Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam sistem tidur Raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Zat agonis
serotonin berguna untuk menekan tidur dan antagonis serotonin meningkatkan tidur gelombang-lambat pada manusia. Seseorang tetap tertidur
atau terbangun tergantung pada keseimbangan impuls yang diterima dari pusat yang lebih tinggi, reseptor sensori perifer dan sistem limbik. Ketika
seseorang mencoba untuk tidur mereka akan menutup mata dan berada pada posisi relaks. Jika stimulus ke SAR menurun maka aktivasi SAR juga akan
menurun. Pada beberapa bagian lain, BSR mengambil alih dan menyebabkan seseorang tidur Ganong, 2002.
Jumlah tidur total tidak berubah sesuai pertambahan usia. Akan tetapi, kualitas tidur kelihatan menjadi berubah pada kebanyakan lansia Bliwise,
1993 Dikutip dari Potter Perry, 2005. Keluhan tentang kesulitan tidur waktu malam seringkali terjadi di antara lansia, sering kali akibat keberadaan
penyakit kronik yang lain Evans dab Rogers, 1994 Dikutip dari Potter Perry, 2005.
2.3 Pengaturan tidur
Tidur melibatkan suatu urutan keadaan fisiologis yang dipertahankan oleh integrasi tinggi aktivitas sistem saraf pusat yang berhubungan dengan
perubahan dalam sistem saraf periferal, endokrin, kardiovaskuler, pernafasan, muskular robinson, 1993. Tiap rangkaian diidentifikasi oleh dengan respon
fisik tertentu dan pola aktivitas otak. Peralatan seperti elektroenselofalogram
Universitas Sumatera Utara
EEG, yang mengukur aktivitas listrik dalam korteks serebral, elektromiogram EMG yang mengukur tonus otot dan elektrookulogram
EOG yang mengukur gerakan mara, memberikan informasi struktur aspek fisiologis tidur.
Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermiten dan menekan pusat
otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan terjaga, dan yang lain menyebabkan tertidur.
Sistem aktivasi retikular SAR berlokasi pada batang otak teratas. SAR dipercayai terdiri dari sel khusus yang mempertahankan kewaspadaan dan
terjaga, SAR menerima stimulus sensori visual, auditori, nyeri, dan taktil. Aktivitas korteks serebral mis. proses emosi atau pikiran juga menstimulasi
SAR. Saat terbangun merupakan hasil dari neuron dalam SAR yang mengeluarkan katekolamin seperti norepinefrin Sleep Research Society,
1993. Tidur dapat dihasilkan dari pengeluaran serotonin dari sel tertentu dalam
sistem tidur raphe pada pons dan otak depan bagian tengah. Daerah otak juga disebut daerah sinkronisasi bulbar bulbar synchronizing region, BSR.
Ketika orang mencoba tertidur, mereka akan menutup mata dan berada dalam posisi relaks, stimulus ke SAR menurun. Jika ruangan gelap dan
tenang, maka aktivasi SAR selanjutnya menurun. Pada beberapa bagian, BSR mengambil alih, yang menyebabkan tidur.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Tahapan Siklus Tidur
Tidur yang normal melibatkan dua fase : tahapan non REM rapid eye movement NREM dan tahapan REM Potter Perry, 2005.
2.4.1 Tahap tidur Non-Rapid Eye Movement Tidur NREM adalah tidur yang lambat dengan mata tertutup, ada
pergerakan tubuh dan bernapas dengn tenang dan teratur Brugne, 1994. Selama tidur NREM, seseorang yang tidur mengalami kemajuan melalui
empat tahapan selama siklus tidur yang tipikal 90 menit. Tahap pada tidur NREM terdapat empat, yaitu :
a. Tahap tidur pertama NREM memiliki karakteristik, yaitu tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur yang ditandai dengan pengurangan
aktivitas fisiologis yang dimulai dengan menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi serta penurunan secara bertahap tanda-tanda
vital dan metabolisme, menurunnya denyut nadi, dan mudah terbangun. Tahap ini berakhir selama 5-10 menit
b. Tahap tidur kedua NREM memiliki karakteristik, yaitu tahap tidur ringan, denyut jantung mulai melambat, menurunnya suhu tubuh, dan
berhentinya pergerakan mata. Tahap kedua NREM ini masih relatif mudah untuk terbangun dan akan berakhir 10 hingga 20 menit
c. Tahap 3 NREM memiliki karkateristik, yaitu tahap awal dari tidur yang dalam, laju pernapasan dan denyut jantung terus melambat karena
sistem saraf parasimpatik semakin mendominasi, otot skeletal semakin berelaksasi, terbatasnya pergerakan dan mendengkur mungkin saja
Universitas Sumatera Utara
terjadi. Pada tahap ini, seseorang yang tidur sulit dibangunkan, tidak dapat diganggu oleh stimuli sensori. Tahap ini berakhir 15 hingga 30
menit d. Tahap 4 NREM memiliki karakteristik, yaitu tahap tidur terdalam, tidak
ada pergerakan mata dan aktivitas otot. Tahap ini juga ditandai dengan tanda-tanda vital menurun secara bermakna dibanding selama terjaga,
laju pernapasan dan denyut jantung menurun sampai 20-30. Seseorang yang terbangun pada saat tahap ini tidak secara langsung
menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan disorientasi untuk beberapa menit setelah bangun dari tidur
2.4.2 Tahap tidur Rapid Eye Movement Tidur REM adalah sasaran dari jejak EEG yang cepat. Pada fase ini
biasanya mimpi terjadi selama tidur REM Brugne, 1996. Tidur REM ini merupakan fase pada akhir tiap siklus tidur 90 menit Karni dkk, 1994. Dan
pemulihan psikologis terjadi pada waktu ini, faktor yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu tahapan siklus tidur yang berbeda Potter
Perry, 2005. Tahap tidur REM ditandai dengan pergerakan mata bergerak secara cepat ke berbagai arah, pernapasan cepat, tidak teratur, dan dangkal,
otot tungkai mulai lumpuh sementara, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah. Pada pria terjadi ereksi penis sedangkan pada wanita terjadi
sekresi vagina. Durasi dari tahap tidur REM meningkat pada tiap siklus dan rata-rata 10-30 menit
Universitas Sumatera Utara
2.5
Faktor-faktor yang mempengaruhi tidur
Potter dan Perry 2005 sejumlah faktor mempengaruhi kuantitas dan kualitas tidur. Seringkali faktor tunggal tidak hanya menjadi penyebab
masalah tidur. Faktor fisiologis, psikologis, dan lingkungan dapat mengubah kualitas dan kuantitas tidur. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas tidur
antara lain:
a. Penyakit Fisik Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik mis.
Kesulitan bernapas, atau masalah suasana hati, seperti kecemasan atau depresi, dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan
seperti itu mempunyai masalah kesulitan tertidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak
biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat tangan atau lengan diimobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur.
b. Obat-obatan dan Substansi Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur
untuk mengatasi stresor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan variasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya, dan
efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius.
Universitas Sumatera Utara
L-triptopan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju, dan daging, dapat membantu orang tidur.
c. Gaya Hidup Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pola tidur. Kesulitas
mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya. Setelah beberapa minggu kerja
pada dinas malam hari, jam biologis seseorang biasanya dapat menyesuaikan. Perubahan lain dalam rutinitas yang mengganggu pola
tidur meliputi kerja berat yang tidak biasanya, terlibat dalam aktivitas sosial pada larut-malam, dan perubahan waktu makan malam.
d. Stres Emosional Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat mengganggu tidur.
Stres emosional menyebabkan seseorang menjadi tegang dan seringkali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stres juga menyebabkan seseorang
mencoba terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur, atau terlalu banyak tidur. Stres yang berlanjut dapat menyebabkan
kebiasaan tidur yang buruk. Seringkali klien lansia mengalami kehilangan yang mengarah pada stres
emosional. Pensiun, gangguan fisik, kematian orang yang dicintai, dan kehilangan keamanan ekonomi merupakan contoh situasi yang
mempredisposisi lansia untuk cemas dan depresi. Lansia, dan juga seperti
Universitas Sumatera Utara
individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara
dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat Bliwise, 1993.
e. Lingkungan Lingkungan fisik tempat seseornag tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat
suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur Webster dan Thompson, 1986. Suara yang rendah lebih sering
membangunkan seorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4. Tingkat cahaya dapat
mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain seperti anak-anak atau lansia menyukai
cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga mungkin bermasalah tidur karena suhu ruangan. Ruangan yang terlalu hangat atau
terlalu dingin akan membuat klien gelisah.
3. Kualitas Tidur