Asal Usul Teh Perkembangan Produksi Teh Bubuk Instant Kemasan di Indonesia Hasil Penelitian Terdahulu

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asal Usul Teh

Tanaman teh termasuk genus Camelia yang memiliki 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30 derajat sebelah utara maupun selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh Camelia sinensis yang dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Camelia ini juga mencakup banyak tanaman hias. Negeri Cina dipercayai sebagai tempat kelahiran tanaman teh. Kisah yang paling banyak diikuti tentang asal usul teh, adalah cerita tentang Kaisar Shen Nung yang hidup sekitar tahun 2737 sebelum masehi. Kaisar Shen Nung juga disebut sebagai Bapak Tanaman Obat-Obatan Tradisional Cina saat itu. Konon kabarnya, pada suatu hari ketika sang Kaisar sedang bekerja di salah satu sudut kebunnya, terlebih dahulu ia merebus air di kuali di bawah rindangan pohon. Secara kebetulan, angin bertiup cukup keras dan menggugurkan beberapa helai daun pohon tersebut dan jatuh kedalam rebusan air dan terseduh. Sewaktu sang Kaisar meminum air rebusan tersebut, ia merasa bahwa air yang diminumnya lebih sedap daripada air putih biasa, dan menjadikan badan lebih segar. Daun yang terseduh kedalam rebusan air sang Kaisar adalah daun teh. Dan sejak saat itu teh mulai dikenal dan disebarluaskan 1 . 1 www.sosro.comindonesiasejarah teh. 31 Desember 2006.

2.2 Penyebaran Teh Dunia

2.2.1 Jalur Sutera

Selama masa pemerintahan Dinasti Han Tang Soon dan Yuan, komoditas teh diperkenalkan ke dunia luar dari Cina melalui pertukaran kebudayaan menyeberangi Asia Tengah menyelusuri Jalur Sutera.

2.2.2 East India Company

Pada tahun 1644, East India Company yaitu perusahaan perdagangan Inggris dibawah pemerintahan Ratu Elizabeth I - membuka kantor di Xiamen. Pada masa itulah, daun teh dikenal umum sebagai minuman yang diseduh dengan air panas. Dan tahun 1669, East India company mendapatkan lisensi mendatangkan komoditas teh dari Cina ke Inggris dengan menggunakan kapal Elizabeth I selama sembilan tahun memonopoli perdagangan teh sampai dengan tahun 1933.

2.2.3 Boston Tea Party

Bagian cukup menarik dari kisah perdagangan teh oleh bangsa Inggris adalah ketika East India Company pada tahun 1773 boleh berdagang teh langsung dari Cina ke Amerika pada saat itu masih termasuk ke dalam koloni bangsa Inggris dengan memotong jalur perdagangan dan perpajakan yang merugikan exportir Eropa dan Importir Amerika. Peristiwa itu mengakibatkan marahnya penduduk Boston, dan pada saat kapal pengangkut komoditas teh merapat di pelabuhan Kota Boston, maka serentak penduduk kota tersebut menaiki kapal dan membuang seluruh peti yang berisi komoditas teh kedalam laut peristiwa itu dikenal sebagai BOSTON TEA PARTY yang berakibat pula tercetusnya revolusi Bangsa Amerika terhadap penjajahan bangsa Inggris.

2.2.4 Masuknya Teh ke Indonesia

Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang. Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa Culture Stetsel . Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh juga dilakukan oleh pihak swasta 2 . 2 www.pn8.co.iddetil _teh.asp?mteh=sejarah_Teh. 31 Desember 2006.

2.3 Karakteristik Tanaman Teh

Menurut silsilah kekerabatan dalam ilmu Botani, tanaman teh tergolong dalam : Kingdom : Plantaei Divisio : Spermathophyta Sub divisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Guttiferales Famili : Tehaceae Genus : Camelia Spesies : Camelia Sinensis

2.3.1 Pengelompokan Teh Berdasarkan Tingkat Oksidasi

Teh putih Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer. Teh hijau Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses oksidasi dihentikan dengan pemanasan cara tradisional Jepang dengan menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng di atas wajan panas. Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil teh yang disebut gun powder. Oolong Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya memakan waktu dua sampai dengan tiga hari. Teh hitam atau teh merah Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar dua minggu hingga satu bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia Selatan India, Sri Langka, Bangladesh dan sebagian besar negara-negara di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Orang Barat menyebutnya sebagai teh hitam karena daun teh berwarna hitam. Di Afrika Selatan, teh merah adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis: Ortodoks teh diolah dengan metode pengolahan tradisional atau CTC metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun 1932. Teh hitam yang belum diramu unblended dikelompokkan berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur. Teh jenis Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca produksi sesuai standar Orange Pekoe. Pu-erh Póu léi dalam bahasa Kantonis Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: mentah dan matang. Teh pu-erh yang masih mentah bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan beberapa waktu hingga matang. Selama penyimpanan, teh pu-erh mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh matang dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya menyerupai rasa teh pu-erh mentah yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh matang dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih mentah kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh pu- erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam. Teh Kuning Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan proses pengeringan yang lebih lambat. Kukicha Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan. Genmaicha Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma harum dan sangat populer di Jepang. Teh bunga Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh bunga yang paling populer adalah teh melati Heung Pín dalam bahasa Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa yang merupakan campuran teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.

2.3.2 Pengelompokan Teh Berdasarkan Kemasan

Teh celup Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas. Teh celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tapi pencinta teh kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup. Sari Wangi adalah perintis teh celup merek lokal di Indonesia. Teh seduh daun teh Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain. Teh yang dipres Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih lama dibandingkan daun teh biasa. Teh stik Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh. Teh instan Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk 3 . 3 www.wikipedia.orgwikiTeh. 31 Desember 2006.

2.4 Perkembangan Produksi Teh Bubuk Instant Kemasan di Indonesia

Teh bubuk kemasan di Indonesia adalah jenis produk yang sangat mudah dijumpai di tempat pembelanjaan, karena produk ini dikonsumsi oleh masyarakat secara luas. Terdapat banyak merek teh yang berada di pasaran antara lain yaitu Max Tea, Mari Tea, Teh Sisri, dan Teh Sariwangi. Kemasan yang ditawarkan juga beragam dengan ukuran dan bungkus. Ukuran dan jenis kemasan yang ditawarkan bervariasi dan berbeda-beda.

2.5 Hasil Penelitian Terdahulu

Andriani 2005 melakukan penelitian dengan judul Analisis Respon Konsumen Terhadap Kualitas Produk AMDK Rasa Buah AQUA Splash Of Fruit Rasa Strawberi dan Orange Mango Serta Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran. Dari sumber yang sama, alat analisis yang digunakan yang digunakan adalah importance-performance untuk mengukur tingkat kepentingan dan pelaksanaan yang dirasakan responden. Dari sumber yang sama diperoleh 22 atribut yang dianalisis. Hasil tingkat kesesuaian menunjukkan atribut kedua produk ASOF yang telah memberikan kepuasan tertinggi yaitu bebas zat pewarna, bentuk dan jenis kemasan, penggunaan pemanis buatan dan label kemasan. Sedangkan atribut yang belum memuaskan adalah harga. Atribut dengan peringkat kepentingan tertinggi yaitu daya tahan produk dan yang terendah adalah ketersediaan produk serta variasi rasa dan aroma buah. Alternatif strategi pemasaran kedua produk ASOF yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kinerja atribut kemudahan dikonsumsi, efek segar, kualitas air, segel produk, memiliki izin Dep. Kes., daya tahan produk, iklan yang menarik, merek terkenal, perusahaan terkenal serta desain kemasan pada ASOF rasa Strawberi. Alternatif lain yang perlu dipertimbangkan adalah melakukan inovasi baru seperti menciptakan rasa dan aroma buah yang baru, keseragaman pencatuman kode halal pada kemasan, sosialisasi dan efisiensi penggunaan aspartam yang aman, menjadikan inovasi bebas zat pewarna sebagai atribut unggulan strategi produk, menyesuaikan harga dengan daya beli konsumen atau menciptakan ASOF dengan kemasan yang lebih kecil dan harga yang murah strategi harga, meningkatkan kekontinuitasan ketersediaan produk ke tingkat pengecer, meningkatkan kerjasama dengan pihak retail dengan menyediakan tempat penyimpanan khusus yang strategis strategi tempat dan distribusi, melakukan undian berhadiah serta promosi penjualan atau sponsorship strategi promosi sehingga terjadi peningkatan frekuensi konsumsi ASOF oleh konsumen. Penelitian mengenai produk teh telah dilakukan oleh Kartikawati 2004 dengan judul penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Frestea. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Software SPSS versi 13.0. Analisis deskriptif dilakukan dalam mengolah data mengenai karakteristik konsumen dan untuk mengetahui bagaimana tahapan proses keputusan pembeliannya. Analisis faktor digunakan untuk mengetahui faktor apa saja yang paling dominan di dalam mengambil keputusan pembelian minuman teh Frestea. Berdasarkan hasil analisis faktor dari penelitian Kartikawati dapat disimpulkan bahwa 23 variabel yang dapat diproses lebih lanjut dapat diekstraksi atau diperkecil menjadi 7 faktor. Faktor pertama adalah faktor daya tarik kemasan, mewakili variabel bentuk dan desain kemasan yang menarik, warna gambar atau logo pada kemasan, ukuran kemasan, merek terkenal, iklan dan promosi. Faktor kedua adalah faktor manfaat produk dan kemudahan memperoleh mewakili variabel kesesuaian diminum bersama berbagai jenis makanan, ketersediaan atau kemudahan memperoleh produk, dan kesesuaian diminum untuk pelepas dahaga. Faktor ketiga adalah faktor pengaruh lingkungan mewakili variabel pengaruh keluarga, pengaruh teman, dan pengaruh wiraniaga. Faktor keempat adalah faktor kualitas produk mewakili variabel keaslian bahan-bahan, kebersihan kemasan, harga, rasa teh, dan volume dan isi minuman. Faktor kelima adalah faktor kualitas teh mewakili variabel kepekatan teh dan kekuatan warna teh. Faktor keenam adalah faktor kesehatan mewakili variabel produk bebas pengawet dan kandungan atau komposisi produk. Faktor ketujuh adalah faktor panca indera yang diwakili oleh kekuatan aroma melati dan kemanisan. Aida 2005 melakukan penelitian mengenai Analisis Prilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Suplemen Berserat. Metode yang digunakan yaitu metode Principal Component analisis menghasilkan suatu komponen utama yang menerangkan keragaman data 93,62 persen. Faktor utama yang mempengaruhi pembelian minuman suplemen berserat ditentukan berdasarkan nilai communality yaitu promosi penjualan, pengaruh penjualan, kepraktisan, dan kandungan bahan. Sedangkan atribut minuman suplemen berserat yang diinginkan konsumen secara berurutan adalah atribut kepraktisan, atribut merek, atribut harga, atribut kemudahan memperoleh, atribut kandungan bahan, atribut manfaat, atribut rasa, atribut ukuran, dan atribut kemasan. Dengan mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh besar terhadap keputusan pembelian minuman suplemen berserat dan atribut produk minuman suplemen berserat, maka dapat disusun suatu strategi bauran pemasaran yang terdiri dari strategi produk, strategi harga, startegi promosi dan strategi tempat. Menurut Aida Produsen sebaiknya meningkatkan promosi baik melalui media elektronik maupun media lain. Kemudahan memperoleh merupakan hal yang penting untuk diperhatikan oleh produsen. Strategi harga yang ditetapkan oleh produsen hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau manfaat yang dirasakan oleh konsumen yaitu melancarkan buang air besar dan menurunkan berat badan. Darmayanti 2004 melakukan penelitian mengenai Analisis Respon Konsumen Remaja Terhadap Performance Lipton Ice Tea dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran. Alat analisis yang digunakan adalah alat analisis Importance Performance Analysis untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Lipton Ice Tea LIT dan bauran pemasaran LIT bagi perusahaan. Hasil yang diperoleh Importance Performance Analysis adalah secara umum konsumen merasa puas pada kinerja sebagian besar atribut-atribut yang mempengaruhi Performance LIT. Dari penelitian Darmayanti diperoleh atribut yang dianggap penting dan memberikan kepuasan pada konsumen adalah : bebas bahan pengawet, kandungan gizi dan vitamin, kemudahan memperoleh, rasa dan aroma buah yang kuat, harga yang terjangkau, warna dan desain kemasan yang menarik, adanya kemasan dalam sachet serta perusahaan yang terkenal. Sedangkan atribut yang dianggap penting namun kinerjanya kurang memuaskan bagi konsumen adalah : rasa dan aroma teh yang kuat, iklan yang menarik dan adanya hadiah atau promosi penjualan. Atribut yang dianggap kurang penting namun memberikan kepuasan pada konsumen adalah: adanya kemasan dalam kaleng, layanan suara konsumen dan merek yang terkenal. Sedangkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting dan mempunyai kinerja yang buruk adalah : tingkat kemanisan yang tinggi, variasi waena kemasan, adanya kemasan dalam kotak dan kemasan dalam botol. Dari hasil analisis, alternatf strategi bauran pemasaran yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kualitas atribut produk LIT seperti bebas bahan pengawet, kandungan gizi dan vitamin yang baik serta warna dan desain kemasan yang menarik. Sedangkan kinerja atribut-atribut LIT yang perlu ditingkatkan adalah rasa dan aroma teh, promosi penjualan serta iklan. Akternatif lain yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan adalah melakukan inovasi baru seperti menciptakan rasa buah atau bunga yang unik dan melakukan promosi melalui kampanye pentingnya mengkonsumsi teh bagi kesehatan sehingga terjadi peningkatan frekuensi konsumsi LIT oleh konsumen. Mahfiroh 2003 melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku Konsumen Teh Bubuk Kemasan dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran di PT. Gunung Slamat, Slawi. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode Cluster dan Accidental sampling. Responden berjumlah 60 orang yang tersebar di setiap kecamatan. Penentuan responden adalah orang yang sedang membeli teh bubuk kemasan di tempat pembelian. Metode analisis data menggunakan Analisis Komponen Utama dan analisis multiatribut Fishbein. Penilaian terhadap atribut teh bubuk kemasan didasarkan pada sembilan atribut, yaitu rasa sepat, wangi, warna, kekentalan, isi kemasan, kemasan, harga, kemudahan memperoleh dan kepopuleran merek. Evaluasi sikap konsumen terhadap sembilan atribut teh bubuk menghasilkan bahwa atribut terpenting adalah wangi Atribut penting kedua adalah kemudahan memperoleh. Atribut ketiga adalah rasa sepat dalam rasa yang merupakan ciri minuman teh. Atribut seanjutnya secara berturut-turut adalah warna seduhan, harga, kepopuleran merek, kekentalan, kemasan dan isi kemasan. Dari hasil penelitian Mahfiroh diperoleh bahwa penilaian terhadap semua atribut terhadap tiga merek menunjukkan bahwa Teh Dua Tang memiliki nilai total tertinggi 129,78 atau selisih 37,17 dari nilai maksimum yang diinginkan konsumen 166,95. Urutan kedua adalah Teh Tong Tji dengan nilai 124,45 atau selisih 42,50 dari nilai evaluasi maksimum. Urutan ketiga Teh Cap Poci dengan nilai 122,83 atau selisih 44,12 dari nilai evaluasi maksimum. Amirulloh 2005 melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam pengambilan Keputusan Pembelian Keputusan Mi Instan ”Salam Mie’, Kasus pada Masyarakat Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja purposive. Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis PCA dan program SPSS Statistical Pakage for Social Science. Variabel awal yang diteliti dalam penelitian Amirulloh ini berjumlah 13 variabel, yaitu merek X1, jenisbentuk X2, harga X3, berat X4, rasa X5, kemasan X6, praktis kecepatan penyajian X7, kemudahan memperoleh X8, iklan X9, promosi penjualan X10, pengaruh keluarga X11, pengaruh teman X12, dan wiraniaga X13. Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapatkan hasil pengolahan data awal. Secara keseluruhan dari 11 variabel komponen utama yang diperoleh variabel alasan seseorang membeli Salam Mie menjadi variabel utama. Selanjutnya hasil Analisis Faktor Pembelian Salam Mie di Kelurahan Tegallega Tahun 2005, menjadi tiga faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Salam Mie dari tiga faktor utama. Faktor kesatu terdiri dari variabel promosi penjualan, merek, beratisi, pengaruh teman dan pengaruh keluarga. Faktor kedua terdiri dari variabel rasa, harga dan kemasan. Faktor ketiga terdiri dari variabel iklan dan kemudahan memperoleh. Dari hasil-hasil penelitian terdahulu, penelitian mengenai produk teh instan Nutri Tea belum pernah dilakukan di kota Bogor. Selain itu, Nutri Tea merupakan produk yang relatif baru, yang belum pernah diteliti oleh peneliti- peneliti sebelumnya.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Definisi Konsumen

Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barangjasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Sumarwan 2002 mengelompokkan konsumen kepada dua jenis konsumen yaitu : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Jenis kedua adalah konsumen organisasi, yang meliputi organisasi bisnis yayasan, lembaga sosial, kantor pemerintah, dan lembaga lainnya misalkan perguruan tinggi, rumah sakit.

3.1.2 Perilaku Konsumen

Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan 2002 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari, membeli dan menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Engel et. al 1994 menyatakan perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses kebutuhan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut.