individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara
dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang, dan terbangun cepat Bliwise, 1993.
e. Lingkungan Lingkungan fisik tempat seseornag tidur berpengaruh penting pada
kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yang baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat
suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur Webster dan Thompson, 1986. Suara yang rendah lebih sering
membangunkan seorang dari tidur tahap 1, sementara suara yang keras membangunkan orang pada tahap tidur 3 atau 4. Tingkat cahaya dapat
mempengaruhi kemampuan untuk tidur. Beberapa klien menyukai ruangan yang gelap, sementara yang lain seperti anak-anak atau lansia menyukai
cahaya remang yang tetap menyala selama tidur. Klien juga mungkin bermasalah tidur karena suhu ruangan. Ruangan yang terlalu hangat atau
terlalu dingin akan membuat klien gelisah.
3. Kualitas Tidur
3.1 Definisi Kualitas Tidur
Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang
Universitas Sumatera Utara
dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit
kepala dan sering menguap atau mengantuk Hidayat, 2006. Kualitas tidur juga didefinisikan sebagai suatu fenomena kompleks yang melibatkan
beberapa dimensi American Psychiatric Association, 2000 Kualitas tidur meliputi aspek kuantitatif dan kualitatif tidur, seperti
lamanya tidur, waktu yang diperlukan untuk bisa tertidur, frekuensi terbangun dan aspek subjektif seperti kedalaman dan kepulasan tidur
Daniel et al, 1998; Buysse, 1998. Kualitas tidur adalah kemampuan individu untuk tetap tertidur dan untuk mendapatkan jumlah tidur REM
dan NREM yang tepat Kozier, Erb, Berman, Synder, 2004. Namun, di sisi lain, Lai 2001 dalam Wavy 2008 menyebutkan bahwa kualitas tidur
ditentukan oleh bagaimana seseorang mempersiapkan pola tidurnya pada malam hari seperti kedalaman tidur, kemampuan tinggal tidur, dan
kemudahan untuk tertidur tanpa bantuan medis. Kualitas tidur yang baik akan ditandai dengan tidur yang tenang, merasa segar pada pagi hari dan
merasa sangat semangat untuk melakukan aktivitas Craven Hirnle, 2000
Kualitas tidur seseorang dapat dianalisa melalui pemeriksaan laboratorium yaitu EEG yang merupakan rekaaman arus listrik dari otak.
Perekaman listrik dari permukaan otak atau permukaan luar kepala dapat menunjukkan adanya aktivitas listrik yang terus menerus timbul dalam
otak. Ini sangat dipengaruhi oleh derajat eksitasi otak sebagai akibat dari
Universitas Sumatera Utara
kedaan tidur, keadaan siaga atau karena penyakit lain yang diderita. Tipe gelombang EEG diklasifikasikan sebagai gelombang alfa, betha, dan delta
Guyton Hall, 1997.
3.2 Pengkajian kualitas tidur