EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN PADA MATERI ARITMETIKA SOSIAL SISWA SMP

(1)

EFEKTIVITAS PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN PADA MATERI

ARITMETIKA SOSIAL SISWA SMP

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada Universitas Negeri Semarang

Oleh Ahmad Sakuri NIM. 4101506030

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATlKA

2008


(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian tesis.

Semarang, Maret 2008

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. St. Budi Waluyo, M.Si, Ph.D

Drs. Rismono, M.Pd


(3)

iii

PENGESAHAN KELULUSAN

Tesis ini telah dipertahankan di dalam Sidang Panitia Ujian Tesis Program Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang pada

Hari : Rabu

Tanggal : 2 April 2008

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Dr. Ahmad Sopyan, M.Pd Drs. St. Budi Waluya, M.Si., Ph.D NIP 131 404 300 NIP 132 046 855 Penguji I, Penguji II/Pembimbing II,

Prof. Y.L. Sukestiyarno, M.S., Ph.D Drs. Rismono, M.Pd NIP 131 404 322 NIP 132 000 059

Penguji III,

Dr. Iwan Junaedi, M.Pd NIP 132 231 406


(4)

iv

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam tesis ini benar-benar hasil karya saya sendiri. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam tesis ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Semarang, April 2008


(5)

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Sesungguhnya disamping kesukaran terdapat pula kemudahan (Q.S. 94 : 5).

Untuk :

Ibu bapakku Solicha dan Carto, istriku Tri Dyan Wulandari dan anak-anakku yang saya cintai.


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur atas rakhmat, taufik dan hidayah-Nya, serta diiringi doa dan restu dari segenap keluarga, tesis ini telah tersusun dalam rangka melengkapi persyaratan guna memperoleh gelar Magister Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika pada Universitas Negeri Semarang.

Penulisan tesis ini tidak akan dapat berjalan sesuai rencana tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. A.T Sugito, SH, MM selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan kepada penyusun untuk menyelesaikan studi pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang

2. Prof. Y.L Sukestiyarno, Ph.D, selaku mantan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang yang selalu memberikan motivasi dan arahannya

3. Drs. St. Budi Waluya, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang dan dosen pembimbing I dalam penyusunan tesis ini yang selalu memberikan motivasi dan bimbingannya.

4. Drs. Rismono, M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan dorongan dan arahan dalam penyusunan tesis ini.

5. Semua Bapak dan Ibu dosen Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang khususnya Program Studi Matematika.


(7)

vii

6. Drs. Tahrudin, MM, selaku Kepala SMP Negeri 19 Tegal, yang telah memberikan keleluasaan dalam melakukan penelitian.

7. Para guru dan semua siswa kelas VII A, VII B, dan kelas VII D SMP Negeri 19 Tegal.

8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan tesis ini.

Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan pahala atas kebaikan-kebaikan beliau tersebut, amin.

Mudah-mudahan tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Penulis,


(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN KATA PENGANTAR ... vi

HALAMAN DAFTAR ISI ... viii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xi

HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ... xii

HALAMAN ABSTRAK ... xii

HALAMAN ABSTRACT ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah ... 5

C. Batasan Operasional ... 6

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10


(9)

ix

A. Teori Belajar ... 12

B. Faktor-Faktor Yang Memungkinkan Terjadinya Belajar ... 15

C. Keaktifan ... 16

D. Ketrampilan Berproses ... 18

E. Indikator Pencapaian Kompetensi ... 18

F. Hasil Belajar ... 19

G. Pendekatan Pembelajaran Matematika ... 21

H. Pendekatan Konstruktivisme ... 21

I. Belajar Matematika Menurut Paham Konstruktivisme ... 22

J. Evaluasi Pembelajaran Matematika menurut Konstruktivisme .. 23

K. Sintaks Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Pendekatan Konstruktivisme ... 25

L. Compack Disk (CD) Pembelajaran ... 25

L. Pembelajaran Aritmetika Sosial ... 27

M. Kerangka Berpikir ... 28

N. Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 31

1. Populasi ... 31

2. Sampel ... 32

3. Variabel Penelitian ... 35

C. Teknik Pengumpulan Data ... 36

D. Instrumen Penelitian ... 37


(10)

x

F. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Deskripsi Penelitian ... 52

B. Pengujian Hipotesis ... 52

C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 64

BAB V PENUTUP ... 69

A. Simpulan ... 69

B. Saran-saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1. Perbedaan Pendekatan Konstruktivisme dengan

Model Konvensional ... 29

Tabel 3.1 Uji Normalitas Sampel ... 33

Tabel 3.2 Uji Homogenitas Sampel ... 34

Tabel 3.3 Rekap Item Soal Valid dan Tidak Valid ... 42

Tabel 3.4 Rekap Analisis Tingkat Kesukaran ... 44

Tabel 3.5 Rekap Daya Pembeda Soal ... 46

Tabel 4.1 Hasil Analisis Hasil Belajar dengan Uji one sample statistics .. 53

Tabel 4.2 Hasil Analisis Keaktifan Siswa dengan Uji one sample statistics ... 53

Tabel 4.3 Hasil Analisis Ketrampilan Berproses Siswa dengan Uji one sample statistics ... 54

Tabel 4.4 Keberartian regresi keaktifan siswa terhadap hasil belajar ... 55

Tabel 4.5 Uji Kelinieran Keaktifan Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 55

Tabel 4.6 Kontribusi Keaktifan Siswa terhadap Hasil Belajar Kelas Eksperimen... 56

Tabel 4.7 Keberartian Regresi Ketrampilan Berproses Siswa terhadap Hasil Belajar ... 57

Tabel 4.8 Uji Kelinieran Ketrampilan Berproses Siswa terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 58


(12)

xii

Tabel 4.9 Kontribusi Ketrampilan Berproses Siswa terhadap

Hasil Belajar Kelas Eksperimen... 59 Tabel 4.10 Keberartian Regresi Keaktifan dan Ketrampilan Berproses

Siswa terhadap Hasil Belajar ... 60 Tabel 4.11 Uji Kelinieran Keaktifan dan Ketrampilan Berproses Siswa

terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Eksperimen ... 60 Tabel 4.12 Kontribusi Keaktifan dan Ketrampilan Berproses Siswa terhadap

Hasil Belajar Kelas Eksperimen... 62 Tabel 4.13 Tabel Kesamaan Varian ... 63


(13)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus ... 74

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 81

Lampiran 3. Lembar Kerja Siswa -1 ... 85

Lembar Kerja Siswa -2 ... 87

Lembar Kerja Siswa -3 ... 90

Lembar Kerja Siswa -4 ... 92

Lampiran 4. Kisi-Kisi Penulisan Soal Kelas Uji Coba ... 94

Lampiran 5. Kisi-Kisi Penulisan Soal Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 95

Lampiran 6. Instrumen Tes Kelas Uji Coba ... 96

Lampiran 7. Instrumen Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 101

Lampiran 8. Indikator Instrumen Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme ... 105

Lampiran 9. Indikator Instrumen Ketrampilan Berproses Siswa dalam Pembelajaran Konstruktivisme... 105

Lampiran 10. Lembar Instrumen Pengamatan Keaktifan Siswa ... 115

Lampiran 11. Lembar Instrumen Pengamatan Ketrampilan Berproses Siswa ... 115

Lampiran 12. Data Nilai Ulangan Blok 1 Semester 1 Tahun Pelajaran 2007/2008 SMP Negeri 19 Tegal ... 117


(14)

xiv

Lampiran 14. Tabel Variabel X1 (Keaktifan) ... 119

Lampiran 15. Tabel Variabel X2 (Ketrampilan Proses) ... 120

Lampiran 16. Uji Validitas Butir Soal Uji Coba ... 121

Lampiran 17. Uji Reliabilitas Butir Soal Uji Coba... 122

Lampiran 18. Uji Normalitas ... 123

Lampiran 19. Uji Homogenitas Varian ... 124

Lampiran 20. Uji t Satu Variabel ... 125

Lampiran 21. Uji Regresi Kelas Eksperimen ... 126


(15)

xv

ABSTRAK

Sakuri, Ahmad. 2008. Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Berbantuan CD Pembelajaran Pada Materi Aritmetika Sosial Siswa SMP (eksperimen di SMP Negeri 19 Tegal). Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Semarang, 2008.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi Aritmetika Sosial siswa SMP, 2) Pengaruh keaktifan dan ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar, 3) Perbedaan hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme dan model pembelajaran konvensional

Populasi penelitian ini kelas VII SMP Negeri 19 Tegal terdiri dari 5 kelas, dengan teknik klaster random sampling diambil 2 kelas yaitu eksperimen kelas VII D dan kontrol kelas VII A. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian ini variabel bebasnya keaktifan (X1) dan ketrampilan berproses (X2) sedangkan variabel

terikatnya adalah hasil belajar (Y). Pengambilan data digunakan lembar observasi untuk variabel bebas dan tes untuk variabel terikat. Data diolah dengan uji banding t dan uji pengaruh regresi.

Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar ( keaktifan, ketrampilan berproses, dan hasil belajar), 2) Ada pengaruh pada keaktifan dan ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar, 3) Hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme lebih baik daripada model pembelajaran konvensional dengan bukti rata-rata hasil tes belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme sebesar 83,10, sedangkan rata-rata hasil tes belajar siswa dengan model konvensional hanya sebesar 64,83.

Jadi, pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat membentuk siswa trampil dalam mengkonstruksi jawaban sendiri dalam menyelesaikan persoalan matematika. Guru disarankan hendaknya pandai dalam memilih model pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi siswa termasuk menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran.


(16)

xvi

ABSTRACT

Sakuri, Ahmad. 2008 The Effectiveness of the Constructivism Learning Approach with Learning CD aid on the Social Aritmeti c of SMP Students (An experiment in SMP Negeri 19 Kota Tegal).Thesis. Post Graduate of Universitas Negeri Semarang.

The aims of the research are : 1) The Constructivism Learning Approach with learning CD aid is able to lead the students to achieve the learning mastery on social arithmetic material of SMP student, 2) To know the effect of the students activeness which are taught by the constructivism learning approach with learning CD aid on the study achievement, 3) To know the effect of the process vocational of the students which are taught by the Constructivism Learning Approach with learning CD aid on the study achievement, 4) The study achievement of the students with the Constructivism Learning Approach is much better than those which are taught by the conventional approach.

The advantages of the research theoricall are : 1) As a donation and to broaden the horizon of the teachers in choosing the learning model, 2) To add the various scientific research as the reference of further, research in developing the knowledge, especially mathematics, 3) To add the scientific research can be thinking donation to the teachers of mathematics in improving the learning quality through the Constructivism Learning Approach, 4) The result of the teachers in SMP 19 in doing the teaching – learning process in the classrooms.

The research was done at SMP Negeri 19 Kota Tegal, Jalan S.A. Tirtayasa Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal in the academic year of 2007/2008. The writer used experimental method, with taking a sample of 40 students of grade VII D. The population are the students of grade VII A, B, C, D dan E. The free variable are the activeness, the process vocational, and the kind of the approach (X) dan the bound variable is the result of the study (Y).

From the research we find that : 1) The Constructivism Learning Approach with learning CD aid is able to lead the students to get good achevement, 2) There is a significant effect of the students activeness which are taught by the Constructivism Learning Approach on the study achevement, 3) There is a significant effect of the vocational process of the students taught by the Constructivism Learning Approach on the study achievement, 4) The study achievement with the Constructivism Learning Approach is much better than those who are thaught by conventional approach. We can find that the study achievement of the Constructivism Learning Approach with the average out put 83,10, while the average out put of the students which are taught by the conventional approach only 64,83.

Based on the result of the research, we suggest as follows : 1) To use the Constructivism Learning Approach in teaching learning process to train the students in constructing their own answer to solve the mathematical problems, 2) There is different ability and intelligency, so the teachers should be able to apply or use suitable and acceptable approach, 3) The principle tries to inprove the quality of the teachers by giving a chance to them to join an upgrading, seminars, workshop on learning models supporting the learning, 4) The steakholder’s participation in supporting the inprovement of learning quality at SMP 19 link with good communication orally or written as a suggestion or encouragement to the teachers.


(17)

1 A. Latar Belakang

Masalah pendidikan dan pengajaran merupakan masalah yang kompleks, banyak faktor yang ikut mempengaruhinya. Salah satu faktor tersebut di antaranya adalah guru. Guru merupakan komponen pembelajaran yang memegang peranan penting dan utama, karena keberhasilan proses pembelajaran sangat ditentukan oleh faktor guru.

Upaya meningkatkan mutu pendidikan banyak dilakukan oleh pemerintah, baik yang berkenaan dengan peningkatan mutu guru, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan maupun penyempurnaan kurikulum dan proses pembelajaran. Peningkatan tenaga pengajar atau guru dan proses pembelajaran dinilai paling strategis, mengingat peranannya sangat langsung mempengaruhi proses dan hasil belajar.

Mutu pendidikan di sekolah dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai siswa, hasil belajar tersebut sangat ditentukan oleh keefektifan dalam pembelajaran. Menurut Syah (2003), bahwa tingkat efektivitas pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perilaku pendidik dan perilaku peserta didik. Indikator perilaku pendidik yang efektif antara lain : mengajar dengan jelas, menggunakan variasi model pembelajaran, menggunakan variasi sumber belajar, antusiasme, memberdayakan peserta didik, menggunakan konteks (lingkungan) sebagai sarana pembelajaran, menggunakan jenis penugasan dan pertanyaan yang membangkitkan daya pikir dan keingintahuan. Sedangkan indikator perilaku


(18)

2

peserta didik mencakup antara lain motivasi belajar, keseriusan, perhatian, pencatatan, pertanyaan, senang melakukan latihan, dan sikap belajar yang positif.

Salah satu upaya peningkatan mutu proses pembelajaran matematika di sekolah, mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) perlu dicari model pembelajaran yang cocok dengan keadaan di Indonesia. Berbagai model itu didasarkan pada teori yang sekarang sedang berkembang dan telah memberikan hasil di beberapa negara yang menggunakannya. Menurut Depdiknas (2001), bahwa penjabaran kurikulum diserahkan sepenuhnya kepada sekolah atau guru, sehingga dituntut profesionalisasi guru termasuk dalam menentukan alternatif model pembelajaran yang bervariasi.

Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar di SMP Negeri 19 Kota Tegal sejak tahun 2001 sampai sekarang, sekitar 55% siswa kelas VII SMP Negeri 19 Tegal merasakan materi aritmetika sosial sebagai materi yang cukup sulit karena banyak hitungan dan rumus yang harus dihafalkan. Kecenderungan siswa tidak bisa mengikuti "jelas alur cerita" yang diberikan guru dengan metode ceramah di depan kelas karena banyak istilah maupun simbol yang tidak dipahami oleh siswa. Mengubah paradigma pembelajaran aritmetika sosial dari paradigma mengajar ke dalam paradigma belajar.

Menurut Marpaung (2004), ada lima perubahan, yaitu : 1) Peran siswa harus diubah, dari penerima yang pasif menjadi pelaku yang aktif, 2) Peran guru harus berubah dari pengajar yang aktif menjadi fasilitator, 3) Kondisi belajar harus berubah dari situasi yang tegang menjadi situasi yang sedapat mungkin menyenangkan, 4) Suasana yang santun, terbuka dan komunikatif dapat


(19)

menimbulkan suasana belajar yang menyenangkan, 5) Karena matematika itu abstrak namun penting dan sangat berguna dalam kehidupan nyata, siswa harus dapat melihat makna matematika dalam pembelajaran. Bila siswa dapat melihat bahwa apa yang dipelajari dalam aritmetika sosial dapat membantu mengatasi masalah hidupnya, maka memungkinkan siswa tertarik untuk mempelajarinya.

Menyadari hal itu maka dipandang perlu dalam dunia pendidikan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran, bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak “mengalami” sendiri apa yang dialami bukan “mengetahui” saja. Menurut Nurhadi (2004), pembelajaran yang berorientasi target penguasaan materi ternyata berhasil dalam kompetisi mengingat jangka pendek, tetapi gagal membekali anak memecahkan persoalan jangka panjang.

Salah satu landasan kurikulum tingkat satuan pendidikan adalah filsafat konstruktivisme, yang mengatakan bahwa pengetahuan itu dikonstruksi oleh yang mengetahui (Suparno,1997). Pembelajaran matematika pada kurikulum tingkat satuan pendidikan mengisyaratkan sebuah perubahan mendasar dalam proses pembelajaran yang semula berpusat pada guru dialihkan pada dinamika siswa belajar, dengan demikian guru memiliki peluang dan keleluasaan untuk dapat mengembangkan kreatifitasnya dalam menyusun model pembelajaran.

Menurut Tim MKPBM UPI (2001), pendekatan konstruktivisme menekankan kepada pembelajaran yang senantiasa problem centered approach

dimana guru dan siswa terikat dalam pembelajaran yang memiliki makna. Masih banyak guru yang belum mengenal pendekatan pembelajaran konstruktivisme,


(20)

4

sehingga guru dalam melakukan pembelajaran tidak menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme. Akibatnya pengetahuan yang dimiliki siswa menjadi tidak berkembang dan terisolasi, padahal dalam pembelajaran konstruktivisme siswa secara individual dan secara aktif mengkonstruksi realitas dari apa yang dialaminya.

Model pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang umumnya dilaksanakan di sekolah saat ini, yang menggunakan urutan kegiatan pembelajaran uraian, contoh dan latihan (Wibawa, 1999). Model konvensional merupakan model pembelajaran yang dilakukan dengan mengkombinasikan bermacam-macam model pembelajaran. Model pembelajaran konvensional ini berpusat pada guru (teacher centered) atau guru lebih banyak mendominasi kegiatan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dilakukan berupa metode ceramah, pemberian tugas dan tanya jawab.

Dengan kemajuan teknologi komputer maka dapat dirancang suatu pendekatan pembelajaran konstruktivisme dengan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Melalui bantuan komputer khususnya yang dikemas dalam CD pembelajaran matematika, siswa memperoleh kemudahan dalam mengkonstruksi jawaban sendiri dalam menyelesaikan permasalahan matematika. Waktu yang biasanya habis digunakan untuk menghitung dapat digunakan untuk mengkaji hasil perolehan dari perhitungan komputer, dan mendalami masalah secara lebih baik sehingga siswa dapat memunculkan ide kreatif dalam menyelesaikan masalah matematika yang lebih rumit. Pendekatan pembelajaran yang banyak memberi kesempatan siswa untuk mengkonstruksi jawaban matematika


(21)

sendiri secara lebih baik diharapkan siswa mempunyai kemampuan mengkonstruksi jawaban dapat meningkat.

Berdasarkan uraian di atas mendorong peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Berbantuan CD Pembelajaran Pada Materi Aritmetika Sosial Siswa SMP.”

B. Identifikasi Masalah dan Pembatasan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut.

1. Masih rendahnya mutu proses belajar mengajar untuk mencapai kelulusan yang berkualitas, terbukti pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2006/2007 jumlah siswa SMP Negeri 19 Kota Tegal yang lulus untuk mata pelajaran matematika sebesar 85%.

2. Pembelajaran matematika di kelas pada umumnya guru mendominasi proses belajar mengajar dengan menerapkan model klasikal, ceramah dan siswa menerima pelajaran secara pasif.

3. Masih sulitnya siswa memahami konsep-konsep matematika dengan kurang tepatnya model pembelajaran matematika yang dipilih, terbukti ketika Ujian Akhir Semester tahun pelajaran 2006/2007 dari 215 siswa kelas VII SMP Negeri 19 Kota Tegal untuk ulangan harian aritmetika sosial yang lulus hanya sebesar 45% dengan KKM 59.


(22)

6

C. Batasan Operasional

Untuk menghindari adanya penafsiran yang berbeda serta mewujudkan kesatuan pandangan dan pengertian yang berhubungan dengan tesis ini, maka perlu diberikan batasan operasional sebagai berikut :

1. Keaktifan

Menurut Sriyono (1991:75), yang dimaksud dengan keaktifan di sini adalah pada waktu mengajar guru harus mengusahakan agar siswanya aktif, jasmani maupun rokhani.

2. Ketrampilan Proses

Menurut Syah (2003:109), proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Jadi, ketrampilan proses dalam pembelajaran adalah suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku.

3. Hasil belajar

Hasil adalah sesuatu yang diadakan, dibuat, dijadikan, dsb oleh usaha (Anonim, 2001:391). Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Anonim, 2001:17). Jadi hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh karena suatu usaha memperoleh ilmu sekaligus terjadi perubahan tingkah laku. Dalam penelitian ini,


(23)

hasil belajar yang diamati pada ranah kognitif yang datanya diambil dengan metode tes.

4. CD Pembelajaran

Compack Disk (CD) adalah salah satu bentuk multimedia yang merupakan kombinasi antara beberapa media : teks, gambar, video dan suara sekaligus dalam satu tayangan tunggal (Wibawanto, 2004:2). Jadi, CD pembelajaran adalah suatu alat multimedia berupa keping CD yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

5. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme adalah suatu pendekatan pembelajaran dimana para siswa dilatih untuk mengkonstruksi jawaban soal matematika berdasarkan pengetahuan yang berada dalam diri mereka sendiri (Tim MKPBM UPI, 2001).

6. Efektif

Efektif yang dalam bahasa inggrisnya adalah effective artinya berhasil, tepat atau manjur (Purwodarminto,1993). Sedangkan efektivitas berarti keberhasilan atau ketepatan, sehingga pembelajaran itu dikatakan efektif kalau usaha tersebut mencapai. Dalam penelitian ini yang dimaksud efektif adalah bila:

a. Pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat menghantarkan siswa tuntas belajar dalam hasil belajar, keaktifan dan ketrampilan berproses.


(24)

8

b. Keaktifan dan ketrampilan berproses berpengaruh positif terhadap hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran.

c. Hasil belajar dari kelompok eksperimen lebih baik dari kelompok kontrol. 7. Ketuntasan Belajar

Tuntas berarti selesai secara meyeluruh (Anonim, 2001). Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ketuntasan belajar meliputi aspek kognitif, psikomotorik dan afektif (Depdiknas, 2003). Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman (Anonim, 2001:17). Jadi ketuntasan belajar adalah perolehan secara menyeluruh kepandaian atau ilmu (kognitif, psikomotorik, dan afektif) lewat suatu usaha. Ketuntasan belajar dapat diamati dengan cara membandingkan hasil belajar siswa yang pengambilan datanya berasal dari metode tes. Jika hasil belajar siswa lebih atau sama dengan Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM), maka siswa disebut tuntas belajar. Jika hasil belajar siswa kurang dari KKM maka siswa dikatakan tidak tuntas belajar.

8. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembaran kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Suatu tugas yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Lembar Kerja Siswa berstruktur adalah LKS yang dirancang untuk membimbing siswa dalam satu program kerja/pembelajaran, dengan sedikit atau


(25)

sama sekali tanpa bantuan untuk mencapai sasaran yang dituju dalam pembelajaran itu (Depdiknas, 2004:18).

Oleh karena luasnya permasalahan yang teridentifikasi, maka penelitian dibatasi pada Efektivitas Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme Berbantuan CD Pembelajaran pada Materi Aritmetika Sosial kelas VII SMP Negeri 19 Tegal tempat peneliti mengajar.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian sebagai berikut :

1. Apakah dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi aritmetika sosial siswa SMP ?

2. Apakah keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar ?

3. Apakah ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar ?

4. Apakah hasil tes belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada yang diajar dengan model pembelajaran konvensional ?


(26)

10

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi aritmetika sosial siswa SMP.

2. Besarnya pengaruh keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar.

3. Besarnya pengaruh ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar.

4. Apakah hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada dengan model pembelajaran konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis, adalah sebagai berikut.

1. Manfaat teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah:

a. Sebagai sumbangan pada pengembangan pengetahuan tentang pembelajaran matematika, terutama dalam upaya meningkatkan hasil tes belajar siswa.


(27)

b. Menambah wawasan baru yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mengembangkan penelitian lanjutan dalam proses belajar mengajar.

c. Menambah khazanah karya ilmiah dalam metode pembelajaran pada mata pelajaran matematika.

2. Manfaat praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini adalah:

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi para guru, khususnya guru matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajarannya melalui pembelajaran bervariatif.

b. Efektifitas pembelajaran matematika dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan keaktivan siswa sehingga ketrampilan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika dan hasil tes belajarnya akan meningkat

c. Memberikan acuan dan alternatif kepada guru-guru SMP khususnya guru-guru SMP Negeri 19 Kota Tegal dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar di kelas.


(28)

12 BAB II

KERANGKA TEORITIS DAN HIPOTESIS A. Teori Belajar

Banyak pengertian belajar telah dikemukakan para ahli Menurut Gagne (1970), bahwa belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapabilitas yang meliputi keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari : 1) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan 2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002). Dari pengertian belajar tersebut, terdapat tiga ciri utama belajar, yaitu proses, perubahan perilaku, dan pengalaman.

a. Proses

Istilah belajar itu sendiri proses perubahan sikap dan perilaku setelah terjadinya interaksi dengan sumber belajar, yaitu dari belum mampu menjadi mampu, dari belum terdidik menjadi terdidik, dari belum kompeten menjadi kompeten. Sedangkan sumber belajar ini dapat berupa buku. Guru, sesama teman, dan lingkungan.

b. Perubahan tingkah laku

Hasil belajar berupa perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar dikelompokkan ke dalam tiga ranah (kawasan), yaitu pengetahuan (kognitif), keterampilan motorik (psikomotor), dan nilai-nilai atau sikap (afektif).

c. Pengalaman

Belajar adalah mengalami, dalam arti belajar terjadi di dalam interaksi antara guru dan siswa, siswa dan siswa, dan siswa dengan lingkungan. Lingkungan fisik


(29)

(buku, alat peraga, alam sekitar) maupun lingkungan sosial (guru, siswa, pustakawan, kepala sekolah).

Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Prinsip-prinsip itu berkaitan dengan perhatian, keaktifan, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan dan penguatan, serta perbedaan individual (Dimyati dan Mudjiono, 2002).

1. Perhatian

Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam belajar. Perhatian terhadap pelajaran akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai suatu yang dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih lanjut atau diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.

2. Keaktifan

Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya, mulai dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis, misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.


(30)

14

3. Keterlibatan langsung

Belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui pengalaman langsung siswa tidak sekedar mengamati secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab terhadap hasilnya. Guru bertindak sebagai fasilitator dan pembimbing (Sriyono, 1991).

4. Pengulangan

Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan dikemukakan oleh teori Psikologi Daya. Psikologi Daya menyatakan bahwa belajar adalah melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya-daya mengamat, menanggap, mengingat, menghayal, merasakan, dan berpikir. Daya-daya tersebut akan berkembang apabila dilakukan pengulangan. Seperti halnya pisau yang selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan pengulangan-pengulangan akan menjadi sempurna.

5. Tantangan

Situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi selalu terdapat hambatan, yaitu mempelajari bahan belajar, maka timbulah motif untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahan belajar tersebut. Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai maka ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya (Sriyono, 1991).


(31)

6. Balikan dan penguatan

Siswa akan belajar lebih bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik. Hasil yang baik akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengaruh baik bagi usaha belajar yang selanjutnya (Hudoyo, 1988).

7. Perbedaan individual

Siswa merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tiap siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian, dan sifat-sifatnya. Perbedaan invidual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa. Karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh guru dalam upaya pembelajaran. Pembelajaran yang bersifat klasikal yang mengabaikan perbedaan individual dapat diperbaiki dengan beberapa cara, antara lain penggunaan metode atau strategi belajar mengajar yang bervariasi sehingga perbedaan-perbedaan kemampuan siswa dapat terlayani. Juga penggunaan media instruksional akan membantu melayani perbedaan-perbedaan siswa dalam cara belajar (Suwarsono, 2002).

B. Faktor-Faktor yang Memungkinkan Terjadinya Belajar

Banyak faktor yang memungkinkan terjadinya belajar (Dimyati dan Mudjiono,2002:247) menyatakan faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya belajar adalah sebagai berikut.

a. Faktor Intern yang dialami siswa dan dihayati oleh siswa meliputi : 1) sikap terhadap belajar, 2) motivasi belajar, 3) konsentrasi belajar, 4) kemampuan mengolah bahan belajar, 5) kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar,


(32)

16

6) kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpan, 7) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, 8) rasa percaya diri siswa, 9) intelegensi dan keberhasilan belajar, 10) kebiasaan belajar, dan 11) cita-cita siswa. Faktor-faktor interen ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik.

b. Faktor Ekstern belajar meliputi : 1) guru sebagai pembina belajar, 2) prasarana dan sarana pembelajaran, 3) kebijakan penilaian, 4) lingkungan sosial siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah. Dari segi guru sebagai pembelajar maka peranan guru dalam mengatasi masalah-masalah ekstern belajar merupakan prasyarat terlaksananya siswa dapat belajar.

C. Keaktifan

Banyak cara untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran, misalnya praktek dan belajar dari orang-orang yang memiliki banyak pengalaman dan sukses dalam menjalankan tugas kewajiban yang mulia. Mengetahui asas-asas didaktik (dasar-dasar mengajar) dan melaksanakan sebaik-baiknya juga merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam interaksi pembelajaran. Keaktifan merupakan salah satu dari 9 dasar-dasar mengajar.

Menurut Sriyono (1991:75), yang dimaksud dengan keaktifan di sini adalah suatu kondisi dalam pembelajaran dimana guru harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif, jasmani maupun rokhani. Keaktifan jasmani maupun rokhani meliputi antara lain:


(33)

a. Keaktifan indera.

Para siswa harus dirangsang agar dapat menggunakan alat inderanya sebaik mungkin.

b. Keaktifan akal

Akal anak-anak harus aktif atau diaktifkan untuk memecahkan masalah, mempertimbangkan, menyusun pendapat, dan mengambil keputusan.

c. Keaktifan ingatan

Pada waktu pembelajaran, siswa harus aktif menerima bahan pengajaran yang disampaikan oleh guru, dan kemudian menyimpannya dalam otak, dan pada suatu saat siswa siap dan mampu mengutarakan kembali.

d. Keaktifan emosi

Siswa hendaklah senantiasa berusaha mencintai pelajarannya, karena sesungguhnya mencintai pelajaran akan menambah hasil belajar siswa.

Keaktifan siswa dalam mencoba atau mengerjakan sesuatu amat besar artinya dalam pendidikan dan pembelajaran. Percobaan-percobaan yang ia lakukan akan memantapkan hasil belajarnya serta akan menjadikannya rajin, tekun, tahan uji, dan percaya pada diri sendiri. Ia mempunyai rasa optimis dalam menghadapi hidup.

Dewey (dalam Sriyono,1991), mengemukakan pendidikan adalah proses pengalaman. Tiap pengalaman positif maupun negatif pasti berguna bagi anak, karena berdasarkan pengalaman ia akan dapat membentuk pengertian dan pendapat, mengambil keputusan, bersikap tepat dan memiliki ketrampilan belajar, bekerja dan sebagainya.


(34)

18

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa sangat besar pengaruhnya dalam mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran. Indikator keaktifan siswa dapat dilihat pada halaman 34, lampiran 13.

D. Ketrampilan Berproses

Menurut Syah (2003:109), proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Ketrampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu. Ketrampilan bukan hanya meliputi gerakan motorik melainkan juga pengejawantahan fungsi mental yang bersifat kognitif.

Jadi ketrampilan berproses dalam pembelajaran adalah suatu kecakapan yang diperoleh akibat langkah-langkah strategi pembelajaran sehingga terjadi perubahan tingkah laku positif. Indikator ketrampilan berproses dapat dilihat pada halaman 35.

E. Indikator Pencapaian Kompetensi

Indikator merupakan tanda pencapaian kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang mencakup sikap, pengetahuan, dan ketrampilan. Indikator dikembangkan sesuai dengan karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan dapat terobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian ( BSNP, 2006 ).


(35)

F. Hasil Belajar

Winkel (1999:34), berpendapat bahwa hasil belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang di mana setiap kegiatan belajar dapat menimbulkan suatu perubahan yang khas, sedangkan prestasi belajar (achievement) adalah tingkat kemampuan seseorang siswa dalam menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan kepadanya (Depdikbud,1999). Jadi, dari dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak seseorang siswa, sedangkan prestasi belajar adalah tingkat kemampuan seseorang siswa, baik aspek pengetahuan maupun keterampilan.

Belajar merupakan suatu perubahan dalam disposisi (watak) atau kapabilitas (kemampuan) manusia yang berlangsung selama jangka waktu tertentu, dan tidak sekedar menganggapnya sebagai proses pertumbuhan. Pandangan Bruner, belajar didefinisikan sebagai suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru di luar (melebihi) informasi yang diberikan kepada dirinya (Suwarsono, 2002:25).

Menurut Hudoyo (1988:144), dalam belajar terjadi proses berfikir, yaitu melakukan kegiatan mental dan dalam kegiatan itu tersusun hubungan-hubungan antara bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian untuk dipahami kemudian menguasai hubungan-hubungan itu, menampilkan penguasaan bahan pelajaran yang dipelajari.

Hasil belajar dalam pandangan Sujana (1990:20), adalah kemampuan-kemampuan yang telah dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya,


(36)

20

perubahan sikap dan prilaku akan terlihat dalam perubahan kebiasaan, ketrampilan, pengamatan, sikap dan kemampuan.

Menurut Soedijarta (1993:49), bahwa hasil belajar merupakan tingkatan penguasaan yang dicapai oleh pelajar dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan pendidikan yang ditetapkan. Setiap pelajar memiliki cara tersendiri untuk mengerti, memiliki cara yang cocok untuk mengkonstruksi pengetahuannya yang terkadang sangat berbeda dengan teman-teman yang lain.

Dari beberapa pendapat ahli, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki para siswa setelah ia menerima pengalaman belajar, yang merupakan tingkatan penguasaan yang dicapai oleh siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan sendiri dalam mengkonstruksi pengetahuan sesuai dengan kemampuan yang ada pada dirinya.

Perbedaan tingkat intelektual, sosial, dan emosional termasuk kultur akan banyak mempengaruhi pemahaman mereka, oleh karena itu sangat penting untuk dimengerti para guru bahwa latar belakang dan pengertian awal yang dibawa siswa akan membantu dalam memajukan dan mengembangkan pengetahuan yang ilmiah yang berpengaruh pada kualitas hasil pembelajaran. Kualitas pendidikan sebagai hasil dari adanya proses pembelajaran sering dikaitkan pula dengan kualitas guru. Guru sebagai salah satu komponen penting dalam pembelajaran menjadi faktor dominan bagi tercapainya tujuan pendidikan, sehingga upaya meningkatkan kualitas pendidikan harus didukung dengan kualitas guru. Kualitas mengandung makna derajat atau tingkat keunggulan suatu produk atau hasil kerja, baik berupa barang


(37)

ataupun jasa, dalam dunia pendidikan kualitas berarti mengacu kepada proses dan hasil pembelajaran (Widodo, 2005:2).

G. Pendekatan Pembelajaran Matematika

Ruseffendi (1988:240), mengemukakan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu jalan, cara atau kebijakan yang ditempuh guru atau siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran dilihat dari sudut bagaimana proses atau materi pembelajaran itu, umum atau khusus dikelola. Sedangkan Suherman (1994: 220) menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran merupakan suatu konsep atau prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara itu Soedjadi (1999:102), membedakan pendekatan pembelajaran matematika menjadi dua, sebagai berikut.

1. Pendekatan materi (material approach), yaitu proses penjelasan topik matematika tertentu menggunakan materi matematika lain.

2. Pendekatan pembelajaran (teaching approach), yaitu proses penyampaian atau penyajian topik matematika tertentu agar mempermudah siswa memahaminya.

Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran adalah suatu cara, jalan yang ditempuh oleh guru dan siswa melalui suatu prosedur atau konsep-konsep untuk mencapai tujuan pembelajaran di kelas.

H. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan ini secara radikal berbeda dengan pendekatan tradisional dimana guru adalah seseorang yang selalu mengikuti jawabannya. Di dalam kelas


(38)

22

konstruktivis, para siswa diberdayakan oleh pengetahuannya yang berada dalam diri mereka. Mereka berbagi strategi dan penyelesaian, debat antara satu dengan lainnya, berfikir secara kritis tentang cara terbaik untuk menyelesaikan setiap masalah (Tim MKPBM UPI, 2001)

Meskipun konstruktivisme merupakan teori belajar, namun berdasarkan teori belajar ini, implikasinya dalam pembelajaran matematika dapat disusun. Beberapa prinsip pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme diantaranya bahwa observasi dan mendengar aktivitas matematika siswa adalah sumber yang kuat dan petunjuk untuk mengajar, untuk kurikulum, untuk cara-cara dimana perumbuhan pengetahuan siswa dapat dievaluasi. Lebih jauh dikatakan bahwa dalam konstruktivisme aktivitas matematika mungkin diwujudkan melalui tantangan masalah, kerja kelompok kecil dan diskusi kelas menggunakan apa yang ‘biasa’ muncul dalam materi kurikulum kelas ‘biasa’. Dalam konstruktivisme pembelajarannya senantiasa “problem centered approach” dimana guru dan siswa terikat dalam pembicaraan yang memiliki makna matematika. Beberapa ciri itulah yang akan mendasari pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme (Tim MKPBM UPI, 2001).

I. Belajar Matematika menurut Paham Konstruktivisme

Konsep pembelajaran konstruktivis didasarkan kepada kerja akademik para ahli psikologi dan peneliti yang peduli dengan konstruktivisme. Menurut Wood (dalam TIM MKPBM UPI, 2001), mengatakan bahwa ketika siswa mencoba


(39)

menyelesaikan tugas-tugas di kelas, maka pengetahuan matematika dikonstruksi secara aktif.

Menurut Cobb (dalam TIM MKPBM UPI, 2001), mengatakan bahwa dari perspektifnya konstruktivis, belajar matematika bukanlah suatu proses ‘pengepakan’ pengetahuan secara hati-hati, melainkan mengorganisir aktivitas, dimana kegiatan ini diinterpretasikan secara luas termasuk aktivitas dan berfikir konseptual. Belajar matematika merupakan proses dimana siswa secara aktif mengkonstruksi pengetahuan matematika.

J. Evaluasi Pembelajaran Matematika menurut Konstruktivisme

Untuk mendeskripsikan evaluasi pembelajaran, perlu diklarifikasi seberapa bedakah antara assesmen dan evaluasi. Menurut Webb (dalam Tim MKPBM UPI, 2001), evaluasi dalam pendidikan adalah suatu investigasi sistematis tentang nilai atau merit tentang suatu tujuan. Termasuk di dalam suatu evaluasi adalah kumpulan bukti-bukti secara sistematis untuk membantu membuat keputusan tentang : 1) siswa belajar; 2) pengembangan materi, 3) program.

Wood (dalam Tim MKPBM UPI, 2001), mengemukakan bahwa assesmen dianggap sebagai penyediaan suatu pertimbangan komprehensif dari suatu fungsi individu di dalam melukiskan rasa paling luas dalam berbagai bukti baik kualitatif maupun kuantitatif dan karenanya sampai kepada pengujian ketrampilan kognitif dengan teknik paper-pencil untuk sejumlah orang. Sedangkan Webb (dalam Tim MKPBM UPI, 2001), mengatakan bahwa assesmen adalah proses penentuan apakah siswa tahu. Merupakan suatu bagian dari aktivitas pengajaran matematika,


(40)

24

yaitu pengecekan apakah siswa memahami, mendapatkan umpan balik dari siswa, kemudian menggunakan informasi ini untuk membimbing pengembangan pengalaman belajarnya. Meskipun ada perbedaan pengertian antara evaluasi dan assesmen yang dimaksudkan di sini adalah cara guru mengakses prestasi siswa belajar matematika.

Jacobsen (dalam Tim MKPBM UPI, 2001), mengidentifikasi tahap ketiga dari pembelajaran adalah evaluasi. Disini guru mencoba mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk menentukan apakah pembelajarannya telah sukses? Apa yang semestinya guru lakukan untuk mengukur konsep pemahaman matematika? Bagaimana guru akan mengetahui bahwa siswanya telah mengetahui matematika? Dalam assesmen pengetahuan matematika siswa mestinya mendapatkan data kemampuan hitung siswa; yang juga harus memasukkan tentang pengetahuan siswa pada konsep matematika, prosedur matematika, dan kemampuan problem solving, reasoning, dan komunikasi (Tim MKPBM UPI, 2001).

Dari pendapat para ahli di atas, pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dalam penelitian ini adalah suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif dengan menggunakan CD pembelajaran sebagai alat bantu atau media pembelajaran yang dapat menampilkan permasalahan realitas dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian diharapkan siswa merasa senang, tidak bosan dengan dibantu LKS agar siswa bertambah aktif dalam mengikuti pembelajaran serta siswa diberi tugas terstruktur melalui LKS.


(41)

K. Sintaks Pembelajaran Aritmetika Sosial dengan Pendekatan Pembelajaran Konstruktivisme.

No Kegiatan Waktu

1.

2.

3.

Pendahuluan :

• Absensi

• Apersepsi/motivasi

• Membahas pekerjaan rumah Kegiatan Inti :

• Pengembangan 1

a. Dengan menggunakan Komputer, Laptop, dan CD Pembelajaran, guru menerangkan langkah-langkah penyelesaian aritmetika sosial.

b. Siswa mengerjakan soal-soal aritmetika sosial pada LKS yang telah dibagikan guru sebelumnya.

• Pengembangan 2

a. Guru mengorganisasikan siswa untuk membuat kelompok yang terdiri 5 – 6 siswa.

b. Setiap kelompok berdiskusi untuk mengerjakan soal yang ada dalam LKS.

c. Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya. d. Guru memandu jalannya diskusi dan memberi

penilaian. Penutup

• Guru memandu siswa membuat rangkuman

• Guru memberikan PR kepada siswa.

10’

15’

40’

15’

L. Compack Disc (CD) Pembelajaran

Teknologi komputer adalah teknologi yang berhubungan dengan komputer, termasuk peralatan-peralatan yang berhubungan dengan komputer seperti printer, pembaca sidik jari dan bahkan CD-ROM. Komputer adalah mesin serbaguna yang dapat dikontrol oleh program, digunakan untuk program, mengolah data menjadi informasi. Program adalah deretan instruksi yang digunakan untuk


(42)

26

mengendalikan komputer sehingga komputer dapat melakukan tindakan sesuai yang dikehendaki pembuatnya.ICT Center LPMP Jateng (dalam Tutang, 2004).

Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, berkembang pula jenis-jenis media pembelajaran yang lebih menarik dan dapat digunakan di sekolah. Salah satunya adalah media pembelajaran yang berbentuk CD (Nuriana, 2006). Compack Disk (CD) adalah salah satu bentuk multimedia yang merupakan kombinasi antara beberapa media : teks, gambar, video dan suara sekaligus dalam satu tayangan tunggal (Wibawanto, 2004:2).

Dari pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan CD pembelajaran adalah suatu alat multimedia berupa keping CD yang dapat digunakan sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran.

Adapun langkah-langkah pembuatan CD pembelajaran adalah :menentukan materi pembelajaran, menentukan standar kompetensi, menentukan kompetensi dasar, menentukan indikator, membuat petunjuk kerja, menentukan kegiatan yang dilakukan siswa dan membuat pertanyaan yang harus dikerjakan siswa.

Dengan adanya fasilitas pembelajaran berupa CD pembelajaran, siswa dapat belajar mandiri melalui CD pembelajaran yang didalamnya berisi materi aritmetika sosial dan dilengkapi dengan contoh-contoh soal, latihan-latihan soal mandiri. Dengan demikian mereka dapat belajar mengkonstruksi jawaban mereka sendiri atas permasalahan matematika melalui membaca CD pembelajaran yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Tutang, 2004).


(43)

M.Pembelajaran Aritmetika Sosial

Pada penelitian ini memilih materi pokok aritmetika sosial karena materi tersebut erat hubungannya dengan penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari. Adapun standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikatornya sebagai berikut: 1. Standar Kompetensi

Menggunakan bentuk aljabar, persamaan dan pertidaksamaan linier satu variabel, perbandingan dan aritmetika sosial dalam pemecahan masalah.

2. Kompetensi Dasar

Menggunakan konsep aljabar dalam pemecahan masalah aritmetika sosial yang sederhana.

3. Indikator

a. Menghitung nilai keseluruhan b. Menghitung nilai per unit c. Menghitung nilai sebagian d. Menghitung besar laba e. Menghitung persentase laba f. Menghitung besar rugi g. Menghitung harga jual h. Menghitung harga beli i. Menghitung rabat


(44)

28

N. Kerangka Berpikir

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme merupakan salah satu alternatif jawaban yang dapat diupayakan oleh guru dalam proses pembelajaran bagi siswa, oleh karena pendekatan konstruktivisme mampu melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mampu mengembangkan kemampuan menyampaikan informasi (Tim MKPBM UPI, 2001).

Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh pendekatan pembelajaran yang dijabarkan dengan pemakaian metode yang bervariasi dalam pelaksanaannya. Pendekatan pembelajaran yang berbeda akan menghasilkan belajar yang berbeda pula, sehingga akan dapat dibandingkan pendekatan pembelajaran mana yang menghasilkan hasil belajar yang lebih baik. Pendekatan konstruktivisme dalam penerapannya siswa dituntut aktif dalam pembelajaran matematika, dalam proses pembelajaran apabila dilaksanakan secara kelompok, maka setiap siswa mempunyai kesempatan saling memberi dan menerima pengetahuan dalam memahami materi pelajaran, sehingga terjadi proses pembelajaran yang komunikatif (Tim MKPBM UPI, 2001).

Pendekatan pembelajaran konstruktivisme memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertindak secara aktif mencari jawaban atas masalah yang dihadapi dan berusaha memeriksa, mencari dan menyimpulkan sendiri secara logis, kritis, analitis dan sistematis. Cara ini akan mendorong siswa untuk meningkatkan penalaran dan berfikir secara bebas, terbuka dan merangsang berfikir kreatif dengan


(45)

senang hati akan berusaha memperdalam pengetahuan secara mandiri (Tim MKPBM UPI, 2001).

Sementara model konvensional siswa menerima pelajaran secara pasif, dari ceramah yang diberikan guru untuk kemudian melakukan peningkatan pemahaman melalui tugas-tugas yang diberikan guru. Untuk pendekatan konvensional lebih menekankan pada penyampaian informasi pembelajaran kepada siswa sesuai dengan rancangan materi pelajaran secara utuh dari guru. Kondisi tersebut menimbulkan rasa bosan, masa bodoh dan merasa malas dalam mengiri pelajaran yang pada akhirnya hasil belajar siswa rendah.

Kelebihan dan kekurangan pendekatan konstruktivisme dan model konvensional dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 Perbedaan pendekatan konstruktivisme dengan model konvensional

Pendekatan Konstruktivisme Model Konvensional

a.

b. c. d.

e.

Siswa bisa mengkonstruksi jawaban soal sendiri

Penanaman konsep lebih kuat Pembelajaran berpusat pada siswa Siswa bisa kreatif dan inisiatif dalam penyelesaian soal

Suasana kelas aktif, ide-ide muncul dalam pembelajaran siswa

a.

b. c. d.

e.

Siswa lemah dalam mengkonstruksi jawaban soal

Penanaman konsep lemah

Pembelajaran berpusat pada guru Siswa kurang kreatif dan inisiatif dalam penyelesaian soal

Suasana kelas pasif, ide-ide tidak banyak muncul

Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapat disimpulkan bahwa keaktifan dan ketrampilan berproses siswa sangat berpengaruh terhadap hasil belajar.


(46)

30

O. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka hipotesis dapat diajukan sebagai berikut.

1. Ha = Pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi aritmetika sosial siswa SMP.

2. Ha = Keaktifan siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar.

3. Ha = Ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar.

4. Ha = Hasil belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran lebih baik daripada model pembelajaran konvensional.


(47)

31 A. Tempat dan Waktu Penelitian.

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di SMP Negeri 19 Tegal, Jalan Sultan Ageng Tirtayasa Kelurahan Bandung Kecamatan Tegal Selatan Kota Tegal Tahun Pelajaran 2007/2008.

2. Waktu Penelitian

Proses penelitian yang dilaksanakan diharapkan dapat selesai dalam waktu 6 bulan, pada semester I tahun pelajaran 2007/2008 yaitu bulan Juli sampai dengan Desember 2007.

3. Jenis Pene1itian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen untuk melihat ketuntasan belajar siswa, seberapa besar pengaruh keaktifan dan ketrampilan berproses dalam pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran terhadap hasil belajar siswa serta perbedaan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan hasil belajar siswa yang diajar pembelajaran konvensional.

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh pene1iti untuk


(48)

32

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2002:57). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa ke1as VII SMP Negeri 19 Tegal Tahun Pe1ajaran 2007/2008 dengan jumlah seluruhnya 200 siswa yang terbagi ke dalam lima kelas yaitu kelas VII A, VII B, VII C, VII D, dan VII E.

2. Sampel

Pemilihan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik cluster

random sampling, yaitu memilih dua kelas dari lima kelas yang ada secara random.

Satu kelas untuk kelas eksperimen dan satu kelas lainnya untuk kelas kontrol. Dari dua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda, untuk kelas eksperimen diajar dengan pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran, sedangkan kelas kontrol diajar dengan model konvensional.

Dalam penentuan sampel dilakukan : a. Uji Normalitas

Langkah awal untuk menganalisis data adalah menguji kenormalan distibusi sampel. Untuk keperluan pengujian diadakan penghitungan frekuensi teoritik fh dan hasil pengamatan fo yang didapat dari sampel, masing-masing menyatakan frekuensi dalam kelas interval. Harga fh didapat dari hasil kali antara n dengan perluasan atau luas dibawah kurva normal untuk interval yang bersangkutan. Hipotesis yang akan diuji Ho sampel berasal dari populasi berdistribusi normal, dan H1 sampel berasal tidak dari populasi berdistribusi normal.


(49)

Selanjutnya X2 dihitung dengan rumus:

=

h h o

f f f X

2

2 ( ) (Arikunto, 2006:290)

Keterangan :

o

f = frekuensi pengamatan

h

f = hasil yang diharapkan

Kriteria pengujian adalah Ho ditolak jika X2 > )X2(1−α)(K −1 dengan taraf signifikan α = 0,05.

Untuk menguji kenormalan sampel, menggunakan bantuan software SPSS

versi 12.00. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3. berikut :

Tabel 3.1. Uji Normalitas Sampel One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Y N

Normal Parameters a,b Mean

Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp.Sig. (2-tailed)

40 17,280 2,491 0,181 0,137 -0,181 1,143 0,147 a. Test distribution is Normal

b. Calculated from data

Dari Tabel 3.1 di atas dapat dilihat Kolmogorov-Smirnov berdasarkan nilai ulangan blok semester 1 kelas VIIA dan kelas VIID diperoleh nilai signifikan sama dengan 0,147 lebih dari 0,05, berarti kedua sampel dari populasi yang berdistribusi normal.


(50)

34

b. Uji Kesamaan Varians.

Untuk menguji asumsi bahwa sampel berangkat dari kondisi yang sama, digunakan uji kesamaan varians dari kedua kelompok. Dengan Ho adalah tidak ada perbedaan yang signifikan di antara kedua kelompok sampel.

Rumus yang dugunakan adalah sebagai berikut :

k N

S n

Sp i i

− − =

2

2 ( 1)

(Walpole, 1986 : 400)

Kriteria pengujian adalah Ho : 22

2

1 σ

σ =

H1 : 22 2

1 σ

σ ≠

Untuk menguji kesamaan varians, menggunakan bantuan software SPSS

versi 12.00. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2 Uji Homogenitas Sampel Test of Homogeneity of Variances

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,573 1 78 0,113

Uji Homogenitas untuk menguji apakah sampel mempunyai varians yang sama. Hipotesis untuk mengetahui pengujian apabila :

Ho : kedua sampel mempunyai varians sama H1 : kedua sampel mempunyai varians berbeda.


(51)

Sebagai dasar pengambilan keputusan untuk kedua hipotesis tersebut berdasarkan nilai probabilitas. Berdasarkan Tabel 3.2 Uji Homogenitas Sampeldiperoleh bahwa nilai signifikan sama dengan 0,113 lebih dari 0,05, sehingga H0 diterima. Jadi kedua varians tersebut sama signifikan. Hal ini berarti bahwa kedua kelas yaitu kelas VIIA dan kelas VIID berangkat dari kemampuan awal yang sama, sehingga bila diberi perlakuan yang berbeda akan timbul perbedaan sebagai akibat dari perlakuan tersebut.

3. Variabel Penelitian

Variabel merupakan gejala yang menjadi fokus peneliti untuk diamati (Sugiyono 2002:2 ). Dalam penelitian ini ada dua macam variabel, yaitu variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat (dependen). Jadi variabel bebas/independen adalah variabel yang mempengaruhi. Sedangkan variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen) adalah sebagai berikut :


(52)

36

Hipotesis Jenis Variabel

1.Pendekatan konstruktivisme dapat mengantarkan siswa mencapai tuntas belajar pada materi aritmetika sosial siswa SMP.

2.Keaktifan siswa yang diajar dengan

pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD

pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar.

3.Ketrampilan berproses siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran berpengaruh positif terhadap hasil belajar.

4.Hasil belajar siswa dengan pendekatan

pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran lebih

baik daripada model pembelajaran konvensional.

1 Variabel : hasil belajar - keaktifan

- ketrampilan berproses

2 a. Bebas : keaktifan siswa b. Terikat : hasil belajar kognitif (Prestasi belajar)

3 a. Bebas : ketrampilan berproses b. Terikat : hasil belajar kognitif (Prestasi belajar)

4 a. Bebas : pendekatan pembelajaran b. Terikat : hasil belajar kognitif (Prestasi belajar)

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Metode tes.

Tes ialah himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau pertanyaan-pertanyaan yang harus ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh orang


(53)

yang dites (Depdikbud, 1999). Data yang diperoleh berupa nilai tes dari dua perlakuan, yaitu nilai tes hasil belajar materi aritmetika sosial dengan pendekatan konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan tes hasil belajar dengan model konvensional.

2. Metode pengamatan / observasi

Pada penelitian ini yang diamati adalah keaktifan dan ketrampilan berproses siswa dalam pembelajaran aritmetika sosial dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD dengan menggunakan lembar pengamatan. Pengamat adalah guru mitra yaitu guru mata pelajaran matematika di SMP Negeri 19 Kota Tegal sebanyak dua orang.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam pelaksanaan pengumpulan data (Arikunto, 1993:134). Dalam penelitian ini terdiri dari tiga instrumen yaitu: instrumen tes hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD dan yang diajar dengan model konvensional, lembar observasi keaktifan siswa, dan lembar observasi ketrampilan berproses siswa dalam pendekatan pembelajaran konstruktivisme.

1. Instrumen tes hasil belajar siswa.

Instrumen tes hasil belajar siswa berbentuk seperangkat tes. Instrumen ini untuk mengukur hasil tes belajar siswa yang diajar dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan pembelajaran model


(54)

38

konvensional. Bentuk tes ini berupa soal pilihan ganda sejumlah 25 item soal. Dari 25 item soal dipilih item soal yang valid dan reliabel. Tiap item soal diberi skor 0 jika pilihan salah dan diberi skor 1 jika pilihan benar.

2. Instrumen keaktifan dan ketrampilan berproses siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme.

Instrumen variabel keaktifan dan ketrampilan berproses belajar siswa (X1 dan X2) terdiri dari 20 item. Pengelompokan jawaban siswa dibagi dalam lima rentang skor dengan kategori 1, 2, 3, 4, dan 5 yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Bila rentang skor diskoring dari 0 hingga 100 maka rentang setiap skor akan terjadi selisih nilai 20 sehingga dapat dibuat kategori sebagai berikut,

0 - 20 : sangat rendah 21 - 40 : rendah

41 – 60 : sedang 61 – 80 : tinggi

81 – 100 : sangat tinggi

Pengamatan untuk variabel keaktifan dan ketrampilan berproses minimal dilakukan oleh dua orang pengamat dengan tujuan agar hasil pengamatan lebih obyektif. Hal ini juga berdasarkan pertimbangan jumlah siswa dalam kelas yaitu berkisar 40 siswa, sehingga tidak memungkinkan bila jumlah pengamat hanya satu orang saja.


(55)

Indikator variabel keaktifan siswa (variabel X1) meliputi :

a. Tanggapan terhadap tugas: 1. siap menerima tugas

2. aktif membuat tugas rangkuman 3. aktif membuat tugas pertanyaan

4. aktif menyelesaikan tugas yang diberikan b. Partisipasi dalam mengawali pembelajaran:

1. aktif memperhatikan guru

2. aktif mengikuti jalannya pembelajaran 3. aktif mengungkapkan pendapat

4. aktif membantu memecahkan masalah c. Partisipasi dalam proses pembelajaran:

1. aktif mengutarakan pendapat dengan tunjuk jari 2. aktif menjawab pertanyaan

3. aktif memunculkan ide alternatif jawaban

4. dapat menujukkan jawaban yang dibuat secara tertulis 5. aktif bekerja sama dengan teman

6. aktif beradaptasi dengan teman 7. aktif mengatasi masalah yang muncul

8. memberi kesempatan kepada teman untuk aktif d. Partisipasi menutup pembelajaran:

1. aktif membuat catatan yang penting materi pembelajaran 2. kemauan untuk menerima tugas berikutnya

3. kedisplinan menjalankan tugas


(56)

40

Indikator variabel ketrampilan berproses (variabel X2) meliputi :

a. Tanggapan terhadap tugas: 1. trampil melaksanakan tugas

2. trampil membuat tugas rangkuman 3. kualitas pertanyaan yang dibuat

4. jumlah jawaban soal yang dicoba dikerjakan b. Partisipasi mengawali pembelajaran:

1. proses kesiapan mengikuti pembelajaran 2. ketrampilan mengukapkan pendapat 3. kualitas pendapat yang diutarakan 4. ketrampilan memecahkan masalah c. Partisipasi dalam proses pembelajaran:

1. ketrampilan mengajukan pertanyaan 2. ketrampilan menjawab pertanyaan

3. ketrampilan memunculkan ide alternatif jawaban 4. ketrampilan membuat jawaban tertulis

5. ketrampilan bekerja sama dengan teman 6. ketrampilan beradaptasi dengan teman 7. ketrampilan mengatasi masalah

8. ketrampilan menghormati teman d. Partisipasi menutup pembelajaran:

1. ketrampilan membuat catatan penting dalam pembelajaran 2. ketrampilan mengorganisir tugas berikutnya

3. keseriusan mengikuti pembelajaran 4. kedisiplinan menyelesaikan tugas


(57)

E. Analisis Instrumen.

Menurut Arikunto (2002) sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Oleh karena itu instrumen tes perlu diuji validitasnya. Menurut Sugiyono (2003) instrumen yang berupa tes perlu diuji validitas isi (content

validity) dan validitas konstruksi (construct validity), sedangkan instrumen non tes

hanya diuji validitas konstruksi (construct validity). Validitas isi (content validity) suatu tes dapat diperoleh dengan cara konsultasi dengan para ahli, dalam hal ini adalah para dosen pembimbing. Instrumen yang telah disetujui oleh para ahli kemudian diujicobakan pada sampel lain dalam populasi.

Instrumen variabel keaktifan dan ketrampilan proses siswa di atas, uji validitasnya dilakukan dengan cara konsultasi dengan para ahli yaitu dosen pembimbing, sedangkan untuk instrumen variabel hasil tes belajar dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda. Pengujian instrumen hasil tes belajar dengan cara diujicobakan pada kelas lain dalam bentuk soal pilihan ganda sebanyak 25 item dan dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar bulan Nopember sampai dengan Desember 2007. Dari 25 soal intrumen hasil belajar selanjutnya hasil tes dianalisis untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal.

1. Validitas butir soal

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen pengambilan data (soal tes) dikatakan valid apabila dapat dengan tepat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk


(58)

42

mengetahui validitas tiap soal digunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:

{

∑ ∑

}{

}

− =

2 2

2

2 ( ) ( )

) )( (

Y Y

N X X

N

Y X XY

N

rxy (Arikunto, 2006 : 170)

dengan : xy

r = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y. N = jumlah subyek

X = skor soal yang dicari validitasnya Y = skor total

XY = perkalian antara skor soal dan skor total

Variabel yang dikorelasikan adalah jawaban responden tiap item dikorelasikan dengan skor total yang diperoleh tiap responden.

Jika rxy > rtabelα =5%maka alat ukur dikatakan valid.

Setelah instrumen hasil belajar diujicobakan di kelas VII B SMP Negeri 19 Kota Tegal, berdasarkan data Lampiran 14 yang diolah dengan pogram SPSS versi

12.00 dari 25 item soal diperoleh 20 soal valid dan 5 soal tidak valid seperti tampak

pada Tabel 3.1 rekap hasil uji validitas berikut :

Tabel 3.3. Rekap item soal valid dan tidak valid

Variabel Nomor Valid Nomor tidak valid

Hasil tes belajar 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 24, 25


(59)

2. Reliabilitas Instrumen

Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus alpha cronbach’s, yaitu sebagai berikut :

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣ ⎡

− ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎣ ⎡

=

2

1 2

11 1

) 1

( σ

σb

k k

r (Arikunto, 2006 : 196)

dengan :

11

r = reliabilitas yang dicari

2

b

σ = jumlah varians skor tiap-tiap skor 2

1

σ = varians total

k = banyaknya butir pertanyaan Rumus varians:

N N

x X

=

2 2

2

) (

σ (Arikunto, 2006 : 184)

Berdasarkan data lampiran 15diperoleh nilai reliabilitas 0,842. Nilai tabel dengan derajat kebebasan DB = n – 1 yaitu rtabel = 0,316. Oleh karena nilai hitung 0,842 lebih dari 0,316 maka soal-soal yang diujicobakan adalah reliabel.

3. Analisis tingkat kesukaran.

Untuk menguji tingkat kesukaran instrumen digunakan rumus

JS B

P= (Arikunto, 2006 :208)

dengan :

P = indeks kesukaran


(60)

44

JS = jumlah seluruh peserta tes

Menurut Arikunto (2005 : 210), indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Soal dengan P antara 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar b. Soal dengan P antara 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang c. Soal dengan P antara 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

Untuk menghindari kerancuan, dan setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing maka klasifikasi indeks kesukaran adalah sebagai berikut :

a. Soal dengan 0,00 ≤ P < 0,30 adalah soal sukar b. Soal dengan 0,30 ≤ P < 0,70 adalah soal sedang c. Soal dengan 0,70 ≤ P < 1,00 adalah soal mudah

Berdasarkan data lampiran 17 yang diolah dengan komputer menggunakan software Excel, dari 25 item soal diperoleh 5 soal mudah dan 20 soal sedang, dan tidak ada soal yang sukar seperti tampak pada Tabel 3.2 rekap hasil analisis tingkat kesukaran berikut.

Tabel 3.4. Rekap analisis tingkat kesukaran.

Variabel Nomor soal

mudah Nomor soal sedang

Nomor soal sukar Hasil tes

belajar

10, 15, 17, 19, 22

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 11, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 24, 25

4. Daya pembeda soal.

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang bodoh


(61)

(berkemampuan rendah). Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, disingkat D.

Rumus mencari D:

B A B B A

A P P

J B J B

D= − = − ( Arikunto, 2006 : 13 )

dengan :

J = jumlah peserta tes

JA = banyaknya peserta tes kelompok atas JB = banyaknya peserta tes kelompok bawah

BA = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar Klasifikasi daya pembeda :

D : 0,00 – 0,20 : jelek (poor)

D : 0,20 – 0,40 : cukup (satisfactory) D : 0,40 – 0,70 : baik (good)

D : 0,70 – 1,00 : baik sekali (excellent)

D : negatif : semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja.

Untuk menghindari kerancuan dan setelah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing maka klasifikasi daya pembeda diubah menjadi :

0,00 D < 0,20 : jelek (poor)

0,20 ≤ D < 0,40 : cukup (satisfactory) 0,40 ≤ D < 0,70 : baik (good)


(62)

46

D < 0 : semuanya tidak baik. Jadi semua butir soal yang mempunyai Nilai D < 0 sebaiknya dibuang saja.

Berdasarkan data lampiran 19 yang diolah dengan komputer menggunakan software Excel, dari 25 item soal diperoleh 3 soal cukup, 10 soal baik, dan 12 soal baik sekali seperti tampak pada Tabel 3.3 rekap daya pembeda soal berikut :

Tabel 3.5 Rekap daya pembeda soal Variabel Nomor yang

cukup Nomor yang baik Nomor yang baik sekali Hasil tes

belajar

4, 23, 25 1, 3, 7, 9, 11, 12, 16, 19, 20, 21

2, 5, 6, 8, 10, 13, 14, 15, 17, 18, 22, 24,

Berdasarkan hasil dari Tabel 3.1, Tabel 3.2, maka soal nomor 10, 15, 17, 19, dan 22 dinyatakan tidak dipakai sebagai instrumen soal tes hasil belajar. Dengan demikian soal tes yang digunakan pada penelitian ini adalah 2 item soal. Setelah dilakukan penomoran kembali, 20 item soal tes hasil belajar dapat dilihat pada lampiran 21.

E. Teknik Analisis Data.

Untuk menguji hipotesis nomor 1 yaitu hasil tes belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mencapai tuntas belajar dengan menggunakan uji t satu variabel.

Hipotesis H0 : μ< μ0


(63)

KKM dalam penelitian ini untuk variabel hasil tes belajar dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran adalah 59% sesuai dengan KKM matematika kelas VII SMP Negeri 19 Kota Tegal, sedangkan untuk variabel keaktifan dan variabel ketrampilan proses adalah 70%.

Menerima atau menolak hipotesis baca pada tabel One-Sampel Statistics

dan One-Sample Test. Jika nilai signifikan < 5% maka H0 ditolak. Berarti H1 diterima

yaitu hasil tes belajar siswa dengan menggunakan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dapat mencapai tuntas belajar.

Untuk menguji hipotesis nomor 2 yaitu pengaruh dan seberapa besar pengaruh keaktifan siswa terhadap pencapaian hasil tes belajar siswa dengan pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan analisis regresi sederhana sebagai berikut:

Untuk menguji hubungan kelinearan data digunakan hubungan persamaan regresi sederhana sebagai berikut:

X

Y =α +β estimasi dengan rumus:

, ^

bX a

Y = + a=α dan b=β Keterangan:

^

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan) Keaktifan siswa (X1)

Hasil belajar (Y)


(64)

48

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan atau

penurunan variabel dependen yang berdasarkan pada variabel independen. Bila b positif maka terjadi peningkatan dan bila b negatif maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Harga a dan b dicari dengan rumus berikut:

( Sugiyono 2003:244-245 ) Uji keberartian:

H0 : β = 0 (regresi tidak berarti) H1 : β ≠ 0 (regresi berarti) Jika H0 ditolak, maka model diterima. Untuk menguji kelinearan.

H0 : β = 0 (persamaan adalah tidak linear) H1 : β ≠ 0 (persamaan adalah linear)

Jika H0 ditolak, maka regresi linear atau ada hubungan linear antara X1 dan Y. Menerima atau menolak hipotesis baca pada tabel anova. Jika nilai signifikan < 5% maka H0 ditolak atau persamaan adalah linear. Untuk melihat nilai kontribusi X1 terhadap Y baca output mode summary yaitu pada nilai R square.

Untuk menguji hipotesis nomor 3 yaitu pengaruh dan seberapa besar pengaruh ketrampilan proses terhadap pencapaian hasil belajar siswa dengan

(

)

(

) (

)(

)

(

)

− −

= 2

2 2

i i

i i i

i

X X

n

Y X X

X Y a

(

)(

)

( )

− −

= 2

2 i i

i i i

i

X X n

Y X Y

X n b


(65)

pendekatan pembelajaran konstruktivisme berbantuan CD pembelajaran dengan analisis regresi sederhana sebagai berikut:

Untuk menguji hubungan kelinearan data digunakan hubungan persamaan regresi sederhana sebagai berikut:

X

Y =α +β estimasi dengan rumus:

, ^

bX a

Y = + a=α dan b

Keterangan: ^

Y = Subyek dalam variabel dependen yang diprediksikan.

a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)

b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

atau penurunan variabel dependen yang berdasarkan pada variabel independen. Bila b positif maka terjadi peningkatan dan bila b negatif maka terjadi penurunan.

X = Subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu. Harga a dan b dicari dengan rumus berikut:

( Sugiyono 2003 : 244-245 ) Ketrampilan proses siswa (X2)

Hasil belajar (Y)

( )

(

) (

)(

)

(

)

− −

= 2

2 2

i i

i i i

i

X X

n

Y X X

X Y a

(

)(

)

( )

− −

= 2

2 i i

i i i

i

X X n

Y X Y

X n b


(1)

UJI RELIABILITAS BUTIR SOAL UJI COBA

Reliability

Reliability Statistics

Cronbach’s Alpha Cronbach’s Alpha Based on Standardized Items

N of Items

0,842 0,846 25

Item-Total Statistics

Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach’s Alpha if Item Deleted Pert 1 Pert 2 Pert 3 Pert 4 Pert 5 Pert 6 Pert 7 Pert 8 Pert 9 Pert 10 Pert 11 Pert 12 Pert 13 Pert 14 Pert 15 Pert 16 Pert 17 Pert 18 Pert 19 Pert 20 Pert 21 Pert 22 Pert 23 Pert 24 Pert 25 21,15 21,15 21,23 21,23 21,40 21,10 21,10 21,15 21,38 21,13 21,13 21,10 21,25 21,13 21,20 21,10 21,18 21,08 21,18 21,20 21,15 21,15 21,13 21,15 21,10 11,669 11,772 12,076 11,769 10,759 12,246 12,451 12,387 10,753 13,138 11,907 12,503 11,833 12,471 12,421 12,246 12,661 12,687 12,661 11,497 12,233 13,003 12,112 11,567 12,400 0,632 0,581 0,318 0,438 0,657 0,505 0,369 0,278 0,674 -0,070 0,595 0,335 0,386 0,282 0,205 0,505 0,126 0,322 0,126 0,590 0,352 -0,009 0,480 0,685 0,402 0,827 0,829 0,839 0,834 0,823 0,834 0,837 0,840 0,822 0,850 0,830 0,838 0,836 0,839 0,843 0,834 0,846 0,839 0,846 0,827 0,837 0,849 0,833 0,825 0,836


(2)

UJI NORMALITAS

NPar Tests

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Y N

Normal Parameters a,b Mean

Std. Deviation Most Extreme Absolute Differences Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z

Asymp.Sig. (2-tailed)

40 17,280 2,491 0,181 0,137 -0,181 1,143 0,147 d. Test distribution is Normal


(3)

UJI HOMOGENITAS VARIAN

Oneway

Descriptives Metode

N Mean Std. Deviation Std. Error Menggunakan CD

Konvensional Total

40 40 80

83,10 64,83 73,96

6,864 6,068 11,224

1,085 0,959 1,255

Descriptives Metode

95% Confidence Interval for

Mean Minimum Maximum

Lower Bound Upper Bound Menggunakan CD

Konvensional Total

80,90 62,88 71,46

85,30 66,77 76,46

72 52 52

98 83 98

Test of Homogeneity of Variances

Metode

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,573 1 78 0,113

ANOVA Metode

Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

Between Groups Within Groups Total

6679,513 3273,375 9952,888

1 78 79

6679,513 41,966


(4)

UJI t SATU VARIABEL

Mengantarkan Siswa Tuntas Belajar

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Nilai Metode

83,10 61,63

6,864 5,113

40 40

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0,350a 0,122 0,099 6,515 1,587

d. Predictors : (Constant), Metode

e. Dependent Variable : Nilai Hasil Belajar

ANOVA b

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

3. Regression Residual Total

224,610 1612,990 1837,600

1 38 39

224,610 42,447

5,292 0,027 a

d. Predictors : (Constant), Metode

e. Dependent Variable : Nilai Hasil Belajar

Coefficients a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinierity Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) Metode

112,027 -0,469

12,617

0,204 -0,350

8,879 -2,300

0,000

0,027 1,000 1,000


(5)

UJI REGRESI KELAS EKSPERIMEN Regression

Variables Entered / Removed b

Model Variables Entered

Variables Removed

Method

1 X2, X1a . Enter

c. All requested variables entered d. Dependent Variable : Y

Model Summary b

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 0,576a 0,332 0,295 5,866 1,624

d. Predictors : (Constant), X2, X1 e. Dependent Variable : Y

ANOVA b

Model Sum of

Squares df

Mean

Square F Sig.

3 Regression Residual Total

631,701 1273,274 1904,975

2 37 39

315,850 34,413

9,178 0,001 a

d. Predictors : (Constant), X2, X1 e. Dependent Variable : Y

Coefficients a

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinierity Statistics

B Std.

Error Beta Tolerance VIF

4 (Constant) X1

X2

56,628 -0,309 0,627

10,690 0,149 0,146

-0,316 0,654

5,297 -2,071 4,284

0,000 0,045 0,000

0,776 0,776

1,288 1,288


(6)

Model Dimension Eigenvalue Condition Index

Variance Proportions

(Constant) X1 X2

1 1 2 3

2,989 0,006 0,005

1,000 22,417 25,404

0,00 0,30 0,70

0,00 0,98 0,02

0,00 0,13 0,87

b. Dependent Variable : Y Lampiran 22

T-Test Nilai Uji Banding 20 Pertanyaan One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Eksperimen 40 17,28 2,491 0,394

One-Sample Test

Test Value = 20

t df Sig. (2-tailed) Mean

Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Eksperimen -6,919 39 0,000 -2,725 -3,52 -1,93

Residuals Statistics a

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value Std. Predicted Value

Std. Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual

Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook’s Distance

Centered Leverage Value

74,170 -2,187 0,944 73,860 -16,528 -2,818 -3,237 -21,811 -3,771 0,034 0,000 0,001

94,530 2,871 2,887 99,810 13,731 2,341 2,491 15,550 2,693 8,471 1,116 0,217

82,980 0,000 1,533 83,020 0,000 0,000 -0,004 -0,049 -0,008 1,950 0,049 0,050

4,025 1,000 0,485 4,453 5,714 0,974 1,036 6,492 1,103 1,930 0,179 0,049

40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40