64 d.
Metode karyawisata Karyawisata sebagai metode pengajaran yang memberikan kesempatan pada
anak untuk mengamati. Dengan cara tersebut anak mendengar, merasakan,melihat dan melakukan. Melalui karyawisata semua indera dapat diaktifkan. Selain itu
melalui karyawisata daapt ditumbuhkan minat dan rasa ingin tahu anak terhadap sesuatu. Hal ini dimungkinkan karena anak terlibat secara langsung dalam bentuk
nyata dan asli. Selama karyawisata pula dapat melatih anak untuk berdisiplin, mengenal dan menghargai alam, menghargai teman, membangun sikap positif
terhadap lingkungannya dan bekerja sama. Melalui karyawisata pula dapat mendorong kreativitas dan aktivitas belajar anak. Dalam menerapkan metode
karyawisata dalam pembelajaran tentunya ada kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dan kekurangannya sebagai berikut:
1. Kelebihan: siswa dapat menyaksikan secara langsung kegiatan-kegiatan yang dilakukan ditempat kunjungan tersebut, memperoleh pemantapan teori-
teori yang pernah mereka pelajari, siswa dapat menghayati pengalaman praktik suatu ilmu, siswa dapat memperoleh informasi yang lebih akurat.
2. Kelemahan: waktu yang dibutuhkan cukup panjang, pembiayaan,dan penyesuaian waktu agar tidak menganggu kegiatan yang lain yang sangat
sulit. Tentunya tidak ada metode yang paling baik, dalam praktiknya metode-
metode tersebut sifatnya haruslah saling melengkapi. Supaya pembelajaran pendidikan karakter anak usia dini dapat berhasil, gunakan metode pembelajaran
65 yang tepat guna sehingga mampu meciptakan suasana pembelajaran yang
bermakna, asik dan menyenangkan bagi anak Fadillah dan Lilif. 2012: 188.
C. KERANGKA PIKIR
Upaya sekolah dalam pembentukan karakter siswa adalah dengan cara memasukkan muatan pendidikan karakter ke dalam kurikulum, pembiasaan-
pembiasaan dan dalam pembelajaran. Secara garis besar alur kerangka berfikir terdapat dalam Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 1. Skema kerangka berfikir Dalam proses penerapan pendidikan karakter dapat dilakukan dengan cara
memasukkan muatan pendidikan karakter dalam kurikuluum, pembiasaan- pembiasaan serta pembelajaran yang memerlukan kerjasama antar komponen
sekolah dalam hal ini kepala sekolah beserta guru untuk dapat menciptakan iklim dan suasana yang kondusif agar proses penerapan pendidikan karakter dapat
berjalan secara optimal. Selain itu penerapan pendidikan karakter di jenjang pendidikan taman kanak-kanak pastinya tidak akan lepas dari berbagai hambatan
yang harus dihadapi para guru. Guru sebagai pelaksana kurikulum dituntut untuk Penerapan pendidikan
karakter
Kepala sekolah
pendidik
Faktor pendukung
Faktor penghambat
Peserta didik
Muatan kurikulum
Pembiasaan-pembiaaan
Pembelajaran
66 mengetahui dan bisa menyelesaikan berbagai hambatan yang dihadapinya
sehingga proses penerapan pendidikan karakter di sekolah dapat terlaksana secara optimal.
D. Penelitian yang relevan
Penelitian tentang pendidikan karakter yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya, berikut merupakan kesimpulan dari hasil penelitian
sebelumnya. penelitian oleh Amin pada tahin 2012 dengan judul Penerapan Kebijakan pendidikan Karakter dalam Meningkatkan Belajar siswa di SDN
Babarsari Depok Sleman Yogyakarta ”, menjelaskan bahwa kegiatan yang
dilakukan di sekolah dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di SDN Babarsari yaitu pada awal dan akhir kegiatan belajar mengajar selalu berdoa,
adanya pre test atau tanya jawab yang diberikan di awal pertemuan dan memberikan tugasPR di akhir pelajaran,menumbuhkan sikap kedisiplinan di
dalam kelas, setiap seminggu sekali siswa belajar di laboratorium untuk mata pelajaran bahasa, IPA dan komputer, pada hari Senin dan Selasa menggunakan
bahasa Indonesia, Rabu dan Kamis berbahasa Inggris, Jumat dan Sabtu diusahakan menggunakan bahasa Jawa baik di luar kelas maupun di dalam kelas,
memberikan jam tambahan pelajaran bagi siswa kelas VI dalam menghadapi UASBN. Di bidang non akademik, penerapan pendidikan karakter diterapkan
pada kegiatan pramuka yang diadakan 2 Minggu sekali, kerja bakti dan gerakan penghijauan di lingkungan sekolah sebulan sekali, kebersihan kelas menjadi
tanggung jawab siswa. Faktor pendukung penerapan pendidikan karakter di SDN
67 Babarsari yaitu kepala sekolah sudah paham akan konsep pendidikan karakter,
sarana dan prasarana yang menunjang dalam kegiatan belajar mengajar, peran aktif kepala sekolah dan guru dalam kegiatan belajar mengajar. Faktor
penghambat yaitu tidak adanya pedoman yang pasti dari pemerintah atau dinas dalam penerapan pendidikan karakter, faktor lingkungan siswa, perkembangan
teknologi yang disalahgunakan siswa game online dan playstation, dan kebijakan pemerintah yang meniadakan ujian tes saat masuk sekolah dasar.
E. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian agar penelitian lebih terarah dan data yang diperoleh sesuai diperlukan pertanyaan sebagai berikut:
a. Bagaimana proses penerapan pendidikan karakter di Taman kanak-kanak
Negeri 1 Maret ini? b.
Metode apa saja yang digunakan dalam hal penerapn pendidikan karakter di Taman kanak-kanak Negeri 1 Maret?
c. Faktor apa saja yang menjadi factor pendukung dalam penerapan pendidikan
karakter di Taman kanak-kanak Negeri 1 Maret? d.
Faktor apa saja yang menghambat dalam hal penerapan pendidikan karakter di Taman kanak-kanak Negeri 1 Maret?
e. Bagaimana cara mengatasi hambatan yang ada dalam penerapan pendidikan
karakter di Taman Kanak-kanak Negeri 1 Maret?
68
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
Penelitian tentang pendidikan karakter di TK Negeri 1 Maret studi deskriptif ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode
deskriptif ini digunakan disebabkan metode ini yang dipandang sesuai untuk mengungkapkan berbagai fenomena yang terjadi di lapangan yang berhubungan
dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan uraian deskriptif tentang penerapan pendidikan karakter di TK Negeri 1 Maret. Berbagai
data yang diperoleh dari temuan di lapangan akan dianalisis dan nantinya disimpulkan dalam bentuk kesimpulan deskriptif.
Menurut Suharsimi Arikunto 2005: 243, penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status
suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilaksanakan. Senada dengan pendapat dari Suharsimi Arikunto,
Sudjana 2004: 64 mengungkapkan bahwa penelitian deksriptif adalah penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi
pada saat sekarang. Dari kedua pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha menggambarkan
kejadian yang berlangsung pada saat itu, dengan tidak mencari hubungan atau mengujikan sesuatu.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti sendiri sebagai alat pengumpul data utama. Hal ini dilakukan karena, jika memanfaatkan alat yang bukan manusia dan