Analisis faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam keputusan pembelian nutri tea studi kasus di HERO, dan ADA Swalayan
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN
DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN NUTRI TEA
(Studi kasus di HERO, dan ADA Swalayan)
Oleh
DIANA NOFALIA A14104534
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(2)
RINGKASAN
DIANA NOFALIA. Analisis Faktor-Faktor yang Dipertimbangkan dalam
Keputusan Pembelian Nutri Tea. (Di bawah bimbingan YAYAH K. WAGIONO)
Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman teh. Hal ini berdampak kepada tingkat konsumsi teh yang cenderung meningkat dalam negeri yang memberikan peluang yang besar bagi perkembangan industri teh di Indonesia. Konsumsi teh di Indonesia pada tahun 1999 cenderung meningkat sampai tahun 2003, walaupun mengalami penurunan pada tahun 2000. Persentase kenaikan tertinggi pada tahun 2001 yaitu sebesar 11,9 persen.
Nutri Tea merupakan produksi dari PT Nutrifood. Nutri Tea yaitu produk teh yang berupa bubuk dengan rasa buah-buahan yang dikemas dalam kemasan
sachet, produk ini dipasarkan pada tahun 1997.
Berdasarkan Susenas tahun 2000 (BPS) jumlah penduduk kota Bogor sebanyak 3.074.175. Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup besar ini, merupakan peluang pasar yang bagus untuk pendistribusian suatu produk, khususnya Nutri Tea.
Tingkat persaingan teh yang semakin ketat mengharuskan produsen khususnya produsen Nutri Tea dapat memahami keinginan dan kebutuhan konsumen akan suatu produk. Hal ini dapat diketahui dengan mempelajari perilaku konsumen.
Industri minuman ringan di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Jumlah industri minuman ringan baik industri kecil, menengah maupun besar di kota Bogor juga mengalami peningkatan. Akan tetapi Indeks harga konsumen minuman tanpa alkohol (termasuk di dalamnya minuman teh) di kota Bogor menurut kelompok dan sub kelompok pada tahun 2003 semakin menurun (BPS Bogor, 2004). Pada tahun 2002 indeks harga konsumen di kota Bogor adalah 187,48 dan pada tahun 2003 menurun menjadi 181,66. Hal ini merupakan tantangan bagi produk minuman ringan dalam memasarkan produknya.
Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi karakteristik umum konsumen produk Nutri Tea dan hubungannya dengan keputusan pembelian Nutri Tea, menganalisis proses keputusan pembelian konsumen Nutri Tea dan menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh kosumen dalam keputusan pembelian Nutri Tea. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan di lokasi penelitian yang ditentukan secara sengaja (purposive). Lokasi tersebut yaitu ADA Swalayan dan HERO Pangrango Plaza. Penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa lokasi tersebut berada di pusat kota Bogor. Teknik penarikan sampel dengan metode convinience sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkannya. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang. Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti sebanyak 12 variabel yaitu loyalitas, promosi, rasa, harga, kemasan, pengalaman, tempat pembelian, kemudahan memperoleh, tingkat pendapatan per bulan, aroma, warna dan kekentalan. Variabel-variabel yang akan diteliti ini sebagian besar merujuk pada penelitian Amirullah (2005) dengan judul penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam
(3)
Pengambilan Keputusan Pembelian Mi Instan ”Salam Mie”, Kasus pada Masyarakat Kelurahan Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor.
Sebagian besar responden Nutri Tea adalah perempuan (95 persen) dengan usia 16-27 tahun (75 persen), belum menikah (65 persen), dan berasal dari suku Sunda (60 persen). Berdasarkan pekerjaan sebanyak 47,5 persen adalah pelajar/mahasiswa, dan memiliki pendapatan dibawah Rp. 500.000 (45 persen). Jadi, karakteristik konsumen Nutri Tea yaitu sebagian besar perempuan dengan usia 16-27 tahun, belum menikah, berasal dari suku Sunda, pelajar/mahasiswa yang memiliki pendapatan di bawah Rp 500.000 per bulan.
Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 52,5 persen menyatakan mengetahui manfaat minuman teh Nutri Tea. Alasan yang memotivasi responden membeli Nutri Tea adalah produk Nutri Tea bermanfaat bagi kesehatan (45 persen). Sumber Informasi utama responden adalah iklan di TV (50 persen). Pertimbangan utama responden dalam membeli Nutri Tea adalah kualitas (30 persen). Pada proses pembelian, alasan yang melatarbelakangi responden memilih mengkonsumsi Nutri Tea yaitu rasa (60 persen). Tempat pembelian yang sering dikunjungi konsumen adalah Supermarket (60 persen). Sebagian besar responden dalam melakukan pembelian sudah direncanakan terlebih dahulu (42,5 persen), dan dari segi metode waktu yang digunakan pun responden menyediakan waktu khusus (80 persen). Frekuensi pembelian yang dilakukan yaitu tidak tentu (52,5 persen). Pada pasca pembelian, konsumen yang menyatakan biasa saja setelah mengkonsumsi Nutri Tea Sebesar 60 persen. Sebagian besar responden akan mencari alternatif minuman teh lain (57,5 persen) apabila Nutri Tea tidak tersedia pada saat pembelian. Dalam hal kenaikan harga, sebagian besar responden menyatakan tetap akan membeli Nutri Tea walaupun terjadi kenaikan harga.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Nutri Tea terdiri dari tiga komponen utama. Komponen-komponen tersebut adalah 1) komponen pertama yaitu terdiri dari pendapatan, harga, iklan,2) komponen kedua yang terdiri dari warna dan tempat, (3) komponen ketiga yang terdiri dari rasa dan ukuran.
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan kepada PT Nutrifood Indonesia lebih memfokuskan produk ini kepada konsumen yang berstatus pelajar/mahasiswa. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mempromosikan produk Nutri Tea ke sekolah-sekolah ataupun ke kampus-kampus.
(4)
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN
DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN NUTRI TEA
(Studi kasus di HERO, dan ADA Swalayan)
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh
DIANA NOFALIA A14104534
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
(5)
Judul Skripsi : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
DIPERTIMBANGKAN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN NUTRI TEA
(Studi kasus di HERO, dan ADA Swalayan) Nama Mahasiswa : Diana Nofalia
NRP : A14104534
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Yayah K. Wagiono, M. Ec NIP. 130 350 044
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M. Agr NIP. 130 422 698
(6)
PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DIPERTIMBANGKAN DALAM KEPUTUSAN PEMBELIAN NUTRI TEA
(STUDI KASUS DI HERO, DAN ADA SWALAYAN) BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Bogor, Januari 2007
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumatera Barat pada tanggal 29 September 1983. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan bapak Nofrizal dan Ibu Darwani.
Pendidikan formal penulis dimulai SD Negeri 14 Kec. Lengayang (1989-1995), SLTP 2 Kec. Lengayang (1995-1998), SMUN 1 Lengayang (1998-2001), dan melanjutkan pendidikan Perguruan Tinggi di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Diploma Agribisnis Peternakan, Fakultas Peternakan, lulus pada tahun 2004 dengan predikat Cum Laude. Pada tahun 2004, penulis diterima di Program Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Ketika penulis di jenjang pendidikan SLTP, penulis pernah mendapatkan beasiswa untuk siswa berprestasi. Selain itu juga, penulis aktif di bidang organisasi. Pada jenjang SLTP dan SMU, penulis aktif di OSIS. Setelah menjadi mahasiswa di Institut Pertanian Bogor, penulis tetap aktif di bidang keorganisasian, baik itu organisasi kampus maupun luar kampus. Organisasi kampus yang pernah dimasuki penulis diantaranya Kewirausahaan HIMASEIP
(Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Industri Pertanian) dan L-SIMA
(Lembaga Studi Islam Mahasiswa Ekstensi Agribisnis). Organisasi di luar kampus yang pernah dimasuki oleh penulis yaitu FKMPS (Forum Komunikasi Mahasiswa Pesisir Selatan).
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah summa Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan begitu banyak rahmat kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya ilmiah yang berjudul Analisis Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Keputusan Pembelian Nutri Tea (Studi Kasus di Hero, dan Ada Swalayan).
PT Nutrifood Indonesia merupakan industri produk minuman ringan yang tergolong industri besar. Akan tetapi industri ini dalam memasarkan produknya tidak terlepas dari persaingan antar industri-industri lainnya yang terlebih dahulu telah memasarkan produknya, khususnya produk minuman teh. Tingkat persaingan yang ketat menuntut PT Nutrifood Indonesia untuk mengetahui karakteristik umum konsumen produk Nutri tea dan hubungannya dengan keputusan pembelian Nutri Tea, bagaimana proses keputusan pembelian konsumen Nutri Tea, dan faktor-faktor apakah yang dipertimbangkan oleh konsumen dalam keputusan pembelian Nutri Tea.
Akhir kata semoga hasil penelitian ini bermanfaat, baik untuk penulis sendiri maupun pihak-pihak lainnya yang memerlukannya.
Bogor, Januari 2007
(9)
UCAPAN TERIMA KASIH
Sebuah perjuangan tidak terlepas dari kecintaan-Nya dan juga bantuan dari pihak-pihak yang terkait dengan karya ilmiah ini sebagai perantara dari wujud kecintaan-Nya. Dalam hal ini penulis ucapkan terima kasih kepada :
1) Ir. Yayah K. Wagiono, M.Ec, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan motivasi, nasehat, masukan, dan kritikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2) Keluarga tercinta, Ibu dan Bapakku yang pastinya selalu mendo’akanku. Do’a kalian merupakan tangga bagi kehidupanku untuk mencapai kesuksesan, yang tentunya sukses dunia maupun akhirat. Selanjutnya kepada kakak-kakakku yang telah memberikan motivasi untuk selalu tegar menghadapi segala kesulitan.
3) Pamanku, yang telah memberikan dorongan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan sampai ke jenjang S1.
4) Semua pihak yang telah ikut berpartisipasi baik moril maupun materil kepada penulis.
5) Sahabat-sahabatku, atas bantuan dan dorongannya selama ini.
Akhir kata, penulis berdoa semoga segala bimbingan dan bantuan yang diberikan pada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Bogor, Januari 2007
(10)
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...viii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL... xii
DAFTAR GAMBAR... ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 3
1.3Tujuan Penelitian ... 5
1.4Keterbatasan Penelitian... 5
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asal Usul Teh ... 6
2.2 Penyebaran Teh Dunia ... 7
2.3 Karakteristik Tanaman Teh... 9
2.4 Perkembangan Produksi Teh Bubuk (Instant) di Indonesia ... 14
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu... 14
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1Kerangka Pemikiran teoritis... 21
3.1.1 Defenisi Konsumen... 21
3.1.2 Perilaku konsumen ... 21
3.1.3 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen ... 23
3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Konsumen ... 25
3.1.5 Konsep Pemasaran ... 26
3.1.6 Bauran Pemasaran... 26
(11)
IV. METODE PENELITIAN
4.1Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31
4.2Jenis dan Sumber Data ... 31
4.3Metode Pengambilan Sampel dan Pengumpulan Data ... 31
4.4Metode Analisis Data... 32
4.4.1 Analisis Deskritif ... 32
4.4.2 Analisis Faktor ... 33
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah Perkembangan PT Nutrifood Indonesia ... 36
5.2 Visi dan Misi ... 37
5.3 Kultur ... 37
5.4 Komitmen... 38
5.5 Distribusi Lokal... 40
5.6 Distribusi Internasional ... 40
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.5Karakteristik Responden ... 41
4.5.1 Usia Respoden... 41
4.5.2 Jenis Kelamin Responden ... 42
4.5.3 Status Pernikahan Responden ... 44
4.5.4 Suku Bangsa Responden ... 44
4.5.5 Jenis Pekerjaan Responden ... 45
4.5.6 Pendapatan Responden ... 45
4.6Proses Keputusan Pembelian ... 46
4.6.1 Pengenalan Kebutuhan... 46
4.6.2 Pencarian Informasi ... 47
4.6.3 Evaluasi Alternatif ... 49
4.6.4 Proses Pembelian ... 50
4.6.5 Perilaku Pasca Pembelian ... 52
4.7Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Keputusan pembelian Nutri Tea ... 56
VII. KESIMPULAN 4.8Kesimpulan ... 60
4.9Saran... 61
DAFTAR PUSTAKA... 62
LAMPIRAN... 64
(12)
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Perkembangan Konsumsi Teh di Indonesia Tahun 1999-2003 ... 1
2. Produsen Teh, Kapasitas Produksi dan Jenis Merek yang Dihasilkan ... 3
3. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor
tahun 2006 Berdasarkan Kelompok Umur... 42
4. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor
tahun 2006 Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin ... 43
5. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor
tahun 2006 Berdasarkan Kelompok Status Pernikahan ... 44
6. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun
2006 Berdasarkan Kelompok Suku Bangsa... 45
7. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun
2006 Berdasarkan Kelompok Jenis Pekerjaan ... 45
8. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun
2006 Berdasarkan Kelompok Pendapatan ... 46
9. Pengetahuan Responden Tentang Manfaat Nutri Tea di HERO dan
ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006... 47
10. Alasan Responden Membeli Nutri Tea di HERO dan ADA Swalayan
Kota Bogor tahun 2006 ... 48
11. Sumber Informasi Responden Terhadap Minuman Nutri Tea di HERO
dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006 ... 49
(13)
13. Alasan Responden Memilih Mengkonsumsi Nutri Tea di HERO dan
ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006 ... 50
14. Tempat Pembelian yang Sering Dikunjungi Responden di HERO dan
ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006... 51
15. Cara Responden Memutuskan Pembelian Nutri Tea ... 51
16. Metode Waktu yang dilakukan Responden dalam Melakukan Pembelian
Nutri Tea ... 52
17. Frekuensi Pembelian yang dilakukan Responden dalam
Melakukan Pembelian Nutri Tea ... 52
18. Kepuasan Responden Produk Nutri Tea ... 53
19. Perilaku Responden Terhadap Ketersediaan Nutri Tea di Tempat
Pembelian... 55
20. Perilaku Responden Terhadap Kenaikan Harga Minuman Nutri Tea di
HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006 ... 55
21. Urutan Nilai Communality masing-masing Variabel ... 57
21. Hasil Analisis Faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian
(14)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor
yang Mempengaruhinya... 22
2. Diagram alur kerangka pemikiran operasional ... 30
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Komoditi Industri Minuman Ringan... 65
2. Perkembangan Jumlah Unit Usaha di Kota Bogor Tahun 2003-2005... 66
3. Jenis Industri, Komoditi Industri, dan Kapasitas Produksi PT
Nutrifood Indonesia ... 67
4. Distributor Lokal dan Distributor Internasional... 68
(15)
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masyarakat Indonesia mempunyai kebiasaan mengkonsumsi minuman teh.
Hal ini dapat ditunjukkan hasil survey berbagai riset antara lain AC Nielsen,
MARS dan SWA, sejak tahun 1999 hingga 2004 menunjukkan tingkat penetrasi
pasar komoditi teh sebesar 95 persen. Informasi tersebut menunjukkan bahwa
minuman teh hampir dikonsumsi oleh setiap orang di Indonesia.
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa tingkat konsumsi teh cenderung
meningkat, hal ini mengidentifikasikan peluang yang besar bagi perkembangan
industri teh di Indonesia. Perkembangan ini dapat dilihat dari keanekaragaman
bentuk produk teh yang dipasarkan, mulai dari teh tubruk, teh celup, teh botol, teh
kotak, hingga teh berbentuk bubuk.
Tabel 1. Perkembangan Konsumsi Teh di Indonesia Tahun 1999-2003 Tahun Konsumsi
(Ton)
Tren (Persen)
1999 62.905 -
2000 59.211 -59 2001 66.299 11.9 2002 68.299 2.6 2003 69.647 2.4 Sumber : Indocommersial, 2004.
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa konsumsi teh di Indonesia pada
tahun 2000 cenderung meningkat sampai tahun 2003, walaupun mengalami
penurunan pada tahun 2000. Persentase kenaikan tertinggi yaitu pada tahun 2001
(16)
Nutri Tea merupakan produksi dari PT Nutrifood yang sebelumnya telah
mengeluarkan beberapa produk yang dikenal konsumen yaitu WRB, Tropicana
Slim, L-Men, Nutrisari, Hore dan Frutillo. Nutri Tea yaitu produk teh yang
berupa bubuk dengan rasa buah-buahan yang dikemas dalam kemasan sachet.
Produk ini mulai dipasarkan pada tahun 1997.
Berdasarkan Susenas tahun 2000 (BPS) jumlah penduduk kota Bogor
sebanyak 3.074.175 dengan tingkat pertumbuhan penduduk selama periode
1999-2000 adalah sebesar 2,3 persen. Dengan tingkat pertumbuhan yang cukup besar
ini, merupakan peluang pasar yang bagus untuk pendistribusian suatu produk,
khususnya Nutri Tea.
Tingkat persaingan teh yang semakin ketat yang dapat dilihat pada pada
Tabel 2, diimplikasikan dengan perkembangan inovasi setiap perusahaan sehingga
diversifikasi produk antar produsen teh semakin beragam. Fenomena ini membuat
produsen khususnya produsen Nutri Tea seharusnya dapat memahami keinginan
dan kebutuhan konsumen akan suatu produk. Hal ini dapat diketahui dengan
mempelajari perilaku konsumen.
Pemahaman terhadap perilaku konsumen meliputi faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian dan penilaian konsumen terhadap atribut-atribut produk. Faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pembelian konsumen sangat kompleks. Faktor-faktor
tersebut diantaranya tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, bauran pemasaran,
(17)
Tabel 2. Produsen Teh, Kapasitas Produksi dan Jenis Merek yang Dihasilkan Nama Perusahaan Produksi
(botol) Merek
PT. Sinar Sosro 300.000.000 Teh Botol, Fruit Tea, S-tee,
Tebs
PT. Coca Cola Bottling Indonesia 22.000.000 Hi-C, Frestea
PT. Jarum Emas Unggul 2.170.000 SGS
Perusahaan Teh Botol Giju 5.000.000 Giju
Perusahaan Hawaii - Melati
PT. Hainz ABC Indonesia 400.000* ABC
Hongkong 972.000 Melati
PT. Indotirta Jaya Abadi 1.170.000 Indo teh Crown
PT. Inti Citra Beverindo - Nicky
PT. Kutrindo Indonesia 10.000.000 Cool
Oriental 564.000 Oriental
PT. Pepsi Cola Indo Beverages 17.300.000 Tekita
Prima 250.000 Fastco dan Prima
PT. Perusahaan Minuman SAP 700.000* SAP
PT. Sari Guna Prima Tirta 71.000 Anda
CV. Shindu Bakti 450.000 Indah
PT. Tang Mas 3.310.000 Dua Tang
PT. Tiga Naga Mulia 2.220.000 Teh Botol Upet
PT. Tunggul Naga - 2 Tang
PT. Ultra Jaya Milk Industri 40.000* Teh Kotak
PT. Unilever Indonesia 50.000* Lipton Ice Tea
Total 27 Merek
Sumber : Indocommersial, 2002 Keterangan : * = Kotak per tahun
1.2. Perumusan Masalah
Ketatnya persaingan pada industri teh mengharuskan produsen selalu
berorientasi pada kepentingan konsumen. Hal ini disebabkan karena dengan
banyaknya merek, konsumen semakin selektif dan penuh pertimbangan mengenai
merek teh yang akan dikonsumsinya. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu
didukung oleh adanya perhatian yang besar dari PT Nutrifood Indonesia untuk
selalu meningkatkan kepuasan kosumen, karena konsumen merupakan faktor
(18)
Industri minuman ringan di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung
meningkat (Lampiran 1). Selanjutnya di kota Bogor jumlah industri minuman
ringan baik industri kecil, menengah maupun besar juga mengalami peningkatan
(Lampiran 2). Akan tetapi Indeks harga minuman konsumen tanpa alkohol
(termasuk di dalamnya minuman teh) di kota Bogor menurut kelompok dan sub
kelompok pada tahun 2003 semakin menurun (BPS Bogor, 2004). Pada tahun
2002 indeks harga konsumen di kota Bogor adalah 187,48 dan pada tahun 2003
menurun menjadi 181,66. Hal ini merupakan tantangan bagi produsen minuman
ringan dalam memasarkan produknya karena dengan menurunnya indeks harga
konsumen, tingkat persaingan untuk meraih pangsa pasar akan semakin tinggi.
Hal ini menuntut produsen untuk menganalisa lebih lanjut mengenai faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi konsumen dalam pembelian suatu produk.
PT Nutrifood Indonesia merupakan industri produk minuman ringan yang
tergolong industri besar dengan investasi Rp 91.654.758.100,- (Lampiran 3).
Akan tetapi industri ini dalam memasarkan produknya tidak terlepas dari
persaingan antar industri-industri lainnya yang terlebih dahulu telah memasarkan
produknya, khususnya produk minuman teh.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu:
1. Bagaimana karakteristik umum konsumen produk Nutri Tea dan hubungannya
dengan keputusan pembelian Nutri Tea?
2. Bagaimana proses keputusan pembelian konsumen Nutri Tea?
3. Faktor-faktor apakah yang dipertimbangkan oleh kosumen dalam keputusan
(19)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik umum konsumen produk Nutri Tea dan
hubungannya dengan keputusan pembelian Nutri Tea.
2. Menganalisis proses keputusan pembelian konsumen Nutri Tea.
3. Menganalisis faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh kosumen dalam
keputusan pembelian Nutri Tea.
1.4. Keterbatasan Penelitian
Nutri Tea merupakan produk yang relatif baru, diproduksi oleh PT
Nutrifood Indonesia. Produk ini belum banyak dikenal konsumen dibandingkan
dengan produk PT Nutrifood yang lain. Hal ini menjadi kendala bagi penulis
(20)
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Asal Usul Teh
Tanaman teh termasuk genus Camelia yang memiliki 82 spesies, terutama tersebar di kawasan Asia Tenggara pada garis lintang 30 derajat sebelah utara
maupun selatan khatulistiwa. Selain tanaman teh (Camelia sinensis) yang
dikonsumsi sebagai minuman penyegar, genus Camelia ini juga mencakup banyak tanaman hias.
Negeri Cina dipercayai sebagai tempat kelahiran tanaman teh. Kisah yang
paling banyak diikuti tentang asal usul teh, adalah cerita tentang Kaisar Shen
Nung yang hidup sekitar tahun 2737 sebelum masehi. Kaisar Shen Nung juga
disebut sebagai Bapak Tanaman Obat-Obatan Tradisional Cina saat itu. Konon
kabarnya, pada suatu hari ketika sang Kaisar sedang bekerja di salah satu sudut
kebunnya, terlebih dahulu ia merebus air di kuali di bawah rindangan pohon.
Secara kebetulan, angin bertiup cukup keras dan menggugurkan beberapa helai
daun pohon tersebut dan jatuh kedalam rebusan air dan terseduh. Sewaktu sang
Kaisar meminum air rebusan tersebut, ia merasa bahwa air yang diminumnya
lebih sedap daripada air putih biasa, dan menjadikan badan lebih segar. Daun yang terseduh kedalam rebusan air sang Kaisar adalah daun teh. Dan sejak saat itu
teh mulai dikenal dan disebarluaskan1.
(21)
2.2 Penyebaran Teh Dunia
2.2.1 Jalur Sutera
Selama masa pemerintahan Dinasti Han Tang Soon dan Yuan, komoditas
teh diperkenalkan ke dunia luar (dari Cina) melalui pertukaran kebudayaan
menyeberangi Asia Tengah menyelusuri Jalur Sutera.
2.2.2 East India Company
Pada tahun 1644, East India Company yaitu perusahaan perdagangan
Inggris dibawah pemerintahan Ratu Elizabeth I - membuka kantor di Xiamen.
Pada masa itulah, daun teh dikenal umum sebagai minuman yang diseduh dengan
air panas. Dan tahun 1669, East India company mendapatkan lisensi
mendatangkan komoditas teh dari Cina ke Inggris dengan menggunakan kapal
Elizabeth I selama sembilan tahun memonopoli perdagangan teh sampai dengan
tahun 1933.
2.2.3 Boston Tea Party
Bagian cukup menarik dari kisah perdagangan teh oleh bangsa Inggris adalah ketika East India Company pada tahun 1773 boleh berdagang tehlangsung
dari Cina ke Amerika (pada saat itu masih termasuk ke dalam koloni bangsa
Inggris) dengan memotong jalur perdagangan dan perpajakan yang merugikan
exportir Eropa dan Importir Amerika. Peristiwa itu mengakibatkan marahnya
penduduk Boston, dan pada saat kapal pengangkut komoditas teh merapat di
(22)
membuang seluruh peti yang berisi komoditas teh kedalam laut peristiwa itu
dikenal sebagai BOSTON TEA PARTY yang berakibat pula tercetusnya revolusi
Bangsa Amerika terhadap penjajahan bangsa Inggris.
2.2.4 Masuknya Teh ke Indonesia
Teh dikenal di Indonesia sejak tahun 1686 ketika seorang Belanda
bernama Dr. Andreas Cleyer membawanya ke Indonesia yang pada saat itu
penggunaannya hanya sebagai tanaman hias. Baru pada tahun 1728, pemerintah
Belanda mulai memperhatikan teh dengan mendatangkan biji-biji teh secara
besar-besaran dari Cina untuk dibudayakan di pulau Jawa. Usaha tersebut tidak
terlalu berhasil dan baru berhasil setelah pada tahun 1824 Dr.Van Siebold seorang
ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di
Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit teh dari Jepang.
Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobson pada tahun 1828 dan
sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda,
sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah
satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stetsel). Pada masa kemerdekaan, usaha perkebunan dan perdagangan tehdiambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan teh juga
dilakukan oleh pihak swasta2.
(23)
2.3 Karakteristik Tanaman Teh
Menurut silsilah kekerabatan dalam ilmu Botani, tanaman teh tergolong
dalam :
Kingdom : Plantaei
Divisio : Spermathophyta
Sub divisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Guttiferales
Famili : Tehaceae
Genus : Camelia
Spesies : Camelia Sinensis
2.3.1 Pengelompokan Teh Berdasarkan Tingkat Oksidasi
Teh putih
Teh yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi
dan sewaktu belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk
menghalangi pembentukan klorofil. Teh putih diproduksi dalam jumlah lebih sedikit dibandingkan teh jenis lain sehingga harga menjadi lebih
mahal. Teh putih kurang terkenal di luar Tiongkok, walaupun secara
perlahan-lahan teh putih dalam kemasan teh celup juga mulai populer.
Teh hijau
Daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung diproses setelah dipetik. Setelah daun mengalami oksidasi dalam jumlah minimal, proses
(24)
oksidasi dihentikan dengan pemanasan (cara tradisional Jepang dengan
menggunakan uap atau cara tradisional Tiongkok dengan menggongseng
di atas wajan panas). Teh yang sudah dikeringkan bisa dijual dalam bentuk
lembaran daun teh atau digulung rapat berbentuk seperti bola-bola kecil
(teh yang disebut gun powder).
Oolong
Proses oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam
yang biasanya memakan waktu dua sampai dengan tiga hari.
Teh hitam atau teh merah
Daun teh dibiarkan teroksidasi secara penuh sekitar dua minggu hingga
satu bulan. Teh hitam merupakan jenis teh yang paling umum di Asia
Selatan (India, Sri Langka, Bangladesh) dan sebagian besar negara-negara
di Afrika seperti: Kenya, Burundi, Rwanda, Malawi dan Zimbabwe. Orang
Barat menyebutnya sebagai "teh hitam" karena daun teh berwarna hitam.
Di Afrika Selatan, "teh merah" adalah sebutan untuk teh rooibos yang termasuk golongan teh herbal. Teh hitam masih dibagi menjadi dua jenis:
Ortodoks (teh diolah dengan metode pengolahan tradisional) atau CTC
(metode produksi teh Crush, Tear, Curl yang berkembang sejak tahun
1932). Teh hitam yang belum diramu (unblended) dikelompokkan
berdasarkan asal perkebunan, tahun produksi, dan periode pemetikan
(awal musim semi, pemetikan kedua, atau musim gugur). Teh jenis
Ortodoks dan CTS masih dibagi-bagi lagi menurut kualitas daun pasca
(25)
Pu-erh (Póu léi dalam bahasa Kantonis)
Teh pu-erh terdiri dari dua jenis: "mentah" dan "matang." Teh pu-erh yang masih "mentah" bisa langsung digunakan untuk dibuat teh atau disimpan
beberapa waktu hingga "matang". Selama penyimpanan, teh pu-erh
mengalami oksidasi mikrobiologi tahap kedua. Teh pu-erh "matang" dibuat dari daun teh yang mengalami oksidasi secara artifisial supaya
menyerupai rasa teh pu-erh "mentah" yang telah lama disimpan dan mengalami proses penuaan alami. Teh pu-erh "matang" dibuat dengan mengontrol kelembaban dan temperatur daun teh mirip dengan proses
pengomposan. Teh pu-erh biasanya dijual dalam bentuk padat setelah dipres menjadi seperti batu bata, piring kecil atau mangkuk. Teh pu-erh
dipres agar proses oksidasi tahap kedua bisa berjalan, karena teh pu-erh
yang tidak dipres tidak akan mengalami proses pematangan. Semakin lama
disimpan, aroma teh pu-erh menjadi semakin enak. Teh pu-erh yang masih "mentah" kadang-kadang disimpan sampai 30 tahun bahkan 50 tahun
supaya matang. Pakar bidang teh dan penggemar teh belum menemui
kesepakatan soal lama penyimpanan yang dianggap optimal. Penyimpanan
selama 10 hingga 15 tahun sering dianggap cukup, walaupun teh pu-erh
bisa saja diminum setelah disimpan kurang dari setahun. Minuman teh
pu-erh dibuat dengan merebus daun teh pu-erh di dalam air mendidih
seringkali hingga lima menit. Orang Tibet mempunyai kebiasaan minum teh pu-erh yang dicampur dengan mentega dari lemak yak, gula dan garam.
(26)
Teh Kuning
Sebutan untuk teh berkualitas tinggi yang disajikan di istana kaisar atau
teh yang berasal dari daun teh yang diolah seperti teh hijau tapi dengan
proses pengeringan yang lebih lambat.
Kukicha
Teh kualitas rendah dari campuran tangkai daun dan daun teh yang sudah
tua hasil pemetikan kedua, dan digongseng di atas wajan.
Genmaicha
Teh hijau bercampur berondong dari beras yang belum disosoh, beraroma
harum dan sangat populer di Jepang.
Teh bunga
Teh hijau atau teh hitam yang diproses atau dicampur dengan bunga. Teh
bunga yang paling populer adalah teh melati (Heung Pín dalam bahasa
Kantonis, Hua Chá dalam bahasa Tionghoa) yang merupakan campuran
teh hijau atau teh oolong yang dicampur bunga melati. Bunga-bunga lain yang sering dijadikan campuran teh adalah mawar, seroja, leci dan seruni.
2.3.2 Pengelompokan Teh Berdasarkan Kemasan
Teh celup
Teh dikemas dalam kantong kecil yang biasanya dibuat dari kertas. Teh
celup sangat populer karena praktis untuk membuat teh, tapi pencinta teh
kelas berat biasanya tidak menyukai rasa teh celup. Sari Wangi adalah perintis teh celup merek lokal di Indonesia.
(27)
Teh seduh (daun teh)
Teh dikemas dalam kaleng atau dibungkus dengan pembungkus dari
plastik atau kertas. Takaran teh dapat diatur sesuai dengan selera dan
sering dianggap tidak praktis. Saringan teh dipakai agar teh yang
mengambang tidak ikut terminum. Selain itu, teh juga bisa dimasukkan
dalam kantong teh sebelum diseduh. Mangkuk teh bertutup asal Tiongkok
yang disebut gaiwan dapat digunakan untuk menyaring daun teh sewaktu menuang teh ke mangkuk teh yang lain.
Teh yang dipres
Teh dipres agar padat untuk keperluan penyimpanan dan pematangan. Teh
pu erh dijual dalam bentuk padat dan diambil sedikit demi sedikit sewaktu mau diminum. Teh yang sudah dipres mempunyai masa simpan yang lebih
lama dibandingkan daun teh biasa.
Teh stik
Teh dikemas di dalam stik dari lembaran aluminium tipis yang mempunyai
lubang-lubang kecil yang berfungsi sebagai saringan teh.
Teh instan
Teh berbentuk bubuk yang tinggal dilarutkan dalam air panas atau air dingin. Pertama kali diciptakan pada tahun 1930-an tapi tidak diproduksi
hingga akhir tahun 1950-an. Teh instan ada yang mempunyai rasa vanila, madu, buah-buahan atau dicampur susu bubuk3.
(28)
2.4 Perkembangan Produksi Teh Bubuk (Instant) Kemasan di Indonesia
Teh bubuk kemasan di Indonesia adalah jenis produk yang sangat mudah
dijumpai di tempat pembelanjaan, karena produk ini dikonsumsi oleh masyarakat
secara luas. Terdapat banyak merek teh yang berada di pasaran antara lain yaitu
Max Tea, Mari Tea, Teh Sisri, dan Teh Sariwangi.
Kemasan yang ditawarkan juga beragam dengan ukuran dan bungkus.
Ukuran dan jenis kemasan yang ditawarkan bervariasi dan berbeda-beda.
2.5 Hasil Penelitian Terdahulu
Andriani (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Respon
Konsumen Terhadap Kualitas Produk AMDK Rasa Buah AQUA Splash Of Fruit Rasa Strawberi dan Orange Mango Serta Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran. Dari sumber yang sama, alat analisis yang digunakan yang digunakan
adalah importance-performance untuk mengukur tingkat kepentingan dan
pelaksanaan yang dirasakan responden. Dari sumber yang sama diperoleh 22
atribut yang dianalisis.
Hasil tingkat kesesuaian menunjukkan atribut kedua produk ASOF yang telah memberikan kepuasan tertinggi yaitu bebas zat pewarna, bentuk dan jenis kemasan, penggunaan pemanis buatan dan label kemasan. Sedangkan atribut yang
belum memuaskan adalah harga. Atribut dengan peringkat kepentingan tertinggi
yaitu daya tahan produk dan yang terendah adalah ketersediaan produk serta
(29)
Alternatif strategi pemasaran kedua produk ASOF yang dapat dilakukan adalah mempertahankan kinerja atribut kemudahan dikonsumsi, efek segar,
kualitas air, segel produk, memiliki izin Dep. Kes., daya tahan produk, iklan yang
menarik, merek terkenal, perusahaan terkenal serta desain kemasan pada ASOF
rasa Strawberi. Alternatif lain yang perlu dipertimbangkan adalah melakukan inovasi baru seperti menciptakan rasa dan aroma buah yang baru, keseragaman
pencatuman kode halal pada kemasan, sosialisasi dan efisiensi penggunaan
aspartam yang aman, menjadikan inovasi bebas zat pewarna sebagai atribut unggulan (strategi produk), menyesuaikan harga dengan daya beli konsumen atau
menciptakan ASOF dengan kemasan yang lebih kecil dan harga yang murah
(strategi harga), meningkatkan kekontinuitasan ketersediaan produk ke tingkat
pengecer, meningkatkan kerjasama dengan pihak retail dengan menyediakan
tempat penyimpanan khusus yang strategis (strategi tempat dan distribusi),
melakukan undian berhadiah serta promosi penjualan atau sponsorship (strategi promosi) sehingga terjadi peningkatan frekuensi konsumsi ASOF oleh konsumen.
Penelitian mengenai produk teh telah dilakukan oleh Kartikawati (2004)
dengan judul penelitian Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Minuman Teh Merek Frestea. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan Software SPSS versi 13.0. Analisis deskriptif dilakukan dalam mengolah data mengenai karakteristik konsumen dan untuk mengetahui
bagaimana tahapan proses keputusan pembeliannya. Analisis faktor digunakan
untuk mengetahui faktor apa saja yang paling dominan di dalam mengambil
(30)
Berdasarkan hasil analisis faktor dari penelitian Kartikawati dapat
disimpulkan bahwa 23 variabel yang dapat diproses lebih lanjut dapat diekstraksi
atau diperkecil menjadi 7 faktor. Faktor pertama adalah faktor daya tarik kemasan,
mewakili variabel bentuk dan desain kemasan yang menarik, warna gambar atau
logo pada kemasan, ukuran kemasan, merek terkenal, iklan dan promosi. Faktor
kedua adalah faktor manfaat produk dan kemudahan memperoleh mewakili
variabel kesesuaian diminum bersama berbagai jenis makanan, ketersediaan atau
kemudahan memperoleh produk, dan kesesuaian diminum untuk pelepas dahaga.
Faktor ketiga adalah faktor pengaruh lingkungan mewakili variabel pengaruh
keluarga, pengaruh teman, dan pengaruh wiraniaga. Faktor keempat adalah faktor
kualitas produk mewakili variabel keaslian bahan-bahan, kebersihan kemasan,
harga, rasa teh, dan volume dan isi minuman. Faktor kelima adalah faktor kualitas
teh mewakili variabel kepekatan teh dan kekuatan warna teh. Faktor keenam
adalah faktor kesehatan mewakili variabel produk bebas pengawet dan kandungan
atau komposisi produk. Faktor ketujuh adalah faktor panca indera yang diwakili
oleh kekuatan aroma melati dan kemanisan.
Aida (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Prilaku Konsumen dalam Proses Keputusan Pembelian Minuman Suplemen Berserat. Metode yang
digunakan yaitu metode Principal Component analisis menghasilkan suatu
komponen utama yang menerangkan keragaman data 93,62 persen. Faktor utama
yang mempengaruhi pembelian minuman suplemen berserat ditentukan
berdasarkan nilai communality yaitu promosi penjualan, pengaruh penjualan, kepraktisan, dan kandungan bahan. Sedangkan atribut minuman suplemen
(31)
atribut merek, atribut harga, atribut kemudahan memperoleh, atribut kandungan
bahan, atribut manfaat, atribut rasa, atribut ukuran, dan atribut kemasan.
Dengan mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh besar terhadap
keputusan pembelian minuman suplemen berserat dan atribut produk minuman
suplemen berserat, maka dapat disusun suatu strategi bauran pemasaran yang
terdiri dari strategi produk, strategi harga, startegi promosi dan strategi tempat.
Menurut Aida Produsen sebaiknya meningkatkan promosi baik melalui media
elektronik maupun media lain. Kemudahan memperoleh merupakan hal yang
penting untuk diperhatikan oleh produsen. Strategi harga yang ditetapkan oleh
produsen hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan atau manfaat yang dirasakan
oleh konsumen yaitu melancarkan buang air besar dan menurunkan berat badan.
Darmayanti (2004) melakukan penelitian mengenai Analisis Respon
Konsumen Remaja Terhadap Performance Lipton Ice Tea dan Implikasinya Terhadap Bauran Pemasaran. Alat analisis yang digunakan adalah alat analisis
Importance Performance Analysis untuk mengukur tingkat kepentingan dan tingkat kepuasan konsumen terhadap produk Lipton Ice Tea (LIT) dan bauran pemasaran LIT bagi perusahaan. Hasil yang diperoleh Importance Performance Analysis adalah secara umum konsumen merasa puas pada kinerja sebagian besar atribut-atribut yang mempengaruhi Performance LIT.
Dari penelitian Darmayanti diperoleh atribut yang dianggap penting dan
memberikan kepuasan pada konsumen adalah : bebas bahan pengawet, kandungan
gizi dan vitamin, kemudahan memperoleh, rasa dan aroma buah yang kuat, harga
yang terjangkau, warna dan desain kemasan yang menarik, adanya kemasan
(32)
penting namun kinerjanya kurang memuaskan bagi konsumen adalah : rasa dan
aroma teh yang kuat, iklan yang menarik dan adanya hadiah atau promosi
penjualan.
Atribut yang dianggap kurang penting namun memberikan kepuasan pada
konsumen adalah: adanya kemasan dalam kaleng, layanan suara konsumen dan
merek yang terkenal. Sedangkan atribut-atribut yang dianggap kurang penting dan
mempunyai kinerja yang buruk adalah : tingkat kemanisan yang tinggi, variasi
waena kemasan, adanya kemasan dalam kotak dan kemasan dalam botol.
Dari hasil analisis, alternatf strategi bauran pemasaran yang dapat
dilakukan adalah mempertahankan kualitas atribut produk LIT seperti bebas
bahan pengawet, kandungan gizi dan vitamin yang baik serta warna dan desain
kemasan yang menarik. Sedangkan kinerja atribut-atribut LIT yang perlu
ditingkatkan adalah rasa dan aroma teh, promosi penjualan serta iklan. Akternatif
lain yang perlu dipertimbangkan oleh perusahaan adalah melakukan inovasi baru
seperti menciptakan rasa buah atau bunga yang unik dan melakukan promosi
melalui kampanye pentingnya mengkonsumsi teh bagi kesehatan sehingga terjadi
peningkatan frekuensi konsumsi LIT oleh konsumen.
Mahfiroh (2003) melakukan penelitian mengenai Analisis Perilaku
Konsumen Teh Bubuk Kemasan dan Implikasinya Terhadap Strategi Pemasaran di PT. Gunung Slamat, Slawi. Teknik penarikan sampel dilakukan dengan metode
Cluster dan Accidental sampling. Responden berjumlah 60 orang yang tersebar di setiap kecamatan. Penentuan responden adalah orang yang sedang membeli teh
bubuk kemasan di tempat pembelian. Metode analisis data menggunakan Analisis
(33)
Penilaian terhadap atribut teh bubuk kemasan didasarkan pada sembilan
atribut, yaitu rasa sepat, wangi, warna, kekentalan, isi kemasan, kemasan, harga,
kemudahan memperoleh dan kepopuleran merek. Evaluasi sikap konsumen
terhadap sembilan atribut teh bubuk menghasilkan bahwa atribut terpenting adalah
wangi Atribut penting kedua adalah kemudahan memperoleh. Atribut ketiga
adalah rasa sepat dalam rasa yang merupakan ciri minuman teh. Atribut
seanjutnya secara berturut-turut adalah warna seduhan, harga, kepopuleran merek,
kekentalan, kemasan dan isi kemasan. Dari hasil penelitian Mahfiroh diperoleh
bahwa penilaian terhadap semua atribut terhadap tiga merek menunjukkan bahwa
Teh Dua Tang memiliki nilai total tertinggi 129,78 atau selisih 37,17 dari nilai
maksimum yang diinginkan konsumen 166,95. Urutan kedua adalah Teh Tong Tji
dengan nilai 124,45 atau selisih 42,50 dari nilai evaluasi maksimum. Urutan
ketiga Teh Cap Poci dengan nilai 122,83 atau selisih 44,12 dari nilai evaluasi
maksimum.
Amirulloh (2005) melakukan penelitian mengenai Analisis Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen dalam pengambilan Keputusan
Pembelian Keputusan Mi Instan ”Salam Mie’, Kasus pada Masyarakat Kelurahan
Tegallega Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor. Penentuan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja (purposive). Alat analisis yang digunakan yaitu Analisis Faktor dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis (PCA) dan
program SPSS (Statistical Pakage for Social Science).
Variabel awal yang diteliti dalam penelitian Amirulloh ini berjumlah 13
variabel, yaitu merek (X1), jenis/bentuk (X2), harga (X3), berat (X4), rasa (X5),
(34)
iklan (X9), promosi penjualan (X10), pengaruh keluarga (X11), pengaruh teman
(X12), dan wiraniaga (X13). Setelah dilakukan pengolahan data, maka didapatkan
hasil pengolahan data awal. Secara keseluruhan dari 11 variabel komponen utama
yang diperoleh variabel alasan seseorang membeli Salam Mie menjadi variabel
utama. Selanjutnya hasil Analisis Faktor (Pembelian Salam Mie di Kelurahan
Tegallega Tahun 2005), menjadi tiga faktor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses keputusan pembelian Salam Mie
dari tiga faktor utama. Faktor kesatu terdiri dari variabel promosi penjualan,
merek, berat/isi, pengaruh teman dan pengaruh keluarga. Faktor kedua terdiri dari
variabel rasa, harga dan kemasan. Faktor ketiga terdiri dari variabel iklan dan
kemudahan memperoleh.
Dari hasil-hasil penelitian terdahulu, penelitian mengenai produk teh
instan Nutri Tea belum pernah dilakukan di kota Bogor. Selain itu, Nutri Tea
merupakan produk yang relatif baru, yang belum pernah diteliti oleh
(35)
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Konsumen
Menurut Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang/jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain,
maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
Sumarwan (2002) mengelompokkan konsumen kepada dua jenis
konsumen yaitu : konsumen individu dan konsumen organisasi. Konsumen
individu membeli barang dan jasa untuk digunakan sendiri. Jenis kedua adalah
konsumen organisasi, yang meliputi organisasi bisnis yayasan, lembaga sosial,
kantor pemerintah, dan lembaga lainnya (misalkan perguruan tinggi, rumah sakit).
3.1.2 Perilaku Konsumen
Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2002) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,
membeli dan menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Engel et. al (1994) menyatakan perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam
mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa termasuk proses
(36)
Menurut Engel et al. (1994), perilaku konsumen dipengaruhi dan dibentuk oleh faktor lingkungan, perbedaan individu, serta proses psikologi. Hubungan
antara ketiga faktor tersebut dengan proses keputusan konsumen dapat dijelaskan
pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Sumber : Engel et al., 1994
Pengaruh Lingkungan
¾ Kelas Sosial
¾ Pengaruh Pribadi
¾ Keluarga ¾ Budaya ¾ Situasi Proses Keputusan ¾ Pegenalan kebutuhan ¾ Pencarian Informasi ¾ Evaluasi alternatif ¾ Pembelian ¾ Hasil Proses Psikologis ¾ Pengolahan Informasi ¾ Pembelajaran ¾ Perubahan Sikap/Perilaku Perbedaan Individu ¾ Sumberdaya Konsumen
¾ Motivasi dan
Keterlibatan
¾ Pengetahuan
¾ Sikap
¾ Kepribadian dan
Gaya Hidup ¾ Demografi Strategi Pemasaran ¾ Produk ¾ Harga ¾ Promosi ¾ Distribusi
(37)
Menurut Setiadi (2003), perilaku konsumen penting dipelajari karena
merupakan dasar yang penting dalam menajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya
akan membantu para pemasar untuk ;
a. Merancang bauran pemasaran.
b. Menetapkan segmentasi.
c. Merumuskan positioning dan pembedaan produk. d. Menformulasikan analisis lingkungan bisnis.
e. Mengembangkan riset pemasaran.
3.1.3 Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Pembelian Konsumen
Proses keputusan pembelian yang dilakukan konsumen terdiri dari
beberapa tahapan. Engel et. al (1994) menyatakan bahwa keputusan konsumen
untuk membeli suatu produk atau jasa mempunyai lima tahap, yaitu pengenalan
kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian dan hasil.
1. Pengenalan Kebutuhan
Tahap ini konsumen merasakan adanya suatu kebutuhan yang berbeda
dengan keadaan real yang ada. Hal ini akan memotivasi konsumen mengatasi kondisi tersebut dengan mencari produk yang dapat memberi manfaat dan memuaskan kebutuhannya itu. Pengenalan kebutuhan tidak secara otomatis
mengaktifkan suatu tindakan. Hal ini bergantung pada tingkat kepentingan
kebutuhan konsumen dan kemampuannya untuk memenuhi solusi dari kebutuhan
(38)
2. Pencarian Informasi
Pada tahap selanjutnya, konsumen mencari informasi yang disimpan dalam
ingatan (internal) atau mendapatkan informasi yang relavan dengan keputusan
lingkungan (eksternal). Menurut Kotler (2002) informasi dapat diperoleh melalui
sumber pribadi (keluarga, kemasan, pajangan), sumber publik (media massa,
organisasi konsumen, peringkat) dan pengalaman (penanganan, pengkajian dan
pemakaian produk).
3. Evaluasi alternatif
Evaluasi alternatif merupakan proses dimana suatu alternatif pilihan
dievaluasi dan dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Pada tahap ini konsumen harus
(a) menentukan kriteria evaluasi yang akan digunakan untuk menilai alternatif, (b)
memutuskan alternatif mana yang akan dipertimbangkan dan (c) memilih dan
menerapkan kaidah keputusan untuk membuat pilihan akhir.
4. Pembelian
Pada tahap ini, konsumen telah memperoleh alternatif yang dipilih atau
pengganti yang dapat diterima apabila diperlukan. Selain itu konsumen telah dapat
mengambil keputusan mengenai kapan membeli dan bagaimana membayar,
setelah mengevaluasi semua alternatif yang ada.
5. Hasil
Tahap ini merupakan tahap terakhir. Pada tahap ini, konsumen
mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan
setelah digunakan. Konsumen akan merasa puas bila hasil yang diperoleh sesuai
dengan apa yang diharapkan. Sebaliknya, konsumen akan merasa tidak puas jika
(39)
3.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Keputusan Pembelian Konsumen
Proses keputusan konsumen dalam pembelian berbeda-beda, karena
dipengaruhi oleh banyak faktor. Menurut Engel et al (1994) ada tiga faktor yang mempengaruhi proses keputusan, yaitu :
1) Pengaruh Lingkungan
Pengaruh lingkungan merupakan pengaruh yang diterima oleh konsumen
individu karena melakukan interaksi dengan individu lainnya dengan
lingkungannya. Pengaruh tersebut dapat berupa budaya dan etnis, kelas sosial,
pengaruh pribadi, pengaruh kelompok, dan situasi.
2) Perbedaan Individu
Keputusan pembelian tergantung pada sumberdaya yang dimiliki oleh
konsumen, motivasi dan keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian, dan gaya
hidup.
3) Proses Psikologis
Proses psikologis memiliki tiga tahapan, yaitu proses informasi, proses
pelajaran, dan perubahan sikap dan perilaku konsumen. Proses psikologis
menunjukkan sejauh mana rangsangan pemasaran seperti iklan diterima, ditafsirkan, disimpan dalam ingatan kemudian digunakan oleh konsumen tersebut
untuk menilai alternatif-alternatif produk (tahapan proses informasi). Pengalaman
konsumen di dalam melakukan pembelian dapat menyebabkan perubahan dalam
pengetahuan dan sikap, sehingga proses ini disebut pembelajaran. Kedua proses di
(40)
3.1.5 Konsep Pemasaran
Defenisi pemasaran menurut Chandra (2002), ”Proses sosial dan
manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran barang dan
jasa yang bernilai satu sama lain.” Selain itu, pemasaran juga dapat diartikan
sebagai ”Proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan harga,
promosi, dan distribusi gagasan, barang, dan jasa dalam rangka memuaskan tujuan
individu dan organisasi
3.1.6 Bauran Pemasaran
Bauran pemasaran menurut Kotler (2002), merupakan seperangkat alat
pemasaran yang digunakan oleh perusahaan terus menerus mencapai tujuan
pemasarannya dipasar sasaran. Dengan kata lain, bauran pemasaran
menggambarkan seluruh unsur pemasaran dan faktor produksi yang dikerahkan
guna mencapai tujuan-tujuan seperti laba, penghasilan, omset penjualan, segmen
pasar yang ingin diraih dan sebagainya. Bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari produk, harga, saluran distribusi, dan promosi.
a) Produk, didefenisikan sebagai segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan (Kotler, 2002). Strategi produk
yaitu cara dalam menyediakan produk yang tepat untuk pasar yang dituju,
sehingga memuaskan konsumen dan sekaligus dapat meningkatkan penjualan
(41)
b) Harga, Umar (2005), mendefinisikan harga sebagai sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan
produk atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang
sama terhadap semua pembeli. Adapun Kotler (1997) menyatakan harga
sebagai nilai uang yang tersedia yang dibayarkan oleh konsumen untuk
mendapatkan suatu produk. Harga merupakan satu-satunya elemen dalam
bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan elemen yang
lain membutuhkan biaya.
c) Distribusi, merupakan proses memindahkan barang dari produsen kepada konsumen dengan membantu menyelesaikan transaksi dan menangani
transaksi yang sudah selesai dengan saluran yang sudah dirancang sesuai
dengan kebutuhan konsumen (Kotler, 1997).
d) Promosi, Umar (2005), pemasaran tidak hanya membicarakan mengenai produk, harga produk dan mendistribusikan produk, tetapi juga
mengkomunikasikan produk ini kepada masyarakat agar produk itu dikenal
dan akhirnya dibeli. Untuk mengkomunikasikan produk ini perlu disusun
suatu strategi yang sering disebut dengan strategi bauran promosi (promotion mix) yang terdiri atas empat komponen utama yaitu periklanan (advertising), promosi penjualan (sales promotion), hubungan masyarakat (public relations) dan penjualan perorangan (personal selling).
(42)
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Nutri Tea merupakan produk minuman yang terbuat dari teh yang dikemas
dalam kemasan sachet. Produk Nutri Tea adalah salah satu produk yang
dikeluarkan PT Nutrifood Indonesia, salah satu penghasil minuman ringan yang
berlokasi di Bogor. Dibandingkan dengan produk sejenis lainnya, Nutri Tea bukan
merupakan produk yang baru, tetapi sebelumnya telah banyak beredar produk
yang serupa yang diproduksi pesaing yang telah dikenal konsumen, kondisi ini
menuntut perusahaan untuk memperhatikan kebutuhan dan keinginan konsumen.
Kebutuhan dan keinginan konsumen semakin meningkat dan selalu
mengalami perubahan seiring dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Salah satu perubahan yang muncul yaitu pola konsumsi masyarakat
yang cenderung memilih produk yang siap saji dan praktis digunakan, misalnya
produk dari teh. Hal ini mengakibatkan berkembangnya bisnis teh bubuk rasa
buah dalam kemasan sachet dengan tingkat persaingan yang ketat. Salah satunya adalah PT Nutrifood yang telah memproduksi produk Nutri Tea dengan 4 rasa
yaitu rasa apel, original (Green Tea), lemon, dan blackcurrant.
Konsumen merupakan faktor penting bagi kelangsungan suatu produk.
Perhatian yang besar terhadap konsumen dapat dilakukan dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam keputusan pembelian suatu
produk. Hal ini sangat berguna untuk pengembangan produk dan lamanya siklus
(43)
Proses keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen dipengaruhi
oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dibedakan
menjadi tiga kelompok berdasarkan sumber pengaruh sesuai dengan teori yang
menjadi acuan dalam penelitian perilaku konsumen ini dan telah diuraikan pada
sub bab sebelumnya yaitu teori Perilaku Konsumen menurut Engel, Blackwell dan
Miniard (1994). Sumber pengaruh tersebut adalah pengaruh lingkungan,
perbedaan individu, dan proses psikologis.
Terkait dengan proses keputusan pembelian konsumen, karakteristik
konsumen merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Dalam penelitian
ini, karakteristik konsumen dianalisis dengan analisis deskriptif. Sedangkan
variabel-variabel yang dapat mempengaruhi konsumen dalam pengambilan
keputusan pembelian dianalisis dengan analisis faktor. Variabel-variabel tersebut
yaitu loyalitas, promosi, rasa, harga, kemasan, pengalaman, tempat pembelian,
kemudahan memperoleh, tingkat pendapatan/kapita per bulan, aroma, warna dan
kekentalan Variabel-variabel yang akan diteliti ini sebagian besar merujuk pada
penelitian Amirullah (2005). Kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat pada
(44)
Gambar 2. Diagram alur kerangka pemikiran operasional
Perubahan pola Konsumsi Terhadap Produk Teh dan Persaingan Bisnis Teh Instant yang Semakin Meningkat
Inovasi dan Pengembangan Produk Teh Bubuk rasa buaholeh PT Nutrifood
Proses Keputusan Pembelian Pengenalan kebutuhan
Pencarian informasi
Evaluasi alternatif
Proses pembelian
Perilaku pasca pembelian
Perbedaan Individu
* SDM * Motivasi dan Keterlibatan * Pengetahuan * Sikap
* Kepribadian *Gaya Hidup Pengaruh Lingkungan
* Budaya dan Etnis * Kelas Sosial * Pengaruh Pribadi * Pengaruh Keluarga * Situasi
Perlunya Pengetahuan Mengenai Keputusan Pembelian Konsumen
Proses Psikologis * Pengolahan Informasi * Learning
*Perubahan Skap dan Perilaku
Analisis Deskriptif
Analisis Faktor
Karakteristik konsumen Nutri Tea (Umur, Jenis Kelamin, Suku Bangsa, Pendapatan per bulan, tempat tinggal) dan tahapan proses pembelian Nutri Tea
Faktor-faktor yang paling
Mempengaruhi konsumen dalam proses keputusan pembelian Nutri Tea :Loyalitas, Promosi, Rasa, Harga, Kemasan, Pengalaman, Tempat Pembelian, Kemudahan Memperoleh, Tingkat pendapatan per bulan, Wangi, Warna dan kekentalan
Industri minuman ringan dari tahun ke tahun cenderung meningkat akan tetapi Indeks Harga Konsumen minuman ringan semakin menurun
(45)
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan survei terhadap konsumen Nutri Tea. Penelitian
ini dilaksanakan di kota Bogor. Pengambilan data dilaksanakan pada awal bulan
Juli sampai dengan pertengahan September 2006. Penentuan lokasi penelitian
dilakukan dengan sengaja dengan pertimbangan kota Bogor merupakan kota
dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup besar.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan
data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari konsumen Nutri Tea di tempat
penjualan Nutri Tea dengan menggunakan alat bantu kuisoner. Data sekunder
yang merupakan data penunjang diperoleh dari instansi-instansi terkait lainnya
seperti Departemen Perdagangan dan Perindustrian, Badan Pusat Statistik dan
berbagai literatur lainnya.
4.3 Metode Pengambilan Responden dan Pengumpulan Data
Pengambilan responden dalam penelitian ini dilakukan di lokasi penelitian
yang ditentukan secara sengaja (purposive). Lokasi tersebut yaitu ADA Swalayan dan HERO Pangrango Plaza. Penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan bahwa
(46)
Teknik penarikan sampel dengan metode convinience sampling, yaitu sampel diambil berdasarkan ketersediaan dan kemudahan dalam mendapatkannya.
Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 40 orang. Dalam
penelitian ini, variabel yang akan diteliti sebanyak 12 variabel yaitu loyalitas,
promosi, rasa, harga, kemasan, pengalaman, tempat pembelian, kemudahan
memperoleh, tingkat pengeluaran per bulan, aroma, warna dan kekentalan.
Variabel-variabel yang akan diteliti ini merujuk pada penelitian-penelitian
sebelumnya.
4.4 Metode Analisis Data 4.4.1 Analisis Deskriptif
Menurut Travers dalam Umar (1999), metode deskriptif ini bertujuan
untuk menggambarkan sifat tertentu yang tengah berlangsung pada saat riset
dilakukan dan untuk memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Sementara
menurut Gay dalam Umar (1999), metode ini bertujuan untuk menjawab
pertanyaan yang menyangkut sesuatu pada saat proses riset sedang berlangsung.
Metode riset ini dapat digunakan dengan lebih banyak segi dan secara lebih kuat
dibandingkan dengan metode yang lain.
Dengan data analisis deskriptif ini, dapat diperoleh persentase dari
faktor-faktor dari masing-masing variabel yang diteliti. Persentase yang terbesar
(47)
4.4.2 Analisis Faktor
Salah satu cara atau teknik yang digunakan sebagai alat untuk
menganalisis perilaku konsumen ialah dengan menggunakan analisis faktor.
Metode analisis faktor merupakan salah satu jenis analisis multivariat, yaitu analisis yang menggunakan lebih dari dua variabel dan prosesnya dilakukan
secara bersama-sama (simultan). Analisis faktor digunakan untuk menemukan
pola atau struktur yang mendasari sejumlah variabel. Tujuan lain dari analisis ini
adalah untuk mereduksi sejumlah besar variabel asal menjadi sejumlah faktor
yang dapat menjelaskan faktor yang dapat menjelaskan hubungan antar variabel
tersebut.
Dalam penelitian ini menggunakan analisis faktor dengan metode ekstraksi
Principal Component Analysis, yaitu suatu pendekatan dalam analisis faktor yang memperhitungkan total varian dalam data. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan
bahwa analisis ini dapat digunakan dalam analisis multivariat yang lain misalnya regrsesi dan analisis diskriminan. Faktor yang dibentuk oleh analisis faktor
dengan metode ekstraksi Principal Component Analysis dinamakan komponen
utama. Alat analisis ini dipilih dengan pertimbangan bahwa kelebihan analisis
faktor adalah dapat menjelaskan hubungan antar variabel-variabel yang diduga mempengaruhi keputusan konsumen, dengan demikian pihak manajemen dapat
menetapkan skala prioritas dalam kebijakannya.
Variabel yang dievaluasi dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang
diduga mempengaruhi proses keputusan pembelian konsumen. Faktor-faktor
tersebut adalah faktor lingkungan, perbedaan individu dan juga faktor psikoligis,
(48)
Tahapan proses dalam analisis faktor adalah :
a. Pemilihan variabel dengan alat Measure of Sampling edequancy (MSA)
dan Barlet’s test, untuk memastikan bahwa variabel-variabel tersebut layak untuk dianalisis dengan analisis faktor. Kedua alat tersbut digunakan
untuk memastikan bahwa variabel-variabel yang dimasukkan memiliki
korelasi yang cukup kuat.
b. Setelah variabel dipilih kemudian dilakukan ekstraksi dengan metode
ekstraksi Principal Component Analysis (PCA), sehingga menghasilkan sejumlah komponen utama.
c. Setelah komponen utama benar-benar terbentuk, maka proses selanjutnya
adalah interpretasi dari hasil analisis faktor.
Terdapat dua hasil utama dari analisis fakor ini. Hal pertama adalah nilai
Communality, yaitu jumlah keragaman yang dibagi sebuah variabel dengan seluruh variabel lainnya, nilai Communality ini juga merupakan total proporsi keragaman variabel yang bersangkutan yang dapat dijelaskan oleh faktor yang
terbentuk. Semakin tinggi nilai Communality, maka variabel tersebut semakin berpengaruh atau semakin penting dalam proses keputusan konsumen. Hasil
kadua adalah ekstraksi variabel kedalam komponen utama. Untuk menentukan jumlah komponen utama, maka dipilih komponen utama dengan nilai eigenvalue
diatas 1,00. Nilai eigenvalue menunjukkan kepentingan relatif masing-masing faktor dalam menghitung keragaman seluruh variabel yang dianalisis.
Pengelompokkan sebuah variabel ke dalam komponen utama berdasarkan pada
(49)
menggunakan bantuan Program SPSS (Statistical Package Social Science) Versi 11.00.
Simamora (2004), Analisis faktor dapat menghasilkan beberapa solusi
menyangkut (loading dan skor faktor) untuk kumpulan data apa saja. Setiap solusi dinamakan rotasi faktor tertentu dan dihasilkan oleh skema rotasi faktor. Setiap
faktor dirotasi, maka interpretasi factor loadings berubah, otomatis interpretasi faktor juga berubah. Secara geometris, rotasi sebenarnya adalah dimensi-dimensi
yang dirotasi. Terdapat banyak skema rotasi, diantaranya yaitu equimax, varimax,
quartimax, orthomax, dan promax.
Dalam rotasi varimax, setiap faktor cenderung membentuk factor loading
yang tinggi pada sebagian kecil variabel dan rendah pada variabel-variabel
lainnya. Tujuannya adalah untuk mempermudah interpretasi. Sederhananya,
varians variabel yang tidak dirotasi (unrotated faktor) diatur kembali oleh rotasi. Namun demikian, varians total yang dijelaskan oleh faktor-faktor yang dirotasi
tetap sama.
Rotasi diperlukan kalau skor faktor dan factor loading belum memuaskan dengan cara tidak dirotasi. Dengan ketersediaan berbagai software statistik, rotasi apapun bisa dilakukan.
Keterbatasan analisis faktor adalah tingginya subjektivitas di dalam proses.
Penentuan jumlah faktor, interpretasi masing-masing faktor, pemilihan rotasi,
semuanya tidak lepas dari subjektivitas peneliti. Keterbatasan yang lain adalah
tidak adanya alat statistik untuk menguji apakah hasilnya benar-benar valid atau
(50)
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4
PT Nutrifood Indonesia (NFI) didirikan pada tahun 1979, perusahaan industri ini bergerak dalam produksi makanan & minuman. Kantor pusat NFI di
Jakarta, dengan jaringan distribusi di lebih dari 20 negara di seluruh dunia.
5.1Sejarah Perkembangan PT Nutrifood Indonesia
Sejarah perkembangan PT Nutrifood Indonesia :
1979 Didirikan di Jakarta, beberapa PT. Nutrifood Indonesia
mempelopori produk termasuk Nutrisari dan Tropicana
Slim.
awal 1980an Struktur hirarki organisasional dibuat dengan 7 level
posisi berbeda, dikepalai oleh 3 direktur.
Pertengahan 1980an Lima garis produk utama berdiri dengan dukungan
1200 tenaga kerja.
Awal 1990an Struktur hirarki organisasional orisinil/asli diubah
menjadi struktur organisasional datar.
1994 sertifikisasi ISO 9002 diperoleh untuk praktek
perusahaan industri.
pertengahan 1990an Total Quality Management (TQM) /Manajemen
Kualitas Total & Filosofi Manajemen
diimplementasikan.
1997 sertifikasi ISO 9002 diperoleh untuk aktivitas distribusi
(51)
2001 sertifikasi ISO 17025 diperoleh, diperkenalkan oleh
APEC dan negara-negara WTO, untuk layanan
laboratori perusahaan.
5.2 Visi dan Misi
Memberi inspirasi hidup bergizi
5.3 Kultur
Cita-cita badan hukum PT Nutrifood Indonesia ditunjukkan dengan motto kami
Cocotefasera:
1. Communication (Komunikasi)
Berpikiran terbuka ketika berkomunikasi untuk menghindari kesalahpahaman
yang tidak diperlukan dan untuk meningkatkan hubungan yang lebih sehat.
2. Competence (Kompetensi)
Menjadi ahli tanpa lahan kerja untuk mencapai pertanggungjawaban esensil
dengan sukses. Peningkatan diri dan pertumbuhan kontinu adalah bagian dari
perbaharuan kompetensi seseorang.
3. Teamwork (Kerja Tim)
Kemampuan untuk menyediakan kualitas, kuantitas, kontinuitas (QQC) pada
rantai supplier/penyedia-input-output-konsumen (SIPOC).
4. Fairness (Sportivitas)
Penawaran kesempatan yang sama bagi semua orang untuk unggul,
(52)
5. Self-control (Kontrol Diri)
Menjadi pribadi yang disiplin, beradab dan menunjukkan tingkah laku yang
sopan untuk menyeimbangkan kepercayaan yang diberikan oleh perusahaan.
6. Rationality (Rasionalitas)
Berpikir secara logis dan mengoptimalkan kegunaan data ketika membuat
keputusan.
5.4 Komitmen
5.4.1 Kepada konsumen :
a. Makanan sehat dengan rasa yang luar biasa.
b. Memproduksi makanan & minuman siap saji yang tidak hanya sehat, tetapi
juga memiliki rasa yang lezat bagi seluruh anggota keluarga.
c. Produk yang dipercaya.
d. Hanya memproduksi produk yang berkualitas tinggi, lengkap dengan
perlengkapan yang dibutuhkan oleh para konsumen.
5.4.2 Kepada relasi bisnis :
a. Profesionalisme
Ingin membangun hubungan bisnis yang didasarkan pada etika bisnis
internasional untuk menciptakan hubungan jangka panjang, kesuksesan
berelasi.
b. Standar kualitas dan pemasaran internasional
Merasa lebih baik dengan meraih standar kualitas internasional, tanpa
(53)
c. Inovasi
Kami mengevaluasi, meningkatkan sinergi perusahaan dan berlanjut untuk
fokus pada inovasi untuk bersaing secara internasional.
5.4.3 Kepada para pekerja:
a. Investasi
Secara kontinu berinvestasi dalam sumber daya manusia (SDM).
b. Kepuasan profesional
Mengevaluasi dan berusaha untuk meningkatkan kepuasan profesional seluruh
pekerja.
5.4.4 Kepada masyarakat:
Kontribusi yang signifikan
Berusaha untuk berkontribusi secara positif bagi masyarakat dan
lingkungan.
5.4.5 Kepada berbagai kalangan:
Meningkatkan kualitas dan kenyamanan hidup
Ingin meningkatkan kualitas hidup semua pemegang saham dengan
(54)
5.5 Distribusi Lokal
PT Nutrifood Indonesia (NFI) bertujuan untuk memberikan dan
memelihara ketersediaan produk di seluruh outlet untuk memberikan konsumen
akses yang mudah dan membeli produk Nutrifood.
Produk PT NFI didistribusikan melalui distribusi sendiri dan
persekutuan, dengan distributor lokal di seluruh Indonesia (Lampiran 4).
Distribusi sendiri membutuhkan supplai langsung pada rantai eceran nasional di
Jabotabek, seperti Carrefour, Hero, Matahari, Giant, Makro, dsb. Distribusi
persekutuan dioperasikan oleh rantai eceran nasional yang telah disebutkan di atas
dan merupakan hubungan jangka panjang yang berdasarkan pada bisnis yang
memperoleh keuntungan dan profesionalisme.
Divisi bisnis global PT NFI memiliki visi menjadi Divisi Pemasaran
Global yang Terpercaya, berfokus pada pemasaran makanan konsumen bermerk
PT Nutrifood, melalui kerjasama profesional dengan relasi bisnis.
5.6 Distributor Internasional:
Produk PT NFI juga tersedia di Cina, Myanmar, Vietnam, Pakistan,
Afghanistan, Sri Langka, Maldives, Qatar, Trinidad dan Tobago, W.I, dan Fiji, dan negara-negara lainnya (Lampiran 4)4.
(55)
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Responden
Jumlah responden seluruhnya adalah 40 orang. Responden diambil dari
pengunjung yang datang ke HERO dan ADA Swalayan. Semua responden adalah
responden yang pernah membeli Nutri Tea. Karakteristik responden yang
dianalisa adalah umur, status pernikahan, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan
pendapatan.
6.1.1 Usia Responden
Berdasarkan umur (Tabel 3), responden diklassifikasikan ke dalam tiga
kelompok, yaitu 16-27 tahun, 28-39 tahun, dan 40-52 tahun. Berdasarkan
klassifikasi tersebut kelompok umur dengan jumlah responden terbesar adalah
16-27 tahun, yaitu sebesar 75 persen. Sedangkan kelompok umur 28-39 tahun sebesar
22,2 persen, dan sisanya kelompok yang paling sedikit adalah yang berumur
40-52 tahun, yaitu sebanyak 13,8 persen. Hal ini mengidentifikasikan bahwa
konsumen yang membeli Nutri Tea adalah berusia muda.
Dari hasil penelitian ini, produsen dapat lebih memfokuskan target pasar kepada konsumen yang berusia muda. Strategi yang dapat dilakukan yaitu berupa
(56)
Tabel 3. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006 Berdasarkan Kelompok Umur
Kelompok Umur (Tahun)
Jumlah
Responden Persen (%)
16-27 27 75
28-39 8 22,2 40-52 5 13,8
Total 40 100,0
6.1.2 Jenis Kelamin Responden
Tabel 4 menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kelamin jumlah responden
sebagian besar adalah perempuan, yaitu 95 persen. Sementara responden laki-laki
adalah sebanyak 5 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dari dulu sampai sekarang
masih terdapat kecenderungan bahwa yang berperan pembeli (buyer) sebagian besar adalah perempuan.
Dari hasil penelitian (Tabel 4) dapat diketahui bahwa konsumen yang
membeli produk Nutri Tea adalah sebagian besar adalah perempuan. Walaupun
dalam hal pembelian perempuan mempunyai peran penting, akan tetapi keluarga
sangat berpengaruh dalam keputusan pembelian (influencer).
Keluarga merupakan ”pusat pembelian” yang merefleksikan kegiatan dan
pengaruh individu yang membentuk keluarga bersangkutan. Individu membeli
produk untuk dipakai sendiri dan untuk dipakai oleh anggota keluarga yang lain.
Dari hasil wawancara dengan responden, khusus responden ibu rumah tangga
(57)
Tabel 4. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006 Berdasarkan Kelompok Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah
Responden Persen (%)
Laki-laki 2 5
Perempuan 38 95
Total 40 100,0
Keputusan konsumsi keluarga melibatkan setidaknya lima peranan yang
dapat didefinisikan. Peranan-peranan ini mungkin dipegang oleh suami, istri, anak
atau anggota lain dalam rumah tangga.
Peranan individu dalam pembelian keluarga terbagi atas 5 peran, yaitu:
1. Penjaga pintu (gatekeeper). Insiator pemikiran keluarga mengenai
pembelian produk dan pengumpulan informasi untuk membentuk
pengambilan keputusan.
2. Pemberi pengaruh (influencer). Individu yang opininya dicari sehubungan dengan kriteria yang harus digunakan oleh keluarga dalam pembelian dan
produk atau merek mana yang paling cocok dengan kriteria evaluasi itu.
3. Pengambil keputusan (decider). Orang dengan wewenang dan/atau
kekuasaan keuangan atau memilih bagaimana uang keluarga dibelanjakan
dan produk atau merek mana yang akan dipilih.
4. Pembeli (buyer). Orang yang bertindak sebagai agen pembelian: yang
mengunjungi toko, menghubungi pemasok, menulis cek, membawa
produk ke rumah, dan seterusnya.
(58)
6.1.3 Status Pernikahan Responden
Berdasarkan kelompok status pernikahan pada Tabel 5, dapat diduga
bahwa responden rata-rata belum menikah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
65 persen belum menikah dan 35 persen telah menikah.
Tabel 5. Karakteristik Responden di HERO dan ADA Swalayan Kota Bogor tahun 2006 Berdasarkan Kelompok Status Pernikahan
Status Pernikahan Jumlah
Responden Persen (%)
Menikah 14 35
Tidak Menikah 26 65
Total 40 100,0
6.1.4 Suku Bangsa Responden
Faktor kebudayaan menentukan sebagian besar dari apa yang dibeli dan
digunakan oleh konsumen individual. Sistem hukum dan pemerintah adalah
bagian dari budaya suatu bangsa.Budaya mempengaruhi penggerak yang
memotivasi orang untuk mengambil tindakan lebih jauh.
Dari segi kelompok suku bangsa persentase terbesar berasal dari suku
Sunda, yaitu sebesar 60 persen. Selanjutnya Sumatera (17,5 persen), Jawa (12,5
persen), Betawi (5 persen), sedangkan sisanya adalah Sulawesi dan Tionghoa, yaitu masing-masing sebesar 2,5 persen.
Dari hasil penelitian pada Tabel 6, diketahui bahwa konsumen yang
membeli Nutri Tea sebagian besar adalah penduduk asli kota Bogor. Hal ini
menunjukkan bahwa yang berkunjung ke Supermarket dan pembeli
produk-produk yang relatif baru tidak hanya para pendatang (suku bangsa lain), akan
(1)
Lampiran 4. Distributor Lokal dan Distributor Internasional
Distributor Lokal
Region Area Company Name Address Fax
Banten Banten PT. Expand Mulia Samudra
Jl. Industri VIII Blok M No. 16 Jatake Jatiuwung
Tangerang
021-5902055
Jabobek National PT Antar Mitra Sembada Jl. Limo 42 Permata Hijau Jakarta Selatan
021-7261564
Jakarta PT. Nutrifood Indonesia Jl. Rawabali II No. 3 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur
021-4609180
Jakarta PT. Aura Gemilang Mandiri
Jl. Radin Inten Blok AG XIII No. 13 Jakarta
021-8625093 Bogor PD. Subur Jl. Pangkalan Batu / Jl. Pemda No. 16
Kedung Halang Talang Bogor
0251-663031
Bogor PT. Bina San Prima Jl. Pemuda No. 9 A Bogor 16161
0251-319631 Jakarta 1 PT. Bina San Prima Jl. Letjen S. Parman Kav 57
Jakarta Barat 11410
021-53674406 Jakarta 2 PT. Bina San Prima Jl. Rawagelam IV No. 7
Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur
021-4612828 / 4288134 Jakarta 3 PT. Bina San Prima Jl. Raya Serpong KM 10 Sutera No. 57
Tangerang 15010
021-53120234 Karawang PT. Bina San Prima Jl. Arteri Tol Karawang Barat Blok A N0. 5 & 6
Ruko Karawang Hijau Karawang
0267-416355
Sukabumi Cianjur
PT. Mitra Periangan Persada
Jl. Raya Cibolang KM 7 Sukabumi
0266-236906 Jakarta
Bekasi
PT. Panti Kosmetika Baru Jl. Pulo Kambing 16 Kawasan Industri Pulogadung Jakarta Timur
021-4613049
Jawa Barat
Bandung PT. Bina San Prima Jl. Purnawarman No. 47 Bandung 40116
022-4200064 Cirebon PT. Bina San Prima Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo No. 59
Cirebon 45132
0231-242642 Tasikmalaya PT. Bina San Prima Jl. Terusan Paseh No. 22
Tasikmalaya 43125
0261-311565 Bandung PT. Expand Semesta Jaya Jl. Raya Dayeuh Kolot No. 5
Pesawahan Dayeuh Kolot Bandung
022-5205057
Jawa Tengah
Purwokerto PT. Bina San Prima Jl. Piere Tendean No. 34 Purwokerto 53114
0281-637372 Semarang PT. Bina San Prima Jl. Raya Kaliwage No. 136
Semarang 50164
024-6581197 Solo PT. Bina San Prima Jl. Siwalan No. 126
Solo 57143
0271-733236 Jawa
Timur
Surabaya PT. Bina San Prima Jl. Rungkut Industri III No. 22 Surabaya 60293
031-8477192/93 Malang PT. Bina San Prima Jl. Ahmad Yani No. 138
Blimbing Malang
0341-403603
Kediri PT. Bina San Prima Jl. Wahid Hasim No. 63 Bandar Lor
Kediri 64114
0354-778439
Jember PT. Bina San Prima Jl. Letjen Sutoyo No. 47 B Jember 68122
0331-324805 Surabaya PT. Sinar Niaga Sejahtera Jl. Ngelom Megare No. 575
Sepanjang Sidoarjo
(2)
Distributor Internasional
Country Company Address Contact Person Products
Nigeria Nutrifood Nigeria 36, Omodara Street Flat 2
Opebi - Ikeja, Lagos
Tel: 234 1 790 3848, 80336 51103 mailto:nutrifood_nigeria@cbn.net.id
Mr. Susanto Nutri-C
Bangladesh Kallol Group of Companies
199, Tejgaon Industrial Area Dhaka 1208 Bangladesh Tel: 8802 881 6004-9 Fax: 8802 882 6268 kallolgc@bol-online.com
Mr. Ghulam Mostafa Nutri-C
Saudi Arabia
Batterjee Medical Services PO Box 15480 Jeddah 21444
Kingdom of Saudi Arabia Tel: 966 2 6655 225 Fax: 966 2 6678 110 majid@ambatterjee.com
Mr. Majid Batterjee Tropicana Slim
United Arab Emirates
Al Batterjee Trading Office No 146, First floor Umm Suqeem Building
3rd Interchange Sheikh Zayed Road PO Box 86227
DUBAI - U.A.E Tel: 00971 4 338 4366 Fax: 00971 4 338 4377 suhail_n@ambatterjee.com
Mr. Suhail Nazir Tropicana Slim
Kuwait Nutrina General Trading PO Box 23331 Safat 13094
Sharq. Awqaf. Complex Tower 15 1st Floor
Tel: 965 245 5120 Fax : 965 2444 111 nutrina@qualitynet.net
Mr. Yousef Ali Alrasheed Tropicana Slim
Bahrain Nutrina General Trading PO Box 23331 Safat 13094
Sharq. Awqaf. Complex Tower 15 1st Floor
Tel: 965 245 5120 Fax : 965 2444 111 nutrina@qualitynet.net
Mr. Yousef Ali Alrasheed Tropicana Slim
Oman Mohammed Habib & Son PO Box 24,
Jibroo Postal Code ; 114 Sultanate of Oman Tel: 968 714 562 Fax: 968 713 466 mazoonph@omantel.net.om
Mr. Altaf Mohammad Habib
Tropicana Slim
Yaman PT. Mustica Secatama Jl. Kb. Kacang 29 /No.28 Tanah Abang - Jakarta Pusat Tel: 021 392 0905 / 392 9293 Fax: 021 392 9293
Mr. Fathi Tropicana Slim Nutri C
Thailand Samaphan Trading CO., LTD
111/152 Samaphan Building Soi Pho Kaeo, Nawamin Road Bueng Kum District, Bangkok 10240
Tel: 66 0 2948 4848 Fax: 66 0 2948 4170 chinnakarn@samaphan.com
Mr. Chinnakarn Samalapa WRP
PT Nutrifood Indonesia
Jl. Rawabali II, No. 3 Pulogadung Industrial Estate Jakarta 13920, Indonesia Tel: 62 21 468 25370 Fax: 62 21 468 29507
(3)
Lampiran 5. Output Hasil Analisis Faktor
KMO and Bartlett's Test
Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy.
.592 Approx. Chi-Square 89.856
df 21
Bartlett's Test of Sphericity
Sig. .000
Anti-image Matrices
HARGA PENDAPATAN IKLAN RASA
Anti-image Covariance HARGA .139 -.124 -.013 -.071
PENDAPAT -.124 .139 -.058 .035
IKLAN -.013 -.058 .718 .106
RASA -.071 .035 .106 .860
TEMPAT .018 -.039 .007 -.014
WARNA -.033 .001 .188 -.024
UKURAN -.027 .022 -.072 -.195
Anti-image Correlation HARGA .570(a) -.896 -.040 -.207
PENDAPAT -.896 .570(a) -.183 .102
IKLAN -.040 -.183 .789(a) .135
RASA -.207 .102 .135 .555(a)
TEMPAT .049 -.108 .009 -.015
WARNA -.096 .003 .239 -.028
UKURAN -.076 .064 -.090 -.223
a Measures of Sampling Adequacy(MSA)
Anti-image Matrices (sambungan)
TEMPAT WARNA UKURAN .018 -.033 -.027
-.039 .001 .022
.007 .188 -.072 -.014 -.024 -.195 .939 -.141 .013
-.141 .864 .149
.013 .149 .894
.049 -.096 -.076
-.108 .003 .064
.009 .239 -.090 -.015 -.028 -.223 .700(a) -.156 .014 -.156 .518(a) .169 .014 .169 .561(a)
(4)
Communalities
Initial Extraction
HARGA 1.000 .888
PENDAPAT 1.000 .899
IKLAN 1.000 .690
RASA 1.000 .738
TEMPAT 1.000 .329
WARNA 1.000 .673
UKURAN 1.000 .642
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained
Initial Eigenvalues
Component Total % of Variance Cumulative %
1 2.369 33.841 33.841
2 1.348 19.263 53.104
3 1.142 16.319 69.423
4 .874 12.479 81.902
5 .673 9.611 91.512
6 .521 7.446 98.959
7 .073 1.041 100.000
Extraction Method: Principal Component Analysis.
Total Variance Explained (sambungan)
Extraction Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %
2.369 33.841 33.841
1.348 19.263 53.104
1.142 16.319 69.423
Total Variance Explained (sambungan)
Rotation Sums of Squared Loadings Total % of Variance Cumulative %
2.222 31.750 31.750
1.373 19.617 51.366
(5)
Component Transformation Matrix
Component 1 2 3
1 .937 .193 .289
2 -.102 .948 -.302
3 -.333 .254 .908
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization.
Scree Plot
Component Number
7 6
5 4
3 2
1
E
igen
v
al
ue
2.5
2.0
1.5
1.0
.5
0.0
Component Matrix(a)
Component
1 2 3
HARGA .938 .083 -.040
PENDAPAT .935 .091 -.129
IKLAN .613 -.360 -.429
RASA .331 -.062 .791
TEMPAT .256 .508 .072
WARNA .102 .786 .211
UKURAN .232 -.569 .515
Extraction Method: Principal Component Analysis. a 3 components extracted.
(6)
Rotated Component Matrix(a)
Component
1 2 3
HARGA .884 .249 .210
PENDAPAT .910 .235 .126
IKLAN .754 -.332 -.104
RASA .054 .206 .833
TEMPAT .164 .549 -.013
WARNA -.055 .819 -.017
UKURAN .104 -.364 .707
Extraction Method: Principal Component Analysis. Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a Rotation converged in 5 iterations.
Component Plot in Rotated Space
harga
ukuran
pendapat rasa
iklan
Component 2
1.0 1.0
-.5 0.0
tempat
.5 .5
.5
1.0 w arna
Component 3
Component 1
0.0 0.0
-.5 -.5