Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata Di Kota Medan

(1)

POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

DI KOTA MEDAN

KERTAS KARYA

Dikerjakan

Oleh :

JULI TIAJA MANGUNSONG NIM : 082204053

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

LEMBAR PERSETUJUAN

POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

DI KOTA MEDAN

OLEH

JULI TIAJA MANGUNSONG NIM : 082204053

Dosen Pembimbing, Dosen Pembaca,

Drs. Jhonson Pardosi, M.Si Drs. Haris Sutan Lubis, MSP

NIP. 19660420 199203 1 003 NIP. 19590907 198702 1 002

Drs. Marzaini Manday, MSPD.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul Kertas Karya : POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN Oleh : Juli Tiaja Mangunsong

NIM : 082204053

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A. NIP.19511013 197603 1 001

PROGRAM STUDI D-III PARIWISATA Ketua,

Arwina Sufika, S.E., M.Si. NIP.19640821 199802 2 001


(4)

ABSTRAK

Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan wisata alam sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata yang sangat potensial adalah penangkaran buaya Asam Kumbang di daerah Medan Sunggal. Penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya Asam Kumbang ± 2 Ha. Di area penangkaran buaya Asam Kumbang terdapat ± 2.800 ekor buaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pihak pengelola. Hingga saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena minimnya tingkat kebersihan area penangkaran dan kurangnya upaya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Objek wisata Asam Kumbang ini sangat berpotensi apabila dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang menarik. Kawasan disekitar penangkaran buaya Asam Kumbang masih alami karena penangkaran buaya ini masih jauh dari kebisingan dan polusi kota.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya yang begitu besar, sehingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini yang berjudul “Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Kota Medan”. Kertas Karya ini merupakan salah satu syarat akademis untuk menyelesaikan studi dari Program Ahli Madya Pariwisata Bidang Keahlian Usaha Wisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

Penulisan Kertas Karya ini diperoleh berdasarkan pengetahuan dan pengalaman penulis selama masa perkuliahan dan PKL di Wina Tour and Travel dan di PT. Sriwijaya Air Medan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan dan penyelesaian Kertas Karya ini. Penulis banyak menemui kesulitan, namun dengan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak maka penulis dapat menyelesaikan Kertas Karya ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan doa, dorongan/semangat, saran maupun bantuan-bantuan yang lain yang berguna bagi penulis karena tanpa bantuannya Kertas Karya ini tidak akan pernah terwujud.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Dr. Syahron Lubis, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Arwina Sufika , S.E, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.


(6)

3. Drs. Jhonson Pardosi, M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan Kertas Karya ini dengan baik.

4. Drs. Haris Sutan Lubis, MSP selaku Dosen Pembaca yang telah banyak memberikan arahan, bimbingan dan masukan dalam menyelesaikan Kertas Karya ini dengan baik.

5. Solahuddin Nasution, SE, MSP selaku Koordinator Praktek Kerja Lapangan di Wina Tour and Travel dan PT. Sriwijaya Air Medan.

6. Pimpinan, Staf, Karyawan Wina Tour and Travel dan PT. Sriwijaya Air Medan yang telah membantu penulis selama Praktek Kerja Lapangan. 7. Staf Pengajar pada Program Studi Pariwisata Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Teristimewa buat kedua orang tuaku S. Mangunsong dan S. br Tambunan, serta buat seluruh keluarga besar Mangunsong yang menjadi motivasi terbesar penulis dalam menyelesaikan kertas karya ini dan telah banyak memberikan dukungan moril maupun materil hingga penulis dapat menyelesaikan kertas karya ini.

9. Teristimewa juga buat orang tua asuhku Ompung dan Tante serta adik-adiku yang selalu mendukung dan memberikan motivasi serta bantuan materil dari awal hingga akhir penyelesaian kertas karya ini.

10.Special buat yang terkasih kepada “seseorang“ yang selalu memberikan dukungan moral dan do’a dalam menyelesaikan Kertas Karya ini.


(7)

11.Buat semua teman-temanku satu angkatan Stambuk 2008 khususnya Jurusan Usaha Wisata 2008 seperti : Liza, Saripah, Arif, Lily, Nova, Shabrina, dan juga buat semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam Kertas Karya ini. Untuk itu penyusun mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun untuk menyempurnakan Kertas Karya ini. Besar harapan penulis, Kertas Karya ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca.

Medan, Juni 2011 Penulis


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1 Alasan Pemilihan Judul ... 1

1.2 Pembatasan Masalah... 4

1.3 Tujuan Pembahasan ... 5

1.4 Manfaat Pembahasan ... 5

1.5 Metode Penelitian ... 6

1.6 Sistematika Penulisan ... 6

BAB II : PEMBAHASAN TEORI 2.1 Potensi Pariwisata ... 8

2.2 Pariwisata Secara Umum ... 8

2.3 Pengertian Pariwisata... 9

2.3.1 Ilmu Pariwisata ... 10

2.3.2 Industri Pariwisata Menurut Para Ahli ... 10

2.3.3 Wisatawan ... 12

2.4 Produk Industri Pariwisata ... 13

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 16

2.5.1 Objek Wisata ... 16


(9)

Halaman

2.6 Pariwisata Alam ... 20

2.6.1 Pengertian Wisata Alam ... 20

2.6.2 Pengertian Taman atau Konservasi ... 23

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 3.1 Kota Medan Secara Umum ... 25

3.2 Sejarah Kota Medan ... 27

3.3 Letak Geografis Kota Medan ... 29

3.4 Kependudukan ... 31

3.5 Sarana dan Prasarana ... 35

3.5.1 Pendidikan ... 35

3.5.2 Transportasi ... 36

BAB IV : POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN 4.1 Sejarah Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan ... 39

4.2 Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan ... 42

4.3 Upaya Promosi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Kota Medan ... 44

4.4 Upaya Peningkatan Kebersihan Penangkaran Buaya Asam Kumbang ... 45

4.5 Data KunjunganWisatawan di Penangkaran Buaya Asam Kumbang ... 47

BAB V : KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan 33 Tabel 3.2 Daftar Penduduk Kota Medan Berdasarkan Etnis ... 34 Tabel 3.3 Jumlah Sekolah, Murid dan Guru TK, SMP, SMA, SMK Pada

Tahun 2010 ... 35 Tabel 3.4 Jenis Sarana Angkutan di Kota Medan ... 37


(11)

ABSTRAK

Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara, memiliki nilai sejarah yang tinggi dan wisata alam sebagai objek dan daya tarik wisata. Salah satu objek wisata yang sangat potensial adalah penangkaran buaya Asam Kumbang di daerah Medan Sunggal. Penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya Asam Kumbang ± 2 Ha. Di area penangkaran buaya Asam Kumbang terdapat ± 2.800 ekor buaya yang dirawat dan dilestarikan oleh pihak pengelola. Hingga saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena minimnya tingkat kebersihan area penangkaran dan kurangnya upaya promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola. Objek wisata Asam Kumbang ini sangat berpotensi apabila dikembangkan menjadi daya tarik wisata yang menarik. Kawasan disekitar penangkaran buaya Asam Kumbang masih alami karena penangkaran buaya ini masih jauh dari kebisingan dan polusi kota.


(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Alasan Pemilihan Judul

Setelah menurunya potensi sumber daya alam, minyak, dan gas yang menjadi sumber utama pendapatan negara, belakangan ini pemerintah berusaha mencari sumber penghasilan lain salah satunya adalah sektor pariwisata. Pariwisata merupakan salah satu sektor perekonomian yang sangat potensial sebagai sumber pendapatan dari sektor non migas.

Indonesia adalah negara kepulauan yang disebut juga sebagai nusantara. Secara geografis Indonesia terletak antara 6º LU – 11º LS dan 95º BT - 141º BT. Selain itu, Indonesia juga terletak diantara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia dan dihubungkan dua samudera yaitu samudera Pasifik dan samudera Hindia. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari 17.508 pulau yang besar dan kecil. Ada lima pulau besar yang terletak di Indonesia yaitu pulau Jawa, pulau Sumatera, pulau Kalimantan, pulau Sulawesi dan pulau Papua. Sebagai negara kepulauan yang terletak di garis khatulistiwa Indonesia beriklim tropis. Indonesia memiliki potensi alam yang sangat indah, nilai budaya, dan peninggalan sejarah yang diminati wisatawan, baik itu wisatawan domestik maupun wisatawan mancan negara. Walaupun demikian perlu kiranya potensi wisata yang dimiliki dikemas sedemikian rupa menjadi paket perjalanan yang menarik.


(13)

Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Kota Medan terletak antara 27' - 47' Lintang Utara dan 35' - 44' Bujur Timur dan berada 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Pada dasarnya kota Medan adalah kota yang tidak memiliki pemandangan alam yang indah akan tetapi memiliki nilai sejarah yang sangat menarik untuk di pelajari yang tidak ada di kota lain. Ada banyak bangunan-bangunan tua di kota Medan yang masih menyisakan arsitektur khas Belanda. Contohnya: Gedung Balai Kota lama, Kantor Pos Medan, Menara Air (yang merupakan ikon kota Medan), Titi Gantung (sebuah jembatan di atas rel kereta api), Gedung London Sumatera, rumah Mariaman (Kampung Keling/Kampung Madrasah). Selain bangunan bersejarah dan kemajemukan masyarakat yang ada di kota Medan, juga ditemukan penangkaran buaya. Penangkaran buaya dijadikan sebagai objek wisata yang memiliki daya tersendiri yang tidak di temukan di daerah lain.

Sejarah berdirinya penangkaran buaya Asam Kumbang yang terletak di Jalan Bunga Raya, Desa Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang tidak lepas dari seseorang yang bernama Lo Tham Muk. Lo Tham Muk adalah WNI keturunan Cina dan beliau memiliki ciri khas, sangat sayang binatang terutama buaya. Lo Than Muk lahir di Aceh Timur pada tanggal 11 Maret 1948. Tahun 1959 beliau masih bekerja sebagai supir truk di Aceh. Pada suatu hari Lho Tham Muk


(14)

menemukan seekor buaya di sebuah sungai dan beliau memutuskan untuk memelihara dan merawat buaya itu hingga besar, karena pada saat itu orang-orang masih bebas menangkap dan memelihara buaya baik untuk tujuan komersil maupun untuk dipelihara. Suatu saat, Lho Than Muk memutuskan untuk pindah ke Medan dan beliau berencana untuk mengembangbiakkan buaya kesayangannya itu.

Lho Than Muk membangun sebuah peternakan buaya dengan biaya sendiri di daerah Medan Sunggal, tepatnya di Desa Asam Kumbang dengan luas area 2 hektar. Pada awalnya buaya itu berjumlah 12 (dua belas) ekor tetapi setelah sekian

lama jumlah buaya itu semakin bertambah sampai sekarang berjumlah 2800 ekor. Sebagai objek wisata, peternakan buaya ini dibuka untuk umum dan dipungut biaya masuk (Entrance Fee) bagi para pengunjung dewasa sebesar Rp. 5.000,-/orang dan anak-anak Rp. 3.000,-/orang. Dengan dibukanya peternakan buaya ini bagi masyarakat umum, maka dapat membantu dan menambah dana untuk biaya pemeliharaan dan perawatan buaya-buaya tersebut. Sampai saat ini belum ada pihak manapun yang turun tangan dalam menangani upaya pemeliharaan dan perawatan penangkaran buaya. Menurut informasi yang di dapat, penangkaran buaya membutuhkan dana

yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan buaya setiap hari. Setiap harinya buaya membutuhkan 1 ton ayam mati atau berkisar Rp. 500.000,- /hari.

Sampai saat ini, penangkaran buaya Asam Kumbang kurang diminati oleh wisatawan karena kondisi yang semakin lama semakin pengelola baik itu dari Pemko Medan, pemerintah daerah, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata kota Medan.


(15)

Penelitian yang membahas tentang penangkaran buaya ini, sudah pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu Tri Rahayu Ningsih, tahun 2007 dengan judul Prospek Perkembangan Peternakan Buaya Asam Kumbang Sebagai Objek Wisata di Kota Medan. Peneliti membahas tentang daya tarik peternakan buaya dan arus kunjungan wisata ke peternakan buaya Asam Kumbang.

Dari uraian-uraian di atas dan penelitian terdahulu, pada kesempatan ini penulis mengkaji penangkaran buaya Asam Kumbang dari sisi potensi pengembangannya. Adapun judul penelitian kertas karya ini adalah

“Prospek Perkembangan Peternakan Buaya Asam Kumbang Sebagai Objek Wisata Kota Medan”.

1.2 Pembatasan Masalah

Agar penulisan kertas karya ini tetap terarah, maka penulis memfokuskan pembahasan tentang :

1. Bagaimana upaya yang dilakukan oleh pengelola untuk meningkatkan kebersihan penangkaran buaya Asam Kumbang.

2. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk meningkatkan promosi penangkaran buaya Asam Kumbang sebagai salah satu objek wisata di kota Medan.


(16)

1.3 Tujuan Pembahasan

Adapun tujuan penulisan kertas karya ini adalah :

1. Untuk meningkatkan kebersihan penangkaran buaya Asam Kumbang agar lebih diminati dan jumlah wisatawan yang berkunjung semakin meningkat.

2. Untuk meningkatkan upaya promosi penangkaran buaya Asam Kumbang sebagi salah satu objek wisata di Kota Medan.

1.4 Manfaat Pembahasan

Adapun manfaat penulisan kertas karya ini adalah :

1. Agar dapat menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya mengenai penangkaran buaya Asam Kumbang yang ada di Medan.

2. Agar dapat di jadikan sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa yang menginginkan bacaan tentang keberadaan penangkaran buaya Asam Kumbang khususnya bagi mahasiswa D-III Pariwisata, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh non gelar Ahli Madya program D-III Pariwisata bidang keahlian Usaha Wisata di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan.


(17)

1.5 Metode Penelitian

Dalam perolehan dan pengumpulan data dan informasi dalam penulisan masalah ini penulis menggunakan teknik :

1..5.1 Field research (penelitian lapangan)

Pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mewawancarai orang-orang yang terlibat dalam pemeliharaan penangkaran buaya tersebut serta mencari informasi dari dinas kebudayaan dan pariwisata setempat.

1.5.2 Library research (penelitian perpustakaan)

Pengumpulan data berdasarkan bahan perpustakaan yang berkaitan dengan objek pembahasan, baik itu berupa buku, majalah, surat kabar, internet dan media cetak lainnya.

1.6 Sistematika Penulisan

Dalam penulisan kertas karya ini, penulis membagi pokok-pokok pembahasan dalam lima bab, dan pembahasan dibagi kedalam sub-sub bab. Sistematika pembahasan tersebut adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Meliputi Alasan Pemilihan Judul, Pembatasan Masalah, Tujuan Pembahasan, Manfaat Pembahasan, dan Metode Penelitian.

BAB II : PEMBAHASAN TEORI

Berisikan tentang potensi pariwisata, pariwisata secara umum, pengertian pariwisata, produk industri pariwisata, pengertian objek dan daya tarik wisata, pengertian pariwisata alam.


(18)

BAB III : GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

Berisikan tentang kota Medan secara umum, sejarah kota Medan, letak geografis kota Medan, kependudukan, sarana dan prasarana.

BAB IV : POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA DI KOTA MEDAN

Menguraikan tentang sejarah penangkaran buaya Asam Kumbang, potensi penangkaran buaya Asam Kumbang, upaya promosi penangkaran buaya Asam Kumbang, upaya peningkatan kebersihan, data kunjungan wisatawan di penangkaran buaya Asam Kumbang.

BAB V : PENUTUP

Meliputi Kesimpulan dari pembahasan yang telah di lakukan. DAFTAR PUSTAKA


(19)

BAB II

PEMBAHASAN TEORI

2.1 Potensi Pariwisata

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata potensi adalah kemampuan, daya, kekuatan, kesanggupan yang mempunyai kemungkinan untuk dapat dikembangkan. Sedangkan kata Pariwisata mempunyai arti segala yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan dan turisme.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian Potensi Pariwisata adalah kemampuan atau daya untuk mengembangkan segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan atau kegiatan pariwisata lainnya dalam hal ini pengembangan produk objek dan daya tarik wisata.

2.2 Pariwisata Secara Umum

Pengembangan kepariwisataan dalam suatu negara dapat meningkatkan devisa bagi negara dan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Seiring dengan adanya perkembangan pariwisata saat ini, setiap negara telah melakukan perubahan yang dapat meningkatkan produk pariwisata yang akan mereka pasarkan. Pernyataan tersebut didukung oleh teori, UU Nomor 9 Tahun 1969 (Dalam Yoeti, 1996 : 151) menyatakan : “…Usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia merupakan suatu Industri Parirwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan kesejahteraan masyarakat dan negara”.


(20)

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan pengembangan pariwisata di Indonesia, yaitu :

1. Menambah pendapatan (devisa) bagi negara pada umumnya, perluasan kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

2. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesia.

3. Meningkatkan tali persaudaraan dan persahabatan masyarakat nasional maupun internasional.

Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa tujuan pengembangan indutri pariwisata Indonesia adalah untuk meningkatkan devisa atau pendapatan negara. Jadi, segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan parwisata dilakukan untuk meningkatkan devisa dan kesejahteraan masyarakat.

2.3 Pengertian Pariwisata

Pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata, menyediakan atau mengusahakan obyek dan daya tarik wisata, usaha sarana pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut, sesuai dengan Undang-undang RI No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan.

Dunia pariwisata berhubungan erat dengan masyarakat, terbukti dari adanya keterlibatan langsung masyarakat terhadap kemajuan pariwisata daerah sekitarnya. Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tersebut, dibutuhkan pembinaan mengenai pengertian dan istilah-istilah yang sering di gunakan dunia pariwisata. Hal tersebut sangat penting sebagai sarana untuk mendapat pelajaran dan menambah wawasan.


(21)

2.3.1 Ilmu Pariwisata

Pengertian-pengertian mengenai pariwisata yang menitikberatkan pada kegiatan berwisata yang bertujuan untuk bersenang-senang dan mendapatkan service

selama dalam perjalanan. Tetapi konsep dalam ilmu pariwisata seharusnya didasari atas moral sehingga tercipta suatu tata krama yang baik selama melakukan perjalanan ke suatu Negara atau wilayah. Pernyataan ini didukung oleh pengertian pariwisata sebagai berikut, Syafei (2009 : 15) menyatakan :

Secara etimologi, kata pariwisata berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu kata “pari” yang berarti halus maksudnya mempunyai tata krama tinggi dan “wisata” yang berarti kunjungan atau perjalananan untuk melihat, mendengar, menikmati, dan mempelajari sesuatu. Jadi pariwisata itu menyuguhkan suatu kunjungan secara bertata krama dan berbudi.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ilmu pariwisata adalah ilmu yang mempelajari tentang bagaimana cara suatu negara untuk menyuguhkan segala keperluan wisatawan yang akan berkunjung melihat keindahan pemandangan alam, sejarah bangsa dan menikmati seni dan budaya bangsa tersebut dengan bertata krama.

2.3.2 Industri Pariwisata Menurut Para Ahli

Industri pariwisata adalah salah satu sektor yang memiliki potensi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, penyediaan lapangan pekerjaan dan meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakat suatu negara. Selain itu, sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga dapat membantu industri pendukung lainnya seperti transportasi, akomodasi dan cendramata.


(22)

Ada beberapa pengertian industri pariwisata menurut para ahli sebagai pendukung pengertian di atas. Industri pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan produk wisata yang akan digunakan wisatawan baik secara langsung maupun tidak langsung Damardjati (Dalam Yoeti, 1982 : 141) mengatakan : “… Industri pariwisata adalah rangkuman dari berbagai macam yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk, jasa-jasa, layanan-layanan atau services, yang nantinya baik secara langsung maupun tidak langsung akan dibutuhkan wisatawan selama perlawatannya”.

Yoeti juga mengemukakan bahwa industri pariwisata merupakan gabungan dari keseluruhan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk baik berupa barang maupun jasa yang diperuntukkan untuk wisatawan selama melakukan perjalanan, Yoeti (1982 : 140) manyatakan : “…Industri Pariwisata adalah kumpulan dari macam-macam perusahaan yang secara bersama-sama menghasilkan produk barang dan jasa (goods and services) yang dibutuhkan para wisatawan pada khususnya traveler pada umumnya selama dalam melakukan perjalannya”.

Pengertian Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan kegiatan dalam organisasi pemerintah maupun swasta yang berfungsi untuk memasarkan hasil produk wisata bagi wisatawan, Kusdianto (1996 : 11) mengatakan : “… Industri Pariwisata yang merupakan suatu susunan organisasi, baik pemerintah maupun swasta yang terkait dalam pengembangan, produksi dan pemasaran produk suatu layanan yang memenuhi kebutuhan dari orang yang sedang bepergian”.


(23)

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, hampir memiliki kesamaan dalam pandangan mengenai pengertian pariwisata. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Industri Pariwisata adalah suatu industri yang berusaha mengembangkan kualitas dari produk pariwisata (goods and service) baik dari aspek transportasi, akomodasi dan cendramata yang dapat memenuhi kebutuhan wisatawan selama melakukan perjalanan. Jadi, kepuasan wisatawan tergantung dari kuwalitas produk dan jasa yang dijual.

2.3.3 Wisatawan

Wisatawan merupakan pelaku utama dalam dunia pariwisata. Pariwisata merupakan suatu pengalaman manusia yang menyenangkan dan membantu membuang rasa jenuh dari kehidupan sehari-hari yang besifat rutin dan membosankan.

Menurut instruksi Presiden No. 9 Tahun 1969 tentang Pedoman

Pengembangan Kepariwisawan Nasional disebutkan bahwa “Wisatawan (tourist)

adalah setiap orang yang berpergian dari tempat asalnya untuk berkunjung ke tempat lain dengan menikmati perjalanan dan kunjungan itu”. Batasan atau definisi ini terlalu luas sehingga tidak dapat digunakan sebagai bahan penyusun statistik dan perancanaan dalam penyusunan kebutuhan akan fasilitas dan akomodasi bagi wisatawan. Dalam hal ini International of Official Travel Organization (IOTO) membuat penyeragaman tentang pengertian wisatawan. Istilah umum untuk wisatawan adalah setiap orang yang datang kesuatu negara selain tempat tinggalnya, dengan maksud tidak melakukan pekerjaan yang mendapat upah. Berdasarkan uraian di atas, pengunjung (visitor) dibagi menjadi dua yaitu :


(24)

1. Wisatawan (Tourist), yaitu pengunjung sementara yang lama tinggalnya paling sedikit selama 24 Jam di Negara atau daerah yang dikunjunginya dan tujuan perjanannya dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

a. Pesiar (leiser) seperti untuk keperluan rekreasi, hiburan, kesehatan studi, keagamaan dan olah raga.

b. Hubungan dagang (bisnis), keluarga, konfrensi, dan misi. 2. Pelancong (excursionist)

Yaitu pengunjung semantara yang tinggal kurang dari 24 jam di negara atau daerah yang dikunjunginya termasuk pelancong dengan kapal pesiar. Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang dinamakan wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan lebih dari 24 jam dari daerah asal menuju daerah tujuan wisata dengan tujuan bersenang-senang, dimana pada saat melakukan perjalanan mendapat service atau jasa dari pelaku industri pariwisata dan akan kembali ke daerah asalnya.

2.4 Produk Industri Pariwisata

Menurut ilmu ekonomi Produk adalah sesuatu yang dihasilkan melalui proses produksi. Dalam pegertian ini ditekankan bahwa hasil akhir dari suatu proses produksi adalah suatu barang yang dapat digunakan untuk beberapa tujuan guna memenuhi kebutuhan manusia.

Di dalam ilmu ekonomi, usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :


(25)

1. Production (Produksi) adalah suatu rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan penciptaan suatu barang dan jasa dalam bentuk yang diiginkan

(Form Utility).

2. Marketing (Pemasaran) adalah kegiatan dalam rangka penciptaan yang

tidak hanya berhubungan dengan kegunaan tempat (Place Utility) dan kegunaan waktu, tetapi juga penciptaan kegunaan kepemilikan.

3. Consummption (Pemakai/Konsumen) adalah orang yang menggunakan

hasil produksi yaitu barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Produk pariwisata adalah produk yang tidak nyata, tetapi berupa jasa. Terdiri atas rangkaian jasa yang bersifat ekonomis, sosial, psikologis, dan alamiah.

Jadi kesimpulanya, produk pariwisata merupakan rangakaian dari berbagai jasa yang saling terkait yaitu jasa yang dihasilkan dari berbagai perusahaan (segi ekonomis), jasa masyarakat (segi sosial dan psikologis), dan jasa alam, Suwantoro (1997 : 48) menyatakan :

a. Jasa yang disediakan perusahaan antara lain jasa transportasi, akomodasi, restoran (makanan dan minuman), jasa tour, hiburan dan sebagainya. b. Jasa yang disediakan masyarakat dan pemerintah antara lain prasarana

pasilitas umum, kemudahan, keramahtamahan, adat istiadat, dan lain-lain. c. Jasa yang disediakan alam antara lain pemandangan alam, pengunungan, pantai, gua alam, taman laut dan sebagainya. Produk pariwisata ini merupakan gabungan dari 3 (tiga) komponen berikut :

1. Antraksi yang terdapat di suatu daerah tujuan wisata. 2. Fasilitas yang tersedia.

3. Aksesibilitas dari dan ke daerah tujuan wisata.

Industri Pariwisata pada dasarnya sama dengan industri lain yang menghasilkan produk untuk dijual. Untuk lebih mengenal apa sebenarnya produk dari industri pariwisata, dapat dilihat dari ciri-ciri produk pariwisata tersebut. Ada beberapa ciri-ciri produk pariwisata, Sinaga (1997 : 41), menyatakan :


(26)

a. Hasil atau produk pariwisata tidak dapat dipindahkan artinya dalam penjualannya produk pariwisata tidak dibawa langsung kepada konsumen akan tetapi, konsumen (wisatawan) yang harus datang untuk mengunjungi dan menikmati langsung produk tersebut setelah dia mengatahuinya melalui promosi yang dilakukan.

b. Produk dan jasa konsumsi terjadi pada saat yang sama. Tanpa adanya konsumen yang membeli produk atau jasa maka tidak akan terjadi produksi. c. Produk wisata tidak menggunkan standar ukuran fisik tetapi menggunakan

standar pelayanan yang berdasarkan suatu kriteria.

d. Konsumen tidak dapat mencicipi atau mencoba contoh produk itu sebelumya, bahkan tidak dapat mengetahui atau menguji produk itu sebelumnya.

e. Hasil atau produk wisata itu banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin.

f. Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.

Produk pariwisata adalah produk nyata (tangible product) dan produk tidak nyata (intangible product) yang merupakan sekelompok jasa dan memiliki sifat ekonomis, sosial, dan psikologis yang dapat di nikmati dan menjadi kebutuhan

wisatawan. Produk industri pariwisata terdiri dari berbagai macam produk, dikemukakan oleh Suwantoro (1997 : 39), antara lain :

1. Biro Perjalanan Wisata

Memberikan informasi tentang objek wisata di suatu daerah tujuan wisata, dan mengurus dokumen-dokumen perjalanan, serta mengatur rencana perjalanan dan kegiatan pariwisata lainya.

2. Transportasi (darat, laut, dan udara)

Memberikan pelayanan kepada wisatawan sebagai alat transportasi yang membawanya kedaerah tujuan wisata yang akan dikunjungi.

3. Jasa akomodasi (perhotelan), restoran dan pasilitas lainya. 4. Jasa transportasi lokal (Bus, Taksi, Andong, dan lainnya)

Dalam melakukan city sight seeing atau excursion pada objek wisata dan antraksi wisata lainya.

5. Objek wisata (antraksi wisata).

Objek wisata atau antraksi wisata yang ada di daerah tujuan wisata sebagai daya tarik agar orang berkunjung kedaerah tujuan wisata tersebut.

6. Jasa souvenir shop dan handicraft dan shoping center.

Sebagi tempat wisatawan untuk belanja dan membeli oleh-oleh untuk dibawa pulang.


(27)

7. Perusahan pendukung lainnya

Seperti post card, perangko, money changer, bank dan lainnya. Menurut suwantoro (1997 : 41), produk industri pariwisata dibagi menjadi dua macam produk, yaitu :

1. Produk nyata (Tangible Product), yaitu :

a. Prasarana pariwisata atau infrastruktur seperti jalan, bandara, pelabuhan, telekomunikasi, dan lain-lainya.

b. Sarana pariwisata atau super struktur seperti hotel, restoran, alat transportasi dan sebagainya.

c. Objek dan daya tarik wisata seperti sumber daya alam, budaya, sejarah, beserta antraksi wisata lainya.

2. Produk tidak nyata (Intangible Product) yaitu :

a. Service atau pelayanan adalah sumber daya manusia yang memiliki

keahlian dalam teknik pelayanan.

b. Sapta pesona yang terdiri dari 7K (keamanan, ketertiban, kebersihan, kenyamanan, keindahan, kesejukan, keramah-tamahan, dan kenangan). Perubahan situasi perekonomian, politik, sikap suatu masyarakat akan mempengaruhi investasi di bidang pariwisata. Citra atau image dan kesan perjalanan seseorang di suatau daerah pada dasarnya tergantung pada produk pariwisata yang tersedia. Untuk menigkatkan citra dan mutu produk serta pelayanan dalam pariwisata diperlukan tenaga-tenaga pegelola dan pelaksana yang ahli dan profesional baik dikalangan industri pariwisata, daerah-daerah tujuan wisata maupun instansi yang berkaitan dengan industri pariwisata.

2.5 Objek dan Daya Tarik Wisata 2.5.1 Objek Wisata

Objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan. Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu unsur dalam produk pariwisata yang harus mendapat perhatian khusus dari berbagi pihak, yaitu pihak


(28)

pemerintah, masyarakat dan lainnya guna menunjang perkembangan kepariwisataan. Menurut Undang-undang kepariwisataan No. 9 Tahun 1990 objek wisata dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu :

1. Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang berwujud keadaan alam serta flora dan fauna, seperti : pemandangan alam, panorama indah, hutan rimba dengan tumbuhan hutan tropis, serta binatang-binatang langka.

2. Karya manusia, yang berwujud seperti museum, peninggalan purbakala, peninggalan sejarah, seni budaya, wisata agro (pertanian), wisata tirta (air), wisata petualangan, taman rekreasi, dan taman konservasi.

3. Sasaran wisata minat khusus, seperti : mendaki gunung, gua, berburu, tempat belanja, tempat ibadah, tempat ziarah dan lain-lain.

Suatu daerah tidak dapat dikatakan menjadi daerah tujuan wisata apabila daerah itu tidak layak untuk di jual. Untuk menentukan sebuah daerah tujuan wisata, daerah itu harus memiliki kriteria yang berpotensi. Ada tiga kriteria yang menentukan sebuah objek wisata dapat diminati oleh wisatawan, Yoeti (1985 : 164 ) mengatakan :

1. Something To See adalah objek wisata tersebut harus mempunyai sesuatu

yang bisa dilihat atau dijadikan tontonan oleh pengunjung wisata. Dengan kata lain objek wisata tersebut harus mempunyai daya tarik khusus yang mampu untuk menarik minat wisatawan yang akan berkunjung ke daerah tersebut.

2. Something To Do adalah objek wisata tersebut dapat memberikan suatu

kesempatan agar wisatawan bisa melakukan sesuatu yang berguna untuk perasaan senang, relax, dan bahagia berupa fasilitas baik arena permainan atau area makan terutama yang menyajikan makanan khas daerah tersebut sehingga terasa berbeda dari daerah wisata lainnya sehingga mampu membuat wisatawan lebih lama dan nyaman tinggal disana.

3. Something To Buy adalah fasilitas yang disediakan khusus sebagai tempat

belanja bagi wisatawan yang pada umumnya adalah menjual benda yang ciri khas dan merupakan ikon dari daerah tersebut, sehingga bisa dijadikan sebagai oleh-oleh.


(29)

Sebuah daerah objek wisata tidak dapat berkembang tanpa adanya dukungan dari faktor lain, seperti sarana dan prasarana sebagai pelengkap dalam pengembangan objek wisata tersebut. Yoeti (1985 : 181), mengatakan : “… Prasarana kepariwisataan adalah semua fasilitas yang memungkinkan agar sarana kepariwisataan dapat hidup dan berkembang, sehingga dapat memberikan pelayanan untuk memuaskan kebutuhan wisatawan yang beraneka ragam”.

Agar suatu objek wisata dapat dijadikan sebagai salah satu objek wisata yang menarik, maka faktor yang sangat menunjang adalah kelengkapan dari sarana dan prasarana objek wisata tersebut. Karena sarana dan prasarana juga sangat diperlukan untuk mendukung pengembangan objek wisata. Prasarana menurut Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” (1985 : 182), mengatakan :

1. Perhubungan : jalan raya, rel kreta api, pelabuhan udara dan laut dan terminal.

2. Instalasi pembangkit listrik dan instalasi air bersih.

3. Sistem telekomunikasi, baik itu telepon, telegraf, radio, televisi, kantor pos, dan lain-lain.

4. Pelayanan kesehatan, baik puskesmas atau rumah sakit.

5. Pelayanan keamanan, baik pos satpam penjaga objek wisata maupun pos-pos polisi untuk menjaga keamanan disekitar objek wisata.

6. Pelayanan wisatawan, baik berupa pusat informasi atau kantor pemandu wisata.

7. Pom bensin. 8. Dan lain-lain.

2.5.2 Daya Tarik Wisata

Menurut Undang-undang Kepariwisataan No. 10 Tahun 2009 Pasal 1 mengatakan bahwa daya tarik wisata adalah sesuatu yang memiliki keunikan,


(30)

dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa unsur daya tarik sebuah objek wisata adalah :

a. Setiap daya tarik wisata memiliki keunikan.

b. Daya tarik wisata berupa alam, budaya, dan hasil karya manusia yang berseni tinggi dan dapat dijadikan menjadi suatu produk.

c. Sasaran utama produk pariwisata adalah wisatawan.

Daya tarik sebuah objek wisata harus di kemas dan dibangun semaksimal mungkin agar dapat menarik minat wisatawan untuk berkunjung. Membangun suatu objek wisata harus memiliki kriteria dan dirancang sedemikian rupa. Pada umumnya daya tarik suatu objek wisata mempunyai 6 (enam) kriteria, Suwantoro (1997 : 18) mengatakan :

a. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman, dan bersih.

b. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk mengunjunginya. c. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

d. Adanya sarana atau prasarana penunjang untuk melayani wisatawan yang sedang melakukan perjalanan.

e. Objek wisata alam mempunyai daya tarik karena keindahan alam, pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan,, dan sebagainya.

f. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk antraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam buah karya manusia masa lampau.

Dalam membangun suatu objek wisata harus dirancang sesuai dengan potensi daya tarik yang dimiliki. Suatu pengembangan daya tarik yang berhasil, harus memiliki kriteria kelayakan, Suwantoro (1997 : 20) mengatakan :


(31)

1. Kelayakan Financial

Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pengembangan objek wisata tersebut. Dari awal perkiraan untung rugi harus sudah diperhitungkan.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional

Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun sebuah objek wisata juga akan memiliki dampak sosial ekonomi secara regional, dapat menciptakan lapangan pekerjaan atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti : pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain-lain. Dalam hal ini, pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara luas.

3. Layak Teknis

Pembangunan objek wisata harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis dengan melihat daya dukung yang ada. Tidaklah perlu memaksa diri untuk membangun objek wisata apabila daya dukung objek wisata tersebut rendah. Daya tarik objek wisata akan berkurang atau bahkan hilang bila objek wisata

4. Layak lingkungan

Analisis dampak lingkungan dapat dipergunakan sebagai acuan kegiatan pembangunan objek wisata. Pembangunan suatu objek wisata yang mengakibatkan rusaknya lingkungan harus dihentikan pembangunannya. Pembangunan objek wisata bukanlah untuk merusak lingkungan tetapi sekedar memanfaatkan sumber daya alam untuk karkebaikan manusia sehingga menjadi keseimbangan, keselarasan, dan keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan alam dan manusia dengan Tuhannya.

2.6 Pariwisata Alam

2.6.1 Pengertian Wisata Alam

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) alam adalah segala daya atau kekuatan yang menyebabkan terjadinya dan seakan-akan mengatur segala sesuatu yang ada di dunia ini yang bukan buatan manusia.

Kawasan Taman Wisata Alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam. Kawasan taman wisata alam dikelola oleh pemerintah, swasta ataupun pribadi.


(32)

Suatu kawasan taman wisata alam dikelola berdasarkan satu rencana pengelolaan yang disusun berdasarkan kajian aspek-aspek ekologi, teknis, ekonomis dan sosial budaya. Rencana pengelolaan taman wisata alam sekurang-kurangnya memuat tujuan pengelolaan, dan garis besar kegiatan yang menunjang upaya perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan kawasan. Ada beberapa kriteria untuk penunjukkan dan penetapan sebagai kawasan taman wisata alam, Marpaung (2000 : 40) mengatakan :

1. Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa atau ekosistem gejala alam serta formasi geologi yang menarik.

2. Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin kelestarian fungsi potensi dan daya tarik untuk dimanfaatkan bagi pariwisata dan rekreasi alam. 3. Kondisi lingkungan disekitarnya mendukung upaya pengembangan

pariwisata alam.

4. Perlindungan dan pengamanan 5. Inventarisasi potensi kawasan.

6. Penelitian dan pengembangan yang menunjang pelestarian potensi. 7. Pembinaan habitat dan populasi satwa.

Kawasan wisata alam memiliki banyak fungsi, yang dapat dimanfaatkan baik secara ekonomi dan untuk kebutuhan sosial. Sesuai dengan fungsinya, taman wisata alam dapat di kelompokkan dalam empat kelompok, Marpaung (2000 : 42) mengatakan :

1. Pariwisata alam dan rekreasi

2. Penelitian dan pengembangan (kegiatan pendidikan dapat berupa karya wisata, widya wisata, dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta peragaan dokumentasi tentang potensi kawasan wisata alam tersebut)

3. Pendidikan

4. Kegiatan penunjang budaya.

Ada beberapa alasan mengapa alam menarik bagi wisatawan untuk dikunjungi, Marpaung ( 2000 : 45) mengatakan :


(33)

1. Banyak wisatawan yang tertarik dengan kegiatan-kegiatan terbuka, seperti bertualang ke gua-gua, mendaki gunung, arum jeram, dan sebagainya. 2. Mencari ketenangan di tengah alam yang iklimnya nyaman, suasananya

tentram da pemandangan yang bagus dan terbuka.

3. Wisatawan yang tertarik dan menyukai suatu tempat tertentu, setiap ada kesempatan dia akan pergi dan mereka akan kembali ke tempat tersebut. Seperti hutan, pegunungan, daerah pantai dan sebagainya.

4. Alam dapat dijadikan sebagai bahan studi untuk wisatawan budaya, khususnya dalam widya wisata. Untuk keperluan ini yang penting adalah daerah dengan flora dan fauna yang langka dan khas.

Wisata alam dapat dibagi menjadi beberapa bagian, dikemukakan oleh Marpaung (2000 : 50 ) yaitu :

1. Konservasi

Konservasi adalah kawasan yang didirikan karena adanya keinginan untuk mengembangbiakkan dan menghindari kepunahan flora dan fauna yang sudah langka atau mulai punah.

2. Cagar Alam

Kawasan cagar alam adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.

3. Suaka Marga Satwa

Kawasan suaka margasatwa adalah kawasan suaka alam yang mempunyai ciri khas berupa keanekaragaman dan atau keunikan jenis satwa yang untuk kelangsungan hidupnya dapat dilakukan pembinaan terhadap habitatnya.

4. Taman Nasional

Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi alam.

5. Taman Wisata Alam

Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam dengan tujuan utama untuk dimanfaatkan bagi kepentingan pariwisata dan rekreasi alam.

6. Taman Hutan Raya

Kawasan Taman Hutan Raya adalah kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan atau satwa yang alami atau bukan alami, jenis asli dan atau bukan asli, yang dimanfaatkan bagi kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang sbudidaya, budaya, pariwisata dan rekreasi.

7. Taman Berburu

Berburu adalah menangkap dan/atau membunuh satwa buru termasuk mengambil atau memindahkan telur-telur dan/atau sarang satwa buru.


(34)

2.6.2 Pengertian Taman atau Konservasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pengertian kata Konservasi adalah menggunakan sumber daya alam untuk memenuhi keperluan manusia dalam jumlah yang besar dalam waktu yang lama.

Kata konservasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have). Pengertian ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt yang merupakan orang Amerika pertama yang mengemukakan konsep konservasi.

Seiring perkembangan zaman, taman atau konservasi pada mulanya merupakan tempat untuk memelihara hewan atau tumbuhan yang kita punya. Perkembangan ini semakin meningkat ketika orang-orang mulai memanfaatkan alam yang ada disekelilingnya. Sehingga konservasi di pandang dari dua segi yaitu segi ekonomi dan ekologi. Dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumber daya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumber daya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang (Marpaung, 2000 : 49)

Jadi dapat di simpulkan bahwa taman konservasi tidak hanya digunakan sebagai tempat untuk mengembangbiakkan suatu jenis hewan yang akan punah atau langka, tetapi taman konservasi juga memiliki arti yang besar bagi suatu negara. Taman konservasi dapat dijadikan sebagai tempat untuk memelihara dan


(35)

mempertahankan hewan dan tumbuhan yang telah dianggap langka atau hampir punah dan dapat dijadikan sebagai objek wisata yang lebih dominan menjadi antraksi wisata yang menarik untuk dikunjungi dan dapat menambah keanekaragaman objek wisata suatu daerah.


(36)

BAB III

GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN

3.1 Kota Medan Secara Umum

Kota Medan adalah ibu kota Provinsi Sumatera Utara, dan merupakan kota terbesar di Provinsi Sumatera Utara. Letak kota Medan yang strategis menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang akan datang ke Sumatera Utara melalui angkutan udara dan laut. Kota Medan memiliki Bandar udara Polonia dan pelabuhan laut Belawan yang merupakan gerbang utama masuknya wisatawan ke Sumatera Utara yang datang melalui udara maupun laut untuk mengunjungi tempat-tempat tujuan wisata yang ada di berbagai wilayah Sumatera Utara.

Kota Medan merupakan kota yang majemuk atau multikultural yang di dalamnya terdiri dari berbagai suku, ras, dan agama. Akan tetapi hal ini tidak menjadi halangan bagi masyarakat kota Medan untuk tetap hidup rukun dan damai. Kota Medan mempunyai fasilitas seperti : Hotel, Restoran, Pasar Swalayan, tempat hiburan, dan objek wisata, seperti : Istana Maimoon, Mesjid Raya, Rumah Tjong Afi, Vihara Shri Marriaman, Museum, Penangkaran Buaya Asam Kumbang


(37)

Perekonomian kota Medan ada di berbagai sektor yaitu : pertanian, penggalian, industri, listrik, gas dan air, bangunan, perdagangan, angkutan dan komunikasi, bank dan lembaga keuangan serta jasa. Pada tahun 2001 pertumbuhan ekonomi kota Medan naik sebesar 5,23%. Dengan terjadinya laju pertumbuhan ekonomi kota Medan menyebabkan rata-rata pertumbuhan ekonomi kota Medan meningkat sebesar 3,37% mulai tahun 1993 sampai dengan 2001.

Tahun 1918 Medan dijadikan Kota Praja, tetapi tidak termasuk di dalam kota Maksum dan daerah sungai Kera yang tetap berada di bawah kekuasaan Kesultanan Deli. Ketika itu, penduduk Medan telah berjumlah ± 43.826 jiwa dan terdiri dari bangsa Indonesia, Eropa, Cina, dan Bangsa lainnya.

Hari jadi kota Medan diperingati setiap tahunnya, sejak tahun 1970. Pada awalnya ditetapkan jatuh pada tanggal 1 April 1909. Tetapi tanggal ini

mendapat bantahan yang cukup keras dari kalangan pers dan beberapa ahli sejarah, karena itu Walikota membentuk Panitia Sejarah Hari Jadi Kota Medan untuk melakukan penelitian dan penyelidikan.

Berdasarkan hasil penelitian panitia tersebut, dan setelah dibahas beberapa kali dalam Sidang Pleno DPRD Tingkat II Kotamadya Medan, maka dengan keputusan Dewan Nomor. 4/DPRD/1975 tanggal 26 Maret 1975, ditetapkan tanggal 11 Juli 1950 sebagai Hari Jadi Kota Medan. Sampai saat ini tanggal jadi tersebut tidak dapat bantahan dan tetap di terima oleh semua pihak (Bookleat dan Leafleat, Dinas Pariwisata).


(38)

3.2 Sejarah Kota Medan

Menurut Tengku Lukman Sinar, dalam bukunya (1997 : 71) “Riwayat

Hamparan Perak” yang mendirikan kampung Medan adalah Raja Guru Patimbus,

nenek moyang Datuk Hamparan Perak (duabelas kuta) dan Datuk Sukapiring yaitu dua dari empat kepala suku Kesultanan Deli.

John Anderson, seorang pegawai pemerintahan Inggris yang berkedudukan di Penang, pernah berkunjung ke Medan pada tahun 1923. Dalam bukunya yang bernama “Mission to The East Coast of Sumatera ” Edisi Edinburg tahun 1826, menuliskan bahwa Medan masih merupakan kampung kecil yang berpenduduk sekitar 200 orang.

Kampung kecil yang pada masa ± 2 (dua) abad dengan pesat berkembang menjadi sebuah kota, yang sekarang di kenal dengan nama Kotamadya Medan. Kotamadya Medan berada di satu tanah datar yaitu Medan, di tempat ini juga dikenal sebagai “Medan Puteri” yang tidak jauh dari jalan Puteri Hijau sekarang.

Menurut legenda, di zaman dahulu kala pernah hidup di Kesultanan Deli Lama kira-kira sepuluh kilometer dari kampung Medan tepatnya daerah Deli Tua sekarang, seorang puteri yang sangat cantik diberi nama Puteri Hijau. Kecantikan puteri itu tersohor kemana-mana, dari Aceh sampai ujung pulau Jawa. Sultan Aceh jatuh cinta pada puteri itu, dan melamarnya untuk dijadikan permaisurinya. Lamaran ini ditolak oleh kedua saudara laki-lakinya Puteri Hijau. Sultan sangat marah, karena penolakan itu dianggap sebagai penghinaan terhadap dirinya. Hal ini mennyebabkan terjadinya perang antara Kesultanan Deli dengan Kesultanan Aceh.


(39)

Berdasarkan Legenda di atas, dengan mempergunakan kekuatan gaib, seorang dari saudara laki-laki Puteri Hijau menjelma menjadi seekor ular naga dan seorang lagi menjadi sepucuk meriam yang tidak henti-hentinya menembaki tentara Kesultanan Aceh. Kesultanan Deli mengalami kekalahan dalam peperangan itu, dan dia kecewa. Karena kejadian tersebut putera mahkota yang menjadi meriam itu meledak dan terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian belakangnya terlontar ke Labuhan Deli yang sekarang menjadi peninggalan sejarah di Istana Maimoon Medan dan bagian depannya ke dataran tinggi Karo kira-kira ± 5 (lima) kilometer dari Kabanjahe.

Pangeran yang seorang lagi, berubah menjadi seekor ular naga dan mengundurkan diri melalui suatu salurah dan masuk kedalam sungai Deli yang berdekatan dengan jalan Puteri Hijau sekarang. Arus sungai membawanya ke Selat Malaka dan dari sini dia meneruskan perjalanannya yang berakhir di Ujung Jambu Aye dekat kota Lhoksumawe Aceh.

Puteri Hijau ditawan dan dimasukkan ke dalam peti serta dimuat ke dalam kapal yang seterusnya dibawa ke Aceh. Ketika kapal sampai di Ujung Jambe Aye, Puteri Hijau minta suatu permohonan untuk mengadakan upacara untuknya sebelum peti diturunkan dari kapal. Atas permintaanya, harus diserahkan sejumlah beras dan beribu-ribu telur kepadanya. Permintaan tuan Puteri dikabulkan, tetapi baru saja upacara dimulai, tiba-tiba berhembuslah angin ribut yang disusul oleh gelombang-gelombang yang sangat tinggi. Dari dalam laut muncullah saudara laki-lakinya yang telah menjelma menjadi ular naga, diambilnya peti tempat puteri dikurung, lalu dibawanya masuk ke dalam laut. Legenda ini sampai sekarang dikenal dikalangan orang-orang Deli dan juga masyarakat Melayu Malaysia.


(40)

Deli mulai dikenal namanya setelah orang-orang Belanda yang dipelopori oleh Nienhuys membuka perkebunan tembakau disekitar Medan. Dalam beberapa waktu saja Deli dikenal di seluruh dunia karena daun tembakau yang dihasilkannya tidak ada tandingannya sampai sekarang menjadi daun pembungkus cerutu.

3.3 Letak Geografis Kota Medan

Kota Medan merupakan ibu kota provinsi Sumatera Utara, sebagai salah satu dari 33 provinsi yang ada di Indonesia. Kota Medan terletak antara 27' - 47' Lintang Utara dan 35' - 44' Bujur Timur dan berada 2,5 – 37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan berbatasan Sebelah Utara, Selatan, Barat dan Timur dengan Kabupaten Deli Serdang. Secara geologi, kota Medan merupakan salah satu dari dua puluh lima (25) Daerah Tingkat II di Sumatera Utara. Luas wilayah Medan sekitar 265,10 km2 . Kota ini merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara. Sebagian besar wilayah kota Medan merupakan dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai yang membelah dua kota Medan yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli (Medan dalam Angka, 2010 : 3).

Berdasarkan keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951, daerah kota Medan diperluas tiga kali lipat dari ukuran semula menjadi ± 5.130 Ha, meliputi 4 kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Medan 2. Kecamatan medan Timur 3. Kecamatan Medan Barat 4. Kecamatan Medan Baru


(41)

Kemudian melalui Undang-undang Darurat Nomor 7 dan 8 Tahun 1956, di provinsi Sumatera Utara dibentuk Daerah-daerah Tingkat II, yaitu Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya Medan. Untuk mengantisipasi perkembangan Kotamadya Medan secara terkendali dan terencana, disusun suatu kebijaksanaan membangun Metropolitan MEMBIDANG (Medan, Binjai, dan Deli Serdang). Kotamadya Medan secara fungsional akan dijadikan sebagai kota inti, sedangkan Kotamadya Binjai dan 14 (empat belas) Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang yaitu Deli Tua, Pancur Batu, Namorambe, Tanjung Morawa, Patumbak, Sunggal, Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Labuhan Deli, Lubuk Pakam, Pantai Labuh, Pagar Merbau, dan Beringin dikembangkan menjadi kota Satelit atau

hinterland.

Kota Metropolitan MEMBIDANG memiliki luas wilayah ± 163.378 Ha. Dalam konsep Metropolitan MEMBIDANG dengan kota Medan sebagai pusat pengembangan, merupakan upaya pengembangan wilayah metropolitan MEMBIDANG dengan fungsi sebagai pusat administrasi pemerintahan, pusat industri, pusat distribusi, pusat pelayanan keuangan, pusat komunikasi, dan pusat akomodasi kepariwisataan, serta pusat perdagangan regional dan internasional (Medan dalam Angka, 2010 : 23).

Berdasarkan data statistik di atas, dapat diambil kesimpulan dengan memperbandingkan luas masing-masing wilayah kecamatan dari yang paling luas hingga yang terkecil. Data statistik menunjukkan bahwa kecamatan Medan Labuhan memiliki wilayah yang cukup besar dan Kecamatan Medan Maimun adalah kecamatan dengan luas yang terkecil.


(42)

3.4 Kependudukan

Berdasarkan data kependudukan tahun 2005, penduduk Medan diperkirakan telah mencapai 2.036.018 jiwa, dengan jumlah wanita lebih besar dari pria. Jumlah penduduk wanita sebanyak 1.010.174 jiwa sedangkan jumlah penduduk pria sebanyak 995.968 jiwa. Jumlah penduduk tersebut diketahui merupakan penduduk tetap, sedangkan penduduk tidak tetap diperkirakan mencapai lebih dari 500.000 jiwa, yang merupakan penduduk komuter. Dengan demikian Medan merupakan salah satu kota dengan jumlah penduduk yang besar.

Berdasarkan berjumlah 2.109.339 jiwa. Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Di siang hari, jumlah ini bisa meningkat hingga sekitar 2,5 juta jiwa dengan dihitungnya jumlakomuter). Sebagian besar penduduk Medan berasal dari kelompok umur 0 -19 dan 20 -39 tahun (masing-masing 41% dan 37,8% dari total penduduk).

Dilihat dari struktur umur penduduk, Medan dihuni lebih kurang 1.377.751 jiwa berusia produktif, (15-59 tahun). Selanjutnya dilihat dari tingkat pendidikan, rata-rata lama sekolah penduduk telah mencapai 10,5 tahun. Dengan demikian, secara relatif tersedia tenaga kerja yang cukup, yang dapat bekerja pada berbagai jenis perusahaan, baik jasa, perdagangan, maupun industri manufaktur. Laju pertumbuhan penduduk Medan periode tahun 2000-2004 cenderung mengalami peningkatan.Tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun 2000 adalah 0,09% dan menjadi 0,63% pada tahun 2004. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk mengalami


(43)

peningkatan dari 7.183 jiwa per km2 pada tahun 2004. Jumlah penduduk paling banyak ada di Kecamatan Medan Deli, disusul Medan Helvetia dan Medan Tembung. Jumlah penduduk yang paling sedikit, terdapat di Kecamatan Medan Baru, Medan Maimun, dan Medan Polonia. Tingkat kepadatan Penduduk tertinggi ada di Kecamatan Medan Perjuangan, Medan Area, dan Medan Timur. Pada tahun angka harapan hidup bagi laki-laki adalah 69 tahun sedangkan bagi wanita adalah 71 tahun, (Lihat tabel 3 .1) (Medan dalam Angka, 2010 : 80).


(44)

Tabel 3.1

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk Kota Medan No. Kecamatan Luas

( km²)

Jumlah Penduduk (Jiwa) Kepadatan Penduduk Laki-Laki Perempuan Total

1. Medan Tuntungan 20,68 39.414 41.528 80.942 3.388

2. Medan Johor 14,58 61.085 62.766 123.851 7.971

3. Medan Amplas 11,19 56.175 56.968 113.143 10.291

4. Medan Denai 9,05 71.181 70.214 141.395 15.463

5. Medan Area 5,52 47.813 48.731 96.580 19.792

6. Medan Kota 5,27 35.239 73.341 72.580 15.995

7. Medan Maimun 2,98 19.411 20.170 39.581 19.416

8. Medan Polonia 9,01 25.989 26.805 52.794 5.930

9. Medan Baru 5,84 17.576 21.941 39.516 7.571

10. Medan Selayang 12,81 48.293 50.024 98.317 6.688 11. Medan Sunggal 15,44 55.403 57.341 112.744 7.168 12. Medan Helvetia 13,16 70.705 73.552 144.257 11.047 13. Medan Petisah 6,82 29.367 32.382 61.749 9.988

14. Medan Barat 5,33 34.733 36.038 70.771 14.840

15. Medan Timur 7,76 52.635 55.998 108.633 14.675 16. Medan Perjuangan 4,09 45.144 48.184 93.328 25.844 17. Medan Tembung 7,99 65.391 68.188 133.579 17.745

18. Medan Deli 20,84 84.520 82.273 166.793 7.201

19. Medan Labuhan 36,67 56.676 54.497 111.173 2.916 20. Medan Marelan 23,82 71.287 69.127 140.414 5.316 21. Medan Belawan 26,25 48.889 46.617 95.506 3.684 Medan 265,1 1.036.926 1.060.684 2.097.610 8.001 Sumber : BPS Medan Dalam Angka (2010 : 23)


(45)

Mayoritas penduduk kota Medan sekarang ialah dari orang Tionghoa cukup banyak (Lihat tabel 3 .2) (Medan dalam Angka, 2010 : 26).

Tabel 3.2

Daftar Penduduk Kota Medan Berdasarkan Etnis No. Etnis Tahun 1930 Tahun 1980 Tahun 2000

1. Jawa 24,89% 29,41% 33,03%

2. Batak 2,93% 14,11% -(lihat catatan)

3. Tionghoa 35,63% 12,8% 10,65%

4. Mandailing 6,12% 11,91% 9,36%

5. Minangkabau 7,29% 10,93% 8,6%

6. Melayu 7,06% 8,57% 6,59%

7. Karo 0,19% 3,99% 4,10%

8. Aceh -- 2,19% 2,78%

9. Sunda 1,58% 1,90% --

10. Lain-lain 14,31% 4,13% 3,95%

Sumber : Medan dalam Angka (2010 : 26).

Keanekaragaman etnis di Medan terlihat dari jumlah dikenal sebagai keturunan India.


(46)

Secara historis, pada tahun Dari jumlah tersebut, 409 orang berketurunan Indonesia, 8.269 orang berketurunan Tionghoa, dan 139 orang berasal dari ras Timur lainnya.

3.5 Sarana dan Prasarana 3.5.1 Pendidikan

Peningkatan partisipasi sekolah tentunya harus diseimbangi dengan penyediaan sarana fisik pendidikan maupun tenaga guru yang memadai. Berikut ini adalah data statistik yang menunjukkan banyaknya jumlah keseluruhan sekolah, jumlah murid, dan guru di kota Medan.

Tabel 3.3

Jumlah Sekolah, Murid, dan Guru TK, SMP, SMA, SMK

Pada Tahun 2010

No. Tingkat Sekolah Jumlah Sekolah Jumlah Murid Jumlah Guru

1. Taman Kanak-kanak 290 21.299 1.499

2. Sekolah Dasar 847 277.604 11.904

3. SMP 870 130.702 9.941

4. SMA 226 85.570 6.648

5. SMK 134 41.796 3.603


(47)

Pada tingkat pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), jumlah sekolah pada tahun 2009 ada sebanyak 290 buah dengan jumlah guru sebanyak 1.499 orang dan murid 21.299 orang. Jumlah Sekolah Dasar ada sebanyak 847 sekolah dengan jumlah guru 11.904 orang dan jumlah murid sebanyak 277.604 orang. Sementara jumlah Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada sebanyak 870 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 9.941 orang dan jumlah murid sebanyak 130.702 orang. Pada tahun yang sama jumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) ada sebanyak 226 sekolah dengan jumlah guru 6.648 orang dan murid sebanyak 85.570 orang, dan untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada sebanyak 134 sekolah dengan jumlah guru sebanyak 3.603 orang dan murid sebanyak 41.796 0rang. (Medan dalam Angka, 2010 : 80)

Melalui data statistik di atas, bila dihubungkan dengan kepariwisataan khususnya wisata alam, para siswa baik TK, SD, SMP, SMA seharusnya mendapat pengetahuan tentang alam yang di sekitarnya. Mereka harus dikenalkan tentang alam dan potensi yang dimiliki. Padahal sebuah objek wisata yang dapat dijangkau dengan jarak yang dekat dan harga yang ekonomis dapat memberikan pengetahuan tentang hewan yang sudah langka ini yang merupakan penangkaran buaya terbesar di dunia.

3.5.2 Transportasi

Kota Medan dapat diakses melalui tiga jalur yaitu jalur darat, udara dan laut. Sebagai kota yang letaknya strategis karena merupakan gerbang utama masuknya wisatawan menuju Provinsi Sumatera Utara. Di kota Medan kita dapat menemukan Bandara Polonia tepatnya di daerah Medan Polonia dan Pelabuhan Belawan yang berada di Medan Belawan.


(48)

Pada tahun 2009 jumlah sarana transportasi jalan raya di Kota Medan berjumlah 2.708.511 kendaraan. Dari tahun 2004 hingga 2009 menunjukkan kenaikan 23,82% per tahun. Pertumbuhan yang sangat signifikan nampak pada sepeda motor rata-rata pertumbuhan 31,23% per tahun.

Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Bermotor atau Becak Sepeda. Terminal Bus terbesar di Kota Medan terdapat di Medan Amplas yang disebut dengan nama terminal Amplas, yang merupakan titik awal hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.

Tabel 3.4

Jenis Sarana Angkutan di Kota Medan

No. Nama Sarana Angkutan Kendaraan

1. Mobil Penumpang 222.891

2. Mobil Gerobak 144.865

3. Bus 22.123

4. Bus Pariwisata -

5. Taksi dengan argometer 2.125

6. Taksi tanpa argometer 2.631

7. Sepeda Motor 2.318.632

8. Sepeda 32.031

9. Becak 26.980

10. Andong atau Dokar atau Odong-odong -

11. Lain lain 9.054

Jumlah / Total 2.581.332 Sumber : Medan dalam Angka (2010 : 86)


(49)

Berdasarkan data statistik di atas kecenderungan orang yang akan menggunakan becak sangat tinggi, akibat semakin banyaknya jumlah becak yang bertambah. Tetapi untuk berwisata di kota Medan dengan menggunakan becak kurang nyaman. Karena berdasarkan SK Walikota Medan Nomor 551.21/482.K/2004, tanggal 23 April 2004, di tetapkan ada beberapa ruas jalan yang menjadi larangan operasional beca bermotor yaitu Jl. Raden Saleh, Jl Pattimura,

Jl. S. Parman, Jl. Kejaksaan, Jl. Pengadilan, Jl. Zainul Arifin, Jl. Diponegoro, Jl. Palang Merah, Jl. Imam Bonjol, Jl. Cut Nyak Dine, dan Jl. Sudirman.

Salah satu faktor yang mempengaruhi berkembangnya objek wisata dalam satu daerah adalah lancarnya sarana transportasi. Wisatawan pada umumnya lebih senang mengguakan jenis angkutan tradisional yang menjadi ciri khas dari suatu daerah. Dari data statistik di atas, jumlah andong (dokar) dan odong-odong sudah tidak ada lagi. Wisatawan asing atau lokal lebih senang menggunakan alat angkutan tradisional seperti becak, sado, andong, odong-odong dan lain-lain. Akan tetapi di kota Medan alat angkutan seperti odong-odong sudah sangat jarang ditemukan.


(50)

BAB IV

POTENSI PENANGKARAN BUAYA ASAM KUMBANG

SEBAGAI SALAH SATU OBJEK WISATA

DI KOTA MEDAN

4.1 Sejarah Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan

Sejarah berdirinya penangkaran buaya Asam Kumbang yang terletak di Jalan Bunga Raya, Desa Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang tidak lepas dari seseorang yang bernama Lo Tham Muk. Lo Tham Muk adalah WNI keturunan Cina dan beliau memiliki ciri khas, sangat sayang binatang terutama buaya. Lho Than Muk lahir di Aceh Timur pada tanggal 11 Maret 1948. Tahun 1959 beliau masih bekerja sebagai supir truk di Aceh. Pada suatu hari Lho Tham Muk menemukan seekor buaya di sebuah sungai dan beliau memutuskan untuk memelihara dan merawat buaya itu hingga besar, karena pada saat itu orang-orang masih bebas menangkap dan memelihara buaya baik untuk tujuan komersil maupun untuk dipelihara. Suatu saat, Lho Than Muk memutuskan untuk pindah ke Medan dan beliau berencana untuk mengembangbiakkan buaya kesayangannya itu.

Lho Than Muk membangun sebuah peternakan buaya pada tahun 1959 dengan biaya sendiri di daerah Medan Sunggal, tepatnya di Desa Asam Kumbang dengan luas area 2 hektar. Pada awalnya buaya itu berjumlah 12 (dua belas) ekor tetapi setelah sekian lama jumlah buaya itu semakin bertambah sampai sekarang berjumlah ± 2800 ekor. Setiap harinya buaya diberi makan hanya satu kali saja


(51)

yaitu setiap jam 5 sore. Waktu makan buaya ini menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan yang berkunjung, karena pada saat buaya makan pengunjung dapat menyaksikan langsung antraksi buaya yang makan dengan buasnya, terutama buaya yang ada di kolam utama atau kolam rawa. Makanan yang diberikan setiap harinya habis sebanyak satu ton daging yang berkisar ± Rp. 500.000,-/hari. Makanan buaya dewasa dan bayi buaya berbeda, untuk buaya dewasa diberi makan daging itik, ayam, ikan dan lain-lain, sedangkan bayi buaya diberi makan udang. Biasanya buaya yang sudah mendapat makanan atau kenyang tidak akan merebut makanan buaya lain. Sifat ini memudahkan pihak pengelola untuk mengetahui mana buaya yang sudah makan dan yang belum makan.

Buaya hanya mengadakan musim kawin atau hubungan kelamin pada saat bulan purnama, baik di dalam air maupun di darat. Buaya berkembangbiak pada saat musim hujan yaitu bulan September hingga Februari. Setelah tiga bulan musim kawin, buaya naik ke darat dan membuat lubang sedalam 10-30 cm sebagai tempat penyimpanan telur. Setelah itu lubang-lubang tersebut ditutupi dengan jerami, rerumputan dan ranting sebagai alat pelindung dari mangsanya. Seekor buaya betina mampu menghasilkan 30-90 butir telur per tahun dan telur itu di simpan dalam tanah hingga menetas. Buaya mengerami telurnya selama 75-95 hari dan selama buaya betina mengerami telurnya, buaya jantan berjaga-jaga disekitar buaya betina sebagai perlindungan dari mangsa.


(52)

Telur-telur yang berhasil menetas hanya 30% - 80% saja dari seluruh jumlah telur yang dihasilkan, sedangkan yang lainnya rusak atau busuk akibat faktor cuaca. Dari seluruh hasil buaya yang menetas, hanya beberapa ekor saja yang bertahan hidup, hal ini disebabkan pemangangsa buaya oleh binatang lain dan induknya sendiri. Seekor buaya mampu bertahan hidup hingga 100 tahu. Sedangkan masa

produksi betina mulai dari umur 12-40 tahun dan berat buaya bisa mencapai 100 kilogram atau 1 ton.

Sebagai objek wisata, peternakan buaya ini dibuka untuk umum dan dipungut biaya masuk (Entrance Fee) bagi para pengunjung sebesar Rp. 5.000,-/orang untuk dewasa, sedangkan untuk anak-anak Rp. 3000,-/orang. Dengan dibukanya peternakan buaya ini bagi masyarakat umum, maka dapat membantu dan menambah dana untuk biaya pemeliharaan dan perawatan buaya-buaya tersebut. Sampai saat ini belum ada pihak manapun yang turun tangan dalam menangani upaya pemeliharaan dan perawatan penangkaran buaya. Menurut informasi yang di dapat, penangkaran buaya membutuhkan dana yang sangat tinggi untuk memenuhi kebutuhan makanan buaya

setiap hari. Setiap harinya buaya membutuhkan 1 ton ayam mati atau berkisar Rp. 500.000,- /hari.

Di penangkaran buaya Asam Kumbang, ada dua jenis buaya yang dilestarikan disini yaitu :

1. Buaya Ikan (False Gavial / Tumistuna Schlegelli)

Jenis buaya ini biasanya hidup di rawa-rawa dan sungai, bentuk mulutnya kecil dan panjang, warna kulitnya kecoklat-coklatan. Jenis buaya ikan ini tidak terlalu ganas dan tidak berbahaya.


(53)

2. Buaya Muara (Crocodillus Forossus)

Jenis buaya ini hidup di muara sungai, warna kulitnya kehitam-hitaman, dan berbintik-bintik putih dengan bentuk mulut yang pendek dan lebar. Jenis buaya ini adalah buaya yang buas dan sangat berbahaya.

Di penangkaran buaya ini selain dapat menemukan buaya, pengunjung juga dapat melihat beberapa ekor binatang yang lain seperti ular sanca, anjing, monyet, burung, dan banyak burung bangau putih yang secara alami hinggap dan bebas beterbangan di sekitar penangkaran buaya ini dan hal ini menjadi daya tarik tersendiri yang dapat menanmbah keindahan kolam buaya bagi setiap pengunjung. Menurut informasi yang penulis dapatkan dari pengelola penangkaran buaya Asam Kumbang, suasana sore hingga malam hari penangkaran buaya ini lebih indah, adanya suara kicauan burung dan cahaya warna burung bangau yang putih menghiasi kolam buaya. Tetapi peamandangan ini tentunya tidak dapat dinikmati oleh pengunjung karena waktu kunjungan wisatawan hanya dimulai jam 09.00 WIB s/d 18.00 WIB.

4.2 Potensi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan

Penangkaran buaya Asam Kumbang terletak di Jalan Bunga Raya II No. 59 Desa Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang yang berjarak ±10 Kilometer dari pusat kota Medan. Penangkaran buaya ini memiliki potensi sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata unggulan yang ada di kota Medan.


(54)

Penangkaran buaya Asam Kumbang merupakan penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya ini ± 2 Ha. Di dalam area penangkaran buaya ini, terdapat sebuah danau hijau dan 78 bak untuk tempat buaya. Sedangkan jumlah buaya yang dirawat dan dilestarikan ± 2800 ekor. Apabila potensi ini dikelola dan kembangkan dengan baik, maka penangkaran buaya ini akan menarik minat wisatawan, khususnya wisatawan mancanegara datang berkunjung

Sebagai salah satu Daerah Tujuan Wisata yang telah ditetapkan sebagai objek wisata unggulan, penangkaran buaya ini memiliki fungsi yang lain. Penangkaran buaya ini dimanfaatkan sebagai daerah konservasi binatang yang langka dan dilindungi. Karena pemerintah telah menetapkan buaya sebagai binatang yang langka dan dilindungi oleh Undang-undang. Sehingga buaya tidak diizinkan untuk diperdagangkan secara bebas untuk diolah dan dijadikan sebagai produk makanan atau sebagai bahan produk konveksi.

Selain itu, penangkaran buaya ini dapat dijadikan sebagai sarana pendidikan. Sebagai sarana pendidikan, penangkaran buaya ini dapat dijadikan menjadi daerah observasi atau penelitian, yang akan menambah wawasan. Selain itu, penangkaran buaya ini dapat di jadikan sebagai edukasi dan menjadi area bermain bagi anak-anak.

Pada tahun 1984 pengelola penangkaran buaya ini medapat piagam penghargaan pada “Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia” Provinsi Dati I


(55)

Asam Kumbang diundang untuk menghadiri acara musyawarah Internasional di Jakarta Utara tepatnya di Pantai Mutiara PPL Pluit Jakarta Utara dan mendapat piagam penghargaan.

4.3 Upaya Promosi Penangkaran Buaya Asam Kumbang Sebagai Salah Satu Objek Wisata di Kota Medan

Sebagai salah satu objek wisata yang berpotensi, penangkaran buaya Asam Kumbang menjadi salah satu destinasi pariwisata unggulan baru pada program

Indonesia Visit Year 2008. Pada program ini, Departemen Budaya dan Pariwisata

(Debudpar) menetapkan penangkaran buaya Asam Kumbang sebagai destinasi pariwisata unggulan Provinsi Sumatera Utara.

Dalam meningkatkan jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke penangkaran buaya Asam Kumbang, pengelola harus meningkatkan sumber daya yang dimiliki. Upaya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan, pihak pengelola harus melakukan pengembangan terutama upaya promosi. Ada beberapa cara atau upaya yang harus dilakukan pengelola dalam meningkatkan promosi penangkaran buaya ini, antara lain :

1. Mengadakan event atau acara ramah tamah terhadap masyarakat yang ada di sekitar daerah kota Medan maupun luar kota Medan.

2. Mengadakan seminar tetang peduli akan lingkungan, terutama hewan langka seperti buaya yang dilestarikan di penangkaran buaya Asam Kumbang.


(56)

3. Membuat iklan melalui media massa yaitu media cetak seperti : iklan disurat kabar, majalah, brosur dan media elektronik seperti iklan di radio, televisi, dunia maya atau internet, dan lain-lain.

4. Menjalin kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW) agar menjadikan penangkaran buaya ini sebagai salah satu daerah tujuan wisata yang akan dikenalkan pada wisatawan dan akan dikunjungi oleh wisatawan.

4.4 Upaya Peningkatan Kebersihan Penangkaran Buaya Asam Kumbang Suatu objek wisata yang memiliki daya taya tarik bagi wisatawan, tidak dapat berkembang secara baik apabila kebersihan di area atau daerah objek wisata tersebut tidak layak dikatakan sebagai daerah wisata. Suatu objek wisata penting memiliki potensi yang layak untuk dijual dan dikonsumsi oleh wisatawan, tetapi disekitar objek wisata tersebut harus nyaman bagi wisatwan karena produk yang dijual kepada wisatawan adalah jasa.

Penangkaran buaya Asam Kumbang adalah salah satu Daerah Tujuan Wisata yang memiliki potensi untuk kemajuan dunia pariwisata kota Medan. Objek wisata ini kurang diminati oleh wisatawan karena kurangnya kebersihan di area penangkaran buaya. Hal ini disebabkan oleh minimnya dana yang dimiliki oleh pengelola untuk meningkatkan kebersihan di area penangkaran tersebut.


(57)

Pada tahun 2004-2006, objek wisata penangkaran buaya Asam Kumbang telah diadakan perbaikan sarana seperti pembangunan lapangan parkir, pengorekan kolam, dan pembetonan kolam yang dananya berasal dari dana Inpers Tingkat II Medan. Selain itu juga diadakan pengaspalan dan pembuatan parit di area Daerah Tujuan Wisata penangkaran buaya Asam Kumbang. Upaya pengembangan Daya Tarik Wisata penangkaran buaya Asam Kumbang diperlukan kerjasama yang baik antara pihak pengelola, masyarakat, pemerintah dan swasta. Kerjasama yang

dibangun oleh semua pihak diharapkan dapat meningkatkan tingkat kebersihan di kawasan penangkaran buaya Asam Kumbang.

Untuk meningkatkan jumlah wisatawan yang akan berkunjung ke penangkaran buaya Asam Kumbang, pihak pengelola harus menata daerah atau kawasan wisata tersebut sedemikian rupa agar wisatawan berminat untuk berkunjung. Ada beberapa upaya yang harus dilakukan pengelola dalam mengemas dan menjadikan penangkaran buaya ini menjadi salah satu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi antara lain :

1. Meningkatkan kebersihan di daerah lokasi penangkaran buaya Asam Kumbang, seperti memotong rumput dan membersihkan sampah yang ada di sekitar lokasi penangkaran buaya Asam Kumbang.

2. Menata daerah sekitar penangkaran buaya agar pengunjung merasa nyaman saat berkunjung. Dengan cara membuat taman bunga, menanam pohon di area penangkaran buaya agar suasana terasa lebih alami, bersih dan rapi.


(58)

3. Meningkatkan fasilitas umum bagi wisatawan seperti toilet atau kamar mandi umum, perluasan lapangan parkir, dan pengaturan parkir untuk kendaraan roda dua atau sepeda motor dan roda empat seperti angkutan umum, mobil pribadi dan bus pariwisata .

4. Memperbaiki area atau taman bermain yang sudah rusak dan tidak layak digunakan oleh wisatawan agar anak-anak yang berkunjung merasa nyaman.

4.5 Data Kunjungan Wisatawan di Penangkaran Buaya Asam Kumbang

Wisatawan yang datang berkunjung ke penangkaran buaya terdiri dari berbagai kalangan. Selain wisatawan domestik yang berasal dari daerah kota Medan atau sekitar daerah penangkaran, ada juga rombongan yang datang dari sekolah-sekolah dan Perguruan Tinggi serta wisatawan mancanegara yang datang ke kota Medan.

Walaupun pengunjung yang datang ke penangkaran buaya ini semakin meningkat, dan menambah pendapatan (income) pihak pengelola tetapi permasalahan pihak pengelola tetap ada. Pihak pengelola kesulitan untuk biaya perawatan, biaya makan, biaya perawatan bangunan dan upah pegawai yang tidak terpenuhi. Karena jumlah buaya yang semakin bertambah dan biaya perawatan yang sangat mahal serta tidak adanya bantuan dana yang diterima dari instansi tertentu untuk membantu pihak pengelola.


(59)

Jumlah Kunjungan Wisatawan di Penangkaran Buaya Asam Kumbang Medan Tahun 2005 s/d 2010

No. Tahun Wisatawan Dalam Negeri Wisatawan Luar Negeri jumlah

1. 2005 930 62 155

2. 2006 12.125 122 12.247

3. 2007 15.611 89 15.700

4. 2008 17.234 147 17.381

5. 2009 20.251 137 20.388

6 2010 21.309 169 21.473

Sumber : Laporan Tahunan Pihak Pengelola Asam Kumbang 2010

Data statistik di atas menunjukkan bahwa jumlah wisatawan domestik lebih banyak dari jumlah wisatawan mancanegara. Setiap tahunnya jumlah wisatawan domestik semakin bertambah, karena adanya rombongan yang berkunjung dari sekolah dan Perguruan Tinggi yang ada di kota Medan, termasuk mahasiswa Jurusan Pariwisata Universitas Sumatera Utara khusnya bidang study Usaha Wisata.

Berbeda dengan wisatawan mancanegara, jumlah wisatawan yang berkunjung kadang meningkat dan menurun. Tetapi pada tahun 2009-2010 jumlah wisatawan semakin meningkat, dimana pada tahun 2009 jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 137 orang sedangkan pada tahun 2010 jumlah wisatawan yang berkunjung sebanyak 169 orang. Faktor yang menyebabkan wisatawan mancan negara kurang berminat untuk berkunjung ke Indonesia khususnya kota Medan disebabkan dampak

Travel Warning pada tahun 2000 yang di keluarkan oleh setiap negara yang melarang

wisatawannya datang ke Indonesia akibat adanya bom Bali dan bom Kuningan serta maraknya terorisme di wilayah Indonesia. Faktor tersebut berdampak negatif kepada


(60)

pariwisata Indonesia hingga ke objek wisata penangkaran buaya Asam Kumbang. Sampai saat ini Travel Warning belum resmi di cabut oleh pemerintah, tetapi wisatawan asing masih berminat mengunjungi penangkaran buaya ini karena daya objek wisata ini masih kuat dan melihat hewan yang hampir punah dan langka. Demi mengembangkan wisata alam tersebut, pengelola penangkaran buaya mengharapkan ketegasan dari pemerintah untuk mencabut peringatan larangan kunjungan wisatawan ke Indonesia, yang menjadi sumber pedapatan negara yang sedang dikembangkan saat ini oleh pemerintah.


(61)

BAB V

KESIMPULAN

Penangkaran buaya Asam Kumbang Medan, merupakan salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Karena penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya ini ± 2 Ha. Sedangkan jumlah buaya yang dirawat dan dilindungi sebanyak ± 2800 ekor.

Upaya untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan, pihak pengelola harus meningkatkan beberapa aspek yang menunjang daya tarik penangkaran buaya Asam Kumbang. Selama ini pihak pengelola kurang memperhatikan tingkat kebersihan dan upaya promosi penangkaran buaya Asam Kumbang. Hal ini mengakibatkan, kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung karena tidak merasa nyaman dan tidak mengetahui potensi penangkaran buaya Asam Kumbang.

Pihak pengelola harus melakukan pembenahan demi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Upaya peningkatan promosi dapat dilakukan dengan cara mengadakan event atau seminar tentang peduli alam dan lingkungan, membuat iklan melalui media massa yaitu media cetak dan media elektronik, serta menjalin kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang ada di kota Medan. Selain upaya promosi, pihak pengelola juga harus meningkatkan kebersihan di kawasan penangkaran buaya Asam Kumbang. Upaya ini diharapkan agar

wisatawan tertarik untuk berkunjung, merasa nyaman dan betah pada saat melakukan kunjungan dipenangkaran buaya Asam Kumbang.


(62)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Medan Dalam Angka 2010.

Brosur dan Booklet. 2010. Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan.

Karyono, A. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Kencana, Syafei Inu. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Mandar Maju. Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Pariwisata. Bandung : Alfabeta Bandung. Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Undang-undang kepariwisataan No. 9 Tahun 1969.

Yoeti, A, Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa. Yoeti, A, Oka. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.


(63)

(64)

Gambar : Buaya Muara (Crocodillus forossus)


(65)

Gambar : Buaya berusia 50 tahun


(66)

Gambar : Atraksi Buaya


(1)

BAB V

KESIMPULAN

Penangkaran buaya Asam Kumbang Medan, merupakan salah satu objek wisata yang sangat potensial untuk dikembangkan. Karena penangkaran buaya ini telah ditetapkan sebagai penangkaran buaya terbesar di dunia. Luas area penangkaran buaya ini ± 2 Ha. Sedangkan jumlah buaya yang dirawat dan dilindungi sebanyak ± 2800 ekor.

Upaya untuk meningkatkan jumlah arus kunjungan wisatawan, pihak pengelola harus meningkatkan beberapa aspek yang menunjang daya tarik penangkaran buaya Asam Kumbang. Selama ini pihak pengelola kurang memperhatikan tingkat kebersihan dan upaya promosi penangkaran buaya Asam Kumbang. Hal ini mengakibatkan, kurangnya minat wisatawan untuk berkunjung karena tidak merasa nyaman dan tidak mengetahui potensi penangkaran buaya Asam Kumbang.

Pihak pengelola harus melakukan pembenahan demi meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan. Upaya peningkatan promosi dapat dilakukan dengan cara mengadakan event atau seminar tentang peduli alam dan lingkungan, membuat iklan melalui media massa yaitu media cetak dan media elektronik, serta menjalin kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang ada di kota Medan. Selain upaya promosi, pihak pengelola juga harus meningkatkan kebersihan di kawasan penangkaran buaya Asam Kumbang. Upaya ini diharapkan agar

wisatawan tertarik untuk berkunjung, merasa nyaman dan betah pada saat melakukan kunjungan dipenangkaran buaya Asam Kumbang.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2010. Medan Dalam Angka 2010.

Brosur dan Booklet. 2010. Kantor Dinas Pariwisata Kota Medan.

Karyono, A. 1997. Kepariwisataan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia. Kencana, Syafei Inu. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Mandar Maju. Marpaung, Happy. 2000. Pengetahuan Pariwisata. Bandung : Alfabeta Bandung. Suwantoro, Gamal. 1997. Dasar-dasar Pariwisata. Yogyakarta : Andi Yogyakarta. Undang-undang kepariwisataan No. 9 Tahun 1969.

Yoeti, A, Oka. 1996. Pemasaran Pariwisata. Bandung : Angkasa. Yoeti, A, Oka. 1983. Pengantar Ilmu Pariwisata. Bandung : Angkasa.


(3)

(4)

Gambar : Buaya Muara (Crocodillus forossus)


(5)

Gambar : Buaya berusia 50 tahun


(6)

Gambar : Atraksi Buaya