Kesepakatan di antara para pihak.

18 Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ke empat syarat sahnya suatu perjanjian, maka masing-masing akan diuraikan di bawah ini.

a. Kesepakatan di antara para pihak.

Arti dari kesepakatan adalah bahwa di antara para pihak telah tercapai kesepakatan kehendak mengenai pokok-pokok perjanjian yang di buat. Suatu kesepakatan kehendak dimulai dari adanya unsur penawaran offer oleh salah satu pihak, diikuti oleh penerimaan penawaran acceptance dari pihak lainnya sehingga lahirlah suatu perjanjian. 23 Hal yang sangat penting sehubungan dengan kesepakatan ini adalah bahwa kesepakatan tersebut harus diberikan secara bebas atau suka rela. Suatu kesepakatan menjadi tidak sah apabila diberikan dengan cara-cara seperti tersebut di bawah ini. 1 Kekhilafan dwaling Pasal 1322 KUHPerdata menentukan bahwa pada umumnya kekhilafan tidak menyebabkan batalnya perjanjian kecuali kalau kekhilafan itu mengenai hakekat barang yang menjadi pokok perjanjian error in substantia atau mengenai orang dengan siapa perjanjian itu di buat error in persona. Menurut R. Subekti, kekilafan terjadi apabila kehendak seseorang dalam suatu perjanjian didasarkan atas suatu kesan atau pandangan yang keliru. Kekhilafan tersebut harus sedemikian rupa sehingga seandainya ia tidak khilaf, maka perjanjian tersebut tidak dibuatnya. 24 2 Paksaan dwang 23 Munir Fuadi, Hukum Kontrak dari sudut pandang Hukum Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001,ha1. 36 24 Subekti, op. cit., hal. 24. 19 Dari ketentuan Pasal 1323 dan 1324 KUHPerdata dapat ditarik kesimpulan bahwa paksaan terjadi apabila seseorang terpaksa memberikan persetujuan terhadap perjanjian yang di buat karena adanya ancaman, baik yang dilakukan oleh pihak lawan maupun pihak ke tiga yang bukan merupakan pihak dalam perjanjian. Adapun hal yang diancamkan harus merupakan suatu perbuatan yang dilarang oleh Undang-undang. 3 Penipuan bedrog Pasal 1328 KUHPerdata pada pokoknya menyatakan bahwa penipuan dapat dijadikan alasan untuk memintakan pembatalan perjanjian apabila ada tipu muslihat yang sedemikian rupa sehingga seandainya tidak ada tipu muslihat tersebut, maka pihak yang bersangkutan tidak akan memberikan kesepakatannya. Dikatakan telah terjadi penipuan apabila salah satu pihak dengan sengaja memberikan keterangan-keterangan yang tidak benar disertai dengan tindakan-tindakan aktif untuk membujuk lawan agar memberikan persetujuannya. Selain ketiga bentuk cacat kehendak seperti yang diatur dalam KUHPerdata tersebut, dalam perkembangannya ada bentuk cacat kehendak yang lain yaitu yang disebut dengan penyalahgunaan keadaan misbruik van onslandigheden atau sering disebut dengan undue influence. Penyalahgunaan terjadi apabila salah satu pihak dalam perjanjian, karena keunggulannya dalam bidang ekonomis atau psikologis melakukan tekanan sedemikian rupa sehingga pihak lain terpaksa menyetujui perjanjian tersebut. 20 Akibat hukum dari tidak adanya kesepakatan yang bebas karena terjadinya keempat hal tersebut di atas adalah bahwa perjanjian yang bersangkutan dapat dimintakan pembatalannya pada hakim. Pasal 1454 KUHPerdata mengatur tentang batas waktu untuk meminta pembatalan tersebut, yaitu dalam jangka waktu lima tahun. Jika penyebabnya adalah penipuan atau kekhilafan, maka jangka waktunya ditentukan sejak diketahui adanya penipuan atau kekhilafan.

b. Kecakapan dari para pihak untuk membuat perjanjian