28 manusia kognitif, afektif, dan psikomotorik dan fungsi totalitas sosio-kutural
dalam konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendidikan dan masyarakat dan berlangsung sepanjang hayat. Proses yang secara holistic dan koheren memiliki
saling keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus nilai luhur yang didalamnya terkandung sejumlah
nilai. Pendidikan karakter itu diajarkan secra sitematis dalam model pembelajaran
holistic menggunakan metode knowing the good, feeling the good, and acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat
kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good yaitu bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang
bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan dan tumbuh kesadaran bahwa orang mau melakukan perilaku kebaikan karena cinta dengan
perilaku kebaikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebaikan, acting the good itu akan berubah menjadi kebiasaan Suyanto, 2009. Untuk mengimplementasikan
metode pendidikan karekter melalui knowing the good, feeling the good, dan acting the good ini menurut Zulhan Darmiyati,2011:33 dapat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut: a.
Memasukkan pendidikan karakter dalam semua mata pelajaran di sekolah. b.
Membuat slogan atau yel-yel yang dapat menumbuhkan kebiasan semua masyarakat sekolah untuk bertingkah laku yang baik. Misalnya: slogan yang
berbunyi kebersihan bagian dari iman, tolong-menolong dalam kebaikan dan jangan tolong menolong dalam kejelekan, hormati guru dan sayangi teman.
29 c.
Melakukan pemantauan secara kontiyu. Beberapa hal yang perlu diapntau antaralain adalah kedisiplinan masuk sekolah, kebiasaan saat makan,
kebiasaan saat di kelas, dan kebiasaan saat berbicara.
5. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Agar pelaksanaan pendidikan karakter berjalan efektif, Schwarts Masnur Muslich, 2012: 168 mengutarakan sebelas prinsip yaitu :
1 Pendidikan karakter harus mempromosikan nilai-nilai etik inti ethical core
values sebagai landasan bagi pembentukan karakter yang baik. Pendidikan karakter berpegang pada nilai-nilai yang disebarkan secara meluas yang amat
penting dan berlandaskan karakter mulai yang disebut nilai inti core value. 2
Karakter harus dipahami secara komprehensif termasuk dalam pemikiran, perasaan, dan perilaku. Implementasi karakter yang baik meliputi
pemahaman, kepedulian, dan tindakan yang dilandasi nilai-nilai etik ini. Pendekatan holistic dalam pembangunan karakter dengan demikian terkait
pada pengembangan aspek-aspek kognitif, emosional, dan perilaku dari kehidupan moral. Peserta didik tumbuh dan memahami nilai-nilai dengan cara
mempelajarinya dan mendiskusikannya, mengamati model perilaku, dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan nilai-nilai. Para siswa belajar
untuk peduli terhadap niali-nilai inti dengan mengembangkan kecakapan berempati, membangun hubungan saling peduli, membantu menciptakan
komunitas peduli, mendengarkan kisah-kisah yang menarik dan memberikan ilham, serta merefleksikannya dalam pengalaman kehidupannya. Mereka juga
bertindak berlandaskan nilai inti dengan mengembangkan perilaku pro-sosial.
30 3
Pendidikan karakter yang efektif memerlukan pendekatan sungguh-sungguh dan proaktif serta mempromosikan niai-nilai inti pada semua fase kehidupan
sekolah. Sekolah yang berkomitmen untuk mengembangkan karakter wajib melihat dirinya sendiri dari moral untuk menilai bagaimana segala sesuatu
yang ada di sekolah dapat memberikan dampak karakter para siswa. Hal ini merupakan pendekatan komprehensif yang memanfaatkan seluruh aspek
persekolahan sebagai suatu kesempatan bagi pengembangan karakter. 4
Sekolah harus menjadi komunitas yang peduli. Sekolah yang berkomitmen pada pengembangan karakter harus berupaya menjadi suatu masyarakat yang
peduli dan adil. Hal ini dimungkinkan dengan cara mengembangkan suatu komunitas yang membantu seluruh angggotanya untuk membentuk
keterkaitan kepedulian antar mereka. 5
Menyediakan peluang bagi para siswa untuk melakukan tindakan bermoral. Dalam ranah etnik maupun ranah intelektual para siswa adalah pembelajar
yang konstruktif, mereka belajar baik dengan melakukan sesuatu. Untuk mengembangkan karakter yang baik, mereka memerlukan kesempatan yang
banyak dan bermacam-macam dalam menerapkan berbagai nilai. Dengan dihadapkan
pada tantangan
nyata dan
merefleksikannya dalam
pengalamannya, para siswa dapat mengembangkan pemahaman praktis tentang perlunya bekerja sama dengan orang lain dan memberikan sumbangan
pribadinya, baik berupa pemikiran maupun tindakan.
31 6
Pendidikan karakter yang efektif harus dilengkapi dengan kurikulum akademis yang bermakna dan menantang yang menghargai semua pembelajar
dan membantu mereka untuk mencapai sukses. 7
Pendidikan karakter harus secara nyata berupaya mengembangkan motivasi pribadi siswa. Tumbuh dengan motivasi diri adalah suatu proses
pengembangan karakter yang berprinsip bahwa pembelajaran karakter tidak selayaknya dilakukan melalui penekanan yang berlebihan terhadap insentif
ekstrinsik. Pembelajaran karakter dilaksanakan untuk mengembangkan pemahaman terhadap aturan-aturan, membangkitkan kesadaran bahwa
perilakunya akan berdampak kepada orang lain dan membangun karakter seperti dikontrol diri, kemampuan mengambil perspektif, dan keterampilan
resolusi konflik yang amat dibutuhkan dalam berperilaku secara bertanggung jawab di masa depan.
8 Seluruh staf sekolah harus menjadi komunitas belajar dan komunitas moral
yang semuanya saling bertanggung jawab bagi berlangsungnya pendidikan karakter, dan berupaya untuk mengembangkan nilai-nilai inti yang sama yang
menjadi panduan pendidikan karakter bagi siswa. 9
Implementasi pendidikan karakter membutuhkan kepemimpinan moral yang diperlukan bagi staf sekolah maupun para siswa. Sekolah yang telah
berkomitmen untuk mengembangkan pendidikan karakter yang efektif haruslah memiliki orang-orang yang berperan sebagai pemimpin yang
memiliki kemampuan yang baik dalam kepemimpinan.
32 10
Sekolah harus merekrut orang tua dan anggota masyarakat sebagai patner penuh dalam upaya pembangunan karakter. Sekolah yang mampu menjalin
hubungan dengan orang tua untuk mau terlibat dalam pendidikan karakter terbukti memiliki kesanggupan yang besar dalam meningkatkan peluangnya
untuk berhasil bersama siswanya membangun karakter. 11
Evaluasi terhadap pendidikan karakter harus juga menilai karakter sekolah, menilai fungsi staf sekolah sebagai pendidik karakter, sampai pada penilaian
terhadap bagaimana cara para siswa mengamalkan karakter yang baik. Dalam pendidikan karakter sangat penting dikembangkan nilai-nilai etika inti
seperti kepedulian, keadilan, tanggung jawab, dan rasa hormat terhadap diri dan orang lain bersama dengan nilai-nilai kinerja pendukungnya. Sekolah harus
berkomitmen untuk mengembangkan karakter peserta didik berdasarkan nilai- nilai dimaksud mendefinisikannya dalam bentuk perilaku yang dapat diamati
dalam kehidupan sekolah sehari-hari. Selain itu sekolah harus mencontohkan nilai-nilai itu, mengkaji, dan mendiskusikannya, menggunakannya sebagai dasar
dalam hubungan antar manusia, dan mengapresiasi nilai-nilai tersebut di sekolah dan
masyarakat. Yang
penting adalah
semua komponen
sekolah bertanggungjawab terhadap standar-standar perilaku yang konsisten sesuai
dengan nilai-nilai inti.
6. Strategi dan Pendekatan Pendidikan karakter
Pendidikan karakter berkaitan dengan pengembangan nilai-nilai, kebiasaan- kebiasan yang baik, dan sikap yang positif guna mewujudkan individu yang
dewasa dan bertanggung jawab. Jadi pendidikan karakter berkaitan dengan