Pembelajaran Kooperatif TINJAUAN PUSTAKA

dinyatakan bahwa: 1 penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi, dan menghargai pendapat orang lain, 2 pelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dalam pengalaman. Hal tersebut dapat dijadikan alasan bahwa pembelajran kooperatif diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran.

B. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

STAD Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman temannya, model ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana Ibrahim, dkk, 2000: 20. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan sebuah strategi pembelajatan kooperatif yang memberi tim berkemampuan majemuk latihan untuk mempelajari konsep dan keahlian. Siswa berlatih di dalam kelompok yang bekerja sama. Kelompok-kelompok ini berfungsi bersama selama kurun waktu yang diperpanjang, memberi kesempatan untuk berlatih dan memberikan umpan balik di tengah unit pelajaran Eggen dan Kauchak, 2012: 144. Model STAD menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok empat sampai lima orang siswa secara heterogen, yaitu campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin, sukuras. Diawali dengan penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok Trianto, 2009: 68. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD guru memberikan suatu pembelajaran dan siswa-siswanya di dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok itu bisa menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa menjalani kuis perseorangan tentang materi tersebut, dan pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu satu sama lain. Nilai-nilai hasil kuis siswa diperbandingkan dengan nilai rata-rata meraka sendiri yang diperoleh sebelumnya, dan nilai-nilai itu diberi hadiah berdasarkan pada seberapa tinggi peningkatan yang bisa meraka capai atau seberapa tinggi nilai itu melampaui nilai mereka sebelumnya Rusman, 2012: 214. Model pembelajaran STAD dapat dijadikan alternatif dalam mengajar karena membantu menciptakan interaksi yang baik antar siswa, meningkatkan sikap positif terhadap pelajaran, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama Aqip, 2013: 28. Pendapat yang hampir sama mengenai hal ini dikemukakan oleh Balfakih 2003:608 yaitu terdapat empat alasan yang menyebabkan model STAD dapat digunakan sebagai alternatif model mengajar. Keempat alasan tersebut dinyatakan sebagai berikut: “Pertama, STAD memfasilitasi interaksi antar siswa di dalam kelas. Kedua, meningkatkan sikap positif, harga diri, dan hubungan interpersonal antar siswa. Ketiga, dapat menambah sumber belajar tambahan di dalam kelompok, seperti dengan anggota kelompok berprestasi tinggi yang mengambil peran tutor demi tercapainya hasil akhir yang lebih baik untuk bersama. Keempat, mempersiapkan siswa untuk masuk ke dalam masyarakat modern dengan mengajarkan mereka bekerja dengan teman sekelas dengan efektif dan efisien .” Menurut Eggen dan Kauchak 2012: 214 merencanakan pembelajaran menggunakan strategi pembelajaran kooperatif STAD adalah proses empat langkah yang menyangkut hal berikut: 1 melakukan perencanaan untuk mengajar kelas-utuh; 2 mengatur kelompok; 3 merencanakan stadi tim; dan 4 menghitung skor dasar dan nilai perbaikan. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD dipaparkan oleh Rusman 2012: 213- 214 sebagai berikut: 1 menyampaikan tujuan dan motivasi Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan motivasi siswa untuk belajar. 2 pembagian kelompok Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok, di mana setiap kelompoknya terdiri dari empat sampai lima siswa yang memprioritaskan heterogenitas keragaman kelas dalam prestasi akademik, gender jenis kelamin, ras atau eknik. 3 presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa, tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. 4 kegiatan belajar dalam tim kerja tim Siswa belajar kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembar kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing memberikan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5 kuis evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar melalui kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kuersi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab atas diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa. 6 penghargaan prestasi tim Setelah melaksanakan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnaya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.

C. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari beberapa orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntaasan bagian materi pembelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain Arends dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 94-95. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain Isjoni, 2010: 58. Kunci dari keberhasilan Jigsaw menurut Lie dalam Amri dan Ahmadi, 2010: 95 adalah siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan. Saat terlibat di dalam satu kegiatan Jigsaw, siswa menjadi pakar mengenai satu bagian tertentu dari tugas belajar dan menggunakan keahlian mereka untuk mengajari siswa lain. Kemudian, saat mereka bekerja sebagai satu tim, setiap anggota menyumbangkan kepingan puzzle pengetahuan berbeda Eggen dan Kauchak, 2012: 138. Pernyataan yang hampir sama dikemukaan oleh Lewis 2012: 2 bahwa “Pembelajaran Jigsaw membantu siswa dalam membagi materi pembelajaran menjadi potongan-potongan sub materi pada proses belajar, kemudian siswa dengan sub materi yang telah ia kuasai akan mengajar siswa lain, akhirnya akan menggabungkan potongan-potongan materi ini menjadi satu kesatuan. Pembelajaran Jigsaw didasarkan pada perspektif bahwa setiap siswa akan menjadi ahli di bagian kecil dari seluruh materi pembelajaran, kemudian siswa mengajarkan kepada siswa lain dalam kelompoknya terhadap materi yang mereka kuasai. ” Pada pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok dengan setiap kelompok terdiri dari empat sampai enam siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini desebut dengan kelompok asal. Setiap siswa diberi tugas mempelajari salah satu bagian materi pembelajaran. Semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama belajar bersama dalam kelompok yang disebut kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi pembelajaran yang sama, serta menyusun

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP AKTIVITAS SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padangcermin Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/20

0 4 61

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK KANCING GEMERINCING TERHADAP AKTIVITAS SISWA DAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Padangcermin Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/20

0 6 48

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA (Studi Eksperimen Siswa Kelas VIII SMP Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 4 55

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Student Team Achievement Division (STAD) TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH PADA MANUSIA OLEH SISWA (Studi Eksperimen Semu Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Mathla’ul Anwar Bandar Lampung

0 4 66

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (Studi Kuasi Eksperimen Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 16 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

1 7 57

PERBANDINGAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD

0 11 57

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

0 8 60

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PEREDARAN DARAH (Kuasi Eksperimental pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 1 Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah Tahun Pela

0 7 59

PENGARUH BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP PENGUASAAN MATERI DAN AKTIVITAS SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 28 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 50

PENGARUH PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA (Studi Ekperimen Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 2 Way Seputih Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 15 203