaan sejak tahu 1959. Terletak di Kelurahan Asam Kumbang Kecamatan Medan Selayang , luas area ± 2 hektar, jaraknya 10 km dari pusat kota.
8. Tjong A Fie
Rumah Tjong A Fie di bangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di Jalan Ahmad Yani (Kesawan).
9. Menara Tirtanadi
Satu ciri lagi khas Kota Medan adalah bangunan Menara Air yang kini menjadi milik Perusahaan Air Minum Daerah Tirtanadi. Menara Tirtanadi sebagai tangki penyimpanan air bersi kebutuhan warga kota sejak zaman colonial Belanda sampai sekarang.
10. Museum Perjuangan
Museum Militer ini dibuka pada tahun 1971. Museum ini merupakan salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi yang menyimpan benda-benda sejarah perjuangan ABRI dan rakyat di Sumatera Utara
(49)
seperti senjata, obat-obatan dan pakaian seragam yang digunakan pada perang kemerdekaan Indonesia melawan pemberontakan pada tahun 1958. Museum ini terletak di Jalan Zainul Arifin.
3.5.2 Objek-Objek yang Terdapat di Sekitar Lapangan Merdeka 1. Gereja Immanuel
Gereja Immanuel merupakan Gereja tertua di Medan. Lokasinya di Jalan Diponegoro yang dibangun pada tahun 1921. Gereja ini masih dibangun oleh Uma Kristiani umtuk kebaktian hari minggu dan hari lainnya seperti upacara pernikahan, Misa Natal dan sebagainya. Gereja ini dapat menampung sekitar 500 Umat Kristiani.
2. Lonsum
PT. LONDON SUMATERA INDONESIA.
Gedung ini dulunya disebut Juliana Building pada tahun 1920-an, dan sekarang dihuni oleh PT. London Sumatera Indonesia (Lonsum). Saat didirikan gedung ini memiliki Harrison & Crossfield, sebuah perusahaan perkebunan milik Inggris.
4. Tjong A Fie
Rumah Tjong A Fie merupakan gedung bergaya arsitektur Tiongkok kuno yang sangat fanstastis dan dibangun pada tahun 1900. Lokasinya terletak di
(50)
Jalan Ahmad Yani (Kesawan). Dia adalh jutawan pertama di Sumatera yang namanya sangat terkenal sampai sekarang walupun dia sudah wafat pada tahun 1921. Kesuksesannya berkat usaha dan hubungan baiknya dengan Sultan Deli dan para pembesar perkebunan tembakau Belanda. Hingga saat ini, rumah tersebut masih ditempati oleh keluarga Tjong A Fie.
5. Restaurant Tip Top
Restaurant ini terkenal dengan es krimnya yang enak. Salah satu menu andalan favorit disini adalah "Java Ice Cream". Restaurant ini sudah dibuka sejak tahun 1940. Es krimnya juga es krim racikan jaman dahulu. Harganya dimulai dari harga Rp 15000,- - Rp 35000,-, restaurant ini terletak di Jalan Keswan.
6. Bank Indonesia
Gedung Javasche Bank. Di bangun tahun 1910 oleh firma arsitek Hulswit and Fermont dari Weltevreden dan Ed Cuypers dari Amsterdam, gedung ini mengambil gaya klasik dengan beberapa ornamen gaya Jawa.
7. Hotel Dharma Deli
Hotel Mijn De Boer (lebih populer dipanggil, Hotel De Boer kini bernama Hotel Natour Dharma Deli) adalah sebuah hotel bergaya kolonial yang terletak di Jalan Balai Kota, Medan Petisah, Medan, Indonesia berada di sebelah barat laut lapangan “Esplanade” (Lapangan Merdeka), beberapa
(51)
8 m A k a M
8. K
G t u S i s meter AeintHer kolonial artis-arti Mata Ha Kantor P Gedung tahun 19 untuk In SNUYF. ini menja suasana p dari rmanDe pernah s Barat ari, mata-Pos ini wuju 911 oleh ndonesia . Kantor adi Kant pada Ma G Su Kantor eBoer. H dihuni o yang ter -mata ya ud sejar harsitek S a pada m r Pos ini
tor Pos P alam Ha Gambar 3 umber : Pos, Hotel ini oleh tam rkenal, d ang terke ah yang SNUYF, masa itu i lokasin Pusat di ari 3.2 Kant www. g dibu dibangu mu-tamu di antara enal. g sangat , Direktu u. Gedun nya pers i Sumate
tor Pos P google.co at me un pada kehorm anya Raj menakju ur Jawat ng ini m sis di dep era Utara
Pusat Me om
enurut tahun 1 matan pem
ja Léopo
ubkan, s tan Peke merupaka pan Hot a. Beriku edan nama 1898 dan merintah old II da
selesai d erjaan U an karya tel Dhar
ut gamb
pemi n pada z h Beland ari Belg dibangun Umum Be a besar rma Deli bar Kanto liknya zaman da dan ia dan n pada elanda utama i. Saat or Pos
(52)
BAB IV
UPAYA PELESTARIAN
LAPANGAN MERDEKA MEDAN
4.1 Perubahan Fungsi Lapangan Merdeka
Dari hasil penelitian yang penulis temukan ada dua nilai yang kian pudar sehingga terjadinya perubahan Fungsi dari Lapangan Merdeka yang sekarang tidak pada fungsi awalnya dan kini juga Lapangan Merdeka ini bergeser ke fungsi bisnis. Adapun perubahan yang telah terjadi pada Lapangan Merdeka ini adalah:
1. Nilai Sejarah Lapangan Merdeka Medan yang Kian Pudar
Lapangan Merdeka Medan terus berubah belakangan ini. Fungsi lapangan yang dikenal sebagai alun-alun kota, kian dibatasi dengan alasan menjaga fasilitas umum demi keindahan kota. Kini, simbol atau identitas sejarah panjang Kota Medan itu lebih menonjol fungsi bisnisnya.
Jika melintasi Lapangan Merdeka Medan sejak Desember 2009 lalu, pekerja pertamanan tengah mengerjakan pagar besi berpenyanggah beton di sisi Utara dan Selatan, dengan dua pintu utama. Kini, pagar bercat hijau telah memisahkan area pinggir jalan keliling dengan area di dalam lapangan.
Dulu, kendaraan bisa parkir ke tengah lapangan dan pinggirannya, sekarang tidak bisa lagi. Pintu utama dari Jalan Pulau Pinang selalu tertutup rapat. Biasanya pengunjung bisa memarkirkan kendaraannya di belakang podium.
(53)
Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan, M Idaham, baru-baru ini mengatakan,
“Pemagaran itu untuk melindungi fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, menurutnya, pagi-pagi sudah dibuka pukul 04.30 WIB. Hal ini untuk memberi akses kepada warga yang selama ini memanfaatkan Lapangan Merdeka sebagai tempat olah raga atau sekadar jogging. Sedangkan malam hari, pukul 23.00 WIB pagar ditutup agar warga tidak sembarangan lagi ke dalam. Karena potensi terjadinya kerusakan fasilitas di dalam Lapangan Merdeka, terjadi malam hari. Seperti rusak dan hilangnya sarana permainan untuk anak-anak”.
Idaham juga menyatakan,
“Tidak ada larangan bagi warga untuk menggunakan Lapangan Merdeka di jam bebas, hanya saja mobil dan kendaraan roda dua tidak boleh masuk k areal lapangan, silahkan saja menggunakan lapangan, asalkan tetap menjaga dan sesuai jadwal yang sudah dijadwalkan”
Dari sisi pemanfaatan, kebijakan Pemko Medan mengelola Lapangan Merdeka Medan cenderung menghilangkan nilai sejarah. Kawasan lapangan itu yang dulunya antik dikelilingi bangunan tua, kini sudah dijejali bangunan baru dengan alasan modernisasi. Dulunya, Lapangan Merdeka Medan merupakan salah satu sarana tempat olahraga masyarakat dari berbagai kalangan. Sekeliling lapangan tampak kosong dan asri. Tetapi sekarang serba tertutup dan hiruk-pikuk setelah Merdeka Walk dibuka. Itupun, retribusi dari Merdeka Walk diakali para oknum pejabat kota dengan perlakukan khusus.
(54)
Perubahan wajah kawasan Lapangan Merdeka sudah sangat kontras belakangan ini. Fungsi bisnisnya sudah lebih dominan, walaupun sampai saat ini Lapangan Merdeka masih berfungsi sebagai alun-alun Kota Medan. Misalnya upacara peringatan Hari Kemerdekaan RI, Salat Idul Fitri dan kegiatan akbar lainnya masih digelar di sini.
Lapangan ini mempunyai kepadatan bangunan bersejarah sangat tinggi, yaitu Lapangan Merdeka sendiri dan sekitarnya. Dengan mengunjungi Lapangan Merdeka, kita sudah merasa seakan terlempar ke abad lalu. Pohon-pohon raksasa menghiasi alun-alun ini. Sementara di sekitar kita, paling tidak ada sebelas bangunan tua yang relatif masih utuh seperti saat didirikan.
Salah satu kelemahan Lapangan Merdeka adalah, pembangunan dan perawatan oleh Pemerintah Kota saat ini sering mengabaikan masalah kontinuitas desain. Banyak tambahan ornamen baru yang tidak nyambung dengan suasana yang sudah ada. Pagar Lapangan Merdeka, bentuk trotoar dan lampu jalanan tidak menyatu dengan suasana sekitarnya. Ada perpaduan yang buruk antara masa lalu dan masa kini.
Lapangan Merdeka yang seharusnya lapang, kini semakin sempit. Kios buku-buku bekas yang dibangun Pemko Medan, justru menyesaki lapangan. Ada pula pos polisi menempel di sisi Utara, dan Merdeka Walk menutup sisi Selatan. Jangankan perbandingannya pada masa pendudukan Belanda, kini Lapangan Merdeka sudah kian sesak jika dibanding tahun 1990-an.
(55)
l L b k g K ( “ l 2 M lampu-la Lapanga bawah p keindaha gambar
Kata Di (LPPPK) “Kalau L luarnya, 2. Merd Merdek ampu hi an Merd pohon-p an arsite Merdeka
irektur L ), Rafria Lapanga masyara eka Wa ka Walk ias yang deka dik pohon rin ekturnya a Walk p
Lembaga andi Nas an Merde akat men alk Rusa k adalah g semara enal den ndang. a, ketika pagi har a Pengk ution SE eka ditu nikmati a ak Nilai sebuah ak penuh ngan “M Kita dap kita me i dan ma
kajian P E MT, ba utup dan apalagi d Sejarah pusat j h denga Merdeka pat men enikmati alam har Pemukim aru-baru n dibangu
di kota i
h
ajanan m an nuans Walk”. nikmati i makan ri man dan u ini. un sejum ni?”.
malam y sa kunin Memili banguna malam n Pemba mlah ban yang fan ng melay iki area an berse di temp angunan ngunan
ntastik d yu, terle
cukup l ejarah d at ini. B
Kota di sisi dihiasi etak di uas di dengan Berikut
(56)
l s k M B P lapangan sorotan kerjanya A MM, Se Balai Ko A “ M h p P G S Pusat jaj n Merde para A a di Kota Anggota ekda Dr ota Med Abdul W “Pada p Merdeka historis l perjanjia Pj Walik Gambar 3 Sumber :
janan m eka Med Anggota
a Medan a DPR R
s H Dzu an. Wahab D
prinsipny a Walk d lapangan annya”.
kota Med
3.3- 3.4 www.g
malam M dan dini
Komis n dan Sum RI diteri
ulmi Eld
alimunte ya saya di sisi ba n Merde dan, Drs Merdek google.co Merdeka ilai telah
i II DP matera U ma Pj W din S M
e, SH be a tidak
arat Lap eka, juga
H Rahu
ka Walk p om
Walk y h merus PR-RI y Utara. Walikota MSi, dan erpendap setuju pangan M a tidak in
udman H pagi har yang dig ak nilai yang se a Medan n pimpin pat bahw dibangu Merdeka ndah. Sa Harahap,
ri dan sia
gelar sel sejarah edang m
n, Drs H nan SKP
wa: unnya p a Medan
aya tidak
MM me ang hari
lama ini h dan ha melakuka H Rahdu PD, Sela pusat ja . Selain k menge engataka
i di sisi al itu m an kunj
uman Ha asa [08/1
ajanan m merusak erti baga an, i barat menjadi ungan arahap 12], di malam k nilai aimana
(57)
“Merdeka Walk selama ini memang sudah menjadi tuntutan dari para pejuang untuk ditertibkan. Memang selama ini Merdeka sudah menjadi tuntutan para pejuang. Saat ini kita sudah mempelajarinya. Mudah-mudahan ke depan kita akan membuat langkah-langkah”.
4.2 Lapangan Merdeka dan Perubahannya
1. Kawasan Lapangan Merdeka Medan sekarang, dulu sebagai sentra
perdagangan dan pusat pemerintahan di masa Hindia Belanda sehingga dikenal alun-alun Kota Medan serta titik nol.
2. Lokasinya sangat strategis karena dekat ke titik pertemuan Sungai Deli dengan Sungai Babura, perahu menjadi alat transportasi utama saat itu.
3. Balai Kota (kini hanya tersisa depannya saja), Kantor Pos Besar, Hotel de Boer (Hotel Darma Deli), stasiun kereta api, Gedung Bank Indonesia (dulu bernama Javasche Bank), kantor perusahaan dan dagang berdiri mengelilingi lapangan yang dijuluki ‘Taman Burung’ oleh Belanda dan ‘Fuku Raidu’ oleh Jepang
4. Pada 6 Oktober 1945, Gubernur Sumatera Timur Mr Muhammad Hasan
mengumumkan Proklamasi Kemerdekaan RI kepada seluruh masyarakat Kota Medan di Lapangan Merdeka Medan
5. Tahun 2004, pusat bisnis jajanan Merdeka Walk berdiri sehingga menutup satu sisi Lapangan Merdeka.
(58)
6. Kios buku dari Titi Gantung dipindahkan ke Lapangan Merdeka sehingga menutup sisi Timur
7. Desember 2009, Dinas Pertamanan Kota Medan memagar sisi Utara dan
Selatan Lapangan Merdeka, dan waktu bukanya dibatasi pukul 04.30 WIB hingga pukul 23.00 WIB.
8. Sekarang menjadi pusat kebugaran, hampir sekitar dua ratus manusia silih berganti setiap hari untuk berolah raga disini.
Dari uraian di atas penulis mengambil kesimpulan bahwa begitu banyak perubahan yang terjadi pada kawasan Lapangan Merdeka sehingga mengurangi nilai sejarah dari sebuah Lapangan Merdeka Kota Medan, dan hanya karena sebuah bisnis nilai history Lapangan Merdeka ini pun berkurang dan merusak wajah aslinya. Alangkah sangat disayangkan sekali sebuah Lapangan bersejarah di Kota Medan ini tidak dapat dinikamati keindahannya lagi seperti pada zaman kolonial Belanda padahal seperti kita ketahui bahwa Lapangan Merdeka ini merupakan titik nol Kota Medan.
4.3 Upaya Pemerintah Melestarikan Lapangan Merdeka
MEDAN - Cagar budaya peninggalan sejarah di kota Medan beralih fungsi. Dari sekian banyaknya gedung dan taman bersejarah berpindah tangan kepada pihak ketiga untuk dirubah keasliannya. Seperti halnya Lapangan Merdeka Medan, kini nilai sejarahnya telah sirna. Hampir sekitar delapan tahun nilai sejarah keaslian
(59)
Lapangan Merdeka diutak-atik oleh pengusaha akibat pemerintah (Pemko) kota Medan kurang mampu melestarikan cagar budaya Indonesia. Sekitar Lapangan Merdeka telah berdiri pusat jajanan, toko buku, dan kantor Satlantas.
Kata Humas Badan Warisan Sumatera Utara (BPS), Khairul.
“Menentang kebijakan pemerintah yang mengalih fungsikan cagar budaya, yang mestinya dijaga, kini dijadikan bisnis semata demi untuk menambah pendapatan di daerah.”
Khairul juga mengatakan,
“ Pemerintah harus menjaga keaslian nilai sejarah di kota ini, jangan seenaknya dijakikan kepentingan pribadi. Sebaiknya pemerintah merevisi perda Nomor 26 tahun 1988 dan membentuk dewan konserpasi. Dengan adanya dua ketentuan tersebut, pemerintah akan melestarikan cagar budaya Indonesia, biasanya, orang asing berkunjung ke suatu daerah, pasti melihat gedung sejarahnya. Apalagi Medan merupakan kota riset dan 99 persen orang berkunjung ke Istana Maimoon dan Lapangan Merdeka. BWS mengharapkan pemerintah kota lebih serius menanggapi gedung dan taman bersejarah”. Dalam UU Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Sumut termasuk salah satu dari sembilan daerah strategis yang perlu diperhatikan secara serius. Untuk Sumut, daerah yang dimaksudkan dalam UU itu adalah Medan, Binjai dan Deli Serdang (Mebidang) serta daerah Danau Toba di Parapat, Kabupaten Simalungun.
Dengan hadirnya UU itu, tidak ada alasan bagi Pemko Medan untuk menunda pengembalian fungsi Lapangan Merdeka Medan sebagaimana mestinya.
(60)
Pemko Medan di bawah pejabat Afifuddin Lubis, setelah Walikota Abdillah dan Wakil Walikota Ramli ditahan di KPK, diharapkan tidak mengulangi kesalahan pendahuluannya yang hanya mengutamakan bisnis.
Lapangan Merdeka memiliki nilai sejarah sebagai lokasi rapat umum rakyat ketika prkolamasi sosialisasi, sumpah pemuda dan pernyataan ikarar menolak PKI. Dari pernyataan di atas maka Pemerintah Kota Medan mengambil langkah dalam upaya melestarikan Lapangan Merdeka yaitu:
1. Wali Kota Larang Kegiatan di Lapangan Merdeka
Kepastian membersikan Lapangan Merdeka dari acara seremonial maupun hingar-bingar lainnya ditegaskan oleh Wali Kota Medan Rahudman Harahap, Jumat (25/2). Kalimat sakti wali kota ini diucapkannya di depan 1.406 pegawai Dinas Pertamanan Kota Medan di Pendopo Lapangan Merdeka Medan.
“Untuk dua bulan ke depan, Lapangan Merdeka ini, jangan ada penyelenggaraan acara atau kegiatan karena Lapangan Merdeka harus menjadi Heritage Kota Medan. jadi, untuk perizinan kegiatan juga harus lebih ketat, jangan asal memberi izin saja,”
Pada kesempatan itu, Rahudman menekankan, Dinas Pertamanan bukan hanya mengurusi mengenai reklame, tapi secara menyeluruh yakni, taman, lampu jalan dan lain sebagainya. Dikatakannya, Pendapatan Asli Daerah (PAD) Pemko Medan, bukan bersumber dari banyaknya reklame.
(61)
M m B P k d R Medan, melakuk Berikut K i r M Pertama ke depan dengan s Rahudm khusus kan perb gambar G S Kata Rah ini. “Ta reklame Maka da anan Kot n. “Kala saya,” un an juga nya Ke aikan ter Pintu M Gambar 3 Sumber : hudman aman ko yang tak ari itu, ta Medan au ada p
ngkapny meneka epala Di rhadap s Masuk La 3.5 Pintu www.g
n lagi, ha ota juga k memili Rahudm n untuk pegawai ya. ankan ke inas Per semua pi apangan u Masuk google.co
al itu ag a harus iki izin” man kem melakuk yang tid epada p rtamanan intu mas Merdek k Lapang om gar mem bersih ”.
mbali m kan terob dak seras ara pega n Kota suk dari ka gan Merd
mbuat M dari re mewanti-bosan da si denga awai Di Medan daerah m deka Medan leb
eklame--wanti k alam ren an Kepal inas Pert n Erwin menuju K bih asri reklame
kepada K ntang wa la Dinas tamanan Lubis Kota Me dari sek e. Khusu Kepala aktu tiga snya, lap n Kota untuk edan. karang usnya, Dinas a bulan porkan
(62)
Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan Erwin Lubis kembali menegaskan, dirinya akan bekerja keras untuk memenuhi instruksi dari Wali Kota Medan tersebut, seperti penertiban reklame, memperbaiki lampu jalan yang rusak, begitu pula dengan taman-taman yang ada dan tanpa terkecuali akses-akses masuk ke Kota Medan. Diketahui, seluruh pegawai di Dinas Pertamanan Kota Medan yang hadir 969 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pekerja Harian Lepas (PHL), 356 Buruh Harian Lepas (BHL), 73 pegawai kontrak dan 8 orang PNS Pemko Medan yang diperbantukan ke Dinas Pertamanan Kota Medan.
(63)
BAB V
PENUTUP
Setelah meninjau, mempelajari dan menganalisis tentang objek sejarah di Kota Medan bahwa penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran-saran yang kelak dapat bermanfaat bagi kepariwisataan Sumatera Utara khususnya Kota Medan dalam upaya pelestarian objek-objek wisata sejarah agar tidak hilang dan berkurang nilai sejarahnya karena banyak hal. Berikut adalah kesimpulan yang penulis dapatkan yakni:
1. Lapangan Merdeka itu harus tetap dilestarikan dan dijaga keasliannya jangan hanya karena bisnis “haritage” Kota Medan dihilangkan wajah aslinya dari Kota Medan.
2. Dengan didirikannya Merdeka Walk nilai sejarah dari sebuah Lapangan Merdeka ini menjadi sirna, dan adanya toko-toko buku yang dipindahkan dari Titi gantung itu membuat lapangan ini juga menjadi sempit dan tidak indah lagi.
3. Kurangnya perhatain dari Dinas Pertamanan Kota mengenai pemeliharaan dan pelestarian Lapangan Merdeka dan juga kawasan sekitar lapangan serta kurang tegasnya Pemerintah Kota Medan dalam menggalakkan pelestarian objek wisata sejarah Kota Medan.
4. Lapangan ini sudah tidak diminati oleh wisatawan yang datang ke Kota Medan.
(64)
Adapun saran-saran atau masukan dari penelitian yang penulis perbuat yakni sebagai berikut:
1. Sebaiknya Dinas Pertamanan Kota Medan memperhatikan, memelihara
dan melestarikan keaslian Lapangan Merdeka.
2. Sebaiknya toko-toko buku yang ada di Lapangan Merdeka dipindahkan agar keindahannya tidak tertutupi oleh toko-toko tersebut.
3. Merdeka Walk sebaiknya juga dihapuskan dari Lapangan Merdeka yang membuat lapangan tersebut menjadi hilang nilai sejarahnya, karena menurut penulis kawasan Lapangan Merdeka harus dijadikan pusat objek wisata sejarah di Kota Medan.
4. Kawasan Lapangan Merdeka sebaiknya dijadikan sebagai ciri khas Kota Medan dan Daerah Tujuan Wisata yang berlatar belakang sejarah karena merupakan kawasan yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan.
5. Sebaiknya dihapuskan atau dipindahkan atau dibuat tempat khusus bagi setiap yang berbentuk bisnis seperti berdagang di depan kawasan Lapangan Merdeka.
6. Pemerintah Kota Medan sebaiknya lebih menggalakkan kepariwisataan Kota Medan dan memperhatikan serta merawat bangunan-bangunan
(65)
bersejarah agar tetap terjaga nilai sejarahnya dan tidak hilang karena termakan oleh zaman serta karena bisnis semata.
7. Kurangnya usaha pemerintah dalam pembinaan masyarakat agar
masyarakat lebih sadar wisata dan agar tetap memelihara fasilitas yang telah tersedia.
8. Alangkah baiknya jika semua warga Kota Medan tetap menjaga
keindahan warisan yang ada di Kota Medan maupun di seluruh Indonesia.
(66)
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Pariwisata Undang – Undang Republik Indonesia No. 9 1990, Bahan Baku Penyuluhan Sadar Wisata (Sapta Pesona) Jakarta,tt
Yoeti, Oka. A. 1993. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung: Angkasa. D, Samsuridjal dan Kaelany H. 1996. Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya.
Marpaung, Happy, SH. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
---. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Madjid, Mukhtar, Drs. 2003. Geografi Pariwisata Indonesia. Medan: Bartong Jaya.
Ross, Glen. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ginting, Andri. 2011. “Wali Kota Larang Kegiatan Di Lapangan Merdeka” , SUMUT POS, 26 Februari 2011. Medan
Ja’far, Bachtiar. 2008. “Kembalikan Fungsi Lapangan Merdeka”, 15 September 2008
---, 2009. Merdeka Walk Merusak Nilai Sejarah. 12 Desember 2009.
www.goggle.com
(1)
M m B P k d R Medan, melakuk Berikut K i r M Pertama ke depan dengan s Rahudm khusus kan perb gambar G S Kata Rah ini. “Ta reklame Maka da anan Kot n. “Kala saya,” un an juga nya Ke aikan ter Pintu M Gambar 3 Sumber : hudman aman ko yang tak ari itu, ta Medan au ada p
ngkapny meneka epala Di rhadap s Masuk La 3.5 Pintu www.g
n lagi, ha ota juga k memili Rahudm n untuk pegawai ya. ankan ke inas Per semua pi apangan u Masuk google.co
al itu ag a harus iki izin” man kem melakuk yang tid epada p rtamanan intu mas Merdek k Lapang om gar mem bersih ”.
mbali m kan terob dak seras ara pega n Kota suk dari ka gan Merd
mbuat M dari re mewanti-bosan da si denga awai Di Medan daerah m deka Medan leb
eklame--wanti k alam ren an Kepal inas Pert n Erwin menuju K bih asri reklame
kepada K ntang wa la Dinas tamanan Lubis Kota Me dari sek e. Khusu Kepala aktu tiga snya, lap n Kota untuk edan. karang usnya, Dinas a bulan porkan
(2)
Sementara itu, Kepala Dinas Pertamanan Kota Medan Erwin Lubis kembali menegaskan, dirinya akan bekerja keras untuk memenuhi instruksi dari Wali Kota Medan tersebut, seperti penertiban reklame, memperbaiki lampu jalan yang rusak, begitu pula dengan taman-taman yang ada dan tanpa terkecuali akses-akses masuk ke Kota Medan. Diketahui, seluruh pegawai di Dinas Pertamanan Kota Medan yang hadir 969 Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pekerja Harian Lepas (PHL), 356 Buruh Harian Lepas (BHL), 73 pegawai kontrak dan 8 orang PNS Pemko Medan yang diperbantukan ke Dinas Pertamanan Kota Medan.
(3)
BAB V
PENUTUP
Setelah meninjau, mempelajari dan menganalisis tentang objek sejarah di Kota Medan bahwa penulis dapat mengambil kesimpulan dan saran-saran yang kelak dapat bermanfaat bagi kepariwisataan Sumatera Utara khususnya Kota Medan dalam upaya pelestarian objek-objek wisata sejarah agar tidak hilang dan berkurang nilai sejarahnya karena banyak hal. Berikut adalah kesimpulan yang penulis dapatkan yakni:
1. Lapangan Merdeka itu harus tetap dilestarikan dan dijaga keasliannya jangan hanya karena bisnis “haritage” Kota Medan dihilangkan wajah aslinya dari Kota Medan.
2. Dengan didirikannya Merdeka Walk nilai sejarah dari sebuah Lapangan Merdeka ini menjadi sirna, dan adanya toko-toko buku yang dipindahkan dari Titi gantung itu membuat lapangan ini juga menjadi sempit dan tidak indah lagi.
3. Kurangnya perhatain dari Dinas Pertamanan Kota mengenai pemeliharaan dan pelestarian Lapangan Merdeka dan juga kawasan sekitar lapangan serta kurang tegasnya Pemerintah Kota Medan dalam menggalakkan pelestarian objek wisata sejarah Kota Medan.
4. Lapangan ini sudah tidak diminati oleh wisatawan yang datang ke Kota Medan.
(4)
Adapun saran-saran atau masukan dari penelitian yang penulis perbuat yakni sebagai berikut:
1. Sebaiknya Dinas Pertamanan Kota Medan memperhatikan, memelihara dan melestarikan keaslian Lapangan Merdeka.
2. Sebaiknya toko-toko buku yang ada di Lapangan Merdeka dipindahkan agar keindahannya tidak tertutupi oleh toko-toko tersebut.
3. Merdeka Walk sebaiknya juga dihapuskan dari Lapangan Merdeka yang membuat lapangan tersebut menjadi hilang nilai sejarahnya, karena menurut penulis kawasan Lapangan Merdeka harus dijadikan pusat objek wisata sejarah di Kota Medan.
4. Kawasan Lapangan Merdeka sebaiknya dijadikan sebagai ciri khas Kota Medan dan Daerah Tujuan Wisata yang berlatar belakang sejarah karena merupakan kawasan yang dikelilingi oleh bangunan-bangunan bersejarah di Kota Medan.
5. Sebaiknya dihapuskan atau dipindahkan atau dibuat tempat khusus bagi setiap yang berbentuk bisnis seperti berdagang di depan kawasan Lapangan Merdeka.
6. Pemerintah Kota Medan sebaiknya lebih menggalakkan kepariwisataan Kota Medan dan memperhatikan serta merawat bangunan-bangunan
(5)
bersejarah agar tetap terjaga nilai sejarahnya dan tidak hilang karena termakan oleh zaman serta karena bisnis semata.
7. Kurangnya usaha pemerintah dalam pembinaan masyarakat agar masyarakat lebih sadar wisata dan agar tetap memelihara fasilitas yang telah tersedia.
8. Alangkah baiknya jika semua warga Kota Medan tetap menjaga keindahan warisan yang ada di Kota Medan maupun di seluruh Indonesia.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Pariwisata Undang – Undang Republik Indonesia No. 9 1990, Bahan Baku Penyuluhan Sadar Wisata (Sapta Pesona) Jakarta,tt
Yoeti, Oka. A. 1993. Pengantar Ilmu Kepariwisataan. Bandung: Angkasa. D, Samsuridjal dan Kaelany H. 1996. Peluang di Bidang Pariwisata. Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya.
Marpaung, Happy, SH. 2000. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
---. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung: Alfabeta.
Madjid, Mukhtar, Drs. 2003. Geografi Pariwisata Indonesia. Medan: Bartong Jaya.
Ross, Glen. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Ginting, Andri. 2011. “Wali Kota Larang Kegiatan Di Lapangan Merdeka” , SUMUT POS, 26 Februari 2011. Medan
Ja’far, Bachtiar. 2008. “Kembalikan Fungsi Lapangan Merdeka”, 15 September 2008
---, 2009. Merdeka Walk Merusak Nilai Sejarah. 12 Desember
2009.
www.goggle.com