Pembelajaran Aritmetika Sosial Kerangka Berpikir

M. Pembelajaran Aritmetika Sosial

Pada penelitian ini memilih materi pokok aritmetika sosial karena materi tersebut erat hubungannya dengan penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari. Adapun standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatornya sebagai berikut: 1. Standar Kompetensi Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel, perbandingan dan aritmetika sosial dalam pemecahan masalah. 2. Kompetensi Dasar Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana. 3. Indikator a. Menghitung nilai keseluruhan b. Menghitung nilai per unit c. Menghitung nilai sebagian d. Menghitung besar laba e. Menghitung persentase laba f. Menghitung besar rugi g. Menghitung harga jual h. Menghitung harga beli i. Menghitung rabat j. Menghitung bunga tunggal dalam kegiatan ekonomi BSNP, 2006.

N. Kerangka Berpikir

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu alternatif jawaban yang dapat diupayakan oleh guru dalam proses pembelajaran bagi siswa, oleh karena pendekatan konstruktivisme mampu melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mampu mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi Tim MKPBM UPI, 2001. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang dijabarkan dengan pemakaian metode yang bervariasi dalam pelaksanaannya. Pendekatan pembelajaran yang berbeda akan menghasilkan belajar yang berbeda pula, sehingga akan dapat dibandingkan pendekatan pembelajaran mana yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Pendekatan konstruktivisme dalam penerapannya siswa dituntut aktif dalam pembelajaran matematika, dalam proses pembelajaran apabila dilaksanakan secara kelompok, maka setiap siswa mempunyai kesempatan saling memberi dan menerima pengetahuan dalam memahami materi pelajaran, sehingga terjadi proses pembelajaran yang komunikatif Tim MKPBM UPI, 2001. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak secara aktif mencari jawaban atas masalah yang dihadapi dan berusaha memeriksa, mencari dan menyimpulkan sendiri secara logis, kritis, analitis dan sistematis. Cara ini akan mendorong siswa untuk meningkatkan penalaran dan berfikir secara bebas, terbuka dan merangsang berfikir kreatif dengan senang hati akan berusaha memperdalam pengetahuan secara mandiri Tim MKPBM UPI, 2001. Sementara model konvensional siswa menerima pelajaran secara pasif, dari ceramah yang diberikan guru untuk kemudian melakukan peningkatan pemahaman melalui tugas-tugas yang diberikan guru. Untuk pendekatan konvensional lebih menekankan pada penyampaian informasi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan rancangan materi pelajaran secara utuh dari guru. Kondisi tersebut menimbulkan rasa bosan, masa bodoh dan merasa malas dalam mengiri pelajaran yang pada akhirnya hasil belajar siswa rendah. Kelebihan dan kekurangan pendekatan konstruktivisme dan model konvensional dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan konstruktivisme dengan model konvensional Pendekatan Konstruktivisme Model Konvensional a. b. c. d. e. Siswa bisa mengkonstruksi jawaban soal sendiri Penanaman konsep lebih kuat Pembelajaran berpusat pada siswa Siswa bisa kreatif dan inisiatif dalam penyelesaian soal Suasana kelas aktif, ide-ide muncul dalam pembelajaran siswa a. b. c. d. e. Siswa lemah dalam mengkonstruksi jawaban soal Penanaman konsep lemah Pembelajaran berpusat pada guru Siswa kurang kreatif dan inisiatif dalam penyelesaian soal Suasana kelas pasif, ide-ide tidak banyak muncul Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan ketrampilan berproses siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.

O. Hipotesis