Hubungan Antara Pengetahuan dan Persepsi Ibu Balita Tentang Pelaksanaan Program Taburia dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Taburia bagi Balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TABURIA DENGAN TINDAKAN
IBU DALAM PEMBERIAN TABURIA BAGI BALITANYA DI KELURAHAN GAHARU KECAMATAN
MEDAN TIMUR
SKRIPSI
0leh : NASRIN NABILA
NIM. 091000160
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(2)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TABURIA DENGAN TINDAKAN
IBU DALAM PEMBERIAN TABURIA BAGI BALITANYA DI KELURAHAN GAHARU KECAMATAN
MEDAN TIMUR
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NASRIN NABILA NIM. 091000160
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2013
(3)
(4)
ABSTRAK
Taburia adalah salah satu program Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada Kementerian Kesehatan, yaitu program Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE) atau perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat. Taburia atau sprinkle adalah bubuk multi vitamin dan mineral inovasi baru yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk menanggulangi masalah kekurangan zat gizi mikro, khususnya penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB) pada balita. Sosialisasi dan pelatihan oleh puskesmas kepada kader mengenai program Taburia dilaksanakan di Kota Medan pada bulan Desember 2011, dan pendistribusian kepada masyarakat dimulai pada awal tahun 2012. Pendistribusian Taburia dilakukan melalui kegiatan posyandu yang dilakukan setiap bulannya dan diberikan langsung kepada ibu yang memiliki anak balita.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan pengetahuan dan persepsi ibu balita tentang pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur Tahun 2013. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 93 ibu balita. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan dan persepsi (pandangan atau penilaian) ibu balita mengenai program Taburia dan variabel terikat (dependent) yaitu tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya. Teknik analisa data menggunakan analisis univariat dan tabulasi silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan tindakan pemberian Taburia. Hubungan antara variabel persepsi dengan tindakan pemberian Taburia juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tabulasi silang bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan dan persepsi yang baik namun mereka tidak memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin.
(5)
ABSTRACT
Taburia, one of the programs in Directorate of Community Nutrition at the Health Ministry, is a program of Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE). Taburia or sprinkle is a new innovation of multivitamin and mineral powder developed by the Ministry of Health to tackle micronutrient deficiencies, particularly to prevent Iron Deficiency Anemia (IDA/AGB) in children under five. Socialization and training by community healthcare centers (puskesmas) to the cadres about Taburia program was held in Medan on December 2011, and distribution to the public started in early 2012. Taburia distributed through community healthcare posts (posyandu) activities that conduct every month and given directly to mothers who have children under five.
This study using explanatory research approach that aims to explain the relationship between the knowledge and perception of the mothers who had child under-five years of age with the implementation of Taburia program by giving Taburia to their under-five children in Gaharu Village, District of East Medan in 2013. Sample size of this study is 93 mothers who had children under five years of age.. Knowledge and perception (sight or valuation) of the mothers about Taburia program were the independent variables in this study while the action of mother by giving Taburia for her under-five children were considered as dependent variable. The data analyzed using univariate analysis and cross tabulation.
The results showed that there is no significant relationship between mother’s knowledge with her action in giving Taburia. The relationship between mother’s perception with her action in giving Taburia also showed that there was no significant relationship. It can be seen from the cross-tabulations that respondents have good knowledge and perception about Taburia program but they not give their under-five children Taburia regularly.
(6)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Nasrin Nabila
Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 30 Maret 1991
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Anak ke : 3 (Tiga)
Alamat Rumah : Jl. Flamboyan VI No. 36 Komplek Ikip, Tanjung Selamat, Medan Tuntungan
Riwayat Pendidikan
Tahun 1995 – 1996 : TK Swasta Kemala Bhayangkari I Medan Tahun 1996 – 2002 : SD Swasta Kemala Bhayangkari I Medan Tahun 2002 – 2005 : SMP Negeri 1 Medan
Tahun 2005 – 2008 : SMA Swasta Al-Azhar Medan
Tahun 2009 – 2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan
(7)
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas
berkah rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Antara Pengetahuan dan Persepsi Ibu Balita Tentang Pelaksanaan Program Taburia dengan Tindakan Ibu dalam Pemberian Taburia bagi Balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
bantuan baik moril maupun materil dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.Kes., selaku Dosen Pembimbing I
sekaligus sebagai Ketua Penguji. Terima kasih atas keluangan waktu,
bimbingan, nasihat dan pengarahan yang telah diberikan kepada penulis untuk
kesempurnaan skripsi ini.
3. Bapak dr. Heldy BZ, M.P.H., selaku Ketua Departemen Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan, sekaligus Dosen Pembimbing II dan Dosen Penguji I.
Terima kasih atas keluangan waktu, bimbingan, nasihat dan pengarahan yang
(8)
4. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes., selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak dr. Fauzi, SKM., selaku Dosen Penguji III yang telah memberikan
kritik dan saran kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Fitri Ardiani, SKM., MPH., selaku Dosen penasihat Akademik yang telah
memberikan bimbingan akademik, nasehat, dukungan, dan motivasi kepada
penulis dari awal perkuliahan hingga selesai.
7. Bapak dr. Taufik Ashar, MKM., selaku Dosen Fakultas Kesehatan
Masyarakat yang telah memberikan motivasi, ilmu, dan inspirasi yang sangat
besar bagi penulis sejak awal perkuliahan hingga sekarang ini.
8. Para Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara khususnya Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan yang
telah memberikan ilmu dan bimbingan selama perkuliahan.
9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan beserta seluruh staf jajarannya yang
telah memberikan izin penelitian kepada penulis.
10.Kepala Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur beserta seluruf staf
jajarannya, terutama bagian gizi, yang telah membantu penulis dari awal
hingga akhir penelitian.
11.Kepala Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur beserta seluruh staf
(9)
12.Seluruh Kader Posyandu Kelurahan Gaharu yang senantiasa membantu
penulis dalam memberikan informasi dan melaksanakan penelitian skripsinya.
13.Terkhusus kepada kedua orang tua penulis yang paling dicintai dan selalu
ingin penulis bahagiakan dan banggakan, Ayahanda H. Zulfahri, S.Sos., MM., dan Ibunda Hj. Nilmawati, yang telah mencurahkan seluruh kasih sayang, cinta, pengorbanan, motivasi, dan doa yang diberikan kepada penulis.
14.Abangda tersayang Ahmad Fahmi Nirwansyah, SE., Kak Nana Sumiana,
ponakan kecil Nazwa Anindhita dan kakanda tersayang Nurfadillah Ummi, SE., yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
15.Keluarga besar H. Kholit Lubis dan Hj. Zulmi atas bantuan penginapan
selama masa PBL dan juga atas kasih sayang, motivasi, dukungan, ilmu dan
doanya sampai sekarang ini.
16.Sahabat penulis, Tria, Imay, Ayu, Jehan, Vina, Mayan, Wita, Winda, Yunita,
Fandi, Jufri, Rozi, Aulia Putra, Mas Khafidz, GC (Ririe, Achie, Cia, Tya,
Putri, Puput, Fany) yang senantiasa mendukung penulis dan memberikan
semangat kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
17.Teman-teman seperjuangan di Departemen Administrasi dan Kebijakan
Kesehatan 2009 (Icha, Imel, Ulfah, Faisal, Anggit, Nur, Tika, Dika, Dian,
(10)
PBL penulis (Bang Hengky, Kak Widya, Kak Fitra, Dhyka dan Christna).
Terima kasih banyak untuk semua dukungan dan motivasi kalian.
18.Keluarga Besar TSSI (Mami Santi, Papi Dudi, Bunda Ria, Piyo Dandy, Miyo
Meike, Mas Arief, Mas Hendri, Mas Sonny, Mas Stevin, Kak Citra, Kak
Dewi, Kak Echa, Kak Echi, Kak Iin, Kak Izel, Kak Mita, Kak Julia-Om Yoga,
Julia Behel, Ce Melly, Mimi, Kak Erka, Kak Rita, Kak Phetz, Ade, Abror,
Pandi, Wati, Mienz, Sist Nomi), Keluarga besar A41 (Mbak Dini, Kak Punur,
Jessica, Stephen, Rheza) yang telah memberikan motivasi, ilmu dan dukungan
yang sangat besar bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini juga
senantiasa menemani penulis sepanjang hari, dan untuk seluruh member yang
tidak bisa disebutkan satu persatu. Thank you very much for all.
19.Seluruh teman-teman satu angkatan di Fakultas Kesehatan Masyarakat
Stambuk 2009 dan juga semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu. Terima kasih banyak untuk semua doa dan dukungannya.
Akhirnya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
memerlukannya dan memberikan kontribusi dalam kemajuan ilmu pengetahuan,
khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat di Indonesia. Amin.
Medan, Juli 2013
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Konsep Perilaku ... 7
2.2 Perilaku Kesehatan ... 7
2.3 Pengetahuan ... 8
2.4 Tindakan atau praktik... 11
2.5 Persepsi ... 12
2.5.1 Pengertian persepsi ... 12
2.5.2 Faktor yang memengaruhi persepsi ... 13
2.6 Persepsi masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan ... 16
2.7 Program Taburia ... 17
2.7.1 Manfaat Taburia ... 19
2.7.2 Keunggulan Taburia ... 19
2.7.3 Petunjuk Penggunaan Taburia ... 20
2.8 Kerangka Konsep Penelitian ... 20
2.9 Hipotesis Penelitian... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 22
3.1 Jenis Penelitian ... 22
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 22
3.2.2. Waktu Penelitian ... 23
3.3 Populasi dan Sampel ... 23
(12)
3.3.2 Sampel ... 23
3.4 Teknik Pengambilan Data ... 24
3.4.1 Data Primer ... 24
3.4.2 Data Sekunder ... 24
3.5 Definisi Operasional ... 24
3.5.1 Variabel Bebas (Independent) ... 24
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent) ... 25
3.6 Aspek Pengukuran ... 25
3.6.1 Variabel Bebas (Independent) ... 25
3.6.2 Variabel Terikat (Dependent) ... 26
3.7 Teknik Analisis Data ... 27
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 28
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 28
4.2 Analisis Univariat ... 29
4.2.1 Deskripsi Identitas Responden ... 29
4.2.2 Distribusi Variabel Pengetahuan Responden Tentang Taburia . 31 4.2.3 Distribusi Variabel Persepsi Responden Tentang Program Taburia ... 33
4.2.4 Distribusi Variabel Tindakan Responden Dalam Pemberian Taburia Bagi Balitanya ... 36
4.3 Tabulasi Silang ... 37
... 4.3 .1 Hubungan Variabel Pengetahuan Tentang Taburia Dengan ... Tindakan Pemberian Taburia ... 37
4.3.2 Hubungan Variabel Persepsi Tentang Program Taburia Dengan Tindakan Pemberian Taburia ... 38
BAB V PEMBAHASAN ... 40
5.1 Hubungan Variabel Pengetahuan Tentang Taburia Dengan Tindakan Pemberian Taburia di Kelurahan Gaharu ... 40
5.2 Hubungan Variabel Persepsi Tentang Program Taburia Dengan Tindakan Pemberian Taburia di Kelurahan Gaharu ... 42
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
6.1 Kesimpulan ... 44
6.2 Saran... 45
(13)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
(14)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas ... 26
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat ... 26
Tabel 4.1 Data Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat ... 28
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Identitas ... 30
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Umur Balita yang Mendapatkan Taburia ... 31
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Taburia ... 31
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Kategori Pengetahuan ... 33
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Program Taburia ... 34
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Kategori Persepsi ... 35
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Tindakan Responden Dalam Pemberian Taburia Bagi Balitanya... 36
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Reponden Berdasarkan Kategori Tindakan ... 37
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan Tentang Taburia Dengan Tindakan Pemberian Taburia ... 38
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Variabel Persepsi Tentang Program Taburia Dengan Tindakan Pemberian Taburia ... 39
(15)
ABSTRAK
Taburia adalah salah satu program Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada Kementerian Kesehatan, yaitu program Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE) atau perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat. Taburia atau sprinkle adalah bubuk multi vitamin dan mineral inovasi baru yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk menanggulangi masalah kekurangan zat gizi mikro, khususnya penanggulangan Anemia Gizi Besi (AGB) pada balita. Sosialisasi dan pelatihan oleh puskesmas kepada kader mengenai program Taburia dilaksanakan di Kota Medan pada bulan Desember 2011, dan pendistribusian kepada masyarakat dimulai pada awal tahun 2012. Pendistribusian Taburia dilakukan melalui kegiatan posyandu yang dilakukan setiap bulannya dan diberikan langsung kepada ibu yang memiliki anak balita.
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan pengetahuan dan persepsi ibu balita tentang pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur Tahun 2013. Jumlah sampel dari penelitian ini adalah sebanyak 93 ibu balita. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan dan persepsi (pandangan atau penilaian) ibu balita mengenai program Taburia dan variabel terikat (dependent) yaitu tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya. Teknik analisa data menggunakan analisis univariat dan tabulasi silang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara variabel pengetahuan dengan tindakan pemberian Taburia. Hubungan antara variabel persepsi dengan tindakan pemberian Taburia juga menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan. Hal ini dapat dilihat dari tabulasi silang bahwa responden memiliki tingkat pengetahuan dan persepsi yang baik namun mereka tidak memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin.
(16)
ABSTRACT
Taburia, one of the programs in Directorate of Community Nutrition at the Health Ministry, is a program of Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE). Taburia or sprinkle is a new innovation of multivitamin and mineral powder developed by the Ministry of Health to tackle micronutrient deficiencies, particularly to prevent Iron Deficiency Anemia (IDA/AGB) in children under five. Socialization and training by community healthcare centers (puskesmas) to the cadres about Taburia program was held in Medan on December 2011, and distribution to the public started in early 2012. Taburia distributed through community healthcare posts (posyandu) activities that conduct every month and given directly to mothers who have children under five.
This study using explanatory research approach that aims to explain the relationship between the knowledge and perception of the mothers who had child under-five years of age with the implementation of Taburia program by giving Taburia to their under-five children in Gaharu Village, District of East Medan in 2013. Sample size of this study is 93 mothers who had children under five years of age.. Knowledge and perception (sight or valuation) of the mothers about Taburia program were the independent variables in this study while the action of mother by giving Taburia for her under-five children were considered as dependent variable. The data analyzed using univariate analysis and cross tabulation.
The results showed that there is no significant relationship between mother’s knowledge with her action in giving Taburia. The relationship between mother’s perception with her action in giving Taburia also showed that there was no significant relationship. It can be seen from the cross-tabulations that respondents have good knowledge and perception about Taburia program but they not give their under-five children Taburia regularly.
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan kunci utama dalam pembangunan suatu negara.
Semakin banyak masyarakatnya yang tidak sehat, maka seluruh sektor pembangunan
di negara tersebut akan sangat terganggu. Salah satu masalah kesehatan yang sangat
penting adalah masalah gizi masyarakat.
Masalah gizi masyarakat yang utama di Indonesia didominasi oleh masalah
gizi kurang energi protein (KEP), gangguan akibat kurangnya iodium (GAKI),
kurang vitamin A (KVA), dan anemia gizi besi (Supariasa dkk, 2000). Anemia yang
paling umum ditemukan pada masyarakat adalah anemia defisiensi besi. Diperkirakan
25 % dari penduduk dunia atau setara dengan 3,5 milyar orang menderita anemia
(Triasih, 2005).
Salah satu upaya Kementerian Kesehatan untuk mencapai target penurunan
angka stunting dan perbaikan gizi anak balita khususnya dari keluarga miskin di
Indonesia adalah dengan memenuhi kebutuhan zat gizi mikro masyarakat. Masalah
gizi mikro pada anak balita dari penelitian Susilowati (2006) menunjukkan angka
prevalensi anemia gizi besi sebesar 26,3 % (Kemenkes RI, 2012).
Berdasarkan data hasil Riskesdas tahun 2007 dan 2010 menunjukkan bahwa
asupan bahan makanan lokal yang dikonsumsi masyarakat miskin masih rendah akan
(18)
mengandung zat gizi mikro. Hal ini berdampak pada bayi dan akan menderita
defisiensi zat gizi mikro (Kemenkes RI, 2012).
Upaya untuk mengatasi kekurangan zat gizi mikro pada bayi usia di atas 6
bulan yaitu dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) baik lokal
maupun pabrikan. Namun ada beberapa kendala yang menyebabkan pemberian
MP-ASI menjadi tidak optimal karena MP-MP-ASI lokal yang dibuat di rumah ternyata
kurang bervariasi dalam jenis maupun jumlahnya, sedangkan MP-ASI pabrikan yang
dijual bebas tidak terjangkau oleh keluarga miskin (Kemenkes RI, 2012).
Alternatif lain sangat dibutuhkan untuk mengatasi defisiensi zat gizi mikro
pada anak usia 6-24 bulan. Karena pada usia tersebut merupakan periode emas
(golden period) dalam memperbaiki status zat gizi mikro. Upaya ini dilakukan melalui pemberian multivitamin dan mineral dalam bentuk bubuk tabur gizi yang
disebut Taburia yang ditambahkan pada makanannya (Kemenkes RI, 2012).
Suplemen Taburia adalah salah satu program Direktorat Bina Gizi Masyarakat
pada Kementerian Kesehatan, yaitu program Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE) atau perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat (Depkes, 2009). Taburia atau sprinkle adalah bubuk multivitamin dan mineral inovasi baru yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk
memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita (Hartini, 2011).
Peningkatan kadar Hemoglobin (Hb) berpengaruh nyata terhadap perubahan
(19)
diberikan taburia turun dari 44% menjadi 21,2% dan kelompok yang tidak mendapat
taburia hanya turun dari 54,7% menjadi 48,7%. Uji efektifitas dilakukan untuk
melihat efektifitas dan kemungkinan dari pendistribusian Taburia dalam
implementasi program. Tiga aspek yang dinilai dalam studi ini yaitu aspek I
(distribusi, kepatuhan dan promosi), aspek II (pemeriksaan Hb) dan aspek III (analisa
antropometri dan konsumsi makanan) (Hartini, 2011).
Proyek NICE untuk Provinsi Sumatera Utara dilaksanakan di 4
kabupaten/kota yaitu Kota Medan, Kabupaten Dairi, Kabupaten Tapanuli Tengah,
dan Kabupaten Mandailing Natal. Sosialisasi dan pelatihan oleh puskesmas kepada
kader mengenai program Taburia dilaksanakan di Kota Medan pada bulan Desember
2011, dan pendistribusian kepada masyarakat dimulai pada awal tahun 2012.
Pendistribusian Taburia dilakukan melalui kegiatan posyandu yang dilakukan setiap
bulannya dan diberikan langsung kepada ibu yang memiliki anak balita (Anonim,
2008).
Faktor yang memengaruhi terbentuknya perilaku adalah faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi,
motivasi, dan faktor eksternal yang meliputi lingkungan fisik dan non fisik seperti
iklim, manusia, sosial ekonomi, juga kebudayaan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) karena berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih tahan
(20)
lama dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2007).
Robbin dalam Notoatmodjo (2005) mendefinisikan persepsi sebagai proses
dimana seseorang mengorganisasikan dan menginterpretasikan sensasi yang
dirasakan dengan tujuan untuk memberi makna terhadap lingkungannya. Persepsi
adalah suatu proses otomatis yang terjadi sangat cepat dan kadang tidak kita sadari,
dimana kita dapat mengenali stimulus yang kita terima dan mempengaruhi tindakan
kita.
Menurut Bangun (2010) dalam penelitiannya di Kelurahan Siti Rejo III,
Kecamatan Medan Amplas menyatakan bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh
terhadap tindakan ibu dalam pencegahan gizi buruk pada balita. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Isharianto (2007) menyebutkan bahwa pengetahuan ibu mempunyai
pengaruh terhadap tindakan penanggulangan kasus gizi kurang pada balita di wilayah
kerja Puskesmas Sungai Tarab II.
Berdasarkan survei yang dilakukan dengan wawancara kepada 5 orang kader
posyandu diperoleh keterangan bahwa banyak ibu yang tidak memberikan Taburia
kepada anaknya dikarenakan anaknya tidak terbiasa sarapan pada pagi hari.
Wawancara juga dilakukan kepada ibu-ibu yang datang ke posyandu tersebut dan
diketahui bahwa banyak ibu-ibu yang masih belum mengetahui bagaimana cara
memberikan Taburia tersebut kepada anaknya dan dikarenakan anaknya suka
(21)
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang hubungan antara pengetahuan dan persepsi ibu balita tentang
pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi
balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur Tahun 2013.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka perumusan masalah didalam
penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara pengetahuan dan persepsi ibu balita
tentang pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu dalam pemberian Taburia
bagi balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur Tahun 2013.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara pengetahuan
dan persepsi ibu balita tentang pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu
dalam pemberian Taburia bagi balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan
Timur Tahun 2013.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Diharapkan hasil penelitian dapat memberi masukan bagi Dinas Kesehatan
Kota Medan, Puskesmas Glugur Darat, petugas pelayanan kesehatan, dan
kader posyandu dalam pendistribusian dan sosialisasi Taburia kepada
(22)
dapat menurunkan angka anemia gizi besi dan kekurangan zat gizi mikro pada
anak balita.
2. Memberikan kontribusi dalam pengembangan Ilmu Kesehatan Masyarakat
dalam bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK).
3. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi ilmiah untuk penelitian selanjutnya
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Perilaku
Menurut Lewit (1993), perilaku merupakan hasil pengalaman dan proses
interaksi dengan lingkungannya, yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap,
dan tindakan sehingga diperoleh keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong
dan penahan. Menurut Green (1980), pendidikan kesehatan mempunyai peranan
penting dalam mengubah dan menguatkan faktor perilaku (predisposisi, pendukung,
dan pendorong) sehingga menimbulkan perilaku positif bagi masyarakat
(Notoatmodjo, 2003).
2.2 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap
stimulus atau objek yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, peningkatan dan
pemeliharaan kesehatan, pencegahan penyakit, pencarian pengobatan, pemulihan
kesehatan, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan
(Maulana, 2007).
Menurut Becker (1979) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku yang
berhubungan dengan kesehatan diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Perilaku hidup sehat
Perilaku hidup sehat merupakan perilaku yang berhubungan dengan upaya
(24)
hidup yang positif bagi kesehatan seperti makan dengan gizi seimbang, olahraga
teratur, tidak merokok dan tidak mengonsumsi narkoba.
b. Perilaku sakit
Perilaku ini merupakan respons seseorang terhadap sakit dan penyakit,
persepsi terhadap sakit, pengetahuan dan pengobatan tentang penyakit baik penyebab
maupun gejala penyakitnya, serta usaha-usaha untuk mencegah penyakit.
c. Perilaku peran sakit
Perilaku peran sakit adalah segala aktifitas individu yang menderita sakit
untuk memeroleh kesembuhan. Dari segi sosiologi, orang sakit mempunyai peran
yang meliputi hak dan kewajiban orang sakit. Perilaku peran sakit meliputi hal-hal
berikut :
1. Tindakan untuk memeroleh kesembuhan.
2. Mengenal atau mengetahui fasilitas sarana pelayanan kesehatan atau
penyembuhan penyakit yang layak.
3. Mengetahui hak (memeroleh perawatan, memeroleh pelayanan kesehatan) dan
kewajiban orang sakit (member tahu penyakitnya kepada orang lain terutama
petugas kesehatan dan tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain).
2.3 Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui pancaindra
(25)
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Rogers (1974) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa tahapan adopsi
perilaku dalam diri seseorang yaitu kesadaran (awareness), ketertarikan (interest), evaluasi (evaluation), mencoba (trial), dan adopsi (adoption). Namun selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahapan
tersebut. Apabila adopsi perilaku melalui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat tahan lama
(long lasting) dan begitu juga sebaliknya.
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkatan
yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkatan pengetahuan,
yaitu :
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, yaitu
mengingat kembali sesuatu secara spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau
rangsangan yang telah diterima. Hal ini merupakan tingkat pengetahuan yang
paling rendah. Contohnya dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan vitamin
pada anak.
2. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan dengan benar tentang suatu
(26)
paham terhadap suatu objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan
contoh, menyimpulkan, dan sebagainya. Contohnya dapat menjelaskan mengapa
seorang anak harus diimunisasi.
3. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari
pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi yang dimaksudkan disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Contohnya adalah
penggunaan rumus stastistik untuk perhitungan hasil penelitian.
4. Analisis (analysis)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam
komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih
berkaitan satu sama lain. Kemampuan ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan) , membedakan,
memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.
5. Sintesis (synthesis)
Diartikan sebagai kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan
bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain
merupakan kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi
yang sudah ada. Misalnya dapat menyusun, merencanakan, meringkaskan,
(27)
6. Evaluasi
Diartikan sebagai kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian
terhadap suatu materi atau objek yang didasarkan pada suatu kriteria yang telah
ditentukan sendiri ataupun dengan kriteria yang terlah ada. Contohnya adalah
dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan
gizi.
2.4 Tindakan atau praktik
Suatu sikap tidak secara otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi perbuatan diperlukan faktor pendukung atau kondisi yang memungkinkan, antara lain fasilitas sarana pelayanan kesehatan
dan dukungan (support).
Menurut Notoatmodjo (2005), praktik atau tindakan dapat dibedakan menjadi
3 tingkatan menurut kualitasnya, yaitu :
a. Praktik terpimpin (guided response)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung
pada tuntunan atau menggunakan panduan. Contohnya ibu balita yang membawa
anaknya ke posyandu untuk ditimbang namun masih menunggu diingatkan oleh
(28)
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau memraktikkan suatu hal
secara otomatis tanpa harus ada tuntunan atau panduan maka disebut praktik atau
tindakan mekanis. Contohnya seorang ibu yang pergi ke pelayanan kesehatan
untuk memeriksakan kehamilannya tanpa harus diingatkan oleh bidan atau
keluarganya.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Dengan kata
lain apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi atau tindakan perilaku yang berkualitas. Contohnya adalah
seorang ibu yang memilih untuk memasak makanan yang sehat dan bergizi untuk
anaknya dibandingkan memberi anaknya jajanan yang mengandung banyak bahan
penyedap yang berbahaya untuk kesehatan.
2.5 Persepsi
2.5.1 Pengertian persepsi
Secara etimologis persepsi berasal dari bahasa Latin perceptio yang artinya menerima atau mengambil. Robbin dalam Notoatmodjo (2005) mendefinisikan
persepsi sebagai proses dimana seseorang mengorganisasikan dan
menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk member makna
(29)
cepat dan kadang tidak kita sadari, dimana kita dapat mengenali stimulus yang kita
terima dan memengaruhi tindakan kita (Notoatmodjo, 2005).
2.5.2 Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi
Notoatmodjo (2005) menyatakan bahwa ada dua faktor yang memengaruhi
persepsi yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang
melekat pada objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada
orang yang memersepsikan stimulus tersebut.
a. Faktor Eksternal
1. Kontras
Merupakan cara termudah untuk menarik perhatian baik kontras warna, ukuran,
bentuk atau gerakan. Contohnya adalah iklan yang dibuat perusahaan iklan
dengan menggunakan papan iklan yang besar akan tampak lebih menarik
perhatian.
2. Perubahan intensitas
Merupakan cara untuk menarik perhatian seperti perubahan suara yang tiba-tiba
keras atau perubahan cahaya yang tiba-tiba menyilaukan.
3. Pengulangan
Proses pengulangan membuat stimulus yang pada awalnya tidak masuk ke dalam
rentang perhatian kita, akhirnya menjadi perhatian kita. Contohnya adalah bunyi
sirine mobil ambulans yang berulang-ulang akan segera menarik perhatian kita
(30)
4. Sesuatu yang baru
Suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian kita daripada sesuatu yang
telah kita ketahui. Contohnya adalah cara terapi kesehatan yang baru muncul dan
berbeda dengan terapi biasa akan segera menarik perhatian orang.
5. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak
Suatu stimulus yang menjadi perhatian orang banyak akan menarik perhatian kita.
Contohnya ada suatu kerumunan orang di suatu tempat akan membuat kita
tertarik untuk ikut melihat apa yang dilihat oleh kerumunan orang tersebut.
b. Faktor Internal
1. Pengalaman dan Pengetahuan
Pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang
sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan
terjadinya perbedaan interpretasi. Contohnya adalah seorang anak yang pernah
disuntik oleh seorang dokter dan merasa sakit maka setiap ia melihat seorang
dokter maka ia akan cenderung menangis dan menghindari dokter tersebut karena
ia takut akan disuntik dokter tersebut.
2. Harapan
Harapan terhadap sesuatu akan memengaruhi persepsi terhadap stimulus.
Contohnya kita membawa pasien gawat darurat yang membutuhkan penanganan
(31)
langsung mengira bahwa ia adalah dokternya, dan jika orang tersebut bukan
dokternya maka kita akan kecewa dan segera mencari dimana dokternya.
3. Kebutuhan
Kebutuhan akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian kita
dan kebutuhan ini akan menyebabkan kita menginterpretasikan stimulus secara
berbeda. Contohnya adalah jika kita memiliki uang yang kita rasa lebih banyak
dari biasanya maka kita akan merasa uang tersebut banyak sekali, namun ketika
kebutuhan yang akan kita beli ternyata harganya jauh lebih mahal maka uang
yang awalnya kita rasa banyak sekalipun akan terasa sedikit.
4. Motivasi
Motivasi akan memengaruhi persepsi seseorang, sehingga persepsi tiap orang
akan berbeda tergantung kepada sekuat apa motivasi yang dimilikinya.
Contohnya adalah seseorang yang termotibasi untuk menjaga kesehatannya maka
ia akan menginterpretasikan rokok sebagai sesuatu yang negatif.
5. Emosi
Emosi seseorang akan memengaruhi persepsinya terhadap stimulus yang ada. Jika
emosi seseorang baik, maka situasi di sekitarnya akan terlihat baik dan begitu
juga sebaliknya. Contohnya jika kita merasa takut dengan operasi, maka setelah
operasi kita akan merasa lebih sakit dibandingkan orang yang tidak merasa takut
(32)
6. Budaya
Seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan
orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda dan cenderung menjadi lebih
kritis, namun akan memersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai
sama saja. Contohnya kelompok satu suku,satu lingkungan rumah, satu
almamater, dan lain sebagainya.
2.6 Persepsi masyarakat sehubungan dengan pelayanan kesehatan
Masyarakat yang terserang penyakit namun tidak merasakan sakit tidak akan
melakukan apapun terhadap penyakitnya tersebut. Tetapi apabila mereka merasakan
rasa sakit tersebut, maka akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha salah
satunya adalah menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat kaitannya dengan perilaku
pencarian pengobatan, apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan
petugas kesehatan, maka masyarakat belum tentu akan mau menggunakan fasilitas
kesehatan yang diberikan (Setiawati dan Dermawan, 2008).
Peningkatan pelayanan kesehatan di puskesmas perlu ditunjang dengan
adanya penelitian sosial budaya masyarakat, persepsi dan perilaku masyarakat
terhadap sehat-sakit. Jika persepsi antara masyarakat dan petugas kesehatan berbeda,
maka dibutuhkan pembenaran konsep dengan cara pendidikan kesehatan masyarakat
(33)
2.7 Program Taburia
Taburia adalah salah satu program Direktorat Bina Gizi Masyarakat pada
Kementerian Kesehatan, yaitu program Nutrition Improvement through Community Empowerment (NICE) atau perbaikan gizi melalui pemberdayaan masyarakat (Depkes, 2009). Taburia atau sprinkle adalah bubuk multi vitamin dan mineral inovasi baru yang dikembangkan oleh Kementerian Kesehatan untuk memenuhi
kebutuhan vitamin dan mineral setiap anak balita. Taburia mengandung 12 macam
vitamin dan 4 mineral yaitu vitamin A, B1, B2, B3, B6, B12, C, D3, E, K, Folat,
Pantotenat, Yodium, Fe, Zn dan Se yang sangat dibutuhkan untuk menanggulangi
masalah kekurangan zat gizi mikro, khususnya penanggulangan Anemia Gizi Besi
(AGB) pada balita (Anggidin, 2011). Taburia dikembangkan untuk meningkatkan
asupan gizi dengan memperbaiki kualitas makanan balita khususnya dari keluarga
miskin dan mendorong pengembangan bubuk tabur gizi bagi masyarakat umum
(Hartini, 2011).
Pengembangan formulasi Taburia mulai dilakukan tahun 2006 oleh tim
peneliti dari Pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi dan Makanan (sekarang
berganti nama menjadi Pusat Teknologi Terapan dan Epidemiologi Klinik),
menghasilkan komposisi zat gizi optimal yang disesuaikan dengan masalah gizi
mikro yang terjadi di Indonesia. Kemudian dilakukan uji sensorik untuk mendapatkan
cita rasa dan warna yang disukai, dilanjutkan dengan uji manfaat, uji efektifitas dan
(34)
Untuk melihat dampak Taburia terhadap status gizi balita, Tim Peneliti telah
melakukan uji manfaat (efficacy study) kepada 2 (dua) kelompok balita yang dilakukan di Jakarta Utara. Pada kelompok balita pertama diberikan Taburia selama
120 hari dan kelompok balita kedua tidak diberikan Taburia. Hasil studi
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata kadar hemoglobin (Hb) yang
bermakna antara kelompok balita yang diberi taburia dan yang tidak diberi taburia.
Kampanye perubahan perilaku terhadap Taburia di daerah proyek NICE
memiliki tiga tujuan utama: 1) Untuk membangun pengetahuan, membuat
ketertarikan dan memotivasi yang tinggi para ibu balita untuk menggunakan produk
Taburia untuk anak-anak mereka; 2) Untuk membangun pengetahuan tentang produk
Taburia dan mempromosikan kepada penyedia layanan kesehatan, fasilitator
masyarakat, kader posyandu, dan tokoh masyarakat di daerah proyek NICE; dan 3)
Untuk mengembangkan sikap positif antara tokoh penting dalam media masa dan
para pengambil keputusan di tingkat kabupaten, propinsi dan nasional tentang
Taburia sebagai cara alternatif untuk mengurangi masalah kekurangan gizi mikro
antara anak-anak Indonesia usia 7-24 bulan (Anggidin, 2011).
Sosialisasi dan pelatihan oleh puskesmas kepada kader mengenai program
Taburia dilaksanakan di Kota Medan pada bulan Desember 2011, dan pendistribusian
kepada masyarakat dimulai pada awal tahun 2012. Pendistribusian Taburia dilakukan
melalui kegiatan posyandu yang dilakukan setiap bulannya dan diberikan langsung
(35)
dilihat dari jumlah anak yang mendapatkan Taburia dan berat badannya bertambah
dibandingkan dengan jumlah seluruh anak yang mendapatkan Taburia. Jika tingkat
keberhasilan pemberian Taburia ini lebih besar dari 80%, maka tingkat keberhasilan
program Taburia itu dikategorikan tinggi (Kepmenkes RI, 2012).
2.7.1 Manfaat Taburia
1) Mengatasi masalah anemia gizi besi pada balita selain sirup zat besi.
2) Membantu tumbuh-kembang anak balita secara optimal.
3) Meningkatkan daya tahan tubuh anak balita.
4) Meningkatkan nafsu makan pada anak.
5) Mencegah anemia gizi besi pada anak balita.
6) Mencegah kekurangan gizi anak balita.
2.7.2 Keunggulan Taburia
1) Tidak mengubah kebiasaan makan anak.
2) Tidak mengubah rasa, aroma maupun bentuk makanan anak.
3) Praktis.
4) Kebutuhan vitamin dan mineral anak terpenuhi.
5) Aman karena tidak menimbulkan kecanduan.
6) Zat besi dalam Taburia sudah diolah dengan balutan lemak tak jenuh dari bahan
kedelai, dan tidak menyebabkan perubahan rasa.
(36)
2.7.3 Petunjuk Penggunaan Taburia
1) Tambahkan 1 sachet Taburia 1 X sehari pada makanan padat yang dimakan anak
balita.
2) Diberikan pada makan pagi.
3) Tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair atau minuman, karena akan
menggumpal.
4) Tidak boleh dicampurkan pada makanan yang panas karena akan merusakkan
beberapa zat gizi di dalamnya.
2.8 Kerangka Konsep Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan maka kerangka konsep
dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Bebas (Independent) Variabel Terikat (Dependent)
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep penelitian diatas, dapat dijelaskan definisi dari
konsep yaitu :
- Persepsi tentang program taburia
- Pengetahuan tentang taburia
Tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi
(37)
1. Pengetahuan tentang program Taburia sebagai variabel bebas (independent) adalah hasil tahu ibu balita tentang Taburia.
2. Persepsi tentang program Taburia sebagai variabel bebas (independent) adalah pandangan atau penilaian ibu balita tentang program Taburia.
3. Tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya sebagai variabel terikat
(dependent) adalah rutinitas pemberian Taburia kepada anak balitanya.
2.9 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan permasalahan, tujuan penelitian dan kerangka konsep, maka
dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini yaitu ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dan persepsi ibu balita tentang pelaksanaan program Taburia
dengan tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya di Kelurahan Gaharu
(38)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan explanatory research atau penelitian penjelasan yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan pengetahuan dan
persepsi ibu balita tentang pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu dalam
pemberian Taburia bagi balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur
Tahun 2013.
Menurut Singarimbun (1989), penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok. Penelitian penjelasan bertujuan untuk menjelaskan
hubungan kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis dengan
menganalisa data yang ada.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur.
Adapun dasar pertimbangan penentuan lokasi penelitian ini adalah karena Kelurahan
Gaharu merupakan lokasi pertama pendistribusian Taburia sehingga dijadikan
(39)
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus Tahun 2012 – bulan Mei Tahun 2013.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu balita yang telah mendapatkan
Taburia di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur yaitu sebanyak 1227 orang.
3.3.2 Sampel
Mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki untuk meneliti baik berupa
tenaga, waktu, maupun biaya, maka ditetapkan sampel dengan menggunakan rumus
Notoatmodjo (2005) :
Rumus :
2 21 , 0 1227 1
1227 1
n
d N
N n
n = 92,46 = 93 orang
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
(40)
3.4 Teknik Pengambilan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden dengan menggunakan
kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan
Timur, Dinas Kesehatan Kota Medan antara lain laporan hasil kegiatan dan
sebagainya yang berhubungan langsung dengan topik penelitian.
3.5 Definisi Operasional
3.5.1 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan dan persepsi (pandangan atau penilaian) ibu balita mengenai program Taburia dengan definisi sebagai berikut :
1. Pengetahuan tentang Taburia yaitu hasil tahu ibu balita tentang Taburia yang
meliputi bentuk, manfaat, keunggulan, dan petunjuk penggunaannya.
1. Pengetahuan baik, apabila responden sebagian besar mengetahui tentang
program Taburia yang meliputi bentuk, manfaat, keunggulan, dan petunjuk
penggunaannya.
2. Pengetahuan buruk, apabila responden sebagian besar tidak mengetahui
tentang program Taburia yang meliputi bentuk, manfaat, keunggulan, dan
(41)
2. Persepsi tentang program Taburia yaitu pandangan atau penilaian ibu balita
tentang program Taburia.
1. Persepsi baik, apabila pandangan/penilaian responden terhadap program
Taburia sudah baik.
2. Persepsi buruk, apabila pandangan/penilaian responden terhadap program
Taburia kurang baik.
3.5.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat (dependent) yaitu tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya yakni rutinitas pemberian Taburia kepada anak balitanya.
3.6 Aspek Pengukuran
3.6.1 Variabel Bebas (Independent)
Variabel bebas (Independent) yaitu pengetahuan dan persepsi (pandangan atau penilaian) ibu balita mengenai program Taburia menggunakan skala ordinal. Variabel
yang akan diukur dijabarkan menjadi komponen-komponen yang dapat diukur dalam
bentuk item pernyataan (indikator). Indikator dibagi dalam beberapa tingkatan dan
kemudian diberikan skor atau nilai, dimana pengukurannya dapat dilihat pada tabel
(42)
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Bebas
No Nama variabel Jumlah indika- tor Kategori jawaban Bobot nilai Kategori variabel Nilai inter-val Skala 1 Pengetahuan
tentang program Taburia
13 Tahu 2 0. Baik 20-26 Ordinal
Tidak Tahu 1 1. Buruk 13-19
2 Persepsi tentang program Taburia
8 Ya 2 0. Baik 17-24 Ordinal
Tidak 1 1. Buruk 8-16
Tidak Tahu 0
3.6.2 Variabel Terikat (Dependent)
Variabel terikat (Dependent) yaitu tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya yakni rutinitas pemberian Taburia kepada anak balitanya dan diukur
dengan menggunakan skala ordinal. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai
berikut :
Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Terikat
No Nama variabel Jumlah indika-tor Kategori jawaban Bobot nilai
Kategori variabel Nilai interval
Skala 1 Pemberian
Taburia
1 0. Rutin
1. Tidak Rutin
48-112 0-47
(43)
3.7 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data menggunakan analisis bivariat yaitu untuk mencari
hubungan antara pengetahuan ibu balita tentang program Taburia dengan tindakannya
dalam pemberian taburia bagi balitanya serta untuk mencari hubungan antara persepsi
ibu tentang program Taburia dengan tindakannya dalam pemberian taburia bagi
balitanya. Uji hipotesis menggunakan Uji Chi Square karena bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (pengetahuan dan
persepsi ibu balita tentang program taburia) dan variabel terikat (tindakan ibu dalam
(44)
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Kelurahan Gaharu merupakan salah satu kelurahan yang berada di Kecamatan
Medan Timur. Kelurahan ini terdiri dari 12 Lingkungan yang memiliki luas sebesar
52 Hektar. Adapun batas wilayah Kelurahan Gaharu ini yaitu :
Batas Utara : berbatasan dengan Kelurahan Durian
Batas Timur : berbatasan dengan Kecamatan Medan Perjuangan
Batas Selatan : berbatasan dengan Kelurahan Perintis
Batas Barat : berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat
Data kependudukan di Kelurahan Gaharu bisa dilihat melalui data
kependudukan dari laporan tahunan Puskesmas Glugur Darat berikut ini :
Tabel 4.1 Data Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan Medan Timur
No Kelurahan Jlh Link
Jlh
Pendu-duk
Balita
Bati-ta Bayi
Posyan-du Bu-mil Bu-lin Nifa s
1 Glugur Darat
I 13 10851 1150 836 271 8 347 334 271
2 Glugur Darat
II 12 14045 1489 1081 351 10 449 433 351
3 P. Brayan
Darat I 14 19366 2053 1491 484 9 620 596 484
4 P. Brayan
(45)
5 P. Brayan
Bengkel 11 12659 1342 975 316 11 405 390 316
6 P. B. B. Baru 12 12393 1314 954 310 8 397 382 310
7 Durian 12 11623 1232 895 291 8 372 358 291
8 Gaharu 12 11574 1227 891 289 9 370 356 289
9 Sidodadi 11 8282 878 638 207 3 265 255 207
10 Perintis 5 5767 611 444 144 4 185 178 144
11 Gang Buntu 11 5841 619 450 146 1 187 180 146
Jumlah 128 129,678 13746 9985 3241 78 4150 3994 3241 Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Glugur Darat, 2012
4.2 Analisis Univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menggambarkan masing-masing distribusi
dari varibel bebas dan variabel terikat dalam penelitian ini, yaitu meliputi
pengetahuan dan persepsi ibu balita tentang pelaksanaan program Taburia dengan
tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi balitanya.
4.2.1 Deskripsi Identitas Responden
Responden pada penelitian ini berjumlah 93 orang yang terdiri dari para ibu
balita di Kelurahan Gaharu yang telah mendapatkan Taburia dari posyandu sejak
akhir tahun 2011 atau awal tahun 2012. Berikut ini deskripsi identitas responden yang
(46)
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Identitas (Umur, Pendidikan, Pekerjaan) di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
Identitas Responden n Persentase (%)
Umur :
- 22 – 30 tahun 74 79, 6
- 31 – 39 tahun 16 17,2
- ≥ 40 tahun 3 3,2
Jumlah 93 100
Pendidikan :
- SD 7 7,5
- SMP 37 39,8
- SMA 41 44,1
- D3/S1 8 8,6
Jumlah 93 100
Pekerjaan :
- Ibu Rumah Tangga 74 79,6
- Wiraswasta 16 17,2
- Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3 3,2
Jumlah 93 100
Dari tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa persentase umur responden tertinggi
pada umur 22-30 tahun yaitu sebanyak 74 orang (79,6%), untuk pendidikan yang
paling banyak adalah responden dengan pendidikan SMA sebanyak 41 orang
(44,1%), dan pekerjaan paling banyak adalah sebagai ibu rumah tangga yaitu 74
(47)
Tabel 4.3 Distribusi Umur Balita yang Mendapatkan Taburia di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Umur Balita n %
1. 1 Tahun 1 1,1
2. 2 Tahun 21 22,6
3. 3 Tahun 27 29
4. 4 Tahun 34 36,6
5. 5 Tahun 10 10,8
Jumlah 93 100
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa persentase terbanyak balita
yang mendapatkan Taburia di Kelurahan Gaharu Tahun 2013 adalah dengan umur 4
tahun yaitu sebanyak 34 balita (36,6%).
4.2.2 Distribusi Variabel Pengetahuan Responden Tentang Taburia
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dari 13 pernyataan variabel
pengetahuan, hampir keseluruhan responden memiliki pengetahuan yang baik tentang
Taburia. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengetahuan Responden Tentang Taburia di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Pernyataan Tidak Tahu Tahu Total
f % f % n %
1. Taburia atau sprinkle adalah bubuk
multivitamin dan mineral untuk anak balita
1 1,1 92 98,9 93 100
2. Taburia adalah program dari Pemerintah
1 1,1 92 98,9 93 100
3. Taburia berisi 12 macam vitamin
(48)
Dari uraian tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa, sebanyak 93 responden
(100%) mengetahui bahwa Taburia membantu tumbuh kembang balita secara baik,
meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan pada anak balita dan Taburia tidak
mengubah rasa, aroma, maupun bentuk makanan pada anak. Selain itu sebanyak 92
4. Taburia bermanfaat untuk
mencegah kekurangan zat gizi pada anak balita
1 1,1 92 98,9 93 100
5. Taburia membantu tumbuh
kembang anak balita secara baik 0 0 93 100 93 100
6. Taburia dapat meningkatkan daya
tahan tubuh dan nafsu makan pada anak balita
0 0 93 100 93 100
7. Taburia tidak mengubah rasa,
aroma, maupun bentuk makanan pada anak
0 0 93 100 93 100
8. Taburia aman karena tidak menimbulkan kecanduan
5 5,4 88 94,6 93 100
9. Taburia halal dan tidak
mengandung alkohol maupun unsur alkohol lain
2 2,2 91 97,8 93 100
10. Taburia ditaburkan 1 sachet sekali
sehari pada makanan padat yang akan dimakan balita
1 1,1 92 98,9 93 100
11. Taburia diberikan pada makan pagi 1 1,1 92 98,9 93 100
12. Taburia tidak boleh dicampur
dengan makanan yang berair atau minuman karena akan menggumpal
2 2,2 91 97,8 93 100
13.
Taburia tidak boleh dicampurkan pada makanan yang panas karena akan merusak kandungan gizi di dalamnya
(49)
multivitamin dan mineral untuk anak balita yang berisi 12 macam vitamin dan 4
mineral, merupakan program dari Pemerintah, bermanfaat untuk mencegah
kekurangan zat gizi pada anak balita, ditaburkan 1 sachet sekali sehari pada makanan
padat yang akan dimakan balita, dan diberikan pada makan pagi. Sebanyak 91
responden (97,8 %) mengetahui bahwa Taburia halal dan tidak mengandung alkohol
maupun unsur alkohol lain, Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan yang
berair atau minuman karena akan menggumpal dan tidak boleh dicampurkan pada
makanan yang panas karena akan merusak kandungan gizi di dalamnya. Dan
sebanyak 88 responden (94,6%) %) mengetahui bahwa Taburia aman karena tidak
menimbulkan kecanduan. Secara keseluruhan dapat dilihat tingkat pengetahuan ibu
balita dikategorikan pada tabel 4.5 di bawah ini :
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Pengetahuan di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Pengetahuan n %
1. Baik 92 98,9
2. Buruk 1 1,1
Jumlah 93 100
Berdasarkan Tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
mempunyai pengetahuan yang baik tentang Taburia yaitu 92 orang (98,9%),
sedangkan yang mempunyai pengetahuan yang buruk tentang Taburia yaitu
(50)
4.2.3 Distribusi Variabel Persepsi Responden Tentang Program Taburia
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, dari 8 pertanyaan variabel
persepsi, hampir keseluruhan responden memiliki persepsi yang baik tentang
Program Taburia. Secara rinci dapat dilihat pada tabel 4.6 dibawah ini :
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Persepsi Responden Tentang Program Taburia di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Pertanyaan Tidak
Tidak
Tahu Ya Total
f % f % f % n %
1. Apakah menurut Ibu program
Taburia itu merupakan program yang baik bagi masyarakat?
7 7,5 29 31,2 57 61,3 93 100
2.
Apakah informasi awal yang diberikan oleh kader/petugas kesehatan mengenai apa itu Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
2 2,2 12 12,9 79 84,9 93 100
3. Apakah informasi yang diberikan
kader/petugas kesehatan mengenai manfaat Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
1 1,1 1 1,1 91 97,8 93 100
4.
Apakah informasi yang diberikan kader/petugas kesehatan mengenai petunjuk penggunaan Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
1 1,1 1 1,1 91 97,8 93 100
5. Apakah penjelasan yang
disampaikan oleh kader/petugas kesehatan mengenai Taburia sudah baik dan mudah Ibu mengerti?
1 1,0 2 2,2 90 96,8 93 100
6. Apakah Ibu menggunakan Taburia
sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh kader/petugas kesehatan di posyandu?
(51)
Dari uraian Tabel 4.6 di atas, dapat dilihat bahwa sebanyak 91 orang
responden (97,8%) merasakan bahwa informasi yang disampaikan oleh kader/petugas
kesehatan mengenai manfaat dan petunjuk penggunaan Taburia sudah jelas
disampaikan kepada mereka dan menggunakan Taburia tersebut sesuai petunjuk.
Sebanyak 90 orang (96,8%) merasa bahwa penjelasan yang disampaikan oleh
kader/petugas kesehatan mengenai Taburia sudah baik dan mudah dimengerti oleh
mereka. Sebanyak 79 orang (84,9%) merasa bahwa informasi awal yang diberikan
oleh kader/petugas kesehatan mengenai apa itu Taburia sudah jelas disampaikan
kepada mereka. Sebanyak 57 orang (61,3%) merasa bahwa program Taburia itu
merupakan program yang baik bagi masyarakat. Sebanyak 43 orang responden
(46,2%) akan meminta Taburia kembali setelah persediaan di rumahnya habis. Dan
sebanyak 41 orang (44,1%) melihat ada manfaat pada anak balitanya setelah
mengonsumsi Taburia. Secara keseluruhan dapat dilihat tingkat pengetahuan ibu
balita dikategorikan pada tabel 4.7 di bawah ini :
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Persepsi di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Persepsi n %
1. Baik 90 96,8
2. Buruk 3 3,2
7. Setelah menggunakan Taburia,
apakah ada manfaat yang Ibu lihat pada anak balita anda?
14 15,0 38 40,9 41 44,1 93 100
8. Apakah Ibu akan meminta Taburia
lagi setelah persediaan di rumah habis?
(52)
Jumlah 93 100
Berdasarkan Tabel 4.7 di atas diketahui bahwa sebagian besar responden
memiliki persepsi yang baik tentang Program Taburia yaitu 90 orang (96,8%), dan
sebanyak 3 orang (3,2%) memiliki persepsi yang buruk tentang Program Taburia.
4.2.4 Distribusi Variabel Tindakan Responden Dalam Pemberian Taburia Bagi Balitanya
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden menggunakan 2 pertanyaan
dari variabel tindakan pemberian Taburia diperoleh hasil yang secara rinci dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini :
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tindakan Responden Dalam Pemberian Taburia Bagi Balitanya di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Pemberian Taburia/Bulan n %
1. Pemberian Taburia 0 Bulan 48 51,6
2. Pemberian Taburia 1 Bulan 27 29
3. Pemberian Taburia 2 Bulan 7 7,5
4. Pemberian Taburia 3 Bulan 6 6,5
5. Pemberian Taburia 4 Bulan 5 5,4
Jumlah 93 100
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa, sebanyak 48 responden (51,6%)
memberikan Taburia kepada anak balitanya selama 0 bulan atau memberikan Taburia
kurang dari 1 bulan, sebanyak 27 orang (29%) memberikan Taburia kepada anak
balitanya selama 1 bulan, sebanyak 7 orang (7,5%) memberikan Taburia kepada anak
(53)
balitanya selama 3 bulan, dan sebanyak 5 orang (5,4%) memberikan Taburia kepada
anak balitanya selama 4 bulan. Secara keseluruhan persentase tindakan responden
dalam pemberian Taburia bagi balitanya dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini :
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kategori Tindakan di Kelurahan Gaharu Tahun 2013
No. Pemberian Taburia n %
1. Rutin 5 5,4
2. Tidak Rutin 88 94,6
Jumlah 93 100
Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat kita lihat bahwa, 88 responden (94,6%)
tidak rutin memberikan Taburia kepada anak balitanya, dan hanya 5 orang (5,4%)
yang memberikan Taburia kepada anak Balitanya secara rutin.
4.3 Tabulasi Silang
Tabulasi silang digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara
variabel bebas (pengetahuan dan persepsi ibu tentang program Taburia) dengan
variabel terikat (tindakan pemberian Taburia).
4.3.1 Hubungan Variabel Pengetahuan tentang Taburia dengan Tindakan Pemberian Taburia
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan variabel pengetahuan
(54)
Tabel 4.10 Tabulasi Silang Variabel Pengetahuan tentang Taburia dengan Tindakan Pemberian Taburia
No. Pengetahuan
Tindakan Pemberian
Total
Rutin Tidak Rutin
f % f % n %
1 Baik 5 5,4 87 94,6 92 100
2 Buruk 0 0 1 100 1 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 92 responden yang memiliki
pengetahuan yang baik tentang Taburia, sebanyak 5 responden (5,4%) memberikan
Taburia kepada balitanya secara rutin, dan sebanyak 87 responden (93,5%) tidak
memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin. Kemudian 1 responden yang
memiliki pengetahuan yang buruk (1,1%) tidak memberikan Taburia kepada
balitanya secara rutin.
Hubungan antara variabel pengetahuan dengan tindakan pemberian Taburia
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan.
4.3.2 Hubungan Variabel Persepsi tentang Program Taburia dengan Tindakan Pemberian Taburia
Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap hubungan variabel persepsi
(55)
Tabel 4.11 Tabulasi Silang Variabel Persepsi tentang Program Taburia dengan Tindakan Pemberian Taburia
No. Persepsi
Tindakan Pemberian
Total
Rutin Tidak Rutin
f % f % n %
1 Baik 5 5,6 85 94,4 90 100
2 Buruk 0 0 3 100 3 100
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa dari 90 responden yang memiliki
persepsi yang baik tentang program Taburia, sebanyak 5 responden (5,4%)
memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin, dan sebanyak 85 responden
(91,4%) tidak memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin. Kemudian 3
responden yang memiliki persepsi yang buruk (3,2%) tidak memberikan Taburia
kepada balitanya secara rutin.
Hubungan antara variabel persepsi dengan tindakan pemberian Taburia
(56)
BAB V PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang Taburia
tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan tindakan pemberian Taburia.
Kemudian variabel persepsi tentang program Taburia juga tidak memiliki hubungan
yang signifikan dengan tindakan pemberian Taburia.
5.1 Hubungan Variabel Pengetahuan tentang Taburia dengan Tindakan Pemberian Taburia di Kelurahan Gaharu
Pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek melalui pancaindra
yang dimilikinya (penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba). Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Notoatmodjo, 2007).
Hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa pemberian Taburia tidak
didasari dari pengetahuan, sebab dari 92 responden yang memiliki pengetahuan yang
baik tentang Taburia, hanya sebanyak 5 responden (5,4%) yang memberikan Taburia
kepada balitanya secara rutin, dan sebanyak 87 responden (93,5%) tidak memberikan
Taburia kepada balitanya secara rutin. Pengetahuan ibu balita yang baik ini
dikarenakan para kader posyandu dan petugas puskesmas senantiasa memberikan
penyuluhan kepada mereka. Jika hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan pengetahuan dengan tindakan pemberian Taburia, maka hal itu tidak
(57)
dalam pemberian Taburia bagi balitanya. Dari hasil penelitian di lapangan didapatkan
bahwa anak balitanya tidak mau mengonsumsi Taburia karena tidak suka dengan rasa
dan baunya. Pada saat ibu memberikan Taburia kepada anak balitanya, anak tersebut
menolak untuk memakan nasinya sehingga nasi tersebut tidak habis. Selain itu anak
balita lebih suka makanan yang berkuah, sehingga Taburia tidak bisa digunakan
karena Taburia tidak boleh ditaburkan pada makanan yang berkuah. Hal ini
menyebabkan ibu balita tersebut tidak melanjutkan pemberian Taburia kepada anak
balitanya. Jadi, walaupun pengetahuan ibu sudah baik, namun ia tidak memberikan
Taburia kepada anak balitanya.
Hal ini sejalan dengan penelitian Dewi (2010) yang menyatakan bahwa tidak
ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan tindakan pemenuhan kecukupan gizi
balita di Posyandu Delima Desa Tiron Kecamatan Banyakan Kabupaten Kediri.
Namun hal ini tidak sejalan dengan penelitian Bangun (2010) yang menyatakan
bahwa pengetahuan mempunyai pengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencegahan
gizi buruk pada balita. Penelitian lain yang dilakukan oleh Isharianto (2007)
menyebutkan bahwa pengetahuan ibu mempunyai pengaruh terhadap tindakan
penanggulangan kasus gizi kurang pada balita. Jadi dalam hali ini pengetahuan belum
mampu mejadi faktor dominan dalam pemberian Taburia bagi anak balita di
(58)
5.2 Hubungan Variabel Persepsi tentang Program Taburia dengan Tindakan Pemberian Taburia di Kelurahan Gaharu
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang mengorganisasikan
dan menginterpretasikan sensasi yang dirasakan dengan tujuan untuk member makna
terhadap lingkungannya. Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi sangat
cepat dan kadang tidak kita sadari, dimana kita dapat mengenali stimulus yang kita
terima dan memengaruhi tindakan kita (Notoatmodjo, 2005).
Secara keseluruhan didapat bahwa dari 90 responden yang memiliki persepsi
yang baik tentang program Taburia, hanya sebanyak 5 responden (5,4%) yang
memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin, dan sebanyak 85 responden
(91,4%) tidak memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin. Dari hasil
wawancara kepada responden didapatkan bahwa menurut para ibu program Taburia
ini secara keseluruhan merupakan program yang baik untuk membantu kekurangan
zat gizi mikro dan membantu tumbuh kembang anak balita. Namun kembali lagi
kepada kondisi anaknya yang tidak mau mengonsumsi Taburia tersebut sehingga
walaupun persepsi ibu sudah baik, ia tetap tidak memberikan Taburia kepada anak
balitanya sebab anaknya tidak mau makan apabila Taburia tersebut ditaburkan ke
makanannya. Tapi apabila Taburia ini kembali diberikan oleh posyandu mereka akan
tetap mencoba untuk memberikan kepada anak balitanya.
Hal ini sejalan dengan pernyataan Notoatmodjo (2005), bahwa salah satu
(59)
yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang kita peroleh.
Pengalaman masa lalu atau apa yang telah kita pelajari akan menyebabkan terjadinya
perbedaan interpretasi. Sehingga jika pengalaman yang dialaminya dirasakan tidak
(60)
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan
sebelumnya mengenai hubungan pengetahuan dan persepsi ibu balita tentang
pelaksanaan program Taburia dengan tindakan ibu dalam pemberian Taburia bagi
balitanya di Kelurahan Gaharu Kecamatan Medan Timur Tahun 2013, maka dapat
diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut :
6.1 Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa dari 92 responden yang
memiliki pengetahuan yang baik tentang Taburia sebanyak 5 responden
(5,4%) memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin, dan sebanyak 87
responden (93,5%) tidak memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin.
Kemudian 1 responden yang memiliki pengetahuan yang buruk (1,1%) tidak
memberikan Taburia kepada balitanya secara rutin.
2. Dari 90 responden yang memiliki persepsi yang baik tentang program
Taburia, sebanyak 5 responden (5,4%) memberikan Taburia kepada balitanya
secara rutin, dan sebanyak 85 responden (91,4%) tidak memberikan Taburia
kepada balitanya secara rutin. Kemudian 3 responden yang memiliki persepsi
(61)
3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel pengetahuan tentang Taburia
dan variabel persepsi tentang program Taburia tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan tindakan pemberian Taburia.
4. Anak balita tidak mau mengonsumsi Taburia karena tidak suka dengan rasa
dan baunya. Selain itu anak balita lebih suka makanan yang berkuah, sehingga
Taburia tidak bisa digunakan karena Taburia tidak boleh ditaburkan pada
makanan yang berkuah. Hal ini menyebabkan ibu balita tersebut tidak
melanjutkan pemberian Taburia kepada anak balitanya.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada pihak Puskesmas Glugur Darat untuk meninjau kembali
distribusi Taburia di wilayah kerjanya dikarenakan masih ada daerah yang
belum mengetahui ada distribusi Taburia untuk tahun ini dan kembali
melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
2. Diharapkan untuk berikutnya posyandu dan kader dilibatkan langsung dalam
program Taburia ini dan melakukan pemantauan kepada ibu balita mengenai
waktu pemberian Taburia kepada anak balitanya. Jika ada ibu yang tidak
memberikan Taburia kepada anaknya untuk segera dicari penyebabnya dan
langsung melaporkan hal ini kepada Puskesmas sehingga dapat dicari solusi
(62)
3. Diharapkan kepada pihak yang berwenang dan bertanggung jawab untuk
mencari solusi terbaik untuk pemberian Taburia kepada anak balita apabila
(63)
KUESIONER PENELITIAN
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI IBU BALITA TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM TABURIA DENGAN TINDAKAN
IBU DALAM PEMBERIAN TABURIA BAGI BALITANYA DI KELURAHAN GAHARU KECAMATAN
MEDAN TIMUR
I. Identitas Responden
1. No. Responden :
2. Nama :
3. Umur : tahun
4. Alamat :
5. Pendidikan : 1. Tidak sekolah /tidak tamat SD
2. SD 3. SMP 4. SMA 5. D3/Sarjana
6. Pekerjaan : 1. Tidak bekerja / Ibu Rumah Tangga
2. Wiraswasta
3. Pegawai Negeri Sipil (PNS) 4. Pegawai Swasta
5. Lain-lain (sebutkan) . . .
7. Jumlah Balita :
8. Umur Balita :
9. Tanggal pertama kali mendapatkan Taburia :
(64)
II. Pengetahuan Tentang Taburia
No. Pernyataan Jawaban
1. Taburia atau sprinkle adalah bubuk multi vitamin dan mineral untuk anak balita
1. Tidak Tahu 2. Tahu
2. Taburia adalah program dari Pemerintah 1. Tidak Tahu
2. Tahu 3. Taburia berisi 12 macam vitamin dan 4 mineral
(Multivitamin dan mineral)
1. Tidak Tahu 2. Tahu 4. Taburia bermanfaat untuk mencegah kekurangan zat gizi
pada anak balita, khususnya anemia gizi besi
1. Tidak Tahu 2. Tahu 5. Taburia membantu tumbuh-kembang anak balita secara
baik
1. Tidak Tahu 2. Tahu 6. Taburia dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu
makan pada anak balita
1. Tidak Tahu 2. Tahu 7. Taburia tidak mengubah rasa, aroma, maupun bentuk
makanan pada anak
1. Tidak Tahu 2. Tahu 8. Taburia aman karena tidak menimbulkan kecanduan 1. Tidak Tahu
2. Tahu 9. Taburia itu halal dan tidak mengandung alkohol maupun
unsur alkohol lain
1. Tidak Tahu 2. Tahu 10. Taburia ditaburkan 1 sachet sekali sehari pada makanan
padat yang akan dimakan balita
1. Tidak Tahu 2. Tahu
11. Taburia diberikan pada makan pagi 1. Tidak Tahu
2. Tahu 12. Taburia tidak boleh dicampur dengan makanan yang berair
atau minuman karena akan menggumpal
1. Tidak Tahu 2. Tahu 13. Taburia tidak boleh dicampurkan pada makanan yang
panas karena akan merusak kandungan gizi di dalamnya
1. Tidak Tahu 2. Tahu
(65)
III. Persepsi Tentang Program Taburia
No. Pertanyaan Jawaban
1. Apakah menurut Ibu program Taburia itu merupakan program yang baik bagi masyarakat?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 2. Apakah informasi awal yang diberikan oleh kader/petugas
kesehatan mengenai apa itu Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 3. Apakah informasi yang diberikan kader/petugas kesehatan
mengenai manfaat Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 4. Apakah informasi yang diberikan kader/petugas kesehatan
mengenai petunjuk penggunaan Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 5. Apakah penjelasan yang disampaikan oleh kader/petugas
kesehatan mengenai Taburia sudah baik dan mudah Ibu mengerti?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 6. Apakah Ibu menggunakan Taburia sesuai dengan petunjuk
yang diberikan oleh kader/petugas kesehatan di posyandu?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 7. Setelah menggunakan Taburia, apakah ada manfaat yang
Ibu lihat pada anak balita anda?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya 8. Apakah Ibu akan meminta Taburia lagi setelah persediaan
di rumah habis?
1. Tidak Tahu 2. Tidak 3. Ya
(1)
Apakah menurut Ibu program Taburia itu merupakan program yang baik bagi masyarakat?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 7 7.5 7.5 7.5
Tidak Tahu 29 31.2 31.2 38.7
Ya 57 61.3 61.3 100.0
Total 93 100.0 100.0
Apakah informasi awal yang diberikan oleh kader/petugas kesehatan mengenai apa itu Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 2 2.2 2.2 2.2
Tidak Tahu 12 12.9 12.9 15.1
Ya 79 84.9 84.9 100.0
Total 93 100.0 100.0
Apakah informasi yang diberikan kader/petugas kesehatan mengenai manfaat Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1
Tidak Tahu 1 1.1 1.1 2.2
Ya 91 97.8 97.8 100.0
(2)
Apakah informasi yang diberikan kader/petugas kesehatan mengenai petunjuk penggunaan Taburia sudah jelas disampaikan kepada Ibu?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1
Tidak Tahu 1 1.1 1.1 2.2
Ya 91 97.8 97.8 100.0
Total 93 100.0 100.0
Apakah penjelasan yang disampaikan oleh kader/petugas kesehatan mengenai Taburia sudah baik dan mudah Ibu mengerti?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1
Tidak Tahu 2 2.2 2.2 3.2
Ya 90 96.8 96.8 100.0
Total 93 100.0 100.0
Apakah Ibu menggunakan Taburia sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh kader/petugas kesehatan di posyandu?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 1 1.1 1.1 1.1
Tidak Tahu 1 1.1 1.1 2.2
Ya 91 97.8 97.8 100.0
(3)
Setelah menggunakan Taburia, apakah ada manfaat yang Ibu lihat pada anak balita anda?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 14 15.1 15.1 15.1
Tidak Tahu 38 40.9 40.9 55.9
Ya 41 44.1 44.1 100.0
Total 93 100.0 100.0
Apakah Ibu akan meminta Taburia lagi setelah persediaan di rumah habis?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Tidak 41 44.1 44.1 44.1
Tidak Tahu 9 9.7 9.7 53.8
Ya 43 46.2 46.2 100.0
Total 93 100.0 100.0
Persepsi Kategorik
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 90 96.8 96.8 96.8
Buruk 3 3.2 3.2 100.0
Total 93 100.0 100.0
Sudah berapa bulan ibu memberikan Taburia kepada anak ibu?
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 0 48 51.6 51.6 51.6
1 27 29.0 29.0 80.6
(4)
3 6 6.5 6.5 94.6
4 5 5.4 5.4 100.0
Total 93 100.0 100.0
Tindakan Kategorik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Rutin 5 5.4 5.4 5.4
Tidak Rutin 88 94.6 94.6 100.0
(5)
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Pengetahuan Kategorik * Tindakan Kategorik
93 100.0% 0 .0% 93 100.0%
Pengetahuan Kategorik * Tindakan Kategorik Crosstabulation Tindakan Kategorik
Rutin Tidak Rutin Total
Pengetahuan Kategorik Baik Count 5 87 92
% within Pengetahuan Kategorik
5.4% 94.6% 100.0%
% within Tindakan Kategorik 100.0% 98.9% 98.9%
% of Total 5.4% 93.5% 98.9%
Buruk Count 0 1 1
% within Pengetahuan Kategorik
.0% 100.0% 100.0%
% within Tindakan Kategorik .0% 1.1% 1.1%
% of Total .0% 1.1% 1.1%
Total Count 5 88 93
% within Pengetahuan Kategorik
5.4% 94.6% 100.0%
% within Tindakan Kategorik 100.0% 100.0% 100.0%
(6)
Crosstabs
Case Processing Summary Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Persepsi Kategorik * Tindakan Kategorik
93 100.0% 0 .0% 93 100.0%
Persepsi Kategorik * Tindakan Kategorik Crosstabulation Tindakan Kategorik
Rutin Tidak Rutin Total
Persepsi Kategorik Baik Count 5 85 90
% within Persepsi Kategorik 5.6% 94.4% 100.0%
% within Tindakan Kategorik 100.0% 96.6% 96.8%
% of Total 5.4% 91.4% 96.8%
Buruk Count 0 3 3
% within Persepsi Kategorik .0% 100.0% 100.0%
% within Tindakan Kategorik .0% 3.4% 3.2%
% of Total .0% 3.2% 3.2%
Total Count 5 88 93
% within Persepsi Kategorik 5.4% 94.6% 100.0% % within Tindakan Kategorik 100.0% 100.0% 100.0%