2.2.2.2 Keterkaitan Antar Variabel Brand Equity dengan Loyalitas Pelanggan
Menurut Davis, dalam Simamora 2003:50 mencatat bahwa merek yang
kuat dapat menciptakan loyalitas yang memungkinkan terjadinya transaksi berulang. Semakin kuat merek, dimana loyalitas semakin tinggi, maka konsumen
akan lebih toleran terhadap produk atau perusahaan. Brand equity dapat mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam
pengambilan keputusan pembelian Simamora, 2003:48. Apabila pembeli
merasa puas, maka akan ada kemungkinan ia akan melakukan pembelian kembali. Komitmen untuk membeli kembali merupakan sikap yang paling penting bagi
loyalitas.
Model Aaker, Dalam Tjiptono 2005:40 menyatakan bahwa brand
equity diformulasikan dari sudut pandang manajerial dan strategi korporat, meskipun landasan utamanya adalah perilaku konsumen. Aaker menjabarkan aset
merek yang berkontribusi pada penciptaan brand equity dalam empat dimensi yaitu: brand
awareness kesadaran merek, brand association asosiasi merek, perceived quality persepsi kualitas dan brand loyalty loyalitas merek.
Menurut Griffin 2003:21 loyalitas konsumen adalah perilaku pembelian
berulang secara konsisten dan menunjukkan kepekaan terhadap berbagai hal yang dapat merubah perilaku pembelian. Kesetiaan di pandang sebagai hubungan erat
antara sikap relatif dan perilaku ini sangat bermanfaat bagi pemasar.
Dalam konsep pemasaran, konsumen menjadi fokus utama. Konsumen yang merupakan pembeli potensial dari suatu produk memiliki arti penting bagi
perusahaan. Hal ini dapat di mengerti karena kosumenlah yang mendatangkan penjualan dan keuntungan. Oleh karena itu perusahaan perlu mengupayakan
melalui strategi pemasaran dirancang agar konsumen melakukan pembelian ulang. Dengan memiliki konsumen yang setia perusahaan akan mendapatkan sejumlah
keuntungan. Salah satu keuntungan utama adalah meningkatkan asset perusahaan sebagaimana yang dinyatakan Aaker 1997 bahwa kesetiaan konsumen terhadap
merek sebagai brand equity merupakan aset perusahaan yang sangat berharga, dan sejumlah nilai strategis lain pun akan dipetik, konsumen yang tidak mudah
terpengaruh oleh bujukan pesaing. Loyalitas merek mencerminkan tingkat keterkaitan konsumen dengan
suatu merek produk. Menurut Rangkuti 2004 loyalitas merek merupakan inti
dari ekuitas merek yang menjadi gagasan sentral dalam pemasaran. Hal ini merupakan satu ukuran keterkaitan seorang pelanggan pada sebuah merek.
Apabila loyalitas merek meningkat, maka kerentanan kelompok pelanggan dari serangan kompetitor dapat dikurangi.
Loyalitas pelanggan merupakan aset strategis perusahaan yang jika dikelola dengan benar mempunyai potensi untuk memberikan nilai tambah seperti
pengurangan biaya pemasaran, memikat para pelanggan baru, peningkatan perdagangan dan memberikan pertahanan terhadap persaingan Taylor et al.,
2004. Dengan nilai-nilai tersebut maka loyalitas pelanggan dapat dijadikan keunggulan bersaing karena dapat menjadi penghalang bagi pesaing Balmer dan
Gray, 2003. Untuk memasuki pasar yang memiliki pelanggan loyal adalah sesuatu yang sangat sulit, karena memerlukan sumberdaya yang besar untuk
membuat para pelanggan pindah ke produk lain dan meninggalkan produk pesaing. Chan 2003 menyatakan bahwa pelanggan yang loyal selain akan
membeli lebih banyak dan lebih sering juga bertindak seperti penasehat bagi keluarga dan teman-temannya untuk menjadi pelanggan.
2.2.2.3 Keterkaitan Antar Variabel Customer Relationship Management dengan Brand Equity