45 c.
Metode simulasi bermain peran role playing dan sosiodrama Simulasi artinya peniruan terhadap sesuatu, jadi bukan sesuatu yang
terjadi sesungguhnya. Orang yang bermain drama atau memerankan sesuatu adalah orang yang sedang menirukan atau membuat simulasi tentang sesuatu.
Dalam pembelajaran suatu simulasi dilakukan dengan tujuan agar peserta didik memperoleh keterampilan tertentu, baik yag bersifat professional
maupun yang berguna bagi kehidupan sehari-hari. Dapat pula simulasi ditunjukkan untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip
serta bertujuan untuk memecahkan suatu masalah yang relevan dengan pendidikan karakter.
d. Metode atau Model Pembelajaran Kooperatif
Berdasarkan pendapat sejumlah ahli, metode ini dianggap paling umum dan paling efektif bagi implementasi pendidikan karakter. Namun,
pemilihan materi terkait dengan pengembangan karakter akan lebih memperkuat efektivitas metode ini dalam implementasi pendidikan karakter.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang efektif bagi bermacam karakteristik dan latar belakang social siswa, karena mampu
meningkatkan prestasi akademis siswa baik bagi siswa yang berbakat, siswa yang kecakapannya rata-rata dan mereka yang tergolong lambat belajar.
Strategi ini meningkatkan hasil belajar, mendorong untuk saling menghargai dan menjalin persahabatan diantara berbagai kelompok siswa bahkan dengan
mereka yang berasal ras dan golongan etnis yang berbeda. Pada kenyataanya makin berbeda karakteristik social budaya siswa makin tinggi manfaat yang
46 akan dicapai oleh siswa. Bangsa Indonesia, bangsa yang terdiri dari berbagai
ras dan suku bangsa seperti Indonesia banyak keuntungan dari peneapan pembelajaran kooperatif. Para ahli banyak yang sepakat bahwa metode
pembelajaran kooperatif cocok bagi implementasi pendidikan karakter.
8. Faktor Pendukung pendidikan karakter
Dalam pelaksanaan pendidikan karakter, perlu diperhatikan beberapa hal agar proses atau pelaksanaan dari pendidikan karakter itu sendiri dapat berjalan dengan
optimal. Tentunya dalam proses penerapan pendidikan karakter itu sendiri, ada beberapa faktor yang dapat mendukung dari proses pelaksanaan pendidikan
karakter itu sendiri. Menurut Annas Anis Mustikasari: 2011 dalam penerapan
pendidikan karakter, ada beberapa faktor penunjang sebagai berikut:
a Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP merupakan upaya
untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru, karena mereka banyak dilibatkan diharapkan memiliki tanggung jawab yang
memadai. Situasi pembelajaran yang kondusif serta kerjasama yang baik antara guru dan siswa menjadikan materi-materi yang diajarkan dalam proses
pembelajaran di kelas dapat diterima dan diaplikasikan oleh siswa dengan baik termasuk materi pendidikan karakter.
b Komitmen Guru. Guru mempunyai peran dan fungsi sangat penting dalam
upaya penanaman pendidikan antikorupsi. Guru yang baik adalah guru yang selain bisa memberi teori atau materi pelajaran, juga bisa memberikan contoh
yang baik bagi siswa.
47 c
Komitmen Kepala Sekolah. Kepala Sekolah merupakan orang yang mempunyai kewenangan paling tinggi dalam menentukan kebijakan sekolah.
Berjalan tidaknya organisasi sekolah termasuk baik buruk kegiatan pembelajaran, prestasi, dan kegiatan-kegiatan lain di lingkungan sekolah salah
satunya ditentukan oleh kebijakan kepala sekolah. d
Pengadaan Sarana dan Prasarana yang Memadai. Sarana dan prasarana merupakan faktor penunjang yang harus ada dalam penerapan pendidikan
karakter di sekolah. Dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai, diharapkan penerapannya dapat terlaksana dengan baik pula. Oleh sebab itu,
jika sarana dan prasarana kurang memadai, juga akan menjadi kendala penerapan pendidikan karakter.
Selanjutnya pelaksanaan pendidikan karakter di satuan pendidikan atau sekolah dapat tercapai dengan keterlibatan semua warga sekolah, keluarga,
dan anggota masyarakat. Wening Betty kurniaty: 2013 menyimpulkan bahwa pendidikan nilai itu merupakan sebuah implementasi pendidikan
karakter yang diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media massa. Keluarga sendiri merupakan lingkungan pembentukan dan
pendidikan karakter yang pertama yang harus terlebih dahulu diberdayakan, sedangkan pendidikan karakter di sekolah ditekankan
pada penanaman moral, nilai-nilai estetika, budi pekerti yang luhur.
Di samping itu lingkungan masyarakat juga sangat mempengaruhi terhadap karakter atau watak seseorang. Mengingat keberhasilan pendidikan
karakter sangat dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, dan lingkungan
48 masyarakat, keberadaan contoh role model sangat berarti. Disini, Peran guru
sebagai role model di sekolah sangat berpengaruh terhadap efektifitas penerapan pendidikan karakter. Pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas
diperlukan dalam situasi dan kondisi bangsa yang masih dilanda krisis multidimensi. Sehingga kehadiran pendidik yang profesional serta memiliki
karakter kuat dan cerdas, karena melalui pendidik yang memiliki karakter kuat dan cerdas akan tercipta sumber daya manusia yang merupakan
pencerminan bangsa yang berkarakter kuat dan cerdas, serta bermoral luhur. Keberhasilan penanaman nilai-nilai karakter juga sangat dipengaruhi oleh
ketepatan pendekatan yang dipilih guru, misalnya Pendekatan klarifikasi nilai values clarification approach. Pendekatan ini memberi penekanan pada
usaha membantu siswa dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.
Pendekatan ini sangat efektif untuk pendidikan di era demokrasi sekarang ini. Disisi lain keberhasilan pendidikan karakter salah satunya adalah dengan
menghapus bahwa karakter adalah tanggung jawab guru agama dan guru kewarganegaraan.
Sesungguhnya keberhasilan
pendidikan karakter
merupakan tanggung jawab bersama sehingga semua guru harus membangun sinergi antar mata pelajaran Betty kurniaty: 2013. Sementara itu, Mulyasa
2011: 56 memiliki pendapat yang senada bahwa pengintegrasian pendidikan karakter melalui proses pembelajaran semua mata pelajaran, merupakan
model yang banyak diterapkan. Model ini ditempuh dengan paradigma bahwa semua guru adalah pendidik karakter character educator. Artinya guru
49 adalah contoh nyata bagi anak didik dalam menerapkan nilai-nilai karakter
yang diajarkan.
B. Deskripsi Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
Anak adalah sosok yang unik padanya melekat berbagai ciri-ciri yang berbeda dengan yang dimiliki manusia dewasa. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20
tahun 2003, anak usia dini adalah anak yang sejak lahir sampai dengan enam tahun. Sedangkan menurut Sofia Hartanti 2005: 13 anak usia dini
diidentifikasikan sebagai manusia dewasa mini, masih polos dan belum bisa apa- apa atau dengan kata lain belum bisa berfikir. Pengertian lain mengenai anak usia
dini dingkapkan oleh NAEYC National Association for Education of Young Children yaitu anak yang berada pada rentang usia nol sampai delapan tahun.
Anak usia dini merupakan pribadi yang mempunyai karakter yang unik dan keunikan tersebut yang membedakan anak usia dini dengan orang dewasa
Fadillah dan Lilif, 2012: 81-84. Berikut ini beberapa karakter dasar yang
dimiliki oleh anak usia dini yaitu :
a. Bekal kebaikan
Setiap anak telah dibekali oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan bekal kebaikan dan selanjutnya lingkunganlah yang berperan aktif dalam mengarahkan serta
mengembangkan bekal kebaikan. b.
Suka meniru Anak suka menirukan gerakan serta perilaku dari orang tua serta lingkungan
sekitarnya. Apa yang anak lihat senantiasa diikutinya.