menimbulkan konflik baru dimana akan berdampak pada lapangan kerja dan tingkat kesejahteraan nelayan. Dengan demikian alternatif pengembangannya
adalah dengan memperluas daerah penangkapan hingga keluar dari perairan Kota Tidore. Keterlibatan pemerintah sangat dibutuhkan dalam membuat peraturan
untuk konservasi daerah penangkapan, pengawasan dan pengontrolan terhadap daerah penangkapan dan musim penangkapan pada daerah penangkapan di
perairan Kota Tidore Kepulauan khusus untuk armada tangkap pole and line .
5.3 Faktor-Faktor Produksi yang Berpengaruh Terhadap Hasil Tangkapan
Cakalang di perairan Kota Tidore Kepulauan
Pada umumnya produktivitas dari suatu unit penangkapan merupakan fungsi dari faktor-faktor produksi. Faktor– faktor produksi yang berpengaruh nyata
terhadap hasil tangkapan ikan cakalang di perairan Kota Tidore Kepulauan terdiri dari umpan hidup dan musim penangkapan. Sedangkan yang tidak berpengaruh
terhadap hasil tangkapan adalah Jumlah ABK, Jumlah Hari Operasi, Jumlah BBM, Umur Kapal dan daerah penangkapan.
5.3.1 Umpan hidup
Berdasarkan hasil analisis model fungsi produksi ternyata umpan hidup sangat be rpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dan berkorelasi positif.
Semakin banyak jumlah umpan ya ng digunakan maka hasil tangkapan semakin besar. Hal ini disebabkan karena umpan merupakan faktor yang sangat penting
dalam perikanan cakalang. Ketersediaan umpan dapat menghambat atau memperlancar operasi penangkapan yang ada karena aktivitas operasi
penangkapan tidak dapat dilakukan apabila ketersediaan umpan hidup tidak cukup. Umpan hidup ini digunakan untuk menarik ikan cakalang agar berkumpul
didekat kapal sehingga mempermudah proses pemancingan. Berdasarkan hasil analisis hubungan umpan dengan produksi maka jumlah
umpan hidup dalam memperoleh produksi optimal untuk pengembangan perikanan cakalang di Kota Tidore Kepulauan sebesar 16 ember per hari. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Optimasi hubungan produksi kg dengan umpan hidup ember Gambar 16 menunjukan estimasi nilai optimum jumlah umpan hidup dalam
memperoleh produksi optimal pada perikanan cakalang di Kota Tidore Kepulauan sebesar 16 ember per hari.
Hasil observasi langsung di lapangan dewasa ini umpan hidup merupakan kendala utama dalam perikanan cakalang karena ketersediaannya yang terbatas
menyebabkan harga umpan semakin hari semakin meningkat serta daerah penangkapan umpan yang semakin jauh. Seringkali operasi penangkapan tidak
dapat dilanjutkan karena nelayan tidak memperoleh umpan dengan jumlah yang memadai akibatnya terjadi pemborosan biaya operasional. Menghadapi kondisi
tersebut maka untuk mencukupi kebutuhan umpan memerlukan pengembangan daerah penangkapan umpan diluar Kota Tidore Kepulauan.
5.3.2 Musim penangkapan
Berdasarkan analisis model fungsi produksi ternyata musim sangat berpengaruh nyata terhadap hasil tangkapan dan berkorelasi positif. Semakin
ditingkatkan aktifitas penangkapan pada musim penangkapan akan meningkatkan jumlah hasil tangkapan. Hal ini karena musim sangat bergantung pada cuaca dan
kondisi perairan. Berpengaruhnya musim terhadap hasil tangkapan diduga karena terjadinya peralihan musim dari tidak musim ikan ke musim ikan pada saat
penelitian. Musim sangat erat hubungannya dengan kondisi cuaca sehingga 200
400 600
800 1000
2 4
6 8
10 12
14 16
18
Umpan hidup ember per hari Produksi kg per hari
terlihat jelas pada kondisi cuaca buruk dan bergelombang pada bulan Januari menghasilkan hasil tangkapan yang sedikit karena operasi penangkapan tidak
dapat dilakukan sebagaimana mestinya. Sedangkan pada akhir penelitian pada bulan Maret terlihat hasil tangkapan mulai meningkat. Hal ini ditunjukan oleh
musim penangkapan ikan cakalang di perairan Kota Tidore Kepulauan yang terjadi pada bulan Februari sampai Juni dan bulan September sampai Oktober
dengan indeks musim penangkapan yang diperoleh berkisar antara 103.481 sampai 130.801. Puncak musim terjadi pada bulan Februari dan Juni dengan IMP
sebesar 130.801 dan 126.751. Hal ini menunjukan bahwa pada bulan Februari dan Juni terjadi peningkatan produksi sebesar 26 sampai 30 di atas produksi
rata–rata bulanan 3.061 k g. Puncak musim ini ternyata ada sedikit perbedaan dengan pembagian puncak musim menurut Monintja et al. 2001, bahwa
puncak musim penangkapan cakalang menurut wilayah perairan Halmahera terjadi pada bulan September sd Oktober dan Pebruari sd April. Hal ini terjadi
karena wilayah perairan yang menjadi daerah penangkapan nelayan di Kota Tidore Kepulauan yaitu sebagian pada perairan Halmahera dan lainnya pada
perairan di luar perairan tersebut . Melihat kondisi musim penangkapan yang ada di perairan Kota Tidore
Kepulauan maka kegiatan operasi penangkapan perlu lebih diintensifkan pada bulan–bulan dimana terjadi musim ikan yaitu pada bulan Februari sampai Juni
dan September sampai Oktober. Selanjutnya ketik a tidak musim ikan, sebaiknya dilakukan kegiatan perbaikan atau perawatan kapal terutama docking pada bulan
Nofember sampai Januari dan Juli sampai Agustus. Untuk lebih jelasnya optimasi faktor teknis musim dapat dilihat pada Gambar 17.
Gambar 17 menunjukan estimasi indeks musim penangkapan dalam memperoleh hasil tangkapan optimal sebesar 1 dimana angka 1 menunjukan
terjadinya musim penangkapan yaitu pada bulan Februari sampai Juni dan bulan September sampai Oktober dengan produksi dapat mencapai 820 kilo gram per
hari . Angka nol menunjukan tidak musim penangkapan yaitu pada bulan Januari, Juni, Juli, Nofember dan Desember dengan produksi yang dapat dicapai sebesar
150 kilogram per hari.
Gambar 17. Optimasi hubungan produksi kg dengan indeks musim penangkapan
IMP
5.3.3 Jumlah anak buah kapal